Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Masalah Diare adalah (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM =
diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam , Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa penanganan cepat dan tepat.

1.2.Rumusan Masalah 1. Seberapa jauh tingkat pengetahuan ibu kecamatan bangko tentang penyakit diare? 2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare? 3. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat kecamatan Bangko tentang penyakit diare? 1.3.Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum : mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare dan alternatif pemecahan masalahnya.

2. Tujuan Khusus : mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare dan alternatif pemecahan masalahnya. Mampu menganalisa penyebab masalah berdasarkan metode pendekatan sistem. 3. Manfaat Penulisan : Penulisan laporan ini dilakukan untuk membantu pelaksanaan Bagansiapiapi. upaya kesehatan Puskesmas, terutama di Puskesmas

GAMBARAN UMUM WILAYAH PUSKESMAS BAGANSIAPIAPI 2.1 Geografi Puskesmas Bagansiapiapi adalah salah satu Puskesmas di kabupaten Rokan Hilir yang keberadaannya menjadi ujung tombak pemerintah di 14 desa wilayah kecamatan bangko dan wilayah sekitarnya. Dilihat dari letaknya yang berada di pertengahan kota dan dekat dengan pulau seberang Puskesmas bagansiapiapi bisa dikatakan sebagai jendela kabupaten Rokan Hilir di bidang kesehatan. Wilayah kerja Puskesmas bagansiapiapi yang meliputi 14 desa yaitu 475,26 Ha. Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi di sebelah timur berbatasan dengan kota Dumai, di sebelah barat dengan Kecamatan Pekaitan, di sebelah utara dengan kecamatan Sinaboi dan di sebelah selatan dengan kecamatan Batu Hampar. Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi terbagi dalam 14 desa dengan 4 Kelurahan. Selengkapnya data geografis dapat dilihat pada Tabel 2.1

TABEL 2.1 Data Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Variabel Geografis Besaran Angka Luas Wilayah 475,26 Ha Jumlah Desa 14 desa Jumlah Kelurahan 4 dusun Jumlah RW 62 RW Jumlah RT 200 RT Jumlah Musim 2 musim (Kemarau dan Penghujan) Curah Hujan 215 mm Suhu 28 350C Jenis Tanah Rawa Ketinggian dari laut 2m Sumber : Kecamatan Bangko Dalam Angka Tahun 2013 2.2 Demografi Data demografi penduduk diambil dari hasil pendataan tahun 2013 yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi adalah 72.649 jiwa. Berdasarkan data dari program KIA Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 terdapat1163 kelahiran. 2 diantaranya lahir mati.

Tabel 2.2 Data Kependudukan Tahun 2013 Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Keterangan / No Variabel Kependudukan Besaran Angka Indikator Kependudukan Rokan Hilir Riau

Jumlah Penduduk (jiwa) 72.649 Laki-laki 37.405 Perempuan 35.244 2 Jumlah KK 17.210 Sumber : Pendataan Keluarga Kecamatan Bangko Tahun 2013 Jumlah penduduk menjadi sasaran dalam perencanaan maupun pelaksanaan program-program bidang kesehatan. 2.3 Sosial Budaya Kehidupan sosial di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi masih terjaga cukup baik. Hal ini terbukti dengan masih eksis dan aktifnya kelompok kelompok sosial di masyarakat seperti Posyandu, PKK, Kelompok Tani, dan lain-lain. Eksistensi sebuah kelompok sosial tersebut pastilah diperlukan pengorbanan baik waktu dan tenaga serta kadang-kadang biaya serta mampu bekerjasama dalam kelompok. Hal ini tidak terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial. Di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi kelompok sosial yang berkaitan dengan kesehatan masih belum merata di setiap desa hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dan kesadaran masyarakat setempat, seperti : Posyandu dan Kelompok Usila. Data mengenai kelompok sosial dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Kelompok Sosial Berkaitan Kesehatan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 No Kelompok Jumlah 1 Posyandu Balita 56 2 Posyandu Usila 3 3 Poskesdes 2 4 Polindes 3 5 Desa Siaga 17 Sumber : Program Promkes Bagansiapiapi Tahun 2012 Keterangan

Luas lahan di Wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi terdiri dari kebun, tegal, pekarangan (termasuk untuk rumah tinggal) dan pesawahan. Luasnya area kebun dan tegal tersebut menjadikan sebagian penduduk mencari penghasilan dengan berkebun. Jenis ternak yang terdapat di wilayah ini yaitu kambing dan sebagian ayam dan sebagian ternak Babi. Telah menjadi budaya masyarakat sejak dulu bahwa penempatan kandang ternak biasanya di bagian belakang rumah menyatu dengan rumah atau terpisah dari rumah. Hal ini dipandang merugikan dari perilaku hidup bersih dan sehat sehingga perlu pemikiran yang arif dari berbagai pihak yang terkait. Adapun jenis-jenis sumber air yang terdapat di wilayah ini dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Jenis-Jenis Sumber Air Di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 No 1 Jenis Sumber Air Ledeng Jumlah 0

2 SPT 9 3 PAH ( Penampungan Air Hujan) 12.720 4 SGL (sumur gali) 0 Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 2.4 Musim Dan Pola Penyakit Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi mempunyai 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Penyakit yang berkaitan dengan musim yaitu DBD yang biasanya akan muncul pada awal musim penghujan. Pada tahun 2012, wilayah Puskesmas Bagansiapiapi belum terbebas dari wabah DBD dan Malaria, Hal ini dikarenakan masih banyak air yang tergenang di sekitar rumah yang mengakibatkan tingginya angka kejadian Malaria. Penyakit lain yang sering muncul dan frekuensinya berfluktuasi setiap bulannya seperti diare, ISPA dan TB Paru.

2.5 Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2012 Tabel 2.5 Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2012 Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 No 1 Jenis Pelayanan A. Penyelenggaraan Yankesdas Indikator SPM Pelaksanaan Tahun 2012

1. Yankes Bumil & Bayi - 80% Bumil terlayani 86,7 % Lahir K-4 - 80% Neonatal terlayani 89,2% KN-2 - 80 % Persalinan oleh 85,6% Nakes 2. Yankes Bayi & Anak - 75% Bayi Prasekolah kali per tahun - 75% 3. Yankes Sekolah Anak Anak Balita 87% DTKB 2 kali per tahun Usia - 100% Murid SD & 100% Setingkat SD diperiksa kesehatan - 80% umum SD & & SD gigi 1 kali per tahun Anak setingkat 4. Yankes Usia Subur 5. Yankes Usia Lanjut 6. Pelayanan Imunisasi dilayani 19%

DTKB oleh Nakes 4

memperoleh PMT - 70% Peserta aktif KB 48,5% dilayani - 25% Usia Lanjut (>60 126% th) mendapat Yankes - 80% Bayi telah 86,33% menerima imunisasi dasar lengkap - 20% Penderita Katarak 0% pada keluarga miskin dioperasi - 10% Penderita kelainan refraksi murid 0%

7. Yankes Indera

SD & setingkat SD 8. Yankes Jiwa Masyarakat pada Gakin dikoreksi - 10% Gangguan Jiwa yang dideteksi di 0,86%

sarkes dilayani 9. Pelayanan Pengobatan & - 15% Penduduk 44% Perawatan Kesmas memperoleh Pelayanan rawat jalan di Sarkes - 15% Penduduk memperoleh pelayanan 0% rawat inap yang prima - 40% Keluarga rawan dari: a. Bayi/Balita dengan 100% gizi buruk b. Keluarga ada yang menderita penyakit khusus c. Bumil risti B. Penyelenggara Yan Rujukan Yankes Rujukan - Tersedianya - Kebidanan, anak - Hunian Ranap 70% & Penanggulangan 0% - Tersedia Yan UGD 0% Bencana 4 (TBC, 2,4% Yan 100% Bedah, Anemia, KEK).

Spesialis dasar : Penyakit dalam &

C.

Penyelenggaraan

Pelayanan lab 100%

Penunjang Kesehatan - Pelayanan Laboratorium - Tersedianya Klinik & Kes. Masyarakat dengan

kemampuan

pelayanan pemeriksaan 2 A. Penyuluhan perilaku sehat lab klinik sederhana - 60% Desa sehat strata 100% III & IV - 70% B. Penduduk

berperilaku sehat Promkes utk pemberdayaan - 15% Posyandu Mandiri 0% dlm Upaya Kesehatan - 50% Posyandu Madya - Organisasi kemasyarakatan tercakup program KLB promkes - 100% Desa & Epidemiologi - 100% 91% 100%

A.

Penyelenggaraan Epidemiologi Penanggulangan KLB

dilakukan Penyelidikan Kasus

B.

Pencegahan Pemberantasan Penyakit

ditanggulangi & - 85% kesembuhan/ 90% Cure rate penderita TB Paru (BTA +) - 50% Penurunan 2168/jumlh pnddk Jumlah kasus malaria - < 1% Prevalensi kusta 100% per 10.000 penduduk - 85% Penemuan 0% Pneumonia Balita - 10% Prevalensi Sifilis 121/jmlh pnddk

& Gonore - 50% Penurunan jumlah Dari 0 ke 1 kasus DBD - 50% Penurunan jumlah Dari 2626 ke 2266 4 A. Pengawasan lingkungan kasus diare kualitas - 50% TTU memenuhi 68% standar - 50% Pengolahan Tempat 67% Makanan

memenuhi syarat. - 50% Keluarga 17% B. 5 Pengendalian vektor menghuni rumah sehat - 70% sediaan air bebas 11% jentik - 100% kesesuaian jenis 90% obat sesuai standar Yankesdas - 75% Ketersediaan 90% jumlah 6 Pelayanan pencegahan obat sesuai standar Yankesdas & - 15% sarana yankes Tidak ada data umum melaks. Upaya - 100% balita mendapat 100% vit. A setahun 2 kali - 80% ibu hamil 75% mendapat 90 tablet Fe - 100% wanita usia 0% subur & murid SD/MI di daerah endemik kapsul mendapat

Penyediaan obat untuk Yankesda

penanggulangan

narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lainnya B Pemberian suplemen gizi

Pelayanan Gizi

yodium - 100% Pemberian MP- 100% ASI pada bayi kurang dari KK miskin - 100% Balita gizi buruk 100% mendapat perawatan sesuai standar - 40% Ibu menyusui 50% tercakup penyuluhan Eksklusif - 60% RT program garam program ASI mendapat 0% penyuluhan

Penyuluhan Gizi Seimbang

SITUASI DERAJAT KESEHATAN Di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2012 terdapat 2 kematian neonatus, terdapat 1 kematian bayi maupun ibu bersalin dari 1161 persalinan yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan standar nasional maka hasil tersebut sudah cukup baik. Hasil capaian tersebut memperlihatkan kinerja tenaga kesehatan dalam program AMP dapat dinilai berhasil. Keberhasilan kinerja nakes dalam menekan hal tersebut dicapai lewat beberapa program yang dijalankan seperti kunjungan neonates (K1/K4), pertemuan trikomponen rutin setiap bulan dan program lainnya.

Morbiditas (Angka Kesakitan) Berikut ini adalah 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Bagansiapiapi selama tahun 2011 : Tabel 10 Besar Penyakit Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Penyakit ISPA Infeksi kulit Diare Malaria Asma Gangguan Jumlah Kasus 10.807 4.753 2.266 2.168 1.857 Lunak 1.692 Presentase 39% 17% 8% 8% 7% 6% 5% 5% 4% 1% 100%

jaringan

(Reumatik) Dyspepsia 1.316 Hipertensi 1.226 Penyakit mata 1.021 Diabetes Mellitus 431 JUMLAH 27.537 Sumber : SP2TP Puskesmas Bagansiapiapi, 2011

Apabila diamati dari keadaan 10 besar penyakit yang terdapat di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi maka persentase 5 besar penyakit masih didominasi oleh penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan parasit. Hal ini menandakan bahwa

faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit ini sehingga kita perlu memutuskan rantai penularannya dan memperbaiki higiene sanitasi perorangan dan lingkungan untuk menurunkan angka kesakitan. 3.4 Status Gizi Masalah gizi di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Kompleksnya masalah tersebut sehingga diperlukan keterpaduan program dalam penanggulangannya. Adapun masalah gizi di masyarakat yang selalu diamati dan menjadi indikator keberhasilan program gizi di masyarakat adalah : a. Status gizi balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Kurang Energi Kronis Wanita Usia Subur (KEK WUS). b. Kadar Hemoglobin dalam darah (<1 mg) pada masalah AGB. c. Serum Vitamin A pada masalah KVA. d. Grade pada palpasi gondok dan tiroid stimulating hormone (TSH) Tes T3 T4 pada darah dan urine ekskresion index (UEI) pada masalah GAKY. Adapun hasil pendataan masalah gizi di wilayah Puskesmas Patuk 1 Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Cakupan Pemantauan Status Gizi Di Wilayah l'uskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 Indikator Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih KEK WUS Anemi Bumil Anemi Balita Standar Nasional <5% <20% >80% <3 % Standar Kabupaten Capaian Bangko 2012 0,2% 0,8% 99% 0%

<1% <20% >78% 1% 20% <30% <35% Sumber : Petugas Gizi, 2011

Berdasar hasil pendataan tersebut dapat dilihat pada Tahun 201 Balita gizi buruk prosentasenya turun dibanding tahun 2010 hal ini menunjukkan hal baik. sedangkan balita gizi kurang prosentasenya naik dari 2011 ke 2012, maka dari itu perlu peningkatan pemantauan dan perbaikan gizi. Balita gizi baik prosentasenya naik dari tahun 2011, hal itu menunjukkan peningkatan pemantauan status gizi, sedangkan gizi lebih prosentasenya menurun dari tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi tidak hanya bisa ditangani oleh sektor kesehatan tetapi melibatkan lintas sektor misalnya PKK, Pertanian, tokoh masyarakat dan sektor lainnya. SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak 1. Upaya Kesehatan Ibu a. Kunjungan 1bu Hamil Kunjungan kepada ibu hamil (K1 dan K4) adalah salah satu upaya untuk mengurangi masalah kesehatan pada ibu dan bayi. Cakupan K1 dan K4 menjadi salah satu indikator keberhasilan sehingga program tersebut diharapkan selalu terpantau. Adapun hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Cakupan K 1 & K4 Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2012 Indikator Kunjungan Ibu hamil (K1) Kunjungan Ibu hamil (K4) Persalinan oleh Nakes Sumber : PWS KIA 2012 Standar Nasional Standar Capaian Kabupaten Bagansiapiapi 95% 89,4% 95% 90% 86,7% 85,6%

Berdasarkan hasil pendataan tersebut maka dapat dilihat bahwa capaian K1, K4 belum dapat memenuhi capaian yang ditargetkan oleh kabupaten. K1 belum

memenuhi capaian yang ditargetkan karena jumlah ibu hamil riil lebih sedikit dibanding proyeksi. hal itu disebabkan K1 belum terlaporkan diwilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi. Sedangkan K4 belum memenuhi capaian dapat disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor adalah ibu hamil sudah terlanjur melahirkan sebelum datang untuk kunjungan jadwal K4 berikutnya. Kunjungan K4 tidak dilaporkan, kurangnya kesadaran dan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan kehamilannya terutama trimester III dikarenakan paritas sudah banyak. b. Pertolongan Persalinan Pertolongan persalinan sudah memenuhi target yang diinginkan oleh kabupaten. Keberhasilan tersebut ditunjang oleh kesadaran masyarakat tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh nakes disamping itu kesadaran dukun bayi untuk selalu melaporkan kejadian persalinan dan menjadi pendamping persalinan. 2. Upaya Kesehatan Anak a. Pelayanan Kesehatan Neonatus, Bayi dan Balita Sasaran pelayanan kesehatan anak diantaranya adalah neonatus (umur 0-28 hari). bayi (0-12 bulan). Balita dan anak prasekolah. Pelayanan dilaksanakan melalui kegiatan preventif, promotif dan kuratif. Hasil kegiatan upaya pelayanan kesehatan anak ditampilkan dalam tabel berikut 4.2 : Tabel 4.2 Cakupan Program Kesehatan Anak Di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 Cakupan KIA Kunjungan neonates I ( K N I ) Kunjungan Neonatus 3 kali ( K N lengkap) Bayi diberi ASI eksklusif Sumber data : PWS KIA, 2011 b. Pelayanan Anak Usia Sekolah (SD/MI) 2011 99% 99% 50

Skrining atau penjaringan kesehatan untuk siswa sekolah dasar dan sederajat sebagai sasaran utama adalah siswa kelas 1 SD/MI. Cakupan penjaringan kesehatan pada murid SD kelas 1 di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2011 sebesar 100%. Kegiatan skrining disekolah bisa dilaksanakan dengan kegiatan UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah) maupun BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). 4.2 Imunisasi Program imunisasi yang dilakukan yaitu imunisasi dasar yang meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Cakupan Imunisasi pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.3 Cakupan Imunisasi di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 No Jenis Imunisasi 1 2 3 4 5 6 BCG DPT 1 + HB 1 DPT 3 + HB 3 POLIO 3 CAMPAK HEPATITIS 0 hari JUMLAH IMUNISASI Jumlah Sasaran 1360 1360 1360 1360 1360 1360 Jumlah Yg Diimunisasi 1266 1273 1233 1241 1216 Presentase 93,1% 93,6% 90,7% 91,3% 89,4%

100% LENGKAP Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 Berdasarkan data di atas maka target capaian imunisasi lengkap sudah terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh petugas & instansi swasta secara teratur melaporkan hasil imunisasi kepada petugas Puskesmas dan yang menjadi nilai tambah dari program imunisasi adalah seluruh desa sudah UCI/United Child lmunitation ini berarti 100% bayi diwilayah desa tersebut sudah imunisasi lengkap.

4.3 Pemberantasan Penyakit 1. Pemberantasan Penyakit Menular a. DBD & Malaria Penyakit Malaria sudah 5 tahun terakhir ini menjadi penyakit langganan (wabah) di wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi. Kemunculan penyakit ini dikarenakan lingkungan tempat tinggal warga masih sangat banyak rawa-rawa, serta masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang terjadinya penyakit malaria. Jadi penduduk mendapat penyakit malaria dari wilayahnya sendiri. DBD juga menjadi salah satu penyakit yang menjadi langganan wilayah ini (endemis). kasus DBD di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2011 terdapat 17 penderita di wilayah kecamatan Bangko dan dapat diatasi salah satunya dengan penggerakan kepada kader dan masyarakat agar semakin sadar akan PHBS dan pentingnya kesehatan lingkungan yang mendukung di wilayahnya karena penyakit ini merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Penyebab masalah Penyakit DBD adalah lingkungan kurang sehat dimana masih ada jentik nyamuk khususnya tempat penampungan air dan rawa-rawa. Dari lingkungan Puskesmas perlu meningkatkan pemberantasan sarang nyamuk dengan abatisasi, fogging serta penyuluhan rutin. b. Diare Diare adalah penyakit yang berkaitan erat dengan higiene perorang lingkungan. Definisi Diare adalah BAB dengan frekuensi meningkat lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan kosistensi tinja cair atau lembek berlangsung kurang dari 1 minggu.

Adapun penyebab penyakit Diare antara oleh kuman, keracunan makanan atau minuman dan kekebalan tubuh yang terganggu serta penyerapan makanan yang tidak sempurna. Gejala dan tanda-tanda terserang penyakit Diare antara lain: BAB encer lebih dari 3 kali, Mual, Muntah, Demam, Agak gelisah, rasa haus, kencing berkurang, mata cekung dan pada bayi ubun-ubun cekung. Penularan : 1. Air atau makanan yang tercemar oleh kotoran 2. BAB tidak dijamban 3. Penyiapan dari penyimpanan makanan yang tidak bersih Cara pencegahan terhadap penyakit Diare antara lain: 1. Menjaga kebersihan 2. Buang air besar di jamban 3. Mencuci tangan setelah dari jamban, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas sehari-hari menggunakan sabun dan dibilas dibawah air mengalir. 4. Memasak air dan makanan matang disimpan ditempat yang bersih dan tertutup 5. Pemisahan kolam penyerapan septitank dengan sumber air 10 meter 6. Pemberian ASI eksklusif 6 bulan dilanjutkan 2 tahun c. ISPA Yang termasuk ISPA adalah penyakit yang dalam ICD X mempunyai kode J00. J06. J22 dan didalamnya termasuk tonsilitis, infeksi saluran, pernafasan bagian atas, penyakit lain saluran pernafasan bagian atas dan pneumonia. Definisi ISPA adalah Suatu penyakit infeksi disebabkan virus/ bakteri yang menyerang saluran pernafasan yang dapat berlangsung selama 2-7 hari.

Adapun penyebab penyakit Diare antara lain: virus yaitu golongan miksovirus (virus influenza, virus para influenza dan virus campak). bakteri yaitu streptokokus, hemolititus, stafilokokus, pneumokokus. Gejala dan tanda-tanda terserang penyakit ISPA antara lain: Batuk, pilek, serak, nyeri tenggorokan, demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi Penularan : 1. Melalui udara yaitu tertulari oleh penderita batuk 2. Imunisasi tidak lengkap kurang gizi atau berat badan kurang 3. Tinggal di lingkungan yang tidak sehat Cara pencegahan terhadap penyakit Diare antara lain: 1. Kebersihan lingkungan rumah, usahakan ruangan memiliki udara bersih dan ventilasi cukup. 2. Lakukan imunisasi lengkap 3. Tetap memberikan ASI 4. Hindarkan dari debu seperti asap rokok, asap obat nyamuk, asap kendaraan bermotor. d. TB Paru Penemuan TB Paru di Puskesmas Bagansiapiapi dibedakan menjadi 2 yaitu TB dengan konfirmasi bakteriologi dan histologis (kasus suspek) dan TB dengan konfirmasi bakteriologi dan histologis (BTA +). Adapun suspek TB pada tahun 2011 berjumlah .. penderita dan yang BTA + berjumlah 87 penderita. e. Penyakit HIV Apabila penyakit kelamin diarahkan pada tersangka HIV maka di Puskesmas Bagansiapiapi pada tahun 2011 tidak ditemukan penyandang HIV AIDS, infeksi menular seksual lainnya 121 kasus.

2. Penyakit tidak menular Penyakit tidak menular banyak diderita oleh penduduk golongan usia lansia. Penyakit tidak menular pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas Bagansiapiapi diantaranya : Hipertensi Primer, Diabetes Mellitus, Gastritis, Asma, Rheumatoid Arthritis, gangguan sendi/Athralgia, dan gangguan lain pada jaringan otot. Penyakit tidak menular lain yang harus diwaspadai adalah : Gangguan jiwa. 4.4 Sanitasi Dasar dan Pembinaan Kesehatan lingkungan 1. Sanitasi Dasar Sanitasi berkaitan dengan kepemilikan jambankeluarga maupun penggunaan tempat sampah maupun penggunaan air bersih. Tabel 4.4 Kepemilikan Sarana Kesehatan Lingkungan di Wilayah Patuk 1 Tahun 2011 yang % Diperiksa memiliki 1 Persediaan air bersih 12.729 12.729 100% 2 Jamban 3.240 2.112 65% 3 Tempat Sampah 66.5% 4 Pengelolaan Air Limbah 36.5% Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi, 2011 No Jenis 2. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Situasi kesehatan lingkungan di Bagansiapiapi berdasar data yang diperoleh dari petugas KesLing disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.5 Kwalitas Lingkungan di Wilayah Bagansiapiapi Tahun 2011 Hasil KK KK

Hasil Diperiksa yang sehat 1 Rumah Sehat 4302 731 2 Restoran 12 10 3 Hotel 7 7 4 Pasar Sehat 4 2 5 Rumah Ibadah 48 3 6 Sarana pendidikan 66 55 Sumber : Program KesLing Puskesmas Bagansiapiapi, 2011 No Jenis 4.5 Perbaikan Gizi Masyarakat

% 17% 83% 100% 50% 65.51% 85%

Program perbaikan gizi diarahkan pada bayi, balita dan ibu karena merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan. Program perbaikan gizi meliputi pemberian vitamin A, Fe dan kapsul lodium. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Cakupan Pemberian Vit.A, Fe & lodium di Wilayah Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 No 1 Intervensi Distribusi Vit. A Balita Target Kabupaten 100% 100% 96.83% 2010 2011

2 3

Ibu Nifas Bumil dpt Fe Fe 1 Fe 2 Cakupan desa dg garam

90% 90% 90% 80%

100% 100% 100% 83.33%

88.49% 100% 100% 97.24%

beryodium baik JUMLAH Sumber : Program Gizi Puskesmas Bagansiapiapi Tahun 2011 Berdasarkan data tersebut dapat dilihat distribusi Vit.A mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, Bumil dpt Fe dan cakupan desa dengan garam beryodium baik sudah bisa mencapai target yang dianjurkan oleh kabupaten. Hal ini menunjukkan kinerja petugas gizi sudah cukup baik dan perlu ditingkatkan.

4.6 Pelayanan Kefarmasian Dan alat Kesehatan Upaya pengobatan sebagai pelayanan penunjang kesehatan didalamnya terdapat pelayanan kefarmasian yang meliputi permintaan, pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan distribusi obat. 4.7 Akses Dan Mutu Pelayanan Pengobatan/ Perawatan Kesehatan 1. Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Pelayanan pengobatan/perawatan kesehatan adalah pilar pokok penunjang keberhasilan dalam pelayanan kesehatan tidak terkecuali di Puskesmas. Kegiatan pelayanan pengobatan di Puskesmas dilaksanakan melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di dalam gedung maupun luar gedung. Faktor keberhasilan yang lain adalah rasio SUM terhadap beban kerja dan jumlah kunjungan.

a. Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Kunjungan rawat jalan Puskesmas meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, pelayanan di posyandu balita dan usila. Pasien yang berkunjung ke Puskesmas meliputi pasien Jamkesda dan jamkesmas. Tabel 4.7 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Patuk 1 Tahun 2011 BLN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JML Sumber : 2011 JUMLAH PASIEN JAMKESMAS JAMKESDA

2.215 569 300 1.346 362 184 1.949 506 215 1.328 354 182 1.811 405 292 1.334 320 208 1.336 327 197 1.531 422 219 1.807 416 240 1.242 288 173 1.833 420 221 1.856 364 205 19.588 4.753 2.636 Bendahara Penerima Rawat Jalan Puskesmas Bagansiapiapi Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan 1. Definisi Menurut Notoatmodjo 2007, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. 2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Nasution (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : a. Sosial ekonomi Lingkungan sosial yang baik akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Bila ekonomi baik, pendidikan tinggi, maka tingkat pengetahuan akan tinggi juga. b. Kultur (budaya dan agama) Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidak dengan budaya yang ada atau agama yang dianut. c. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah ia menerima hal baru dan akan mudah meneyesuaikan dengan hal baru tersebut. d. Pengalaman Dalam hal ini pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan. Individu dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki pengalaman yang luas. Semakin tua umur seseorang, pengalamannya pun semakin banyak.

3. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan , menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb. b. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada keadaan sebenarnya (kehidupan nyata). Dalam hal ini, aplikasi diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau kondisi yang lain.

d. Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keselurahan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakuakn justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteriia yang sudah ada.

Diare 1. Definisi Pengertian diare


Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari . Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002). Penyebab diare Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh : a. c. e. f. g. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan travellers diarre Keracunan makanan dan minuman Gangguan gizi Pengaruh enzyme tertentu b. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera d. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)

h. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):

1.

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada

balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. 2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kumankuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare. 3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak. 4. Menggunakan air minum yang tercemar. 5. 6. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :

a.

masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan

penyakit diare, b. membiarkan anak bermain di sungai, c. d. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan

sewaktu tangan tampak kotor,

e.

masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di

sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan toilet terbuka yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah. C. Penularan Diare Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : 1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. 2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. 4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. 5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
D. Gejala dan Akibat diare Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu : 1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari), 2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya, 3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari

secara terus menerus,

4)

Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya. Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, (2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.

D.1 Gejala Diare a. c. e. f. g. bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang muntah sebelum atau sesudah diare hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) b. tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah d. anusnya lecet

h. dehidrasi (kekurangan cairan) D.2 Akibat Diare a) Dehidrasi Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan

cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa. Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat. b) Gangguan pertumbuhan Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare. Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya. E. pencegahan diare Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu : a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil. b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih

c. e.

Sanitas air yang bersih Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga

d. Kebersihan perorangan setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil. f. g. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban) Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering

dengan yang basah h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu : 2. -

menyediakan makanan yang higienis mencuci tangan dengan sabun menutup makanan memasak air sampai mendidih dll

F. Pengobatan diare Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa : a. c. Kemoterapi Spasmolitik b. Obstipansia d. Probiotik Sebelum diberikan obat yang tepat mak pertolongan pertama pengobatan diare ialah mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi : Haus Mulut dan bibir kering Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor) Berkurangnya air kemih Berat badan menurun dan gelisah

pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari : NaCl KCl NaHCO3 Glukosa 3,5 gram 1,5 gram 2,5 gram 20 gram

Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain : Larutan NaCl 0,9 % (normal saline) Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)

Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti.

1) Kemoterapi Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic 2) Obstipansia Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara : Menekan peristaltic usus (loperamid) Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin) Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)

3) Spasmolitik Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat) Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.

Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa penanganan cepat dan tepat.

BAB III METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

2. Kerangka Konsep Pengetahuan tentang penyakit Malaria Gejala awal Malaria dan Pencegahan penyakit malaria

3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bagansiapiapi, kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.

b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 06 Mei 2013 11 Mei 2013

4. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi

5. Sampel Penelitian 1) Masyarakat wilayah kerja Puskesmas bagansiapiapi 2) Masyarakat wilayah kerja Puskesmas bagansiapiapi yang datang berobat ke Puskesmas bagansiapiapi 30 orang. 3) Bersedia menjadi sampel penelitian 30 orang

6. Instrumen Penelitian 1) Kuesioner tentang Diare 2) Alat tulis 7. Langkah langkah Pelaksanaan Penelitian 1) Tahap Persiapan a. Melakukan rapid assesment untuk menentukan prioritas masalah yang terjadi di kecamatan Bangko b. Menentukan metode penelitian 2) Tahap Pelaksanaan

Melakukan pengumpulan data melalui pengisian kuesioner terhadap 40 responden masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi 3) Tahap Akhir a. Memasukkan data b. Analisis data

8. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Dengan menggunakan data primer , yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian melalui pengisian kuesioner. 9. Manajemen dan Analisis Data Manajemen dan analisis data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Pengumpulan data Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner terhadap Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Bagansiapiapi yang berobat ke Puskesmas Bagansiapiapi. b. Input dan Pengolahan Data Setelah data terkumpul lengkap, kemudian dilakukan pengolahan data secara manual yaitu dengan mengolah jawaban kuesioner dari para responden. c. Analisis data

Dilakukan analisa dengan mendeskripsikan tingkat pengetahuan responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertanyaan ke-1, Apakah ibu mengetahui tentang penyakit diare? Sebanyak 22 responden (73,3%) yang mengetahui tentang diare), sisanya 8 responden (26,7%) yang tidak mengetahui diare. Pertanyaan ke-2, Menurut ibu, bagaimanakah penyakit diare itu ? yang menjawab Diare BAB cair sebanyak 10 orang (33,33%), yang menjawab BAB cair lebih dari 3 kali sebanyak 20 orang (66,67%)dan yang tidak tahu 0 (0%) Pertanyaan ke-3, Menurut ibu, Menurut ibu, bagaimana pencegahan diare? Sebanyak 7 responden (23,3%) menjawab makan makanan yang bersih, 16 responden (53,4%) menjawab cuci tangan sebelum makan , 7 responden (23,3%) menjawab Tidak tahu. Pertanyaan ke-4, Apa pertama kali di kasih ibu pada balita yang kena diare? Sebanyak 26 responden ( 86,7%) menjawab memberi oralit, 4 responden (13,3%) menjawab makanan lunak. Pertanyaan ke-5, Menurut ibu, manakah yang merupakan minuman pengganti oralit menurut ibu? Kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak. Sebanyak 6 responden (20%) menjawab air putih, dan 24 responden (80%) menjawab air garam Pertanyaan ke-6, Menurut ibu, Menurut ibu, makanan apa yang di beri pada anak penyebab diare? Kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak, sebanyak 3 kali sehari. Sebanyak 25 responden (83,4%) menjawab bubur, 5 responden (16,6%) menjawab nasi, .

Pertanyaan ke-7, Menurut ibu, mengapa bayi perlu diberi makanan tambahan? 2 responden (6,7%) menjawab kurang gizi, 28 responden (93,3%) menjawab kurang bersih Pertanyaan ke-8, Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap diare kalau gk di obati? 4 responden (13,3%) menjawab demam, 26 responden (86,7%) menjawab dehidrasi. Pertanyaan ke-9, Menurut ibu, apakah diare bisa menyebabkan kematian?? (13,3%) menjawab ya, 16 responden (53,4%) menjawab tidak. Pertanyaan ke-10, Menurut pengetahuan ibu, apakah bayi anda perlu diberi susu tambahan selain asi sewaktu diare?? Sebanyak 24 responden (80%) menjawab ya, perlu, dan 6 orang (20%)

Kuesioner
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare di wilayah Puskemas Bagan Api-Api 1. Apakah ibu mengetahui tentang penyakit diare? a. Tahu b. Tidak tahu 2. Menurut ibu bagaimanakah penyakit diare itu? a. BAB cair b. BAB cairr lebih dari sekali c. Tidak tahu 3. Menurut ibu, bagaimana pencegahan diare? a. Cuci tangan sebelum makan b. Makan makanan yg bersih c. Tidak tahu 4. Apa pertama kali di kasih ibu pada balita yang kena diare? a. Makanan lunak b. oralit c. tidak tahu

5. Menurut ibu, manakah yang merupakan minuman pengganti oralit menurut ibu? a. Air garam b. Air putih c. Tidak tahu 6. Menurut ibu, makanan apa yang di beri pada anak penyebab diare? a. bubur b. nasi c. tidak tahu

7. Menurut ibu, kenapa anak kenak diare? a. Kurang gizi b. Kurang bersih c. Tidak tahu 8. Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap diare kalau gk di obati? a. dehidrasi b. demam

9. Menurut ibu, apakah diare bisa menyebabkan kematian? a. Ya

b. Tidak 10 Menurut pengetahuan ibu, apakah bayi anda perlu diberi susu tambahan selain asi sewaktu diare? a. Tidak perlu b. perlu

PENUTUP A. Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tandatanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai

mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari . Faktor perilaku penyebab diare di daerah bagan api kab rokan hilir :

a.

masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan

penyakit diare, b. membiarkan anak bermain di sungai, c. d. e. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di

sewaktu tangan tampak kotor, sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan toilet terbuka yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.

Diare adalah (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea;
Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam , Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.

Anda mungkin juga menyukai