Cenderung
Kronik &/
Reversibel memberat pada Ada pencetus
berulang
malam/ dini hari
Bagaimana mendiagnosis ?
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, Polutan industri
– Alergen: debu, tungau debu rumah, bulu hewan,
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan
• Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma
dalam keluarga
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) :
Wheezing dan/atau batuk dgn karakteristik :
Episodik (berulang) dan/atau kronik
Malam/dini hari (nokturnal) variabilitas
Musiman
Ada faktor pencetus hiperreaktifitas
Bersifat reversibel spontan atau dgn obat
Riwayat faktor atopi pasien/keluarga
Pemeriksaan fisis
• Tanda alergi:
– Dermatitis atopik, rinitis alergi
– Allergic shiners, geographic
tongue
Geographic tongue
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Status Asmatikus, Serangan
Asma
Diagnosis Status Asmatikus
Status Asmatikus Asma berat yang gagal
merespon β2-agonis inhalasi, steroid oral/IV, dan O2.
Status asmatikus merupakan keadaan darurat medis
Gejala asma bersifat refrakter terhadap terapi
bronkodilator inhalasi > 30 menit.
Diperlukan masuk rumah sakit untuk perawatan, atau
bahkan perlu perawatan di PICU.
Status Asmatikus ≈ Asma persisten Berat
Serangan Asma
Apa yg dimaksuk Serangan Asma ?
Mengurangi hipoksemia
Moderate persistent
Persistent
Severe persistent
• Outline :
Di
rumah
Di
ruang
rawat
Di UGD
Objektif
1. Epidemiologi
2. Definisi, Diagnosis
3. Status Asmatikus, Serangan Asma
4. Tujuan tata laksana serangan
5. Klasifikasi Asma PNAA 2015
6. Patofisiologi serangan asma
7. Penilaian derajat serangan
8. Pasien yang resiko tinggi
9. Tata laksana serangan asma di rumah
10. Tata laksana serangan asma di IGD
11. Tata laksana serangan asma di Perwatan
12. Tata laksana serangan asma di PICU
13. Obat-obat pereda
Tata laksana serangan asma di rumah (1)
*** Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan monitor gejala dan tanda distres respirasi,
termasuk derajat kesadarannya
Tindak lanjut tata laksana
serangan asma di UGD
Antara lain:
Agonis β2 kerja pendek
Ipratropium bromida
Steroid sistemik
Adrenalin
Magnesium sulfat
Steroid inhalasi
Adrenalin
• Apabila tidak tersedia obat-obatan lain, dapat digunakan
adrenalin
• Epinefrin (adrenalin) IM diberikan sebagai terapi
tambahan pada asma yang berhubungan dengan
anafilaksis dan angioedema
• Dosis 10µ/kg (0.01 ml/kg adrenalin 1:1000), dengan
dosis maksimal 500µ (0.5 ml) secara intramuskular
(IM)
Magnesium sulfat (MgSO4)
Pertimbangan pada serangan asma berat yang tidak
membaik/dengan hipoksemia menetap setelah 1 jam terapi
awal dengan dosis maksimal