Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA

DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

RINGKASAN DATA SURVEILANS PENYAKIT POTENSI KEJADIAN LUAR BIASA


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA MINGGU 1-40
TAHUN 2022

A. Latar Belakang
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 7 hari. Diare adalah penyakit dimana penyebabnya adalah
infeksi, malabsorspi, keracunan pangan, dan terkait penggunaan antibiotik
(DTA/AAD).
Diare dapat menimbulkan KLB dengan jumlah penderita dan kematian
yang besar. KLB sering terjadi di daerah dengan kualitas sanitasi buruk, air bersih
yang tidak memadai dan banyaknya gizi buruk. Sesuai dengan penyebabnya, diare
dapat disertai gejala lain seperti muntah, dehidrasi, sakit perut yang hebat, lendir
dan darah dalam tinja, dan lain-lain. Cara penularan diare adalah secara fecal-oral.
Tinja penderita diare mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih
dan makanan. Penyebarannya melalui lalat, tangan tercemar. Kasus diare yang
terjadi di wilayah kerja puskesmas tersebar di seluruh desa/kel dan terjadi pada
semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
Data surveilans UPTD Puskesmas Watubangga menunjukkan bahwa
jumlah kasus terbanyak dari minggu 1-40 adalah kasus diare dengan jumlah kasus
sebesar 98 kasus. Tren kasus diare mengalami peningkatan pada minggu
epidemiologi ke-32 yaitu 5 kasus. Sementara untuk jumlah kasus tertinggi terjadi
pada minggu epidemiologi ke-37 yaitu 14 kasus. Kasus diare menjadi fokus
penyakit pada minggu 1-40. Sehingga perlu dibahas dalam ringkasan surveilans
UPTD Puskesmas Watubangga.
B. Tujuan
Melakukan kewaspadaan dini terhadap penyakit potensial kejadian luar
biasa yang terjadi pada minggu 1-40 Tahun 2022 di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Watubangga.
C. Sasaran
Pasien yang didiagnosis oleh dokter mengalami penyakit potensial
kejadian luar biasa
D. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
1. Metode
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pencatatan
jumlah kasus diare setiap minggu. Semua kasus yang tercatat dalam
pelaporan SKDR adalah kasus baru. Data jumlah kasus diare diperoleh dari
Pustu/Poskesdes, Register yang ada di Puskesmas baik Poli umum dan
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

MTBS, UGD, maupun rawat inap. Selain itu pada minggu ke-36 antariks
farma mulai mengirimkan hasil kunjungannya setiap minggu.
Data yang dikumpulkan kemudian dibuat dalam bentuk Microsoft
Excel agar memudahkan dalam melakukan perhitungan jumlah kasus yang
terjadi. Setelah dilakukan pengumpulan data selanjutnya dilakukan
pengolahan data dengan melakukan editing, coding, dan tabulating. Tahap
pengolahan data penting untuk dilakukan agar dapat memudahkan dalam
proses analisis data.
Penyelidikan kasus dilakukan dengan metode wawancara kepada
pasien yang datang berkunjung ke Puskesmas dari rawat jalan sampai
dengan rawat inap. Selain melakukan wawancara di puskesmas, kami juga
melakukan kunjungan rumah pasien yang pernah dirawat untuk melakukan
wawancara terkait dengan keluhan dan gejala pasien serta awal mula pasien
mengalami diare.
b. Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data selanjutnya
dilakukan proses analisis data dengan melihat tabel dan grafik hasil
pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya dengan tujuan untuk
mengetahui fokus penyakit yang akan dibahas. Proses analisis data
dilakukan dalam bentuk deskriptif dengan bantuan Microsoft Excel yaitu
menggambarkan fokus penyakit yang terjadi berdasarkan orang, tempat dan
waktu. Proses analisis data sangat penting untuk dilakukan karena dapat
membantu dalam pengambilan keputusan pimpinan untuk melaksanakan
tindak lanjut agar kasus yang menjadi fokus dapat dicegah dengan baik.
2. Hasil
a. Jumlah Kasus SKDR
Kasus SKDR terdiri dari 24 penyakit SKDR, tapi tidak semua 24
penyakit tersebut terjadi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Watubangga.
Kasus SKDR yang terjadi adalah diare akut, ILI, pneumonia, tersangka
demam tifoid, tersangka campak, tersangka demam dengue, GHPR, dan
tersangka Covid-19.
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

Grafik 2. Jumlah Kasus SKDR yang Terjadi UPTD Puskesmas


Watubangga Minggu 1-40 Tahun 2022

Sumber Data : Register Puskesmas/Pustu/Poskesdes/Antariks


Jumlah kasus SKDR yang terjadi adalah 8 jenis penyakit. Kasus
terbanyak terjadi pada kasus diare akut yaitu 98 (42%) kasus dan kasus
terendah terjadi pada kasus tersangka demam dengue yaitu 4 (2%) kasus.
b. Fokus Penyakit Minggu 1-40
Kasus SKDR yang tertinggi di UPTD Puskesmas Watubangga adalah
kasus diare akut. Sehingga akan dilakukan analisis data kasus diare akut
berdasarkan orang, tempat, dan waktu.
Grafik 3. Tren Kasus Diare Akut UPTD Puskesmas Watubangga Minggu 1-
40 Tahun 2022

Sumber Data : Register Puskesmas/Pustu/Poskesdes/Antariks


Kasus diare tertinggi terjadi pada minggu 37 yaitu 14 kasus dan kasus
tidak terjadi pada minggu 3-7 dan minggu 13-17. Data ini tidak bisa dijadikan
sebagai sumber data untuk menentukan terjadinya KLB diare, karena pada
minggu sebelumnya tenaga surveilans belum terlatih dalam pencatatan
pelaporan dan belum ada tambahan data dari klinik antariks farma yang juga
melakukan pemeriksaan kesehatan. Sehingga data pada mingggu 37 meningkat
secara signifikan.
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

Grafik 4. Nilai Maksimum Minimum Kasus Diare Akut di UPTD Puskesmas


Watubangga Minggu 1-40 Tahun 2022

Sumber Data : Register Puskesmas/Pustu/Poskesdes/Antariks


Kasus diare dari minggu 1-40 Tahun 2022 mengalami alert dari minggu
20-22 dan dilanjutkan pada minggu 26-29. Kemudian terjadi lagi pada minggu
32-40. Nilai maksimum kasus diare pada tahun 2019-2021 menunjukkan tren
kasus yang sporadik yaitu jumlah kasus yang berubah-ubah menurut waktu
tertentu. Terjadinya alert pada minggu 32-40 yang signifikan dikarenakan minggu
sebelumnya tenaga surveilans belum memiliki kemampuan yang cukup dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan SKDR sehingga pada minggu setelah
petugas surveilans mendapatkan pelatihan pelaporan SKDR semakin aktif.
Grafik 5. Distribusi Frekuensi Kasus Diare Akut Berdasarkan Tempat di
UPTD Puskesmas Watubangga Minggu 1-40 Tahun 2022

Sumber Data : Register Puskesmas/Pustu/Poskesdes/Antariks


Kasus diare paling banyak terjadi di Kelurahan Watubangga yaitu
31(32%) kasus dan paling rendah di Desa Lamunde yaitu 4 (4%) kasus.
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

Grafik 6. Distribusi Frekuensi Kasus Diare Akut Berdasarkan Umur di UPTD


Puskesmas Watubangga Minggu 1-40 Tahun 2022

Sumber Data : Register Puskesmas/Pustu/Poskesdes/Antariks


Kasus diare paling tinggi terjadi pada umur 1-4 tahun yaiu 27 (28%) kasus
dan paling rendah terjadi pada umue <1 tahun yaitu 4 (4%) kasus.
E. Pembahasan
Hasil pengumpulan data dari minggu 1-40 menunjukkan bahwa kasus
diare akut adalah kasus yang paling banyak terjadi dengan jumlah 98 kasus. Diare
akut adalah salah satu kasus yang terdapat di SKDR yang memiliki definisi pada
usia dewasa memiliki gejala BAB dengan tinja lembek atau setengah cair dengan
frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja. Pada anak, BAB
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per
hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari). Pada neonatus
yang mendapat ASI, BAB dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari
dengan konsistensi cair).
Kasus diare mengalami peningkatan setiap minggu diakibatkan karena
musim penghujan yang menyebabkan lingkungan sekitar rumah menjadi kotor dan
akibat membuang sampah sembarangan sehingga pada saat air mulai memenuhi
drainase, maka sampah-sampah yang ada dalam drainase akan naik ke permukaan
dan membuat lingkungan rumah menjadi kotor dan dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit seperti diare. Selain karena pengaruh cuaca, peningkatan kasus
juga disebabkan oleh kebersihan individu yang kurang tejaga. Hal ini terjadi karena
masyarakat menilai seruan mencuci tangan hanya pada saat terjadi Covid-19,
sehingga dengan menurunnya kasus Covid-19 mendorong meningkatnya kasus
diare akibat kebersihan individu yang menurun.
Kasus diare mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi pada minggu
37 karena adanya peningkatan kemampuan petugas surveilans setelah mengikuti
pelatihan frontline yang juga membahas pelaporan SKDR. Sehingga dalam minggu
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

37 terjadi peningkatan yang cukup tinggi karena ada tambahan sumber data dari
klinik antariks farma.
Berdasarkan data PIS-PK Tahun 2022 dalam hal kepemilikan jamban,
masih ada keluarga di Kelurahan Watubangga yang belum memiliki jamban saniter
dan masih buang air besar sembarangan. Kasus diare tersebar di semua Desa dan
Kelurahan yang ada di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Watubangga. Kasus yang
paling tinggi terjadi di Kelurahan Watubanggan yaitu 31 kasus. Kelurahan
watubangga adalah wilayah kerja puskesmas yang paling banyak jumlah
penduduknya dibandingkan dengan desa/kelurahan lainnya. Selain itu Kelurahan
Watubangga adalah kelurahan yang paling dekat dengan puskesmas sehingga
pasien dari watubangga akan lebih banyak kunjungannya ke puskesmas daripada
desa dan kelurahan lain. Kelurahan Watubangga terdiri dari wilayah pesisir, dan
juga pegunungan, sehingga Kelurahan Watubangga memiliki dua wilayah yang
memiliki karakerisiknya masing-masing.
Kasus diare terjadi pada anak-anak, orang dewasa, sampai lansia. Kasus
tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun dengan jumlah 27 kasus. Pada usia tersebut
sangat rentan untuk terjangkit oleh berbagai jenis penyakit termasuk diare. Kasus
diare adalah penyakit yang dianggap penyakit yang memang sering terjadi dan tidak
terlalu berbahaya, tetapi kasus diare pada anak dapat menyebabkan dehidrasi
sehingga anak-anak akan kekurangan cairan dan harus dilakukan perawatan di
Puskesmas. Beberapa bulan terakhir juga terjadi kunjungan berulang dengan kasus
diare pada orang yang sama. Kasus diare pada anak bisa disebabkan karena
konsumsi susu yang tidak cocok dan cara orang tua yang kurang bersih dalam
proses pembuatan susu. Pada usia ini juga anak-anak dalam proses pengenalan
lingkungan sehingga apapun yang ada ditangannya akan berusaha untuk dicoba
meskipun barang tersebut tidak bersih.

F. Kesimpulan
1. Jumlah Kasus tertinggi Penyakit Potensial KLB adalah kasus diare sebanyak 98
Kasus
2. Kasus tertinggi berdasarkan distribusi tempat terjadi di Kelurahan Watubangga
3. Kasus tertinggi berdasarkan distribusi umur terjadi pada umur 1-4 tahun
4. Penyebab diare diduga karena kebersihan lingkungan yang kurang, asuhan
orang tua terhadap kebersihan alat makan untuk anaknya.
5. Diare di wilayah kerja UPTD puskesmas watubangga juga disebabkan oleh
kepemilikan jamban. Masih ada beberapa keluarga yang tidak memiliki jamban
yang saniter.
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA
DINASKESEHATAN
UPTD PUSKESMAS WATUBANGGA
Jln.Cenderawasih, No 17. Kecamatan Watubangga, Kab. Kolaka
Call Centre. 0821 9595 4767. KP.93563 Email : pkmwatubangga@gmail.com

G. REKOMENDASI
1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Camat dan Kepala Desa/Kelurahan untuk
melakukan pembersihan lingkungan setiap pekan.
2. Menyampaikan kepada Kepala Kelurahan Watubangga tentang adanya alert
kasus diare.
3. Melakukan kerjasama dengan programer diare untuk melakukan penyelidikan
kasus dan segera melakukan tindak pencegahan untuk memutus rantai
penularan.
4. Melakukan koordinasi dengan programmer promkes untuk kembali melakukan
sosialisasi tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun.
5. Melakukan koordinasi dengan programmer kesling untuk melakukan sosialisasi
pentingnya kepemilikan jamban.
6. Melakukan koordinasi dengan programmer gizi untuk melakukan konseling gizi
bagi orang tua atau pasien diare yang melakukan kunjungan di Puskesmas dan
Posyandu.

Anda mungkin juga menyukai