A. Pengertian
Antikoagulan adalah golongan obat yang dipakai untuk menghambat pembekuan darah ,
obat ini tidak melarutkan bekuan darah seperti trombolitik, tetapi bekerja sebgai pencegah
pembentukan bek uan baru. Antikoagulan digunakan pada orang yang memiliki gangguan
pembuluh arteri dan vena yang membuat orang itu beresiko tinggi untuk pembentukan
bekuan darah. Saat ini antikoagulan digunakan dalam peralatan medis seperti tabung reaksi,
kantong transfusi darah dan pada terapi pengganti ginjal yaitu dialisis.
Selama proses hemodialisis terjadi aliran darah di luar tubuh. Pada keadaan ini akan terjadi
aktivasi sistem koagulasi darah dengan akibat timbulnya bekuan darah, karena itu pada
hemodialisis diperlukan pemberian heparin selama hemodialisis berlangsung.
Ada tiga teknik pemberian heparin yaitu teknik heparin rutin, heparin minimal dan bebas
heparin. Pada tehnik heparin rutin, tehnik yang digunakan sehari hari, heparin digunakan
dengan cara bolus di ikuti dengan continous infusion dengan menggunakan syringe pump
heparin yang sudah di sediakan setiap mesin hemodialisis.
Pada keadaan resiko perdarahan sedang atau berat digunakan tehnik heparin minimal dan
tehnik bebas heparin. Contoh beberapa keadaan resiko perdarahan berat misalnya pada pasien
dengan perdarahan intra serebral, trombositopeni, koagulopati dan paska operasi dengan
perdarahan.
Antikoagulasi rutin untuk pasien stabil tanpa resiko perdarahan heparin dapat diberikan
secara kontiniyu;
1. Secara visual
a. Darah dalam sirkulasi ektrakorporeal berwarna merah tua
b. Dalam dialiser terlihat garis garis merah
c. Dalam drip chumber terlihat busa dan pembentukan bekuan darah
d. Darah tidah bisa masuk ke bubble trap vena
2. Tekanan dalam sirkulasi ektrakorporeal meningkat (TMP )
3. Keadaan dialiser paska dialisis
4. Volume priming dialiser rendah
5. Tes masa pembekuan
Antikoagulan ( sodium heparin dan Low molecular weight heparin ) mutlak diperlukan
selama prosedur hemodialisis untuk mencegah bekuan darah pada sirkulasi ektrakorporeal.
Pada pasien beresiko perdarahan sebaiknya digunakan anti koagulan LMWH. Antikoagulan
LMWH ini dapat menghambat aktivitas faktor Xa tanpa pemeriksaan waktu perdarahan dan
waktu pembekuan.
Heparinisasi regional jarang dilakukan khususnya Indonesia, karena tidak tersedia protamin
sulfat sebagai antidotum heparin, sulit ditentukan takarannya dan bahaya reaksi syok
anafilaktik
Heparinisasi dengan dosis rendah, manfaatnya sebagai antikoagulan kurang efektif dan tidak
menjamin resiko perdarahan dari sumber internal seperti gastritis erosif dan hematom
subdural. Obat obatan sebagai anti trombotik kuat seperti citrate tidak menjamin dapat
mencegah kemungkinan perdarahan dan pembentukan bekuan pada dialiser.
Pada beberapa keadaaan antikoagulasi merupakan kontra indikasi antara lain; perikarditis,pre
dan post operasi (24jam), setelah pemasangan blood acces, trombocytopenia, perdarahan
intrakranial,perdarahan aktif,ulkus peptikum, aneurisma aorta dan serebral, penyakit hati
berat, hipersensivity(alergi). Pasien dengan penyakit ginjal kronik dapat terjadi komplikasi
perdarahan , sehingga antikoagulan dapat diturunkan dosisnya atau di hindari pemakaiannya.
Heparinisasi minimal pemberian heparin secara ketat dilakukan pada pasien beresiko sedang
untuk mengalami perdarahan. Heparin minimal dilakukan dengan cara sebagai berikut;
Diberikn pada pasien dengan perdarahan aktif, pengawasan ketat oleh perawat (hanya 5%
resiko untuk pembekuan secara lengkap, berikut tata cara pembilasan dengan Nacl 0,9%;
Dosis tunggal IV
Masa kerja panjang
Efek samping trombositopenia, osteoporosis, pruritus dan rambut rontoh lebih rendah