Anda di halaman 1dari 16

Moch.

Fardhan Ramadyah

Pembimbing :
dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp.An
Pendahuluan
Anestesi spinal (
subaraknoid ) adalah
anestesi regional dengan
Anestesi spinal bertujuan
tindakan penyuntikan
utama memblok saraf
obat anestetik lokal ke
sensoris untuk
dalam cairan
menghilangkan sensasi
serebrospinal di dalam
nyeri.
ruang subaraknoid di
daerah vertebra L2 - L3
atau L3 – L4

Disamping itu juga


Hipotensi adalah efek
memblok saraf otonom
samping yang paling
dan yang lebih dominan
sering terjadi pada
memblok saraf simpatis
anestesi spinal, dengan
sehingga terjadi
insidensi 38% dengan
vasodilatasi dan
penyebab utama adalah
penurunan tekanan
blockade saraf simpatis.
darah.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN  KeluhanUtama
 Nama : SDS : Janin letak sungsang.
 Jeniskelamin : Perempuan  Anamnesis Terpimpin :
 TanggalLahir/Usia: 05-10-
Pasien perempuan usia 29 tahun
1989/29tahun masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa
dengan pengantar dari Poli KIA
 Agama : Islam dengan G2P1A0 Gravid Aterm
 Suku : Makassar dan letak sungsan, rencana SC
 Pekerjaan : IRT (4/10/2018). Riwayat ANC 3 kali,
 Tanggal MRS : 3 Oktober 2018
Riwayat TT (-) Riwayat asma (-),
alergi (-), penyakit jantung (-),
 No. RM : 51.11.27 hipertensi (-), DM (-).
 Jenis operasi/alasan op : Sectio
Caesarea/G2P1A0, Gestasi 38
minggu 5 hari, belum inpartu,
indikasi letak bokong.
 Jenis anestesi : Anestesi Spinal
(SAB)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata : Sakit sedang / Gizi baik / Composmentis
GCS 15 (E4M6V5)
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanda Vital :
 Padatanggal 03/10/2018
Tekanandarah : 120/70 mmHg
Nadi : 83x/menit, reguler  WBC : 11,4 x 103/µL
Suhu : 36,60C  RBC : 4.18 x 106/µL
Pernapasan : 24x/menit, spontan  HGB : 9,3 g/dL
VAS :2  HCT : 29,6%
Kepala : mata ; konjungtiva anemis (-), pupil isokor
 PLT : 331 x 103/µL
Dada : simetris, retraksi (-)
 GDS : 61 mg/dL
Paru : Vesikuler , Rh -/-, wh -/-
Jantung : BJI/BJII kesan normal, murni, reguler, ictus  SGOT/SGPT : -/- U/L
cordis tidak tampak, tidak ada bising jantung.  Ureum/Kreatinin : -/- mg/dL
Abdomen : Ikut gerak napas, peristaltik (+) kesan normal  CT : 8’20”
Ektremitas : Tidak ada kelainan
 BT : 3’
Terpasang kateter : Terpasang
 HbsAg : Non Reaktif
Berat Badan : 51 kg
Pemeriksaan Luar : TFU 34 cm, LP 92 cm, situs
memanjang, punggung kiri, presentasi bokong, TBJ 3128
gram, DJJ 138x/I, HIS (-).
Pemeriksaan Dalam Vagina : Tidak dilakukan
KESAN ANESTESI
 Pasien perempuan berusia 29 tahun dengan diagnosis G2P1A0,
Gestasi 38 minggu 5 hari, belum inpartu, indikasi letak bokong,
klasifikasi ASA PS II.

PENATALAKSANAAN PRE OPERATIF


 Informed consent mengenai tindakan operasi.
 Informed consent mengenai pembiusan dengan anestesi lokal.
 Informed consent mengenai persiapan pasien dalam hal ini yaitu
puasa.

KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat
disimpulkan:
 Diagnosa Peri Operative : G2P1A0, Gestasi 38 minggu 5 hari,
belum inpartu, indikasi letak bokong.
 Status Operative : ASA PS II
 Jenis Operasi : Sectio Caesarea
 Jenis Anastesi : Anestesi spinal (SAB)
Laporan Anestesi
PRE OPERATIF PENATALAKSANAAN ANESTESI
 Informed consent (+)  Memastikan alat-alat dan medikasi
 Pasien puasa selama ± 8 jam sebelum yang dibutuhkan selama proses
operasi dimulai anestesi sudah lengkap seperti:
 Tidak ada gigi goyang dan tidak  Oxytocin 2amp dalam IVFD NaCl
memakai gigi palsu 0,9%
 Kandung kemih terpasang kateter  Kassa steril
 Sudah terpasang cairan infus  Alkohol
RL/NaCl/Asering  Povidon Iodine (Betadine)
 Keadaan umum: compos mentis  Plester
 Tanda vital:  Bupivacain HCL
 Tekanan darah : 120/70  Spuit 5 cc
mmHg  Jarum spinal
 Nadi :  Sarung tangan steril
83x/menit  Lampu
 Frekuensi napas : 20x/menit  Monitor tanda vital
 Suhu : 36,6  Alat-alat resusitasi
derajat celcius
 Medikasi tambahan yang dibutuhkan
seperti ephedrin, pethidin, fentanil,
TINDAKAN ANESTESI ketamin, atropin, midazolam,
 Anestesi spinal ondansentron, ranitidine,
dexamethason, asam traneksamat,
ketorolac.
TEKNIK ANESTESI
 Pasien posisi supine, terpasang IV line pada tangan kiri, terpasang monitor standar.
 Premedikasi : -
 Prosedur SAB:
Pasien diminta membungkuk. Menetukan tempat yang akan dilakukan penusukan.
Tempat tusukan disterilkan dengan betadine dengan arah memutar dari tengah ke
pinggir. Setelah itu menyuntikkan spinocan no.25, pada ruang antar vertebra lumbalis
yang sudah dipilih. Kemudian mandrin jarum spinal dicabut dan setelah cairan liquor
serebrospinalis sudah menetes keluar, bupivakain HCL dimasukkan menggunakan
semprit. Pasien siap dioperasi bila telah merasa kakinya berat dan tidak bisa
digerakkan.
 Maintenance : O2 2 liter/menit dan Oxycoticin 2amp dalan NaCl 0,9%
 Pasien pindah Recovery room

INTRAOPERATIF
Setelah di anestesi spinal, diamati tanda – tanda vital pasien, selang 15-30 menit, tiba-
tiba tekanan darah pasien turun menjadi 73/ 48 mmHg, dan nadi 67x/menit. Kemudian
diberikan efedrin 2cc, 5 menit kemudian tekanan darah diukur dan nadi dilihat di
monitor dan hasilnya naik menjadi 98/53 dan nadi 111. Lalu 15 menit selanjutnya di
tekanan darah dan nadi di ukur dan dilihat kembali di monitor menjadi 120/72 mmHg
dan nadi 106x/m.
Pemberian obat anestetik
lokal ke dalam ruang
subarakhnoid. Anestesia
spinal diperoleh dengan cara
menyuntikkan anestetik lokal
ke dalam ruang subarakhnoid
di region antara lumbal 2 dan
3, lumbal 3 dan 4, lumbal 4
nama lain dari anestesia dan 5
Anestesi spinal mempunyai
spinal antara lain analgesia
beberapa keuntungan
spinal, analgesia
dibandingkan dengan
subarakhnoid, blok spinal,
anestesia umum, khususnya
blok arakhnoid, anestesi
untuk tindakan operasi
subarakhnoid dan anestesi
abdomen bagian bawah,
lumbal. Teknik ini sederhana,
perineum dan ekstremitas
cukup efektif dan mudah
bawah.
dikerjakan.

Anestesi
Spinal
Anatomi
Beberapa Anestetik Lokal Yang
Sering Digunakan.
Lokal anesthesic Volum Onset Duration Masimum pKa Protein Lipid
e (ml) (mins) Single Dose Binding Solubility
For Spinal Dan potensi
(mg)

Procaine 1-2 Slow 30-60 100-200 8.9 6 +


Tetracaine 16 Slow 75-150 5-20 8.5 76 ++++
Lidocaine 1-2 Rapid 30-90 30-100 7.9 70 ++
Mepivacaine 1-2 Slow 30-90 40-80 7.6 77 ++
Bupivacaine
Hyperbarik 3-4 Slow 75-250 15-20 8.2 95,6 ++++
Isobarik 3-4 Slow 75-150 15-20 8.1 95,6 ++++
Levobupivacaine 1-3 Slow 90-120 15 8.1 97 +++
Ropivacaine 4 Slow 80-110 8-10 8.1 94 ++++
Patofisiologi
Daerah utama dari aksi
blokade neuraksial
adalah akar saraf.
Anestesi lokal disuntikkan
ke CSF (anestesi spinal)
atau ruang epidural
(anestesi epidural dan
kaudal) dan
menggenangi akar saraf
dalam ruang
subarachnoid atau ruang
epidural
1. Blokade somatik
2. Blokade otonom
Efek samping obat anestetik
lokal terhadap sistem tubuh
 Sistem kardiovaskular
 Sistem pernafasan
 Sistem pencernaan
 Sistem saraf pusat
 Imunologi
 Sistem muskuloskeletal
 Ginjal dan hepar
 Endokrin dan metabolisme
Manajemen Efek Samping Pada
Anestesi Spinal
Manajemen hipotensi

Posisi kepala lebih rendah 5º


Menjaga volume cairan
Denyut jantung :
<60 kali per menit Atropine 0,3 mg
60-80 kali per menit Ephedrine 3 mg
>80 kali per menit Metaraminol 0,5 mg
Komplikasi
 Ketinggian blokade saraf bisa
menimbulkan hipotensi sampai cardiac
arrest dan retensi urin
 Lokasi penyuntikkan
 Nyeri punggung
 Postdural puncture headache
 Hematoma spinal
 Toksisitas obat
 Transcient neurological symptoms
 Sindrom cauda equina

Anda mungkin juga menyukai