PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable
diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases)
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem
vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum
pasienmengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung
koroner,gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury acute
renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada
fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan
konsentrasikreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN (blood Urea
Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal,
sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi
urin.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-
90%.Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3
mg/dL kreatinin serum merupakan prognostik penting yang signifikan. Peningkatan
kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan
trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan nilai BUN juga
dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau
saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu di
perlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena
kerusakan ginjal atau tidak.
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Gagasan yang dijelaskan telah mengarah pada definisi konsensus cedera ginjal
akut oleh Kualitas Dialisis Akut Prakarsa. RIFLE ini (risiko, cedera, kegagalan,
kerugian, akhir tahap) kriteria telah didukung secara luas dengan modifikasi kecil oleh
4
Cedera Ginjal Akut Jaringan, dan kedua definisi sekarang telah divalidasi dalam
ribuan pasien3 dan tampaknya bekerja sama dengan satu sama lain. Definisi
konsensus baru yang menggabungkan Kriteria RIFLE dan Jaringan Cedera Ginjal
Akut definisi telah muncul dari Penyakit Ginjal: Meningkatkan Global Outcomes (K-
DIGO) group.
Cedera ginjal akut adalah hal yang umum dan penting tantangan diagnostik
dan terapeutik untuk dokter. Insiden bervariasi antara definisi dan populasi, dari lebih
dari 5000 kasus per juta orang per tahun untuk cedera ginjal akut tanpa dialisis, untuk
295 kasus per juta orang per tahun untuk penyakit dialisis yang memerlukan.
Gangguan ini memiliki frekuensi 1 · 9% di rumah sakit pasien rawat inap4 dan sangat
umum di pasien sakit kritis, di antaranya prevalensi akut cedera ginjal lebih besar dari
40% saat masuk ke unit perawatan intensif jika ada sepsis. Terjadi lebih dari 36%
pada hari setelah masuk ke unit perawatan intensif, dan prevalensi lebih besar dari
60% selama perawatan unit perawatan intensif.
Beberapa penyebab cedera ginjal akut sangat lazim di beberapa pengaturan
geografis. Sebagai contoh, kasus yang terkait dengan hipovolemia sekunder Diare
sering terjadi di negara berkembang, sedangkan operasi jantung terbuka adalah
penyebab umum di negara maju negara-negara. Selanjutnya, di negara tertentu,
gangguan tertentu adalah umum di masyarakat, sedangkan yang lain hanya muncul di
rumah sakit. Jadi, apapun pendekatan diagnostik untuk penyebab atau pemicu akut
cedera ginjal harus mempertimbangkan konteks lokal dan epidemiologi.
(Lancet 2012; 380: 756–66).
2.3 Etiologi
1. Penyebab prerenal (terjadi hipoperfungsi ginjal) akibat kondisi yang
menyebabkan berkurangnya aliran darah ginjal dan menurunnya filtrasi
glomerulus. Keadaan penipisan volume (hipovolemia seperti luka bakar dan
perdarahan atau kehilangan cairan melalui saluran pencernaan), vasodilatasi
(sepsis dan anafilaksis), gangguan fungsi jantung (infark miokardium, CHF,
atau syok kardiogenik), dan terapi diuretik. Hal ini biasanya ditandai dengan
penurunan turgor kulit, mukosa membran kering, penurunan berat badan,
hiptensi, oliguri, atau anuria.
2. Penyebab intrarenal kerusakan aktual jaringan ginjal akibat trauma jaringan
glomerulus atau tubulus ginjal. Keadaan yang berhubungan dengan iskemia
5
intrarenal, toksin, proses imunologi, sistematik, dan veskuler. Pemaikan obat
anti inflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada pasien lansia karena
mengganggu prostglandin yang melindungi aliran daerah renal. NSAID
menyebabkan iskemik ginjal. Cidera akibat terbakar dan benturan
menyebabkan pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepasan
dari otot ketika cidera, sehingga terjadi toksik renal, iskemik, atau keduanya).
Cidera akibat benturan dan infeksi serta agen nefrotogsik menyebabkan
nekrosis tubulus akut (ATN). Selain itu, reaksi tranfusi menyebabkan gagal
intrarenal dimana hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis
melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal. Hal ini
biasanya ditandai dengan demam, kemerahan pada kulit, dan edema.
3. Penyebab post renal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine
melalui saluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di tubulus
meningkat sehingga laju filtrasi glomerulus meningkat. Hal ini biasanya
ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih dan
perubahan aliran kemih.
2.5 Patofisiologi
Kondisi gagal ginjal akut disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu pre renal,
renal dan post renal. Ketiga factor ini memiliki kaitan yang berbeda-beda. Pre renal
berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah (blood flow) ke ginjal mengalami
penurunan (hipoperfusi). Kondisi ini dipicu oleh kondisi hipovolemi, hipotensi,
vasokontriksi dan penurunan cardiac output. Dengan adanya kondisi ini, maka GFR
(Glomeruler Filtration Rate) akan mengalami penurunan dan meningkatkan
reabsorbsi tubular. Untuk factor renal berkaitan dengan adanya kerusakan pada
jaringan parenkim ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh trauma maupun penyakit-penyakit
pada ginjal itu sendiri jaringan yang menjadi tempat utama fisiologis ginjal, jika rusak
akan mempengaruhi berbagi fungsi ginjal. Sedangkan factor post renal berkaitan
dengan adanya obstruksi pada saluran kemih, sehingga akan timbul stagnansi bahkan
adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan demikian beban tahanan / resistensi
ginjal akan meningkatkan dan akhirnya mengalami kegagalan (Judith, 2005).
Patogenesis penyakit inflmatory ginjal parenkim (misalnya glomerulonefritis
dan vaskulitis) bersifat kompleks dan melibatkan hampir semua aspek Sistem inflasi
bawaan dan antibodi-mediasi dan ammatory mekanisme sel termediasi-imun.11-11
Dalam Seminar ini, kami fokus pada cedera ginjal akut sekunder akibat prerenal
faktor karena formulir ini adalah yang paling umum di negara maju, pasien rawat inap
yang dirawat inap, dan terutama pada pasien sakit kritis. Sebagian besar pemahaman
kita tentang patofisiologi cedera ginjal akut prerenal akut berasal dari pekerjaan pada
7
hewan. 18,19 Studi model iskemik akut diinduksi oleh oklusi akut arteri ginjal banyak
jalur mungkin dilibatkan dan mekanisme cedera organ.20,21 Sistem koaginasi adalah
diaktifkan secara lokal, 22 leukosit infiltrasi ginjal, 23 endotelium adalah wound24
dan molekul adhesi menyatakan, 25 sitokin dilepaskan, 26 reseptor tol diinduksi, 27
jalur vasokonstriktor intrarenal diaktifkan, 28 dan diinduksi apoptosis. 29 Perubahan
terkait juga terjadi pada sel tubular dengan kehilangan atau kebalikan dari polaritas30
dan hilangnya adhesi ke membran basement.20 Renal cedera tampaknya memicu
cedera organ di tempat lain (yang disebut pembicaraan lintas organ) 31 melalui jalur
yang tidak jelas, lebih jauh menekankan kompleksitas respons biologis terhadap
cedera ginjal akut. Sayangnya, model iskemik ini memiliki signifikansi klinis yang
kecil relevansi dengan penyakit seperti sepsis. 32.33 Sepsis adalah pemicu cedera
ginjal akut yang paling umum di rumah sakit
8
2.6 Pathway GGA
Penurunan
MK : MK : KELEBIHAN Mekanisme
oksigenasi sirkuasi
GANGGUAN VOLUME CAIRAN kompensasi
ELIMINASI
hipoksemia
hiperventalisasi
Akumulasi residual urine
Hipoksia sel
MK :
Timbunan zat sisa metabolisme KETIDAKEFEK
2.8 Komplikasi
10
Sebagai organ vital yang menjaga homeostatis tubuh, ginjal akan mengatur
beberapa proses reguasi. Oleh karena itu, gangguan fungsi / kegagalan fungsi
fisiologis pada ginja akan berdampak pada ketidakseimbangan dalam sirkulasi dan
metabolism tubuh. Berikut ini adalah beberapa ptensial komplikasi yang bisa terjadi
pada pasien dengan gagal ginjal akut (Leppert, 2004) :
1. Keseimbangan elektrolit tubuh
a. Hiperkalemia
b. Hiponatremia
c. Asidosis metabolic
d. Hipokalsemia
e. Hiperphospatemia
f. Hieprmagnesia
2. Fungsi jantung dan paru
a. Edema pulmonal
b. Perikarditis
c. Hipertensi
3. Gastrointestinal
a. Nausea
b. Vomiting
c. Anoreksia
d. Perdarahan
4. Hematologi
a. Anemia
b. Disfungsi platelet
5. Neurologis
a. Pusing
b. Obtundation
c. Asterixis
d. Myoclonus
e. Seizures
f. Dialytc
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
12
A. Pengkajian
Dalam pengkajian dalam menegakkan permasalahan keperwtan pada
kien gagal ginjal, amaka ada beberapa pengakajian dsar yanag harus dilakukan
untuk menghasilkan data focus, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif.
Berikut ini adalah beberapa anamnesa dan kajian fisik pada klien dengan gagal
ginjal (kahan, 2009).
1. Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui kondisi hipo / hipertensi,
hipo / hipertermi, takikardia atau distrees napas yang dikarenakan oleh
penurunan cardiac output :
Pada klien gagal ginjal dimana sirkulasi sistemik mengalami
gangguan / penurunan, maka akan berdampak pada blod flow dalam
sirkulasi yang juga akan menurun (cardiac output decrease). Namun ,
perlu diperhatiakan bahwa klien yang dirawat di Rumah sakit pada fase
akut sering mengalami peningkatan metabolic dan peningkatan
kebutuhan cairan karena dampak dari kondisi sekundernya
penyakitnya, misalnya adanya komplikasi sepsis dan post operasi.
2. Analisa dan hitung haluaran urine secara akurat :
Dianjurkan untuk menghitung secara obyektif haluaran urine
pda klien gagal ginjal dengan membuat draft pada lembar kertas
observasi urine output. hal ini akan bermanfaat untyk mengetahui
fungsi ginjal dalam hala ekskresi dan seberapa besar cairan yang
tertahan dalam tubuh.
3. Kaji masukan cairan (makanan, minuman, terapi ciran via parenteral
daan sumber input lainnya) :
Haluaran urin dipengaruhi oeleh besran input cairan. Oleh
karena itu, perhitungan keseiimbangan anatara input dan output akan
memberikan informasi yang akurat dalam penentuan fungsi ginjal.
B. Pemeriksaan Ginjal
Pada pemeriksaan ginjal, beberapa hal yang perlu diamati pada saat
melakukan :
1. Inspeksi diantaranya adalah adanya pembesaran pada daerah pinggang
atau abdomen sebelah atas. Pemebesaran merupakan akibat dari adanya
hidronefrosis atau tumor apada derah retroperitoneal. Sementara itu
untuk palpasi harus
2. Sementara untuk palpasi, pada metode pemeriksan ini dimaksudnya
untuk mengetahui ada pembesran pada ginjl akibat dari perengangan
kapsula ginjal.
Keadan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan adalah :
14
a. Cahaya ruangan cukup baik
b. Pasien terus rileks
c. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai
sympisis pubis.
Utuk mendapatkan relaksasi dari pasien adalah :
1) Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2) Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan
lutut pada posisi fleksi (bila diperlukan)
3) Kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Bila tangan
diatas kepala akan menarik adan menegangkan otot perut
4) Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, dan kuku harus
pendek. Dengan jalan menggesek gesek tangan kan membuat
telapak tangan jadi hangat
5) Lakuka pemeriksaan perlahan-lahan, hindari gerakan yang
cepat dan tak diinginkan
6) Jika perlu ajak pasien berbicara sehaingga pasien akan lebih
relak
7) Jika pasien sangat sensitive dan mulailah palpasi dengan
tangan pasien dendiri dibawah tangan pemeriksa
menggantikan tangan pasien
8) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan raut
muka dn emosi pasien.
Palpasi Ginjal :
1. Ginjal kanan
Letakkaan tangan kanan di bawah dan parare dengan iga 12
dengan ujung jari menyetuh sudut costovetebra. Angkat dan
dorong ginjal akanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan
secara gente di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan pararel
dengan muskulus.rektus bdominalis dekstra. Suruh pasien
bernafas dalam saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan
akanan cepat dan dalam di kwadrant kanan atas dibawah pinggir
arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara tangan
Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan
kanan secara pelan-pean dan rasakan bagaimana ginjal kanan
15
kembali keposisi semula dalam ekspirasi. Jika ginjal kanan
teraba tentuka ukuran , countur, dan adanya nyeri tekan.
2. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah kesebalah kiri pasien.
Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari
bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri
atas lakukan seperti sebelumnya. Pda keadaan noral ginjal kiri
jarang teraba.
3. Pemeriksaan ginjal dengan perkusi ; nyeri tekan ginjl mungkin
ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebra. Kadang-kadang penekanan pada ujung jari
pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula
ditinju dengan permukaan ulnar kepala tangan kanan dengan
beralaskan volar tangan kiri (fish percussion).
17
Imobilitas
4. Gangguan pertukaran gas (00030)
Definisi : kelebihan atau deficit pada oksigen dan atau eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolar –kapiler
Batasan karakteristik :
pH darah arteri abnormal
pernapasan abnormal (kecepatan, irama, kedalaman)
warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
konfusi
diaforesis
dispnea
sakit kepala saat bangun
hiperkapnea, hipoksemia, hipoksia
pernapasan cuping hidung
gelisah, samnolen
takikardi
Factor yang berhubungan :
Perubahan membrane alveolar-kapiler
Ventilasi-perfusi
Kriteri hasil :
18
Tekanan darah, pulsasi radial,MAP,CVP,pulsasi perifer dalam batas
normal
Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
Tugor kulit baik
Membrane mukosa lembab
Kadar serum elektrolit, hematokrit, dan berat jenis urine normal
Outpu urine 8 jam normal
Warna urine , pH urin dan kadar elektrolit dalam rentang normal
Tidak terjadi peningkatan BUN,kreatinin serum, natrium serum,
glukosa urine, protein urin, leukosit
Tidak terjadi peningkatan berat badan , hipertensi, nusea,
fatigue,malaise, anemia dan edema
NIC :
Fluid monitoring
Aktivitas keperawatan :
Kaji riwayat jumlah dan tipe intake cairan serta kebiasaan eliminasi
Cek capillary refill time dan turgor kulit
Monitoring berat badan, intake dan output, serum dan urine
elektrolit, albumin serum dan protein total, osmolalitas urin dan
serum, tanda-tanda vital, tekanan darah ortostatik
Jaga keseimbangan intake dan output
Monitoring tanda gejala terjadinya asites
Rencanakan tindaka dialysis
Hypervolemia management
Aktivitas keperawatan :
Timbang berat badan tiap hari
Monitoring hasil laboratorium terhadap potensial terjadinya
peningkatan tekanan onkotik plasma (peningkatan protein dan
abumin)
Monitoring hasil laboraturium yamng menyababkan kondisi
hipervolemia
19
Monitoring intake dan output
Batasi asupan cairan
Hindari pemberian cairan parenteral hipotonik
Siapkan pasie untuk dialysis
2. Ketidakefektifn perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, hipertensi .
NOC :
Setelah dilakukan tindaka keperawatan…x 24 jam, klien akan :
Circulation status
Tissue perfusion : peripheral yang dibuktikan dengan indicator (1:
sangat berat, 2 : berat, 3 : Sedang, 4 : Ringan, 5 : Tidak ada gangguan)
Kriteria hasil :
Tekanan darah sistolik, diastolic, nadi , MAP, CVP, teknan paru,
pulsasi karotis, pulsasi brakhialis, pulsasi radialis, pulsasi femoralis,
dengan rentang normal
PaO2 dan PaCO2 dalam rentang normal
Satursi oksigen normal
Capirally refill tima < 2 detik
Tidak ada pemnambahan berat badan yang mendadak
Temperature kulit ekstremitas normal
Tidak ada nyeri lokalisasir pada ekstremitas, nekrosis, kesemutan,
kelemahan oto, pucat, kram otot.
NIC :
Fluid / elektrolit management
Aktivitas keperawatan :
Monitoring abnormalitas nilai serum elektrolit
Lakukan pemeriksaan laboratorium (hematokrit, BUN, protei,
natrium dan kalium)
Beri cairan sesuai kebutuhan dan tingkatkan asupan per oral
20
Batasi / hindarai cairan yang yang bersifat dieresis / laktasif
Koreksi kondisi preoperative dehidrasi
Peripheral sensation management
Aktivitas keperawatan :
Monitoring tingkat sensitifitas terhadap sesnsai panas dan dingin
Monitoring terjadinya penurunan sensasi (mati rasa, kesemutan
dan nyeri)
Anjurkan klien untuk berhati-hati saat kontak dengan benda yang
panas dan dingin
Lindungi tubuh terhadap perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Rencanakan pemberian analgesic, kortikosteroid, antikonvulsan,
antidepresan
Monitoring terjadinya trombophlebitis dan vena tromboemboli
3. Intoleransi aktivitas b.d Kelemhan umum, Ketidakseimbangan antara
supali dan kebutuhan oksigen, Imobilitas
NOC :
Setelah dilakukan tindaka keperawatan…x 24 jam, klien akan :
Activity tolerance
Self -Care : activities of daily living (ADL) yang dibuktikan dengan
indicator (1: sangat berat, 2 : berat, 3 : Sedang, 4 : Ringan, 5 : Tidak
ada gangguan)
Kriteria hasil :
Saturasi oksigen , denyut nadi, frekuensi napas pasca aktifitas normal
Tidak ada sesak nafas
Tekanan darah sistolik dan diastolik pasca aktifitas normal
Tidak ada sianosis pasca aktifitas
Kemampuan melakukan aktiftas sehari-hari
Mampu melakukan aktiftas sehari-hari, meliputi : makan ,memakai
pakaian, toileting, berdandan, personal hygiene, berjalan, mobilitas
dengan kursi roda dan berpindah secara mandiri.
NIC :
21
Energy management
Aktivitas keperawatan :
Kaji status psikologis klien dan kondisi fatigue
Monitoring intake nutrisi sebgai sumber energy
Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan energy
asuapan nutrisi
Kaji pola tidiur dan waktu tidur klien
Kaji loksi yang menimbulkan nyeri / tidak nyaman selama
beraktifitas
Gunakan ROM aktif / pasif untuk melatih kekuatan otot
Atur pola keseimbangan aktifitas dan istirahat
Self-care assistance
Aktivitas keperawatan :
Pertimbangkan budaya dan usia klien ketika akan meningkatkan
aktifitas perawatan diri
Monitor kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Bantu kien untuk melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Dorong klie untuk melakukan pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
tingkat kemampuanya.
Anjurkan keluarga untuk membantu klien jika mengalami keuslitan
dalam memenuhi kebutuhanya
4. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membrane alveolar-kapiler,
Ventilasi-perfusi
NOC :
Setelah dilakukan tindaka keperawatan…x 24 jam, klien akan :
Electrolyte ang acid / base balance
Respiratory status : gas exchange yang dibuktikan dengan indicator (1:
sangat berat, 2 : berat, 3 : Sedang, 4 : Ringan, 5 : Tidak ada gangguan)
Kriteria hasil :
Seluruh hasil menunjukkan nilai normal (nadi tapikal dan radial, RR,
irama napas, natrium serum, kalium serum, klorida serum, kalsium
serum, magnesium serum, pH serum, albumin serum, kretinin serum,
22
bikarbonat serum, CO2 serum, osmolaritas plasma, glukosa serum,
hemtokrit, BUN, rasio BUN dan krestinin, pH urine, natrium urine,
klorida urine, osmolaritas urine, BJ urine)
Tidak ada fungsi, kelemahan otot / kram otot, kram abdomen
Tidak ada mual,disritmia,dan prasetia
pH arteria normal
Saturasi oksigen normal
Terjadi keseimbangan perfusi –ventalasi
Tidak ada dyspnu saat kondisi istirahat maupun aktifitas ringan
Tidak ada siaonosis
NIC :
Acid-Base Manegement
Aktifitas Keperawatan:
Kaji patensi jalan napas
Atur posisi untuk optimalisasi ventilasi ( buka jalan napas dan
elevasi kepala)
Pastikan patensi akses intravena
Monitor nilai BGA (Ph arteri,paCO2,dan HCO3,dll) untuk
menentukan tipe respiratorik / metabolik ,dan kompensasi
mekanisme fisiologis (kompensasi pulmonal/ginjal)
Monitoring sirkulasi oksigenasi jaringan (PaO2,SaO2,Hb,dan
cardiac output)
Monitoring gejala gagal nafas (PaO2 rendah, peningkatan PaCO2,
dan kelemahan otot pernapasan)
Monitor intake dan output cairan elektrolit
Monitoring kehilangan asam berlebihan (muntah, haluaran
nasogastrictube,diare,dan dieresis)
Monitoring status neurologis (kesadaran dan pusing)
Sediakan hidrasi yang yang adekuat dan elektrolit yang seimbang
Ventilation Assistance
23
Aktifitas Keperawatan:
Perhatankan patensi jlan napas
Atur posisi klien untuk meringankan dispneu
Anjurkan dan dorong klien untuk melakukan napas dalam dan
batuk efektif
Kaji fungsi napas dengan spirometer
Auskultasi suara napas untuk mengetahui area yang mengalami
penurunan.
Kelola pemberian oksigen tambahan, penangan nyeri, terapi untuk
meningkatkan ventilasi (bronkodilator)
Lakukan resusitasi jika terjadi gagal napas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gagal ginjal akut merupakan gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara
mendadak dengan tanda gejaala khas berupa oliguria / anuria dengan peningkatan
BUN (Blood Ureum Nitrogen) atau kreatinin serum. Secara pergantian umum gagal
24
ginjal akut juga disebut sebagai Acute Renal Faiure (ARF) atau Acute Kidney Injury
(AKI) (Graber, 2006 ; Wilcox, 2009). Penyebab gagal ginjal akut yang dibagi menjadi
3 besar yaitu: Pre-renal, Renal, Post-renal.
Gejala klinis dari gagal ginjal akut yang tampak adalah adanya oligouri,
anuria, high output renal failure BUN, dan kreatinin serum yang meningkat. Tujuan
utama dari pengelolaan GGA adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal,
mempertahankan hemostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi metabolik
dan infeksi, serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh
secara spontan.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
25
Hoste EAJ, Kellu JA.2007.Incidence, Classification, and Outcomes of Acute Kidney
Injury:The Clinical Research, Investigation, and System Modeling of Acute Illness
(CRISMA)Laboratory.Belgium:University of Pittsburgh, School of Medicine USA.
Jorres A.2010.Management of Acute Kidney problems.New York:Springer Heidelberg
Dordrecht London.
Judith.2005.Pathophysiology A 2-in-1 Reference for Nurses.Philadelphia;Lippincott Williams
& Wilkins.
Moorhead et all.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC):Fourt
Edition.Missouri:Mosby.
Moorhead et all.2012.Nursing Outcomes Classification (NOC):fifth Edition.Missouri:Mosby.
NANDA International.2013.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Prabowo, Eko dkk.2014.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Wilcox CS, Thiser CC.2009.Handbook of Nephrology & Hypertension Sixth
Edition.Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins.
Nursalam.2006.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan.Edisi Pertama-Jakarta.
Prof Bellomo Rinaldo.2012.Acute Kidney Injury.Australian and New Zealand Intensive Care
Research Centre; School of Public Health and Preventive Medicine; Monash University;
Melbourne.Lancet
Zuk Anna, dkk.2016.Acute Kidney Injury.Annual Reviews Futher
26