Anda di halaman 1dari 65

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. Amiruddin L, SpA (K)


Staff Department of Child Health- Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital
Faculty of Medicine Hasanuddin University
Riwayat Pendidikan :

• Dokter Umum : FK-UNHAS (1992)

• Dokter Spesialis Anak : FK-UNHAS (2003)

• Fellowship Div.Respirologi : FK-UI (2012)

• Konsultan Respirologi : FK-UI (Mei-2017)

Riwayat Jabatan / Organisasi :

• Kepala Puskesmas Busalangga, Kupang, NTT (1994-1997)

• Tugas Kesehatan Khusus Daerah Komplik (Atambua) (2004)

• Ketua SMF Anak RSUD A. Djemma, Masamba (2005-2010)

• Staf Depart. IKA FK-Unhas (2010-Sekarang)

• Staf Divisi Respirologi, DIKA FK-Unhas (2010-2013)

• Ketua Divisi Respirologi DIKA FK-Unhas (2013-Sekarang)

• IDI (Anggota) (1992-Sekarang)

• IDAI (Anggota) (2003- Sekarang)

• UKK Respirologi (Anggota) (2013-Sekarang)


Assalaamu Alaikum Wr Wb….
Amiruddin L
Department of Child Health
Faculty of Medicine – Hasanuddin University
Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital
Makassar
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Epidemiologi
Indonesia : 2002-2012. usia 6-14 th  3-24,4%
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Definisi, Diagnosis
Apa itu asma?
Asma adalah
Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik
yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi

Manifestasi klinis asma dapat berupa :

Batuk Wheezing Sesak napas Dada tertekan

Cenderung
Kronik &/
Reversibel memberat pada Ada pencetus
berulang
malam/ dini hari
Bagaimana mendiagnosis ?

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang

Dasar utama diagnosis adalah


anamnesis untuk menggali manifestasi klinis
dengan karakteristik yang khas
mengarah ke asma
Anamnesis (1)
Batuk dan atau wheezing berulang dengan
Karakteristik sbb:

• Episodik : gejala hilang-timbul (episodik/berulang)


• Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari waktu
ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam
hari lebih berat (nokturnal)
• Reversibilitas: Gejala membaik, spontan atau dg
obat
• Hiperreaktivitas: timbul didahului faktor pencetus
1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Anamnesis (2)

• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, Polutan industri
– Alergen: debu, tungau debu rumah, bulu hewan,
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan
• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma
dalam keluarga
 Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) :
 Wheezing dan/atau batuk dgn karakteristik :
 Episodik (berulang) dan/atau kronik
 Malam/dini hari (nokturnal)  variabilitas
 Musiman
 Ada faktor pencetus  hiperreaktifitas
 Bersifat reversibel  spontan atau dgn obat
 Riwayat faktor atopi pasien/keluarga
Pemeriksaan fisis

• Gejala asma yg sering:


– Batuk, sesak, wheezing,
ekspirasi memanjang, retraksi
dinding dada. Allergic shiner

• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue

Geographic tongue
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Status Asmatikus, Serangan
Asma
Diagnosis Status Asmatikus
 Status Asmatikus  Asma berat yang gagal
merespon β2-agonis inhalasi, steroid oral/IV, dan O2.
 Status asmatikus merupakan keadaan darurat medis
 Gejala asma bersifat refrakter terhadap terapi
bronkodilator inhalasi  > 30 menit.
 Diperlukan masuk rumah sakit untuk perawatan, atau
bahkan perlu perawatan di PICU.
 Status Asmatikus ≈ Asma persisten Berat
Serangan Asma
Apa yg dimaksuk Serangan Asma ?

Episode peningkatan yang progresif


(perburukan) dari gejala batuk, sesak napas,
wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai
kombinasi dari gejala-gejala tersebut

Mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka


panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus.
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tujuan tata laksana serangan asma
Mengatasi penyempitan saluran respiratori
secepat mungkin

Mengurangi hipoksemia

Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal


secepatnya

Mengevaluasi dan memperbaharui tata laksana


jangka panjang untuk mencegah kekambuhan
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Klasifikasi Asma Anak
Asthma Classification for Indonesia’s
Children
PNAA 2004 PNAA 2015
Rare episode Intermitent
Frequent episode Mild persistent

Moderate persistent
Persistent
Severe persistent

IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), 2004


IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), 2015
Pediatri asthma classification
Frequency classification is made on initial visits
and based on anamnesis of symptoms rate:
Frequency Asthma symptoms frequency description
<6x/year or time among symptoms ≥6
Intermittent
weeks
Mild-persistent >1x/month, <1x/weeks
Moderate-
>1x/week, but not daily
persistent
Severe- Asthma symptoms happened almost
persistent every day
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma.
Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
63:335-56.
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Patofisiologi Asma
Patofisiologi serangan asma
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Penilaian derajat
serangan
Penilaian derajat serangan asma
Serangan asma
Asma serangan Asma
dengan ancaman
ringan-sedang serangan berat
henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata2 (bayi Kriteria asma derajat berat
(Pada bayi nangis biasa) nangisnya terputus-putus) terpenuhi ditambah
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang lengan dengan:
daripada berbaring • Gelisah. • Mengantuk.
• Tidak gelisah • Frekuensi napas • Letargi.
• Frekuensi napas meningkat • Suara napas tak
meningkat • Frekuensi nadi meningkat terdengar.
• Frekuensi nadi meningkat • Retraksi jelas. • Sianosis sangat berat
• Retraksi minimal • Sianosis berat.
• Sianosis ringan • SpO2 (udara kamar) < 90%
• SpO2 (udara kamar): • PEF < 50% prediksi atau
90-95% terbaik
• PEF > 50% prediksi atau
terbaik
Alur diagnosis asma (1)

• Outline :

• Lebih rinci pada slide selanjutnya


Alur diagnosis asma (2)
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:

 Serangan asma yang  Penggunaan steroid


mengancam nyawa sistemik (saat ini atau
sebelumnya. baru berhenti)
 Intubasi karena  Kunjungan ke UGD atau
serangan asma dirawat di RS karena
 Pneumotoraks &/ asma dalam setahun
pneumomediastinum terakhir
 Serangan asma  Tidak teratur berobat
berlangsung dalam sesuai rencana terapi
waktu yang lama.  Alergi makanan dengan
gejala yang berat
Tahapan tata laksana serangan asma

Di
rumah
Di
ruang
rawat
Di UGD
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tata laksana serangan asma di rumah (1)

 Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan


cukup dan riwayat terapi teratur
 Inhalasi agonis β2 kerja pendek 2 kali 
respon tidak baik  dokter

Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera


dibawa IGD, bila:
• Risiko tinggi
• Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah (2)

Berikan inhalasi agonis β2 kerja pendek


Via nebuliser Via MDI + spacer
• Berikan agonis 2 kerja
• Berikan serial agonis β2 kerja pendek
pendek, lihat respons  gejala via spacer dengan dosis 2-4 semprot
menghilang  cukup • Berikan 1 semprot diikuti 6-8
tarikan napas, kocok kanister, lalu
diberikan satu kali berikan semprotan berikutnya dengan
siklus yang sama
• Jika gejala belum membaik • Jika gejala membaik  inhalasi
dalam 30 menit  ulangi dihentikan.
• Jika gejala belum membaik dalam 30
pemberian sekali lagi menit  ulangi serial yang sama
• Jika dengan 2 kali pemberian dengan 2-4 semprot
• Jika gejala belum membaik dengan 2
agonis 2 kerja pendek via serial (2 x 2-4 semprot), segera
nebuliser belum membaik  bawa ke fasyankes
segera bawa ke fasyankes
Efektivitas pemberian agonis 2, kerja pendek via MDI
+ spacer

Pemberian agonis 2 kerja pendek via MDI dan spacer


mempunyai efektivitas yang sama dengan pemberian via
nebuliser, dengan catatan:
 Pasien tidak dalam serangan asma berat atau ancaman
henti napas
 Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer
 Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau
sebelumnya dicuci dengan air deterjen dan dikeringkan
di udara kamar
 Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol plastik
500 ml sebagai pengganti spacer
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tata laksana serangan asma di UGD fasyankes primer
Tata laksana serangan asma di UGD rumah sakit
Keterangan untuk alur tata laksana
serangan asma di UGD

**Pilihan steroid untuk serangan asma

Nama Generik Sediaan Dosis


Metilprednisolon tablet 4 mg, tablet 8 mg 1-2mg/kgBB/hari, tiap 6 jam
Metilprednisolon suksinat 1 – 2 mg/kg, tiap 12 jam, tidak melebihi 60
vial 125 mg, vial 500 mg
injeksi mg/hari
Prednison tablet 5 mg 1-2 mg/kgBB/ hari, tiap 12 jam
Hidrokortison-suksinat injeksi vial 100 mg 2-4 mg/kgBB/kali , tiap 6 jam
ampul 4 mg/ml, 0,5−1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan 1
Deksametason injeksi
ampul 10 mg/ml mg/kgBB/hari diberikan tiap 6−8 jam
Betametason injeksi Ampul 6 mg/ml 0,05−0,1 mg/kg BB - tiap 6 jam

*** Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan monitor gejala dan tanda distres respirasi,
termasuk derajat kesadarannya
Tindak lanjut tata laksana
serangan asma di UGD

 Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan,


obat yang dibawakan pulang:
 Agonis β2 kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan
pemberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
 Steroid oral, 3-5 hari tanpa tappering-off
 Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat
pengendali. Apabila pasien sebelumnya sudah diberi obat
pengendali, evaluasi dan sesuaikan ulang dosisnya
 Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien
dipulangkan, pastikan teknik pemakaian inhaler
sudah tepat
 Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat sehari

• Oksigen yang telah diberikan saat pasien masih di


UGD tetap diberikan
• Setelah pasien dua kali nebulisasi dalam 1 jam dengan
respons parsial di UGD  teruskan nebulisasi
dengan agonis 2 + ipratropium bromida setiap 2
jam
• Berikan steroid sistemik oral berupa
prednisolon/prednison hingga 3-5 hari
• Jika dalam 12 jam klinis tetap baik, maka pasien
dipulangkan dan dibekali obat
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tata laksana di ruang rawat inap (1)

 Pemberian oksigen diteruskan


 Koreksi dehidrasi & asidosis, bila ada
 Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap
6-8 jam, dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
 Nebulisasi agonis 2 + ipratropium bromida
dilanjutkan setiap 1−2 jam
 Jika dalam 4-6 kali pemberian mulai terjadi
perbaikan klinis, jarak pemberian dapat
diperlebar menjadi tiap 4-6 jam
Tata laksana di ruang rawat inap (2)
Dosis inisial Dosis rumatan
Belum pernah dapat 6-8 mg/kgBB, dilarutkan 0,5-1 mg/kgBB/jam
aminofilin dalam dekstrosa atau
garam fisiologis
sebanyak 20 ml, dan
diberikan selama 30
menit, dengan infusion
pump atau mikroburet
Telah mendapatkan 3-4 mg/kgBB, dilarutkan 0,25-0,5 mg/kg/jam
aminofilin (< 8 jam) dalam dekstrosa atau
garam fisiologis
sebanyak 20 ml, dan
diberikan selama 30
menit, dengan infusion
pump atau mikroburet

Sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml


Tata laksana di ruang rawat inap (3)
• Perbaikan klinis  nebulisasi diteruskan setiap 6
jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta
aminofilin diganti dengan pemberian per oral

• Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat


dipulangkan dengan dibekali obat:
– Agonis 2 (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama 24-
48 jam
– Steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke
fasyankes dalam 3-5 hari untuk reevaluasi tata laksana
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tata laksana di ruang rawat intensif
Ancaman henti napas

• Tidak ada respons sama sekali terhadap tata


laksana awal di UGD dan/atau perburukan
asma yang cepat.
• Ada Bradipnue
• Adanya disorientasi, Sianosis berat
meskipun sudah diberikan O2, Somnolen
atau kesadaran menurun.
• Tidak ada perbaikan dengan tata laksana
baku di ruang rawat inap
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Obat pereda (reliever)
 Obat untuk meredakan serangan atau gejala asma bila
sedang timbul
 Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat dihentikan

 Antara lain:
 Agonis β2 kerja pendek
 Ipratropium bromida
 Steroid sistemik
 Adrenalin
 Magnesium sulfat
 Steroid inhalasi
Adrenalin
• Apabila tidak tersedia obat-obatan lain, dapat digunakan
adrenalin
• Epinefrin (adrenalin) IM diberikan sebagai terapi
tambahan pada asma yang berhubungan dengan
anafilaksis dan angioedema
• Dosis 10µ/kg (0.01 ml/kg adrenalin 1:1000), dengan
dosis maksimal 500µ (0.5 ml) secara intramuskular
(IM)
Magnesium sulfat (MgSO4)
 Pertimbangan pada serangan asma berat yang tidak
membaik/dengan hipoksemia menetap setelah 1 jam terapi
awal dengan dosis maksimal

Sediaan • MgSO4 20% dan 40%

Cara pemberian • Bolus, bolus diulang, drip kontinu, dan inhalasi

Dosis yang • 20-100 mg/kg BB (maksimum 2 gram) diberikan


dianjurkan selama 20 menit

• Larutkan dalam Dekstrosa 5% atau lsalin dengan


Drip kontinu pengenceran 60 mg/ml, diberikan 10-20 mg/kg/jam
Steroid inhalasi
 Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1.600-
2.400µg budesonide) dapat digunakan untuk
serangan asma
 Steroid nebulisasi dosis rendah tidak
bermanfaat untuk mengatasi serangan asma
 Harap diperhatikan pula bahwa penggunaan
steroid inhalasi dosis tinggi ini terbatas pada
pasien-pasien yang memiliki
kontraindikasi terhadap steroid sistemik
Kesimpulan
 Asma merupakan penyakit respiratorik yang
sering berulang  mengganggu tumbuh kembang
anak
 Klasifikasi perlu dipahami dengan baik, karena
tata laksana sesuai dengan klasifikasi.
 Diagnosis  Anamnesis, Klinis dan penunjang
 Terapi Inhalasi  paling tepat dan aman.
 Edukasi  Penghindaran pencetus hal yang paling
penting, untuk mengontrol serangan.
62
Symposium Pediatric Asthma
Control
Amiruddin L
Department of Child Health
Faculty of Medicine – Hasanuddin University
Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar
Pemeriksaan penunjang (1)
Mendukung diagnosis asma:
 Uji fungsi paru
 Spirometri
 Peak flow meter
 Uji cukit kulit (skin prick test),
eosinofil total darah, pemeriksaan
IgE spesifik Spirometri
 Uji inflamasi respiratori: FeNO
(fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum
 Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, hipertonik
salin
Peak flow meter

Anda mungkin juga menyukai