Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

STATISTIK PUSKESMAS (Pertemuan ke-11)


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Statistik Fasyankes yang diampu
oleh Ibu Dewi Lena S.K., Amd. Pk, SKM, MPH

Disusun Oleh :
Dina Fatiana P20637021019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
TASIKMALAYA
20222
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai bagian dari pencapaian kompetensi matakuliah Statistik
Fasyankes. Dalam laporan ini, penyusun memaparkan tentang pengelolaan statistik Puskesmas.
Selama penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak baik bantuan moral maupun material. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ani Radiati R, Spd, M.kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Tasikmalaya;
2. Dedi Setiadi, SKM, M.kes, selaku Ketua Jurusan Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya;
3. Dosen Dewi lena S.K.M, AMd. PK, SKM, MPH

Penyusun menyadari dalam penyusunan Laporan Praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan laporan praktikum ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat ilmu
pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan penyusunan pada khususnya.

Tasikmalaya, 5 November 2022

Penyusun
INDIKATOR-INDIKATOR LAPORAN PUSKESMAS

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4


a) Definisi
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 merupakan program ibu hamil oleh petugas
kesehatan untuk mendapatkan layanan ANC yang berstandar 5T dengan frekuensi
kunjungan minimal 4 kali selama masa kehamilan, dengan syarat trisemester 1 minimal 1
kali, trisemester II minimal 1 kalidan trisemester III minimal 2 kali. Standar 5T yang
dimaksud adalah: (a) Pemeriksaan/pengukuran tinggi berat badan; (b) Pemeriksaan
pengukuran tekana darah; (c) Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus; (d) Pemberian
imunisai TT; dan (e) Pemberian tablet besi. (Prasetyo, 2015)
Cakupan K4 adalah pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali, yaitu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada
triwulan ketiga (Depkes RI, 2010:12).
b) Contoh
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan di Puskesmas Trucuk I Kabupaten Klaten
terdapat Kunjungan K4 tahun 2016-2018 mengalami penurunan. Tahun 2016 sebesar
91,63%. Tahun 2017 sebesar 91,26% dan tahun 2018 adalah 84,96%. Kunjungan K4 di
Puskesmas Trucuk I belum memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu 95% sehingga
menunjukan bahwa rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Trucuk I (Cahyani, 2020).
2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan
a) Definisi
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan merupakan pertolongan persalinan oleh petugas
kesehatan, tidak termasuk pertolongan persalinan pendampingan. Pertolongan persalinan
dilakuakn oleh Dokter ahli, Dokter, Bidan atau petugas kesehatan lainnya yang telah
memperoleh pelatih teknis untuk melakukan pertolongan kepada ibu bersalin. Dilakukan
sesuai dengan pedoman dan prosedur teknis yang telah ditetapkan.

b) Contoh
Berdasarkan jurnal hasil penelitia di Puskesmas Kendal pda saat masa covid dan
new normal Sebagian besar pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan (82,4%)
bertempat di Bidan Praktek Swasta (41%) sedangkan proporsi persalinan dengan
kualifikasi tertinggi pada perempuan umur 10-54 tahun paling banyak di tolong oleh
bidan yaitu 62,7 % (Sandhi & Dewi, 2021).

3. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk


a) Definisi
Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk adalah ibu hamil risiko tinggi baru, baik
ditemukan oleh petugas kesehatan maupun melalui rujukan masyarakat, baik didalam/
diluar institusi dan dihitung satu kali selama periode kehamilan.

b) Contoh Penerapan
Berdasarkan jurnal hasil penelitian di Puskesmas Kabupaten Sumba Timur
ditemukan bahwa sebagian besar atau 83.3 persen kasus risiko tinggi tahun 2011 – 2015
sudah dilaksanakan rujukan secara terencana dan tepat waktu sehingga angka kematian
saat hamil lebih 23.7 persen tetapi tertinggi adalah saat masa nifas yaitu sebesar 76.3
persen.(Awang, 2017)

1. Cakupan Kunjungan Neonatus


a) Definisi
Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan Kesehatan dengan syarat usia 0 – 7 hari minimal 2 kali,
usia 8 – 28 hari minimal 1 kali (KN2) di dalam/di luar institusi Kesehatan.
b) Contoh
kunjungan neonatus lengkap (KN3) yang pada tahun 2013 pencapaian neonatus di Kota
Batam sebesar 33.534 bayi atau 89.3%. Cakupan kunjungan neonatus lengkap
berdasarkan wilayah kerja Puskesmas di Kota Batam tahun 2013 hampir seluruh
Puskesmas atau 80% Puskesmas telah mencapai target cakupan neonates. (Tambunan,
2019)
2. Indikator Kinerja :
a. Case Detection TBC
1) Definisi
Jumlah kasus TBC yang terdeteksi.

2) Contoh

Data pasien TB di Puskesmas Belawan Medan mengalami kenaikan dari 197


pasien pada tahun 2016 meningkat pada tahun 2017 menjadi 217 pasien dan di
tahun 2018 meningkat kembali menjadi 246. (Rusman & Basri K, 2019)

b. Angka Kesembuhan TBC


1) Definisi
Jumlah Penderita TBC yang sembuh dibagi seluruh jumlah penderita TBC yang
diobati.

2) Contoh
Di Puskesmas Jatisawit selama tahun 2014 terdapat kasus Tuberkulosis Paru
sebanyak 27 kasus, sedangkan Tuberkulosis Paru dengan BTA positif sebanyak
18 orang, dan semuanya diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Tahun 2015
suspek yang diperiksa sputum 148 orang dan yang dinyatakan penderita +
Tuberkulosis Paru sebanyak 20 penderita dan semuanya diobati Obat Anti
Tuberkulosis (OAT), sampai akhir tahun 2015, 10 penderita dinyatakan
sembuh dengan pemeriksaan BTA-, sedang sisanya masih dalam pengobatan.

c. Insiden Rate DBD


1) Definisi
Insiden rate DBD merupakan jumlah kasus baru pasien DBD pada rentang
periode tertentu dan dibagi dengan jumlah penduduk.
2) Contoh
Angka rata-rata insidensi penyakit DBD di setiap kabupaten/kota pada tahun
2003, 2010 dan 2014 adalah 19,236 insidensi per 100.000 penduduk per tahun
dengan nilai minimum 0,52 insidensi per 100.000 penduduk di setiap dan nilai
maksimum sebesar 6,13 per 100.000 penduduk. Rata-rata insidensi DBD pada
tahun 2003 sebesar 8,22 insidensi per 100.000 penduduk, kemudian mengalami
peningkatan drastis pada tahun 2010 sebesar 26,93 insidensi per 100.000
penduduk dan pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 22,56 insidensi per
100.000 penduduk. Ukuran sebaran dari angka insidensi DBD diketahui sebesar
26,51 per 100.000 penduduk. (Arisandi Mustika et al., 2016)
d. Case Fatality DBD
1) Definisi
Case Fatality merupakan jumlah kematian karena DBD dibagi dengan jumlah
penderita DBD.
2) Contoh
Angka kejadian Demam berdarah dengue pada tingkat Nasional berfluktuatif pada
tahun 2014 sebanyak 100.347 orang, ditahun 2015 sebanyak 129.650, ditahun
2016 sebanyak 204.171, ditahun 2017 sebanyak 68.407, dan pada tahun 2018
sebanyak 53.075 (Kemenkes, 2019). Angka kejadian demam berdarah dengue
dari tahun 2014 terus naik sampai puncaknya di tahun 2016, setelah itu berangsur-
angsur turun sampai tahun 2018. Tercatat bahwa pada tahun 2018 angka kejadia.
DBD di Jawa Barat adalah 17,94% per 100.000 penduduk dengan case fatality
rate 0.56. (Juwita et al., 2020)
e. Presentase darah PMI yang dilakukan Screening HIV/AIDS
1) Definisi
Presentase darah PMI yang dilakukan Screening HIV/AIDS merupakan jumlah
sampel darah yang mendapat pemeriksaan/screening HIV/AIDS seperti tes darah
dan urine.
2) Contoh
Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini telah menempati urutan ke 17 provinsi
dengan penderita penyakit HIV/AIDS terbesar. Laporan kabupaten/kota
menunjukkan jumlah kasus HIV/AIDS sebesar 359 kasus dengan kasus tertinggi
adalah di Kota Yogyakarta sedangkan terendah di Kabupaten Gunungkidul. Hasil
dari persentase donor darah yang diskrining terhadap HIV/AIDS di provinsi DIY
tahun 2009 yang dilakukan di PMI Kabupaten Sleman diperoleh jumlah pendonor
3.812 orang, jumlah sampel darah yang diperiksa sebesar 3.812 yang terkena
HIV/AIDS tertinggi sebesar 0,29 di Kabupaten Sleman. (Yogyakarta, 2011)
a. Penderita HIV/AIDS yang sedang mendapat perawatan dan pengobatan HIV/
AIDS.
1) Definisi
Jumlah penderita HIV/AIDS yang dirawat dan diobati dibagi jumlah seluruh
penderita HIV/AIDS
2) Contoh
Sedangkan perkembangan penyebaran HIV/AIDS yang ada di puskesmas
Temayang pada tahun 2015 terdeteksi sebanyak 8 orang, tahun 2016 sebanyak 13
orang dan tahun 2017 ( Nopember sebanyak 12 orang) sehingga dalam kurun
waktu 3 tahun ada sekitar 33 orang yang terdeteksi terkena penyakit HIV/AIDS
dan yang sedang mendapatkan perawatan dan pengobatan. (Ripnowati et al.,
2019)
b. Gangguan jiwa dari kunjungan di Puskesmas
1) Definisi
Jumlah kunjungan karena gangguan jiwa dibagi jumlah seluruh kunjungan di
puskesmas.
2) Contoh
Data Riskesdas 2018, prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota rumah
tangga yang mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia/psikosis di Jawa
Barat mencapai 5% per mil, dibanding angka Nasional sebesar 7% per mil. Pada
tahun 2018 Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia >15 tahun
di Provinsi Jawa Barat mencapai 11%. Pada tahun 2013 Prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk usia >15 tahun di Provinsi Jawa Barat sebesar
9%
Menurut data Puskesmas Sindang Barang jumlah kunjungan penderita
gangguan jiwa pada tahun 2016 tercatat 184, pada tahun 2017 tercatat 204
kunjungan, pada tahun 2018 tercatat 445 kunjungan. (Prihartanti et al., 2021)
c. Persentase Balita yang naik berat badannya
1) Definisi
Persentase balita yang berat badannya naik
2) Contoh
Partisipasi balita dapat dilihat dari kedatangan balita ke posyandu, cakupan
penimbangan balita di Posyandu yang ditunjukkan oleh presentase jumlah
balita yang datang per jumlah balita keseluruhan (D/S) merupakan indikator
yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan
kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin
tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi
cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang
Puskesmas Polokarto bahwa balita tidak naik berat badannya lebih banyak
dibandingkan dengan balita yang naik berat badannya dengan selisih 14,2 %,
dikarenakan dari hasil pencatatan penyakit ISPA menunjukkan 40,8 % selama
satu bulan terakhir. (Muharam, 2013)

i. Persentase Balita Bawah Garis Merah (BGM).


1) Definisi
Jumlah bayi/balita dengan BB Bawah garis merah (BGM) di puskesmas dalam periode 1
tahun terhadap seluruh jumlah bayi/balita di tempat/waktu yang sama.
2) Contoh
Kabupaten Banyumas mempunyai 39 Puskesmas berdasarkan data yang diperoleh dari
Kabupaten Banyumas bulan Desember 2014. Balita bawah garis merah (BGM) selama
bulan Oktober Tahun 2015 mempunyai angka kejadian tertinggi yaitu di wilayah
Puskesmas Cilongok II, puskesmas Kebasen dan Puskesmas Banyumas. Angka BGM di
wilayah Puskesmas Cilongok II 68 balita, Puskesmas Kebasen terdapat 74 balita bawah
garis merah, wilayah kerja Puskesmas Banyumas menduduki angka tertingi BGM yaitu
sebanyak 96 balita.
Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2003, perkembangan keadaan gizi
masyarakat yang dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program
menunjukkan bahwa keadaan gizi masyarakat Jawa Tengah yang tercermin dari hasil
penimbangan balita yang ada 2.816.499 anak, dari jumlah tersebut yang datang dan
ditimbang di Posyandu sebanyak 1.993.448 anak dengan rincian yang naik berat
badannya sebanyak 1.575.486 anak atau 79,03% dan balita yang berada dibawah garis
merah (BGM) sebayak 46.679 anak atau 2,34% (Dinkes Jawa Tengah,2010). prevalensi
BGM pada tahun 2008 yaitu 1,74 % pada tahun 2009 sebanyak 1,92 % dan pada tahun
2010 prevalensi BGM naik menjadi 2,38 %. Hal ini menunjukkan ada peningkatan balita
yang menderita BGM. (Мусина et al., 2022)
j. Persentase Balita Gizi Buruk.
1) Definisi
Jumlah bayi/balita dengan gizi buruk di puskesmas dalam 1 periode tahun terhadap
seluruh jumlah bayi/balita di tempat/waktu yang sama.
2) Contoh
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif, dimana data yang menyangkut data bebas (resiko)
dan variabel terikat (akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo,
2012). Penelitian ini berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Gizi Buruk pada balita
di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen” Populasi adalah menjadi sasaran
penelitian berhubungan dengan sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-
benda ataupun peristiwa (Iman, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita
usia 12 sampai 59 bulan yang datang ke Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen
kecamatan kota juang kabupaten bireuen tahun 2021.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Sampel
adalah sebagian populasi yang merupakan wakil dari semua populasi. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara Accidental
sampling atau secara kebetulan yang berjumlah 32 orang (Iman, 2016).
Analisa Bivariat Dari tabel dapat disimpulkan bahwa dari 32 responden yang
berpengetahuan baik, dengan mayoritas gizi normal yaitu sebanyak 7 orang (21,9%).
Yang berpengetahuan cukup, dengan mayoritas gizi normal yaitu sebanyak 14 orang
(43,8%). Yang berpengetahuan kurang, dengan mayoritas gizi kurang yaitu sebanyak 7
orang (21,9%). (Zahara, 2022)
k. Persentase Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 4 kali pertahun.
1) Definisi
Jumlah bayi/balita yang mendapat kapsul vitamin A 4 kali per tahun di Puskesmas dalam
periode 1 tahun terhadap seluruh jumlah bayi/balita di tempat/waktu yang sama.

2) Contoh
Berdasarkan cakupan pemberian vitamin A pada balita di Indonesia tahun 2019 yaitu
sebesar 76,68%. Padasetiap tahun cakupan pemberian vitamin A mengalami
perubahan, sehingga masih diperlukan upaya untuk meningkatkan cakupan
pemberian kapsul vitamin A dengan membuat program intervensi pemberian kapsul
vitamin A bagi balita usia 6-59 bulan pada bulan Februari dan Agustus(Kemenkes,
2020).Laporan Provinsi Papua Barat tahun 2018 untuk pemberian vitamin A pada bayi
(6-11 bulan), dengan total jumlah bayi sebanyak 6.914 anak, yang mendapat vitamin A
sebanyak 42.578 (75,7%). Jumlah Anak Balita (12-59 Bulan) sebanyak 98.610 anak,
yang mendapat vitamin A sebanyak 49.492 (74,6%), dan sesuai standar pemberian
kapsul vitamin A di Kabupaten Sorong 44.40%(Dinkes Propinsi Papua Barat,
2018). (Keluarga et al., 2022)
l. Persentase cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe

1) Definisi
Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe di Pusksmas terhadap seluruh jumlah ibu hamil
di tempat/waktu yang sama

2)Contoh

Tren Pencapaian Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota Yogyakarta Tahun 2015-2019

SUMBER : : Laporan PWS Gizi Puskesmas Tahun 2019 (Dinkes Kota Yogyakarta, 2020)

m. Persentase Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga
miskin

1) Definisi

jumlah bayi/balita BGM dari keluarga miskin yang menerima makanan pendamping ASI di
puskesmas terhadap seluruh jumlah balita/bayi BGM tempat/waktu yang sama

2)Contoh

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100%. Pada tahun 2014, cakupan pemberian MP ASI mencapai 99,93% sehingga capaian
kinerja adalah 99,93% dan dapat dikatakan tercapai/ berhasil. Jumlah balita yang mendapat
MP ASI adalah 4.226 balita dari 4.228 balita miskin yang ada. SPM : indikator ini merupakan
salah satu indikator SPM dengan capaian tahun 2014 yang menurun dari tahun 2013, dimana
tahun 2013 cakupan pemberian MP ASI mencapai 99,94%.

SUMBER : Laporan Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Kota Malang 2014 (Pengantar, n.d.)

n. Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan

1) Definisi

Jumlah bayi/balita dengan gizi buruk yang mendapatkan perawatan di puskesmas terhadap
seluruh jumlah bayi/balita dngan gizi buruk tempat/waktu yang sama

2)Contoh

Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ke 2 dari 34 Provinsi Indonesia dengan kasus balita
gizi buruk pada tahun 2014 sebanyak 4.107 (0,15%) balita dari jumlah balita yang ada di Jawa
Tengah. Angka ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan tahun 2012 berjumlah 1.131
(0,06%), padahal persentase balita gizi buruk mendapatkan perawatan tahun 2012 sebesar 100%.
(Prawoto, 2019)

o. Persentase kecamatan bebas rawan gizi

1) Definisi

Jumlah kecamatan yang bebas rawan gizi terhadap seluruh kecamatan yang ada

2)Contoh :

Di enam Kabupaten DIY menunjukkan bahwa di Kulonprogo tahun 2014 semua kecamatan
bebas rawan gizi dengan jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 0,9%,
Gunungkidul 0,48% gizi buruk, Bantul 0,38% gizi buruk, Sleman 0,05% gizi buruk dan Kota
Yogyakarta sudah mengalami penurunan jumlah gizi buruk dibandingkan dengan prevalensi
tahun 2013 (10%). (Kesehatan et al., 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Awang, M. N. (2017). Study of Maternal Mortality based on ANC Category, High Risk
Category and High Risk Case Referral in East Sumba District 2011-2015 Kajian Kematian
Ibu berdasarkan Kategori ANC, Kategori Risiko Tinggi dan Rujukan Kasus Risiko Tinggi
di Kabupaten Sumba Timu. Jurnal Info Kesehatan, 15(1), 110–125.
http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/download/131/128/
Cahyani, I. S. D. (2020). Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas. Higeia Journal
of Public Health Research and Development, 1(3), 84–94.
Prasetyo, aditya bayu. (2015). Analisa faktor - faktor yang mempengaruhi cakupan k4 bidan
desa diwilayah kerja dinas kesehatan kabupaten rembang tahun 2013. 1-end.
Sandhi, S. I., & Dewi, D. W. E. (2021). Implementasi Penanganan Pertolongan Persalinan oleh
Bidan Pada Masa Pandemi Covid-19 dan Era New Normal. Jurnal SMART Kebidanan,
8(1), 17. https://doi.org/10.34310/sjkb.v8i1.442
Rusman, R., & Basri K, S. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Penderita TB Paru Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Jatisawit Indramayu. Afiasi :
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1), 33–40. https://doi.org/10.31943/afiasi.v4i1.10
Tambunan, A. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kepatuhan Pasien TBC Di
UPT Puskesmas Belawan. 22–23.
Arisandi Mustika, A., Bakri, S., & Wulan S. R. Wardani, D. (2016). Perubahan Penggunaan
Lahan Di Provinsi Lampung Dan Pengaruhnya Terhadap Insidensi Demam Berdarah
Dengue (DBD). Jurnal Sylva Lestari, 4(3), 35. https://doi.org/10.23960/jsl3435-46
Juwita, C. P., Anggiat, L., & Budhyanti, W. (2020). Model Prediksi Unsur Iklim Terhadap Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Untuk Masyarakat Sehat
(JUKMAS), 4(2), 172–180. https://doi.org/10.52643/jukmas.v4i2.1023
Muharam, I. D. (2013). HUBUNGAN PARTISIPASI KE POSYANDU DENGAN KENAIKAN
BERAT BADAN BALITA di DESA WONOREJO, KEMASAN, BUGEL
KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1–7.
Prihartanti, T., Khodijah Parinduri, S., & Masitha Arsyati, A. (2021). Evaluasi Pelaksanaan
Program Upaya Kesehatan Jiwa Di Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor Provinsi
Jawa Barat Tahun 2020. Promotor, 4(4), 380. https://doi.org/10.32832/pro.v4i4.5605
Ripnowati, D., Kesehatan, D., Bojonegoro, K., Hartati, C. S., Putro, G., Wijaya, U., & Surabaya,
P. (2019). MANAJEMEN PELAYANAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DALAM
UPAYA SCREENING DI PUSKESMAS TEMAYANG KABUPATEN Halaman 230-
243. Jurnal Manajerial Bisnis, 2(3), 230–243.
Keluarga, D., Sumber, D. A. N., Terhadap, I., Balita, V. A. P., Support, F., For, R., Giving, V.
A., & Toddlers, T. O. (2022). Jurnal Keperawatan. 14, 427–432.
Zahara, R. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Gizi Buruk Pada Balita di Puskesmas
Kota Juang Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2021 The Relationship
Between Mother ’ s Knowledge and Malnutrition in Toddlers at The Kota Juang Health
Center In Bireuen Regency . 8(1), 120–126.
Мусина, Н. Н., Славкина, Я. С., Саприна, Т. В., Прохоренко, Т. С., & Зима, А. П. (2022).
Подходы К Дифференциальной Диагностике Анемии Хронических Заболеваний И
Железодефицитной Анемии При Сахарном Диабете 1 И 2 Типов. 09, 74–83.
https://doi.org/10.14341/conf7-8.09.22-84
Dinkes Kota Yogyakarta. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2020. Profil
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2019, 1–234.
Kesehatan, J., Medika, M., No, V., Issn, P., Yang, F., Gizi, M., Balita, K., & Desa, D. I. (2018).
Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Kurang Balita Di Desa Kepek Dan Karangtengah
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(1), 7–14.
https://doi.org/10.36569/jmm.v9i1.27
Pengantar, K. (n.d.). L a p o r a n k i n e r j a t a h u n a n.
Prawoto, E. (2019). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Dusun
Pangkur. E-Journal Cakra Medika, 6(2), 16. https://doi.org/10.55313/ojs.v6i2.48

Anda mungkin juga menyukai