Preseptor Lapangan :
dr. Dhini Puspitosari
Disusun Oleh :
Juwita Retnoningtyas
G4A016098
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2018
LATAR BELAKANG
WHO (2016) BANYUMAS (2013)
Pneumonia menyebabkan kematian Angka kejadian pneumonia di Kabupaten
920.136 anak, yaitu 15% dari seluruh Banyumas pada anak balita mencapai
balita. 2.214 balita dari jumlah penduduk usia
balita sebanyak 164.232 jiwa (Dinkes
INDONESIA (2016) Banyumas 2013).
Penderita pneumonia balita mencapai
PEKUNCEN (2017)
503,738 kasus,prevalensi 57.84%.
Penderita pneumonia yang ditemukan
JAWA TENGAH (2016) atau ditangani di Kecamatan Pekuncen
adalah sebanyak 74 kasus dari jumlah
Penderita pneumonia balita di Jawa Tengah perkiraan penemuan kasus pneumonia
sebesar 20.662 kasus (17.14%). Capaian balita sebanyak 175 atau sebesar 42,2%.
angka penemuan balita pneumonia 30.71 %
dari target 100 %.
Analisis Potensi
Standar Peraturan
SDM JUMLAH Menteri Kesehatan
no. 75 tahun 2014
• Dokter umum 3 orang 2 orang
• Dokter Gigi 1 orang 1 orang
• Bidan 23 orang 7 orang
• Perawat 11 orang 8 orang
• Pelaksana kesehatan lingkungan 2 orang 1 orang
• Tenaga Kesehatan Masyarakat 1 orang 1 orang
• Farmasi 2 orang 1 orang
• Tenaga gizi 1 orang 2 orang
Alokasi anggaran bagi program Penemuan kasus Pneumonia
balita di Pekuncen telah ditentukan rinciannya secara pasti
Money
pada awal tahun, anggaran tersebut didapat dari kas BLUD
dan BOK
Opportunity
1. Adanya Dana Bantuan Operasional Kesehatan (s3+o1) adanya sumber dana BLUD dan BOK dari (o4+w5) adanya workshop dari dinkes bisa digunakan unt
(BOK) pemerintah membuat alokasi dana memadai. uk mengatasi seringnya misdiagnosis oleh tenaga medis
2. Adanya warga desa yang bersedia menjadi kader (s4+o6) Sarana dan prasarana untuk penyuluhan karena kurangnya pemahaman diagnosis dan
kesehatan memadai di tambah dengan adanya kegiatan rutin tingk penatalaksanaan.
3. Adanya jaminan kesehatan yang lebih terstruktur at Rt/Rw untuk diadakan penyuluhan (o2+w1) adanya warga desa yang bersedia menjadi kader
yaitu BPJS kesehatan sehingga dapat membantu pelaporan
4. Adanya workshop dari Dinkes untuk dokter penemuan balita pneumonia ke bidan desa dan diterusan
puskesmas ke pemegang program.
5. Pemberian ARI Timer dari Dinkes
6. Adanya kegiatan rutin tingkat Rt/Rw untuk
diselerenggarakan penyuluhan
Threats
1. Belum ada pelatihan ulang mengenai MTBS bagi (s1, s3+t3) adanya sarana dan prasarana berupa (w4, w3+t1) Mengadakan pelatihan MTBS rutin dari pihak
petugas kesehatan dari dinas kesehatan. ambulan untuk puskesmas keliling disertai SDM yang puskesmas bagi tenaga medis puskesmas sehingga tidak
2. Terdapat balita penderita pneumonia yang berobat memadai dapat mengatasi ancaman berupa rendahnya menunggu pelatihan ulang dari dinas kesehatan.
langsung ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut kesadaran dan pengetahuan orang tua terhadap terapi (w3+t3) Meningkatkan promosi kesehatan mengenai
dan layanan kesehatan pribadi sehingga data tidak pneumonia berupa kunjungan rumah. pneumonia balita agar meminimalisir rendahnya
masuk ke puskesmas. (s1+t2) adanya sdm yang memadai dapat kesadaran orang tua terhadap pneumonia.
3. Rendahnya kesadaran orang tua untuk melakukan didelegasikan untuk bekerja sama dengan fasilitas
kunjungan ulang bagi penderita pneumonia yang kesehatan lain dalam mengatasi data yang tidak masuk
sedang mendapatkan terapi dari puskesmas. ke puskesmas.
(s1+s2+t2)
KESIMPULAN
1. Program kesehatan berupa cakupan penemuan pneumonia balita di Puskesmas
Pekuncen belum mencapai target SPM nasional dan regional Kabupaten Banyumas
2017.
2. Kelebihan yang dimiliki puskesmas pada kegiatan ini adalah ketersediaan dana serta
adanya sarana dan prasarana yang menunjang penemuan serta penanganan pneumonia
balita meliputi keberadaan SOP, ruang MTBS, alat penunjang diagnostik, panduan
diagnosis, serta adanya logistik obat yang mencukupi.
3. Faktor-faktor atau kendala yang menyebabkan belum terpenuhinya target capaian
tersebut yaitu SDM pelaksana program MTBS yang merangkap tugas lain, deteksi
pneumonia secara aktif belum berjalan, belum ada kerjasama dengan fasyankes lain
tentang pelaporan kasus pneumonia yang ditangani, pelatihan MTBS tidak berjalan rutin,
dan secara proses masih banyak tenaga kesehatan yang belum menerapkan SOP
MTBS dan Protap ISPA Puskesmas Pekuncen.
SARAN
1. Rapat koordinasi pemegang progam kepada tenaga kesehatan yang terlibat dalam
program serta kader desa.
2. Petugas kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan MTBS perlu mengadakan
pertemuan rutin terjadwal minimal satu tahun sekali untuk transfer ilmu serta evaluasi
monitoring program penemuan pneumonia balita pada tenaga kesehatan lain terutama
bidan puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan.
3. Meningkatkan kerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain (praktik dokter
mandiri dan rumah sakit) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pekuncen tentang
pelaporan pasien pneumonia balita yang ditangani.
TERIMA KASIH
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS 2017
PNEUMONIA PADA BALITA
NO DESA PUSKESMAS
JUMLAH BALITA
JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA
PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 PEKUNCEN PEKUNCEN 240 231 471 9 8 17 3 35 4 48 7 41.2
2 KRANGGAN 145 151 296 5 5 11 3 57 0 - 3 28.1
3 KARANG KEMIRI 223 209 432 8 8 16 7 87 5 66 12 76.9
4 BANJARANYAR 154 167 321 6 6 12 4 72 10 166 14 120.8
5 CIKAWUNG 133 133 266 5 5 10 1 21 4 83 5 52.1
6 KRAJAN 192 171 363 7 6 13 3 43 2 32 5 38.2
7 GLEMPANG 84 86 170 3 3 6 13 1 0 - 13 211.8
8 PASIRAMAN LOR 85 60 145 3 2 5 1 33 0 - 1 19.1