“HIPERTENSI”
DISUSUN OLEH:
Yogi Setiawan
N 111 17 024
PEMBIMBING KLINIK
dr. Sumarni, M.Kes. Sp.GK
dr. Anastasya Christine
1
Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia
(lansia), usia diatas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80%
dari populasi lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi.
Keadaan ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi
hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.[4]
Di Puskesmas Kawatuna, hipertensi merupakan peringkat ke 3 dari salah
satu 10 penyakit terbanyak yang ada di kawasan kerja puskesmas tersebut.
Lebih dari setengah kasus terjadi pada lansia, dan sebagian besar terjadi pada
lebih dari satu orang dalam satu keluarga. Hal ini merupakan suatu bahasan
yang menarik, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah hipertensi
sebagai suatu bahan refleksi kasus.
Tabel.1 Pola Penyakit Rawat Jalan Untuk Semua Golongan Umur
Diwilayah Puskesmas Kawatuna Tahun 2018
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengambilan kasus tersebut adalah :
1. Sebagai pemenuhan syarat menyelesaikan tugas di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyakit hipertensi dan beberapa faktor resiko di
wilayah kerja Puskesmas Kawatuna
2
BAB II
PERMASALAHAN
4 Penyakit 2 2 3 7
dan
kelainan
syaraf
5 Penyakit 3 3 4 10
pada
sistem otot
dan jarinag
ikat
Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada
Puskesmas kawatuna adalah Hipertensi, penyakit pada sistem otot dan
jaringan, ISPA.
3
System otot
dan jaringan)
Z (ISPA) V 7
Keterangan total skor: Nilai 1-4 :Insidensi kurang Nilai 5-7:Insidensi sedang
Nilai 8-10: Insidensi sangat banyak
4
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality(Legalitas terjamin)
PENETAPANNILAI
HIPERTENSI
NPD: (A+B) C = (8+8) 3= 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD= (8+8) 3x1 = 16x3 = 48
PENY. SYSTEM OTOT DAN JARINGAN IKAT
NPD : (A+B) C = (6+9) 2 = 15x4 = 60
NPT : (A+B) CxD = (6+9) 4x1 = 15x4 =60
ISPA
NPD :(A+B) C = (7+7) 2 = 14x2 = 28
NPT : (A+B) CxD = (7+7) 2x1 = 14x2 = 28
KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
Hipertensi 8 8 4 64 1 48 2
Peny. 6 9 2 30 1 60 1
System
otot dan
jaringan
ISPA 7 7 3 42 1 28 3
2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
5
Nama : Ny. A
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Desa Poboya
Tanggal Pemeriksaan : 28 Januari 2020
No Hp 082393719721
B. Deskripsi Kasus
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan Pusing, keluhan dirasakan seperti
berkunang kunang, disertai tegang pada leher. Keluhan sudah sering
dirasakan secara hilang timbul sejak bulan desember 2019 sampai
sekarang. Gejala sering timbul dan memberat disaat pasien bekerja lebih
seperti membuat pesanan katring, dan berkurang jika pasien beristirahat.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati yang sudah sering
dirasakan secara hilang timbul sejak lama dan memberat dalam 1 bulan
terakhir. Keluhan lain seperti mual, muntah, kram dan sakit dada
disangkal. BAB dan BAK biasa. Sebelumnya 1 tahun yang lalu pasien
sering mengkonsumsi makanan yang dimasak dengan ditaburi garam
dan santan, yang dibuatnya sebagai katring.
6
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengonsumsi obat tekanan darah tinggi seara teratur.
Pasien secara rutin berkunjung ke puskesmas setiap 2 minggu sekali.
Dan sesekali membeli obat amlodipin di apotik terdekat
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien makan 3 kali sehari, makanan yang dikonsumsi biasanya nasi
putih dengan ikan dan sayur. sayur yang dikonsumsi biasanya
dimasak santan, jagung, tahu dan tempe, dan ikan yang digoreng.
Pasien juga sering mengonsumsi makanan dengan banyak bumbu
garam sesuai pesanan katring, pasien tidak merokok dan jarang
meminum kopi.
Pasien tinggal dirumah saudaranya yang sudah tidak ditinggali
bersama anak yang sudah berkeluarga dan dua orang cucu di rumah.
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur,
dapur dan 1 kamar mandi yang terletak didalam rumah,WC tersebut
digunakan untuk 1 keluarga. Lantai rumah dari semen, dinding
rumah dari tembok dan kayu. Ruang tamu, ruang keluarga, kamar
dan dapur memiliki jendela dan pencahayaan yang cukup.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari air sungai
petobo, untuk minum pasien juga menggunakan air dari sungai
petobo yang di didihkan.
Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang ke tempat pembuangan
sampah pribadi di dibelakang rumah yang kemudian dibakar.
7
katring namun tidak menentu. Pasien biasanya mendapat untung dari
makanan katring Rp 300.000 /pesanan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Frek. Nadi : 90 x/menit reguler
Frek. Nafas : 20 x/menit
Berat Badan :-
Tinggi Badan :-
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata
cekung (-)
Telinga : Liang telinga lapang, serumen (+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris bilateral
8
Palpasi : vocal fremitus ka=ki
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani (+) seluruh region abdomen
D. Diagnosis
Hipertensi grade II
F. Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Amlodipin 10 mg 0-0-1
- Antasida 2x1
- Vastral 2x1
Non medikamentosa
9
Edukasi :
a. Menjelaskan kepada pasien beserta keluarga tentang gejala-gejala
pada penyakit hipertensi dan faktor risiko hipertensi.
b. Menjelaskan kepada pasien beserta keluarga bahwa pasien akan
meminum obat seumur hidup untuk mengontrol tekanan darah agar
mencegah terjadinya komplikasi.
c. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol.
d. Mulai membiasakan diri membatasi memakan makanan tinggi
garam, lemak/minyak (santan) dan perbanyak konsumsi makanan
tinggi serat. Pasien juga dianjurkan untuk berhenti mengonsumsi
kafein. Pengaturan cara dan pola makan dengan menyesuaikan
jadwal makan, jenis makanan dan jumlahya
e. Kontrol setiap bulan ke puskesmas untuk cek tekanan darah.
f. Olahraga teratur minimal 3 kali seminggu selama 30 menit.
g. Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya BPJS karena
pasien sudah menunggak sejak bulan desember 2019
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan berusia 60 tahun yang
pada saat pemeriksaan tekanan darah, didapatkan tekanan darah sistolik 140
mmHg dan tekanan darah diastolik 100mmHg.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. [5,6]
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transientischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Menurut Studi Framingham,
pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk
penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.[1]
Tabel.2 klasifikasi Hipertensi menurut The Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII)
11
lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan konsep kesehatan masyarakat, maka ada
beberapa faktor yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi, yaitu:
1) Genetik/Biologis
Kasus hipertensi lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia > 45
tahun. Pada kasus ini pasien berumur 60 tahun dimana resiko hipertensi
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan struktur pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi
peningkatan tekanan sistole.
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, ibu kandung pasien juga
mengalami keluhan serupa semasa hidupnya.
Faktor Genetik/biologis merupakan salah satu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Oleh karena itu, pasien hanya dapat mengubah faktor resiko
lainnya seperti lingkungan, perilaku dan akses terhadap pelayanan kesehatan.
2) Perilaku
Pengetahuan
Pada kasus ini, tingkat pendidikan terakir pada pasien adalah SD. Tingkat
pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pada
seseorang. Semakin rendahnya tingkat pendidikan akan berbanding lurus
dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang. Minimnya
pengetahuan ini dapat menjadi salah satu penyebab pasien menderita
hipertensi, karena pasien kurang mengetahui tentang penyakit hipertensi
dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian hipertensi.
Sikap
Dari anamnesis diketahui bahwa perilaku pasien yang dapat menjadi
salah satu pencetus hipertensi pada pasien adalah banyak mengkonsumsi
garam, banyak mengkonsumsi lemak, dan kurang mengkonsumsi
makanan tinggi serat. makanan yang tidak seimbang ini dapat
12
menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menyempit dan terjadi peningkatan tekanan darah.
3) Lingkungan
Lingkungan Fisik
Pada kasus ini, lingkungan tempat tinggal pasien bisa menjadi salah satu
faktor pencetus terbentuknya stressor pada pasien, dimana ruang tempat
tinggalnya sempit bersama 4 keluarganya.
Lingkungan Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.
Pasien merupakan ibu dari 1 keluarga dengan pekerjaan sebagai penyedia
makanan katring, jika tidak ada pesanan, pasien terpaksa harus
menganggur. Untuk kehidupan sehari-hari, pasien mendapat biaya dari
penyedia makanan katring dan suami anaknya yang sudah bekerja.
Lingkungan Sosial-Budaya
Perilaku memasak makanan menggunakan garam dan membuat santan
merupakan salah satu budaya memasak yang diajarkan secara turun-
temurun di lingkungan tempat tinggal pasien. Hal ini dilakukan untuk
memberi rasa pada makanan, karena keluarga pasien seringkali hanya
sanggup menyediakan lauk pauk berupa sayuran akibat kekurangan
biaya.
4) Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pasien hipertensi di Puskesmas Kawatuna sama seperti
pasien dengan penyakit lain yaitu :
- Pasien mendaftar ke loket puskesmas
- Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan anamnesis singkat
- Diarahkan ke poli umum untuk mendapatkan pengobatan
- Setelah dilakukan pemeriksaan, lab lalu memperoleh resep pasien
diarahkan ke apotek
13
Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Kawatuna untuk
menangani pasien hipertensi dilakukan pada saat Posyandu Lansia maupun
pada saat pasien datang dan berkunjung langsung ke puskesmas. Pada saat
pemeriksaan dilakukan di posyandu, awalnya pasien mendaftarkan diri
terlebih dahulu dibagian registrasi, kemudian pasien masuk pada pos
antropometri. Selanjutnya pasien akan dianamnesis singkat serta diukur
tanda-tanda vitalnya kemudian diarahkan menuju meja konsultasi dokter.
Pasien kemudian akan diperiksa oleh dokter umum yang bertugas, diberi
resep lalu pasien mengambil obat di petugas apotik. Sebagai bahan evaluasi
dari kondisi para lansia perbulan, catatan berat badan, tekanan darah, keluhan
dan obat yang diberikan akan ditulis pada buku KMS. Di Puskesmas
Kawatuna banyak hal yang telah dilakukan dalam menunjang UKP seperti:
a. Pasien dengan diagnosis hipertensi diberikan konseling gizi untuk
mengatur asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari
b. Puskesmas Kawatuna memiliki 3 dokter umum yang bertugas di poli
Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Kawatuna untuk
menangani pasien hipertensi dilakukan di posbindu lansia setiap bulannya.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:
1) Dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara kelompok
maupun individu pada pasien yang menderita hipertensi.
2) Dilakukan pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, dan Tanda-tanda vital
3) Dilakukan Pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat oleh petugas
kesehatan setiap 3 bulan.
Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas
Kawatuna terdapat beberapa kendala. Pada bagian promosi kesehatan,
edukasi ke masyarakat masih sangat kurang mengenai kasus hipertensi.
Kendalanya : 1) Kurangnya SDM pada program promosi kesehatan, sehingga
promosi kesehatan jarang dilakukan.
2) Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat yang ada dicakupan wilayah
kerja puskesmas, sehingga mereka masih kesulitan untuk menyerap informasi
mengenai berbagai penyakit.
14
Pada bidang Posyandu Lansia dan PTM juga adanya kendala dimana minat
masyarakat yang masih sangat rendah untuk datang ke posyandu lansia yang
dilakukan setiap bulannya. Selain itu, untuk pasien-pasien Lansia yang
berisiko tinggi belum semuanya dapat terjangkau dikarenakan kurangnya
SDM pelaksana program. Kader yang terbentuk disetiap desa belum
sepenuhnya aktif dalam menjangkau pasien-pasien tersebut.
15
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
pasien, yaitu: faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Hipertensi dapat
dilaksakan Five Level Prevention:
1. Health Promotion
Promosi kesehatan (health promotion) dalam upaya mencegah
terjadinya penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai upaya
seperti:
a) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hipertensi
dan bagaimana penyebarannya serta kemungkinannya menurun
pada keluarga melalui riwayat genetik.
b) Memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat
mengenai pola makan gizi seimbang yang harus dicukupi setiap
harinya oleh setiap masyarakat khususnya untuk mengurangi
makanan-makanan yang tinggi kadar garam maupun lemak serta
konsumsi kafein.
2. Spesific Protection
Pencegahan khusus ini terutama ditujukan pada keluarga di
daerah wilayah kerja Puskesmas Kawatuna yang memiliki riwayat
hipertensi maupun yang beresiko, dapat dilakukan dengan berbagai
upaya seperti: perbaikan status gizi perorangan maupun masyarakat,
seperti: makan dengan teratur, porsi cukup, gizi seimbang (3x sehari)
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit tingkat
16
kedua. Sasaran dari tahap ini khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Kawatuna yaitu bagi mereka yang menderita penyakit hipertensi
maupun atau yang beresiko.
4. Disability Limitation
Screening, kontrol, pengobatan dan perawatan khusus untuk
menghindari komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian seperti infark miokard, CHF yang diakibatkan oleh
Hipertensi.
Salah satu upaya untuk mencegah adalah dilakukan senam lansia
pada saat melakukan posyandu dan edukasi secara rutin
5. Rehabilitation
Dalam kasus penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengobatan hingga tuntas, dengan mengikuti jadwal
konsumsi obat yang sudah diatur oleh dokter, tetap kontrol Tekanan
darah secara teratur.
Memberikan edukasi pada pasien bahwa pentingnya BPJS, karena
pasien harus meminum obat seumur hidup.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
DOKUMENTASI
19
SAAT MELAKUKAN ANAMNESIS PADA PASIEN
20
RUANG KELUARGA TEMPAT TINGGAL PASIEN
21
KAMAR MANDI/WC TEMPAT TINGGAL PASIEN
22