Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS JULI 2018

DIARE AKUT DISERTAI DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Disusun Oleh :
Puspa Indah Kencanawati
N 111 16 108

Pembimbing :
dr. I Nyoman Widajadnja, M.Kes
dr. Meity Salatan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi. Menurut data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare
dengan angka kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode
diare pertahun. [1]
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan insidens diare
pada kelompok umur balita adalah paling tinggi yaitu 6,7%. Lima provinsi
dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI
Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik
diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%).[3]
Penyebab diare bersifat multifaktorial, disamping adanya agen
penyebab, unsur kerentanan dan perilaku hospes serta faktor lingkungan
berpengaruh, oleh karenanya program pencegahan dan pemberantasan diare
diarahkan untuk memperkuat daya tahan tubuh hospes, mengubah
lingkungan dan perilaku ke arah yang kondusif untuk kesehatan. [2]
Kondisi lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor meningkatnya
kejadian diare karena status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih.Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang besar karena dapat
menyebabkan mewabahnya penyakit diare dan mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat.[4]
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya.
Kebersihan anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit

1
cacingan dan diare pada anak. Oleh karena itu pendidikan yang cukup harus
ditunjukan untuk bagaimana cara membuat lingkungan yang baik dan layak
untuk tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi anak
untuk bagaimana cara mengeksplorasi lingkungan.[6]
Berdasarkan laporan tahunan UPTD Puskesmas Kamonji, jumlah
penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas Kamonji pada tahun 2015
sebanyak 838 kasus dan berfluktuasi pada tahun 206 menjadi 935 kasus
(laki-laki 462, perempuan 473).
Karena itu, penanganan awal sangat penting pada anak dengan diare
adalah mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan
pengganti (cairan rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan)
maupun parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare dan
berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare,
seperti penyuluhan tentang diare dan PHBS. Upaya ini dapat menurunkan
kejadian diare disetiap tahunnya, namun belum dapat menekan kejadian
diare secara optimal.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit diare dan beberapa resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Kamonji

2
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Penentuan Prioritas Kasus Menggunakan Rumus Hanlon Kuantitatif

No Masalaah Besar Kegawat Kemungkinan Nilai


kesehatan masakah Daruratan Diatasi
1 ISPA 4 2 3 9
2 DBD 3 4 4 11
3 Diare 4 4 2 10
4 Dermatitis 2 3 2 7
Alergi
5 Malaria 1 4 4 9

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10

Masalah Besar masalah Nilai


Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (Diare) V 6
Y (ISPA) V 8
Z (DBD) V 4

KRITERIA B : Kegawatan masalah (SKOR 1-5)

Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai


Kesehatan urgency dikeluarkan
X (Diare) 2 3 3 8
Y (ISPA) 2 2 3 7
Z (DBD) 1 4 4 9

KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit Z Y X sangat mudah

1 2 3 4 5

3
KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
Kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1

PENETAPAN NILAI

 DIARE
NPD : (A+B) C = (6+8) 4= 14x4 = 56
NPT : (A+B) CxD = (6+8) 4x1 = 14x4 = 56
 ISPA
NPD : (A+B) C = (8+7) 3 = 15 x3 = 45
NPT : (A+B) CxD = (8+7) 3x1 = 15 x3 =45
 DBD
NPD : (A+B) C = (4+9) 2 = 13x2 =26
NPT : (A+B) CxD = (4+9) 2x1 = 13x2 =26

KESIMPULAN

Masalah A B C NPD D NPT Prioritas


kesehatan (PEARL)
Diare 6 8 4 56 1 56 1
ISPA 8 7 3 45 1 45 2
Hipertensi 4 9 2 26 1 26 3

4
2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Alamat : Jl. Diponegoro
Tanggal Pemeriksaan 03 Juli 2018

B. Identitas Orang Tua


Nama : Ny. R
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Jl. Diponegoro

C. Deskripsi Kasus
Anamnesis
Keluhan Utama : BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas dibawa oleh neneknya dengan keluhan
BAB cair sejak 1 hari yang lalu. BAB cair dengan frekuensi ± 5 kali
sehari, berwarna kekuningan, berbau, konsistensi cair berampas, dan
disertai lendir namun tidak disertai darah. Keluhan disertai demam
sejak 1 hari yang lalu. Tidak disertai mual dan muntah. Keinginan
minum pasien seperti biasa namun pasien rewel. Buang air kecil lancar
berwarna kuning.

5
Orangtua pasien mengatakan awalnya keluhan muncul setelah
makan bubur saring buatan di rumah. Bubur saring tersebut dimasak
pagi hari kemudian dihidangkan untuk dimakan pada siang hari
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga, tidak ada yang memiliki keluhan serupa
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
 Tempat tinggal pasien memiliki tetangga
 Pasien minum susu dan makan 3 kali sehari dengan bubur
kemasan dan bubur saring buatan neneknya.
 Untuk air minum pasien memasak air terlebih dahulu di kompor
rumahnya
 Rumah pasien berupa rumah yang berada pinggir jalan. Rumah
terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi.
Ruang tamu, ruang tidur, dan dapur memiliki pencahayaan dan
ventilasi udara yang cukup. Semua ruangan berdinding beton,
beratap seng, dan berlantai semen. Kamar mandi terletak
berdekatan dengan dapur. Sampah rumah tangga di letakkan
diluar rumah dan langsung dibakar.
 Di depan rumah tidak ada halaman. Ada pagar. Pada sisi
samping rumah, langsung berdempetan dengan rumah tetangga.
Di belakang rumah digunakan untuk pembuangan sampah
 Pasien tinggal bersama ayah, nenek, serta om pasien.

 Riwayat Antenatal :
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan ke bidan, dan
tidak ada penyakit selama hamil.
 Riwayat Natal :
Pasien lahir normal di rumah sakit, dengan berat badan lahir 2800 gr,
dan panjang badan lahir 46 cm, langsung menangis.

6
Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan tepat waktu
BCG (0-1 bulan) Tidak sempat diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Baru mulai diberikan pada usia 5 bulan
DPT/HIB (2, 4, 6 bulan) Baru mulai diberikan pada usia 5 bulan

 Kemampuan dan Kepandaian Bayi :


Mulai tengkurap usia 4 bulan, duduk di usia 7 bulan, bicara usia 8 bulan,
muncul gigi 8 bulan.
 Anamnesis Makanan :
Tidak diberikan asi hanya susu formula hingga sekarang. Bubur tim mulai
usia 3 bulan.
 Sosial Ekonomi
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan tetangga
sekitar. Pasien tergolong ekonomi menengah keatas. Kedua orang tua sudah
berpisah, sehingga pasien tinggal bersama nenek dan ayahnya. Pekerjaan
ayahnya adalah polisi dan neneknya pns.

PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 10 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Panjang Badan : 78 cm
Status Gizi : Gizi Baik
Tanda Vital
Nadi : 112 kali/menit (kuat angkat, reguler)
Suhu : 37,40C
Pernapasan : 40 kali/menit
Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit
cukup.
Kepala : Normosefal, mata cekung (+)
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan meningkat

7
Perkusi : Timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Turgor : Turgor kembali segera
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kerja
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan feses

Terapi
 Medikamentosa :
Zink 10 mg Tab selama 10 hari
Oralit diberi 100 ml setiap kali BAB Cair.
Paracetamol Pulveres 3x1

 Nonmedikamentosa :
 Menganjurkan orang tua untuk memberi minum susu formula yang biasa
di minum sesering mungkin.
 Mengedukasi orang tua tata cara pemberian oralit dan zink serta
mengingatkan kembali untuk menghabiskan konsumsi zink selama 10
hari walaupun BAB sudah tidak cair.

8
 Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak. Membuat makanan pasien dengan
mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu.
 Nasihati orang tua untuk membawa kembali anak apabila BAB cair lebih
sering, muntah berulang, sangat haus, makan dan minum sedikit, timbul
demam, berak berdarah atau tidak membaik dalam 3 hari.
 Mengedukasi orang tua mengenai pentingnya mencuci tangan dengan
sabun dan bagaimana cara mencuci tangan yang benar

2.1 Analisis Kasus


Faktor makanan dan lingkungan yang menyebabkan diare pada pasien

2.2 Identifikasi Masalah pada Pasien


1. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah Diare di Wilayah
kerja Puskesmas Kamonji?
2. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait Diare di Wilayah
kerja Puskesmas Kamonji?

BAB III

9
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan Diare, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori diare bukanlah penyakit keturunan.
2. Faktor perilaku
a. Mencuci tangan tidak menggunakan sabun
Pada kasus ini orang dirumah pasien yang biasa mengurusi
makanan mengaku kadan tidak mencuci tangan dengan sabun. Keefektifan
mencuci tangan pada saat sebelum makan, sebelum mengolah dan
menghidangkan makanan, serta setelah buang air besar dan kecil yang
kurang, dapat memudahkan penyebaran penyakit. Hal ini dibutuhkan
untuk memutus rute transmisi penyakit.
b. Penempatan makanan pasien
Pada kasus ini, makan pasien kadang diltekkan di dekat tempat
tidur kadang juga diletakkan di dapur. Dimana dari hasil pengamatan
untuk tempat tidur pasien sendiri, kurangnya cahaya matahari yang masuk
serta berada juga diruangan keluarga dan berdekatan langsung berdekatan
dengan ruang tamu.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan diare yaitu kondisi rumah
yang tidak sehat dimana dapur, toilet, dan tempat cuci piring berada dalam 1
ruangan dan terdapat pula jemuran pakaian di dalam dapur. Sebagian dari
dinding dapur serta atap dapur terbuat dari seng, dan kurangnya ventilasi di
dapur menyebabkan penyebaran patogen lebih mudah.

10
a. Air
Dirumah pasien menggunakan DAP dan menggunakan air yang
dimasak untuk kebutuhan air minum sehari-hari.
b.Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene
Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dengan
menggunakan penutup makanan yang terbuat dari plastic.
c. Limbah
Jarak antara rumah pasien dan pembuangan tempat sampah ±5 meter,
dan keluarga pasien selalu membuang limbah di lokasi pembuangan
sampah yang kemudian di bakar.
d. Septic tank
Pembuangan tinja (septic tank) berjarak ± 7 meter dari kamar mandi
dan ± 8 meter dari tempat pencucian. Hal ini belum sesuai standar dimana
jarak yang diperlukan minimal ± 10 meter.
e. Perumahan
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan
keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah
yang sehat ditinjau dari ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah.
Kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam rumah menyebabkan
perkembangan yang baik bagi bibit penyakit.

4. Faktor pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kamonji untuk mencegah
terjadinya diare pada anak cukup baik. Petugas puskesmas sering
mengadakan penyuluhan mengenai PHBS dan juga diare setiap 3 bulan
sekali. Perlunya ditingkatkan mengenai pelayanan kesehatan lingkungan
yang sangat berperan penting dalam mengendalikan masalah diare di
wilayah kerja Puskesmas Kamonji. Upaya yang diperlukan bisa dengan
melakukan pelayanan konseling, inspeksi faktor risiko lingkungan serta
intervensi lingkungan baik secara pembinaan maupun secara pemenuhan
kebutuhan dasar lingkungan fisik pasien yang bersangkutan.

11
Poli MTBS/Anak (ukur
TB,BB,Tanda Vital,
Pasien
anamnesis-penatalaksanaan)
sekalian dijeaskan mengenai
penggunaan oralit dan zink

Pasien menuju ruang kesling


Apotik
untuk dijelaskan mengenai
Memberikan obat penggunaan oralit dan zink,
sesuai resep dokter lalu diberikan oralit

Petugas Puskesmas, yang terdiri dari Penanggung


Jawab Program Diare, Kesling, Sanitasi

Turun bersama kerumah warga untuk melakukan


penyuluhan serta pendataan

Alur Pelayanan Puskesmas Kamonji

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO


Penilaian A B C

12
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar gelisah, rewel lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Rasa haus Minum biasa haus, ingin malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat kembali lambat kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang
bila ada 2 tanda Bila ada 2 tanda
atau lebih tanda atau lebih tanda
lain lain
Terapi : Rencana terapi Rencana terapi B Rencana terapi C
A

Terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia


mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang
diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit,
yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,
3. ASI dan makanan tetap diteruskan,
4. Antibiotik selektif, dan
5. Nasihat kepada orang tua.
Dari hasil pemeriksaan dapat ditegakan diagnosis diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang. Untuk penatalaksanaan diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang pada anak ini, diberikan terapi B menurut WHO dan Departemen
Kesehatan RI, yaitu :

13
Rencana Terapi B, untuk Anak Diare dengan Dehidrasi Ringan Sedang
(Perawatan di Rumah)
1. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.
2. • Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
• Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml
air masak selama masa ini.
• Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI
dan oralit
3. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

Pada kasus ini, faktor yang berperan dalam penularan diare ialah faktor
perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita untuk waspada dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat untuk
meminimalisir resiko tertular diare serta untuk pelayanan kesehatan agar lebih
meningkatkan koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan
kesehatan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa penyuluhan yang
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

14
BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini, faktor utama yang berperan dalam penularan diare
pada pasien ialah faktor perilaku kebiasaan mencuci tangan, tempat
penyimpanan makanan serta faktor lingkungan.

5.2 Saran
Berdasarkan dari kasus tersebut dapat diberikan saran berdasarkan Five
Level of Preventions sebagai berikut:
1. Promosi Kesehatan (health promotion)
Lebih meningkatkan kualitas dan sering melakukan promosi
kesehatan tentang penyakit diare serta dampak atau komplikasi yang
ditimbulkan dari penyakit diare , hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan
posyandu balita.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit
tertentu.
a) Untuk orangtua dan kerabat pasien lebih memperhatikan kebersihan alat
makan, air minum, dan selalu mencuci tangan dengan sabun terutama
sebelum memasak makanan dan saat memberikan makan.Hal ini
penting untuk memutus rantai penularan diare.
b) Memberikan makanan gizi seimbang dan terjamin kebersihannya

15
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang
dapat dilakukan adalah.
1. Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk membawa kembali
pasien apabila diare tetap berlanjut dan kondisi pasien semakin lemah.
2. Diperlukan perhatian dari dokter poliklinik anak untuk mengirim setiap
pasien diare ke poli Kesling agar dapat diberikan edukasi.
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)
Pada keluarga pasien diberikan edukasi mengenai komplikasi diare
dalam jangka pendek dan panjang yang dapat membahayakan seperti
dehidrasi. Jika dehidrasi berlanjut dan semakin memberat maka dapat
mengakibatkan kematian.
5. Pemulihan (rehabilitation)
Tidak ada rehabilitasi khusus pada pasien dengan diare.

16
DAFTAR PUSTAKA

[1] Hasan R. dkk. 2005.Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
[2] Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol.2, No.3, 297-308. [Cited : 31 Juli 2017]. Diakses pada :
<http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/1232/1005>.
[3] Lolopayung, M., dkk. 2014. Evaluasi Penggunaan Kombinasi Zink dan
Probiotik pada penanganan pasien diare anak di Instalasi Rawat Inap RSUD
Undata Palu Tahun 2013. Online Jurnal of Natural Science, Vol. 3 (1): 55-
64.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ejurnalfmipa/article/view/2210/141
8.
[4] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan
Dasar. Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.
[5] S. Fiesta O., Dharma S & Marsaulina, I. 2012. Hubungan Kondisi
Lingkungan Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012.
[Cited 31 Oktober 2017]. Diakses dari
<http//jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/download/3282/1609>
[6] Marlia, D.L., Dwipoerwantoro, P.G & Adwani N. 2015. Defisiensi Zinc
sebagai Salah Satu Faktor Risiko Diare Akut menjadi Diare Melanjut. Sari
Pediatri, Vol.16, No.5. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo : Jakarta.
[7] Pramitasari, A.I., Bakri, A & Pardede, N. 2012. Pengaruh Pemberian
Vitamin A terhadap Kadar Vitamin A dalam Darah dan Lama Diare pada
Pasien Diare Akut di Bagian Anak RS Muh. Hoesein Palembang. Sari
Pediatri, Vol 3, No.2. Bagian IKA FK-UNSRI/RS Moh. Hoesein :
Palembang.

17
[8] Anonim, 2016. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaen Donggala UPT
Puskesmas Mabelopura Tahun 2016.
[9] Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829 Menkes SK/VII/1999 Tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan.
[10] Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan, 2015. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah Tangga, Bakti Husada, Jakarta.

18
LAMPIRAN DOKUMENTASI RUMAH PASIEN

Gambar 1. Tampak ruang keluarga sekaligus tempat tidur pasien

Gambar 2. Tampak ruang tengah

19
Gambar 3. Tampak ruang dapur

Gambar 4. Tampak meja makan di sebelah tempat cuci piring

20

Anda mungkin juga menyukai