Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA PASIEN


INFEKSI TORCH

KELOMPOK 5
ALVINA DAMAYANTI (121561931)
DEFINISI TORCH
Toksoplasmosis, rubella virus, citomegalovirus, dan
herpes simplek virus, yang secara korelatif dikenal
sebagai infeksi TORCH, adalah suatu kelompok
organisme yang mampu menembus plasenta dan
memengaruhi perkembangan janin. (Bobak, 2005)
1. Toksoplasmosis
Adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat
mengonsumsi daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing.
Bumil dengan antibodi HIV beresiko karena toksoplasmosis
adalah salah satu infeksi oportunistik yang sering menyertai
HIV.
2. Rubella
Dikenal huga dengan sebutan campak Jerman adalah suatu
infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet.
3. Cytomegalo Virus
CMV ialah penyebab utama infeksi virus kongenital pada
janin dan neonatus serta merupakan infeksi yang paling sering
menyebabkan retardasi mental. Sumber infeksi virus meliputi
saliva, urin, air susu ibu, darah, dan sekresi servik atau vagina.
4. Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) merupakan
infeksi yang paling banyak ditemukan pada masa kanak-
kanak. Virus ini ditransmisi melalui kontak dengan sekresi
oral dan menyebabkan coldsores dan fever blisters.
(Bobak, 2005)
ETIOLOGI
1. Toxoplasma gondii merupakan protozoa intraseluler obligat yang
tergolong dalam filum apicomplexia. Hospes definitifnya adalah
kucing dan hospes sementaranya adalah burung dan mamalia,
termasuk manusia. (Saiful, 2017)
2. Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus.
Sindrom Rubella kongenital merupakan penyakit yang menular
melalui oral droplet, dari rute pernapasan hingga masuk ke aliran
darah. (Amin Huda, 2015)
3. Cytomegalo virus merupakan virus litik yang menyebabkan efek
sitopatik in vivo dan in vitro. Tanda patologi dari infeksi CMV
adalah sebuah pembesaran sel dengan tubuh yang terinfeksi
virus.(Bayu Fajar, 2018)
4. Herpes tipe 1 dan 2 adalah virus DNA. Dtransmisikan melalui
kontak langsung dan masuk melalui mukosa dan kulit dan
menyerang jaringan epitel. ( Amin Huda, 2015)
PATOFISIOLOGI
1. Toksoplasmosis
Umumnya ditularkan melalui 3 cara :
-menelan bentuk ookista toksoplasma dari kotoran kucing yang melekat di
tangan
-memakan makanan mentah seperti sayuran atau buah yang tidak dicuci atau
daging yang kurang matang.
-dan dari ibu kepada janin melalui plasenta
Penularan juga bisa terjadi melalui transfusi darah dan transplantasi organ. Ookista
dan kista yang ditelan akan pecah dalam usus dan mengeluarkan tropozoit
yang akan menyerang sel tubuh dan berkembang biak di dalamnya. Sel yang
telah penuh dengan tropozoit akan pecah dan menyerang sel lain di sekitarnya.
Parasit dapat menyerang semua sel tubuh kecuali sel darah merah, serta
mampu melewat dinding usus, blood brain barrier dan plasenta. Parasit tidak
menghasilkan toxin, tetapi pertumbuhan kista intraseluler akan menyebabkan
sel tubuh menjadi nekrosis. (Saiful, 2017)
2. Rubella

Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk


awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami
masa inkubasi antara 11-14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60%
pasien akan mengalami ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi
terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2
bagian: viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat
replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus
untuk masuk ke dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia fetal,
replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal dapat
menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi yang dilahirkan dengan
rubella kongenital 90% dapat menularkan virus yang infeksius melalui
cairan tubuh selama berbulan-bulan (Amin Huda, 2015)
3. Cytomegalovirus
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam
tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini
belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini. Ada 3 jenis CMV:
1. Kongenital : didapat dalam rahim melalui plasenta.
2. Aku-didapat : didapat selama atau setelah kelahiran sampai
dewasa. Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak
yang masih kecl dan dapat terjadi akibat transfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita
imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani transplantasi
organ. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan
dapat menyebabkan reaktivitas virus. (Bayu Fajar, 2018)
4. Herpes
HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata,
dengakan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus
ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik
lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV
akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4-
6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehngga sel akan menjadi
lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia
dimana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Disini virus
akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah
mukosaa dan kulit yang lain. (Saiful,2017)
MANIFESTASI KLINIS
1. Toxoplasmosis
- Retinokoroiditis 2. Rubella
- Hepatoslenomeg Gejala umum pada remaja
ali
- Demam ringan
- Kalsifikasi
- Sakit kepala
intrakarnial
- Nyeri tenggorokan
- Hidrosefalus
- Kemerahan pada
- Mikrosefali konjungtiva
- Retardasi
- Rhinitis
mental
- Batuk
- Limfadenopatik
Pada bayi yang lahir dari ibu
rubella:
- Sindrom rubella kongenital,
trias anomali kongenital
pada mata, telinga dan
defek jantung.
3. Cytomegalovirus
- Ppteki dan ekimosis 4. Herpes
- Retardasi Infeksi primer
-Demam
pertumbuhan
-Malaise
intrauterin
- Prematuritas -Anoreksia
- Pada bayi baru lahir : -Pembengkakan keenjar
purpura, hilang getah bening regional
pendengaran, Infeksi sekunder
-Trauma fisik (kurang
korioretinitas: buta,
demam, kerusakan tidur, infeksi,
otak. berhubungan seksual)
- trauma psikis (gangguan
emosional, menstruasi)
-Rasa panas, gatal, dan
nyeri
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Toksoplasmosis
Pengobatan terpilih toksoplasmosis kongenital adalah kombinasi
pirimetamin dan sulfadizin. WHO dan CDC merekomendasi
protokol terapi terhadap bumil yang terinfeksi berupa kombinasi
pirimetamin, sulfadiazin dan asam folat untuk mencegah depresi
sumsum tulang.
2. Rubella
-farmakologi: acetaminopen atau ibuprofen dapat mengurangi
demam & nyeri
-pengobatan rawat jalan
-pengobatan untuk bumil: untuk pencegahan, vaksin kombinasi
sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi camak & gondongan
dikenal dgn vaksin MMR.
3. Cytomegalovirus
Tidak ada terapi khusus untuk CMV pada individu yang sehat.
Pasien dengan gangguan kekebalan dan mereka yang memiliki gejala
mononukleosis atau gejala hepatitis diobati berdasarkan gejala yang
timbul atau dengan terapi antivirus.
4. Herpes
Pada lesi dini dapat digunakan obat topikal berupa salep atau krim
yang mengandung preparat idoksuridin atau preparat asiklofir
mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa
rekuren.
untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.
pada bumil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi
disuntikkan asklofir IV. (Amin Huda,2015)
ASKEP TORCH
1. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama: merasakan nyeri di ekstremitas, demam
b. Riwayat kesehatan:
-suhu tubuh meningkat
-malaise, mual dan muntah
-nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
-pasien sering berkontak langsung dengan binatang
-pasien sering mengkonsumsi daging setengah matang
-pasien pernah mendapat transfusi darah
d. Pemeriksaan fisik:
-mata: nyeri
-perut: diare, mual dan muntah
-integumen: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, tmbulnya rash pada
kulit
-muskuloskeletal: nyeri dan kelemahan
a.
2. DIAGNOSA UTAMA
a. Hipertermi b.d respon sistemik tubuh
Tujuan: termoregulasi
KH: suhu tubuh dan TTV dalam batas normal
warna kulit kembali normal
Intervensi:
-monitor suhu minimal 2 jam sekali
-monitor TTV
-berikan antipiretik
-pantau warna kulit
-tingkatkan asupan cairan pasien
-selimuti pasien untuk mencegah pemulihan kehangatan tubuh
b. Intoleransi aktivitas b.d nyeri otot
Tujuan: nyeri dapat terkontrol dan berkurang
klien dapat melakukan aktivitas dengan optimal
KH: skala nyeri berkurang
keadaan umum membaik
peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Intervensi:
 Kaji nyeri secara komprehensif
 Berikan posisi yang nyaman
 Penatalaksanaan pemberian therapi analgetik
 Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
 Anjurkan klien untuk beristirahat dan meminimalkan aktivitas
 Anjurkan keluarga klien untuk membantu klien dalam beraktivitas
Thank’s for your attention!!!

Anda mungkin juga menyukai