Kondisi Pasien
Data fokus hasil wawancara, pemeriksaan fisik, data penunjang, dan terapi (dibuat dalam tabel)
1) Penurunan Curah Jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard d.d Perubahan EKG, TD: 98/60
mmHg, N:109x/menit, Spo2: 94%, RR: 23x/menit, pasien mengalami sesak dan nyeri dada serta
kelelahan
2) Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Hiperventilasi d.d Spo2: 94%, RR: 23x/menit, pasien mengalami
sesak, pasien tampak tidak nyaman terlihat sesak dan menahan rasa saki, pasien tampak pucat,
berkeringat, lemas dan kelelahan
3) Nyeri Akut b.d Agen cidera biologis (iskemik miokard) d.d pasien mengeluh nyeri dibagian dada
menjalar hingga ke punggung, skala nyeri 4/2, nyeri seperti tertimpah beban berat dan berdebar-
debar dengan keras, nyeri terasa hilang timbul, pasien tampak tidak nyaman
Rasional
Coronary artery disease (CAD) merupakan keadaan dimana terjadi penumpukan plak pembuluh darah
koroner, hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri
yang menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor
memicu penyakit ini yaitu: gaya hidup, faktor genetik, usia dan penyakit penyerta yang lain (Sherwood,
2014). Ketika penyumbatan di arteri koroner menjadi lebih parah, pasien akan merasakan angina (nyeri
dada), yang bisa menyebabkan kondisi infark miokard yang fatal (AHA, 2015). Berkurangnya aliran darah
coroner menyebabkan iskemia miokardium. Ketika kebutuhan oksigen miokardium lebih besar dibanding
yang dapat disuplai oleh pembuluh yang tersumbat sebagian, sel miokardium menjadi iskemik dan berpindah
ke metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob menghasilkan asam laktat yang merangsang ujung saraf otot,
menyebabkan nyeri. Selain itu, penumpukan asam laktat mempengaruhi permeabilitas membrane sel, yang
melepaskan zat seperti histamine, kinin, enzim khusus yang merangsang serabut saraf terminal diotot jantung
dan mengirimkan impuls nyeri ke system saraf pusat. Nyeri berkurang saat suplai oksigen kembali dapat
memenuhi kebutuhan miokardium (LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
Pasien dengan CAD ketika dilakukan pemeriksaan EKG terdapat beberapa perubahan EKG (dilakukan saat
pasien berbaring atau istirahat), dimana temuan yang penting terutama pada segmen ST dan gelombang T.
Perbedaan antara STEMI dan NSTEMI adalah adanya elevasi segmen ST pada STEMI. Sebagian kecil
pasien dengan unstable angina dan NSTEMI memiliki gambaran EKG yang normal. Perubahan pada segmen
ST maupun T inversi pada hasil EKG pada saat disertai gejala menunjukkan bahwa terdapat penyakit
kardiovaskular yang serius. EKG pada unstable angina dan NSTEMI sering menunjukkan gambaran iskemik
berupa depresi segemen ST dan atau inversi gelombang T (PERKI, 2018).
Pada kasus ini pasien mengeluh nyeri dibagian dada menjalar hingga ke punggung, skala nyeri 4/2, nyeri
seperti tertimpah beban berat dan berdebar-debar dengan keras, nyeri terasa hilang timbul. Pasien juga
mengungkapkan bahwa ia mengalami sesak/ sulit untuk bernapas, lemas dan merasa lelah serta pasien juga
merasakan mual. Pasien mengatakan kondisinya diperburuk ketika ia melakukan aktivitas. Dari hasil
observasi didapatkan data Tanda tanda vital: TD: 98/60 mmHg, N:109x/menit, S: 370C, Spo2: 94%, RR:
23x/menit, EWS: 3, terpasang oksigen dengan nasal canul 3lpm, pasien tampak tidak nyaman terlihat sesak
dan menahan rasa saki, pasien tampak pucat, berkeringat, lemas dan kelelahan ketika beraktivitas.
Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard menjadi diagnosa keperawatan prioritas
utama pada kasus Tn.T, penurunan curah jantung terjadi akibat perubahan struktur dan fungsi jantung hingga
mengakibatkan penurunan suplai darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh yang akan
mempengaruhi kondisi lainya yang dialami oleh pasien, pasien dapat mengalami nyeri dada akibat
metabolisme anaerob yang terjadi dikarenakan kurangnya pasokan oksigen, pasien juga dapat mengalami
dispneu akibat pasokan oksigen dalam tubuh tidak tercukupi (Black dan Hawks, 2014). Yang ditandai oleh
adanya perubahan EKG, pasien mengungkapkan adanya nyeri dan sesak. Hasil TTV: : TD: 98/60 mmHg,
N:109x/menit, S: 370C, Spo2: 94%, RR: 23x/menit, EWS: 3, pasien tampak pucat, berkeringat dan
kelelahan.
Diagnosa keperawatan kedua yaitu ketidakefektifan pola napas b.d Hiperventilasi, ketidakefektifan pola
napas terjadi karena berkurangnya aliran darah ke jantung sehingga mengakibatkan menurunnya suplai
oksigen dan nutrisi ke jantung sehingga dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian otot jantung (AHA,
2015).
Diagnosa keperawatan ketiga yang diangkat pada kasus ini adalah nyeri akut b.d Agen cidera biologis
(iskemik miokard) nyeri merupakan sebuah pengalaman yang tidak nyaman dan tidak enak yang dirasakan
individu, nyeri yang dialami oleh individu dapat berpengaruh dalam segala aktivitas individu seperti makan,
istirahat dan tidur hingga mempengaruhi saraf saraf (Black dan Hawks, 2014).
Referensi (APA Style)
America Hearth Association.(2015). Coronary Artery Disease- Coronaru Hearth Disease. Retrieved form
https://www.heart.org/en/health-topics/consumer-healthcare/what-is-cardiovascular-
disease/coronary-artery-disease
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan.
Jakarta: Elsevier
Herdman, T.H. (2018). Nanda Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC
Nurarif,A & Kesuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda nic
noc. Edisi revisi jilid 3. Jogjakarta: Medication Publishing
PERKI.(2018).Pedoman Tata Laksana Sindorm Koroner Akut. Edisi 4. Jakarta:PERKI retrieved from
https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-ACS-2018.pdf\
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien (Inisial) : Tn. T
Usia : 84 th
Ruangan : Gilead-3312
No. Rekam Medis : 10-37-53-28
Tanggal Masuk : 08/04/2022
Tangal Pengkajian : 11/04/2022
Diagnosa Medis : CAD, DM, POST COVID
Faculty of Nursing Nama Praktikan : Priskila Krismonica
UNIVERSITAS PELITA NIM : 01503210068
HARAPAN Nama Pembimbing : Ibu Maria Christina
Nama dan
TANGGAL/ TUJUAN DAN
NO DK INTERVENSI RASIONAL Tanda
WAKTU KRITERIA HASIL
Tangan
11/04/2022 1 Setelah dilakukan Observasi 1) Agar mengetahui perubahan
tindakan keperawatan 1) Observasi TTV pasien keadaan umum pada pasien
selama 3 x 24 jam Mandiri 2) Mengidentifikasi adanya
diharapkan curah jantung 2) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, nyeri dada yang berulang
pasien adekuat dengan lokasi, durasi) sehingga dapat ditangani
kriteria hasil: 3) Monitor perubahan EKG dengan tepat
- TTV pasien dalam 4) Monitor adanya dispneu, takipneu dan 3) Memantau adanya perubahan
rentang normal (Td: ortopneu EKG sehingga dapat
120/80 mmHg, N:60- 5) Bantu Adls pasien ditangani dengan tepat
100 x/menit, RR: 12- Edukasi 4) Memantau kondisi dan status
20x/menit, Spo2: 96- 6) Edukasi pasien untuk melakukan aktivitas oksigenasi pasien
100%) sesuai kemampuan 5) Mendampingi dan membantu
- Dapat mentoleransi Kolaborasi ADLs agar kebutuhan dasar
akivitas, tidak ada 7) Kolaborasi pemberian terapi sesuai pasien terpenuhi
kelelahan indikasi (Bio ATP, Cardioaspirin dan 6) Agar pasien mampu
- Kebutuhan oksigen Miozidine) melakukan aktivitas tanpa
adekuat memperburuk kondisinya
saat ini
7) Membantu dalam
penanganan kondisi pasien
Priskila
11/04/2022 2 Setelah dilakukan Observasi 1) Agar mengetahui perubahan
tindakan keperawatan 1) Observasi TTV pasien keadaan umum pada pasien
selama 3 x 24 jam Mandiri 2) Memantau status oksigenasi
diharapkan pola nafas 2) Monitor respirasi dan status oksigenasi pasien agar mendapatkan
efektif dengan kriterian 3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan penanganan selanjutnya
hasil: ventilasi 3) Agar pasien dapat
- Tidak ada tanda- Edukasi memksimalkan ventilasi dan
tanda sianosis dan 4) Ajarkan pasien teknik batuk efektif meningkatkan status
dyspnea Kolaborasi oksigenasi
- Tanda-tanda vital 5) Kolaborasi dengan dokter dalam 4) Agar pasien mampu
dalam batas normal ( pemberian oksigen melakukan batuk efektif dan
Td: 120/80 mmHg, 6) Kolaborasi dengan dokter dalam jalan napas optimal
N:60-100 x/menit, pemberian bronkodilator 5) Membantu memkasimalkan
RR: 12-20x/menit, status oksigenasi pasien
Spo2: 96-100%) 6) Membantu melegakan dan
- Jalan napas adekuat mengoptimalkan jalan napas
dan paten Priskila
NO Nama dan
TANGGAL/WAKTU JAM IMPLEMENTASI
DK Tanda Tangan
1 07.45 Memonitor perubahan EKG. Respon: hasil ekg pasien terdapat ST elevasi di lead II, R/S Priskila
inversion area between v1 v2
1 08.00 Membantu ADLs pasien (membantu memandikan pasien). Respon: pasien mengatakan Priskila
merasa bersih dan tidak bau pesing lagi, pasien tampak bersih setelah dimandikan dan
diganti pampers. Pasien mengatakan sedikit kelelahan ketika banyak bergerak
11/4/2022 1,2,3 10.00 Melakukan observasi TTV. Respon: TD: 98/60 mmHg, N:109x/menit, S: 370C, Spo2: Priskila
94%, RR: 23x/menit, EWS: 3.
1,2 10.00 Memonitor adanya dispneu, takipneu dan ortopneu. Respon: RR: 23x/menit, Spo2:94%, Priskila
tidak ada penggunaan otot-otot bantu napas, pasien mengatakan masih merasa sedikit
sesak
1,3 10.15 Mengkaji adanya nyeri secara komprehensif. Respon: Pasien mengakatan nyeri dibagian Priskila
dada menjalar hingga ke punggung, skala nyeri 4/2, nyeri seperti tertimpah beban berat
dan berdebar-debar dengan keras, nyeri terasa hilang timbul.
1 10.20 Memonitor respirasi dan status oksigenasi. Respon: RR: 23x/menit, Spo2:94%, tidak ada Priskila
penggunaan otot-otot bantu napas, menggunakan nasal canul 3 lpm
1,2 10.25 Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi oksigen. Respon: memberikan terapi oksigen Priskila
dengan nasal canul 3 lpm, pasien tampak tenang dan tidak gelisah
2 10.30 Memposisikan pasien dengan posisi semi fowler untuk meningkatkan ventilasi. Respon: Priskila
setelah diposisikan dengan posisi semi fowler pasien mengatakan posisinya lebih nyaman
Memberikan edukasi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Respon: pasien
1 11.00 dan keluarga memahami dan dapat mengulangi materi edukasi serta dapat Priskila
mengaplikasikannya dengan bantuan keluarga.
Mengajarkan pasien teknik batuk efektif. Respon: Pasien dapat mengerti dan Priskila
2 11.15 mempraktikan teknik batuk efektif.
3 11.30 Mengajarkan pasien manajemen nyeri non farmakologi (teknik relaksasi pernapasan). Priskila
Respon: Pasien dapat memahami teknik relaksasi dan dapat memperagakan kembali
bagaimana cara manajemen nyeri dengan teknik relaksasi pernapasan.
1 12.00 Membantu ADLs pasien (membantu pasien makan melalui oral). Respon: Pasien mampu Priskila
menghabiskan setengah porsi makanan yang telah disediakan.
1,3 12.30 Kolaborasi dalam pemberian terapi Bio ATP, Cardioaspirin dan Miozidine dalam Priskila
menangani kondisi dan keluhan angina pada pasien. Respon: Pasien meminum obat setelah
makan, tidak ada keluhan yang dialami oleh pasien
2 13.00 Kolaborasi dalam pemberian terapi nebulizer pulmicort 2ml. Respon: Pasien dengan Priskila
tenang menghirup uap dari terapi yang diberikan, merasa pernapasannya lebih lega
1 J
1 08.00 Memonitor perubahan EKG. Respon: Hasil ekg pasien didapati ST elevasi di lead II, R/S Priskila
inversion area between v1 v2
1 08.20 Membantu ADLs pasien (membantu memandikan pasien). Respon: pasien mengatakan Priskila
merasa bersih dan tidak bau pesing lagi, pasien tampak bersih setelah dimandikan dan
diganti pampers.
1,2,3 10.00 Melakukan observasi TTV. Respon: TD: 100/60 mmHg, N:100x/menit, S: 36.50C, Spo2: Priskila
95%, RR: 21x/menit, EWS: 1, pasien mengatakan dirinya lebih baik dari kemarin
Memonitor adanya dispneu, takipneu dan ortopneu. Respon: RR: 21x/menit, Spo2:95%,
1,2 10.15 tidak ada penggunaan otot-otot bantu napas Priskila
Memonitor respirasi dan status oksigenasi. Respon: RR: 21x/menit, Spo2:95%, tidak ada
1,2 10.20 penggunaan otit-otot bantu napas, menggunakan nasal canul 3 lpm Priskila
12/4/2022
1,3 10.30 Mengkaji adanya nyeri secara komprehensif. Respon: Pasien mengakatan nyeri sudah
berkurang skala nyeri 3/1, nyeri seperti tertimpah beban berat, nyeri terasa hilang timbul. Priskila
Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi oksigen. Respon: memberikan terapi oksigen
1,2 11.00 dengan nasal canul 3 lpm. Priskila
Memposisikan pasien dengan posisi semi fowler untuk meningkatkan ventilasi. Respon:
2 11.15 setelah diposisikan dengan posisi semi fowler pasien terlihat lebih nyaman Priskila
1,3 12.30 Kolaborasi dalam pemberian terapi Bio ATP, Cardioaspirin dan Miozidine dalam
menangani kondisi dan keluhan angina pada pasien. Respon: Pasien meminum obat setelah Priskila
makan, tidak ada keluhan yang dialami oleh pasien
Kolaborasi dalam pemberian terapi nebulizer pulmicort 2ml. Respon: Pasien dengan
2 13.00 tenang menghirup uap dari terapi yang diberikan, setelah diberikan terapi pasien Priskila
mengatakan nafas lebih lega
1 07.50 Memonitor perubahan EKG. Respon: Hasil ekg pasien didapati ST elevasi di lead II, R/S Priskila
inversion area between v1 v2
1 08.15 Membantu ADLs pasien (membantu memandikan pasien). Respon: pasien tampak lebih Priskila
bersih dan harum, pasien mengatakan merasa bersih dan segar
1,2,3 09.55 Melakukan observasi TTV. Respon: TD: 100/68 mmHg, N:98x/menit, S: 36.80C, Spo2: Priskila
95%, RR: 21x/menit, EWS: 1, pasien mengatakan kondisinya sudah baik dan tidak
memiliki keluhan hanya untuk melakukan aktivitas masih harus di bantu
1,2 10.00 Memonitor adanya dispneu, takipneu dan ortopneu. Respon: RR: 21x/menit, Spo2:95%, Priskila
tidak ada penggunaan otot-otot bantu napas
1,2 10.10 Memonitor respirasi dan status oksigenasi. Respon: RR: 21x/menit, Spo2:95%, tidak ada Priskila
penggunaan otit-otot bantu napas, menggunakan nasal canul 1 lpm
13/4/2022 1,3 10.30 Mengkaji adanya nyeri secara komprehensif. Respon: Pasien mengakatan sudah tidak Priskila
merasakan nyeri
1,2 11.00 Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi oksigen. Respon: memberikan terapi oksigen Priskila
dengan nasal canul 1 lpm.
2 11.10 Memposisikan pasien dengan posisi semi fowler untuk meningkatkan ventilasi. Respon:
setelah diposisikan dengan posisi semi fowler pasien terlihat lebih nyaman Priskila
1,3 12.30 Kolaborasi dalam pemberian terapi Bio ATP, Cardioaspirin dan Miozidine dalam
menangani kondisi dan keluhan angina pada pasien. Respon: Pasien meminum obat setelah Priskila
makan, tidak ada keluhan yang dialami oleh pasien
2 13.00 Kolaborasi dalam pemberian terapi nebulizer pulmicort 2ml. Respon: Pasien dengan
tenang menghirup uap dari terapi yang diberikan, setelah diberikan terapi pasien Priskila
mengatakan nafas lebih lega
EVALUASI
Nama Pasien (Inisial) : Tn. T
Usia : 84 th
Ruangan : Gilead 3312
No. Rekam Medis : 10-37-53-28
Tanggal Masuk : 08/04/2022
Tanggal Pengkajian : 11/04/2022
Diagnosa Medis :CAD, DM, POST COVID
Faculty of Nursing
UNIVERSITAS Nama Praktikan : PRISKILA KRISMONICA
PELITA HARAPAN NIM : 01503210068
Nama Pembimbing : Ibu Maria Christina
S: Pasien mengakatan nyeri dibagian dada menjalar hingga ke punggung, skala nyeri 4/2,
nyeri seperti tertimpah beban berat dan berdebar-debar dengan keras, nyeri terasa hilang
O: TTV pasien: TD: 98/60 mmHg, N:109x/menit, S: 370C, Spo2: 94%, RR: 23x/menit,
EWS: 3, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu napas. Pasien menggunakan nasal canul
3lpm, posisi pasien semi fowler dan pasien tampak tenang. Pasien memahami dan mampu
mempraktikan teknik relaksasi pernapasan untuk mengurangi nyeri yang dialaminya.
3 14.00 A: Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi Priskila
P: Intervensi dilanjutkan
1) Observasi TTV pasien dan reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien
2) Kaji nyeri secara komprehensif
3) Ajarkan manajemen nyeri non farmakologi (relaksasi pernapasan )
4) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic atau antiangina jika
diperlukan.
S: Pasien mengatakan kondisinya lebih baik dari kemarin dan nyeri terasa hilang timbul
dengan skala nyeri 3/1
O: TTV pasien: TD: 100/60 mmHg, N:100x/menit, S: 36.50C, Spo2: 95%, RR: 21x/menit,
EWS: 1, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu napas. Pasien menggunakan nasal canul
12/04/2022 1 14.00 Priskila
3lpm, posisi pasien semi fowler dan pasien tampak tenang. Hasil ekg pasien terdapat ST
elevasi di lead II, R/S inversion area between v1 v2
A: Masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1) Observasi TTV pasien
2) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
3) Monitor perubahan EKG
4) Monitor adanya dispneu, takipneu dan ortopneu
5) Bantu Adls pasien
6) Kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi (Bio ATP, Cardioaspirin dan
Miozidine)
S: Pasien mengakatan nyeri sudah berkurang skala nyeri 3/1, nyeri seperti tertimpah beban
berat, nyeri terasa hilang timbul.
O: TTV pasien: TTV pasien: TD: 100/60 mmHg, N:100x/menit, S: 36.50C, Spo2: 95%,
RR: 21x/menit, EWS: 1, posisi pasien semi fowler dan pasien tampak tenang. Pasien
mampu memngaplikasikan teknik relaksasi pernapasan untuk mengurangi nyeri yang
dialaminya.
3 14.00 A: Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi Priskila
P: Intervensi dilanjutkan
1) Observasi TTV pasien dan reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien
2) Kaji nyeri secara komprehensif
3) Ajarkan manajemen nyeri non farmakologi (relaksasi pernapasan )
4) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic atau antiangina jika
diperlukan.
S: Pas pasien mengatakan kondisinya sudah baik dan tidak memiliki keluhan hanya untuk
melakukan aktivitas masih harus di bantu, pasien sudah tidak merasakn nyeri dan sesak
O: TTV pasien: TD: 100/68 mmHg, N:98x/menit, S: 36.80C, Spo2: 95%, RR: 21x/menit,
EWS: 1, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu napas. Pasien menggunakan nasal
1 14.00 Priskila
canul1lpm, posisi pasien semi fowler dan pasien tampak tenang. Hasil ekg pasien terdapat
ST elevasi di lead II, R/S inversion area between v1 v2
A: Masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung Teratasi
P: Intervensi dihentikan
S: pasien mengatakan kondisinya sudah baik dan tidak memiliki keluhan dan pasien sudah
tidak merasakan sesak
O: TTV pasien: TD: 100/68 mmHg, N:98x/menit, S: 36.80C, Spo2: 95%, RR: 21x/menit,
13/04/2022 EWS: 1, tidak tampak penggunaan otot-otot bantu napas. Pasien menggunakan nasal canul
2 14.00 Priskila
1 lpm, posisi pasien semi fowler dan pasien tampak tenang.
A: Ketidakefektifan Pola Napas Teratasi
P: Intervensi dihentikan