I. PENDAHULUAN
Di dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat pembangunan
kesehatan ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut diatas dilakukan upaya kesehatan antara lain
penanggulangan penyakit menular yang di dalamnya termasuk penanggulangan penyakit ISPA
Penyakit ISPA khususnya Pnemonia adalah penyebab kematian balita nomor satu di
Indonesia, dengan angka kematian pneumonia balita terbesar 6/1000 (SKRT 1992). SKRT 1995
menunjukan bahwa 32,1 % kematian bayi di Jawa Bali dan 28% kematian bayi di luar Jawa Bali di
sebabkan oleh penyakit saluran pernafasan,begitu pula kematian pada anak 1-5 tahun, 38,8% di
Jawa- Bali dan 33,3% di luar Jawa- Bali di sebabkan oleh penyakit system pernafasan.
SDI (Survei Demografi Indonesia) menyebutkan prevalensi balita batuk dengan nafas cepat
pada tahun 1997 adalah 9% sedangkan insidens sebesar 8 % dengan kelompok resiko tinggi adalah
kelompok umur 6 – 11 bl. Dengan demikian diperkirakan sebanyak 10%-20% dari seluruh balita
menderita Pnemonia pertahun dengan proporsi kematian ISPA pada balita adalah 30% . Episode
balita sakit ISPA adalah 3 sampai 6 kali dalam satu tahun.
Kecenderungan yang memperberat dan memperbanyak penderita Pnemonia diantaranya
adalah kondisi ekonomi yang masih belum membaik, jumlah penduduk yang meningkat tajam, faktor
geografi dimana daerah tropis memiliki potensi menjadi daerah endemik dan perilaku hidup bersih dan
sehat masyarakat Indonesia yang masih kurang.
Penderita ISPA Balita yang terlaporkan di Kabupaten Bandung tahun 2013 adalah sebanyak
218.127 orang terdiri dari penderita Pnemonia sebanyak 23.776 orang (10,26%) dan bukan Pnemonia
195.756 (89,74%). Secara keseluruhan cakupan penemuan penderita ISPA tahun 2013 adalah 71 %.
Untuk dapat menanggulangi penyakit ISPA, kemampuan petugas puskesmas dalam melakukan
tatalaksana ISPA harus sesuai dengan tatalaksana standart yang telah di tetapkan oleh Depkes oleh
karena itu monitoring kemampuan dan kepatuhan petugas puskesmas dalam melaksanakan tatalaksana
standart perlu dilakukan secara berkesinambungan.
III. TUJUAN :
1. Tujuan Umum
a. Melakukan upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena ISPA (pneumonia)
wilayah kerja Puskesmas Baleendah.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam kegiatan pelaksanaan ISPA ( pneumonia ).
b. Sebagai acuan dalam penjaringan / penemuan kasus ISPA Pneumonia di fasyankes dan di
masyarakat
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ISPA Pneumonia
Adapun cara melaksanakan kegiatan adalah dengan cara melakukan penyuluhan di ruang
tunggu Puskesmas dan penyuluhan di Posyandu.
VI. SASARAN
Evaluasi kegiatan dilakukan pretest dengan cara tanya jawab mengenai pemahaman materi
mengenai materi batuk pneumonia pada balita kepada peserta penyuluhan. Pencatatan hasil kegiatan
dilakukan setiap bulan dan hasil evaluasi dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan
setiap bulan.
Pencatatan hasil kegiatan dilakukan setiap bulan, kemudian dievaluasi dan dilaporkan setiap bulan
kepada Kepala Puskesmas dan ke Dinas Kesehatan..
Mengetahui
Kepala Puskesmas Baleendah Pengelola program