Anda di halaman 1dari 2

Ketahanan Pangan Indonesia Dimasa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara membuat dunia rentan di berbagai sector,
seperti Kesehatan bahkan dalam sector pangan. Berdasaarkan data yang diberikan oleh FAO (Food and
Agricultur Organization), ancaman krisis pangan terjadi pada 27 negara yang ekonominya berhenti
berputar dan tidak memiliki bantuan humaniter. Dampak yang mungkin terjadi akibat dari krisis pangan
tersebut ialah munculnya tidak kekerasan, krisis ekonomi makro, serta perkiraan dampak terburuk yaitu
terjadi kelaparan.

Di Indonesia sendiri, bahkan sebelum dilanda pandemic Covid-19 sudah terjadi kerawanan
pangan. Namun, kini keadaaannya semakin parah dimana banyaknya lapangan kerja yang ditutup atau
terpaksa tutup, terjadi PHK di berbagai sector kerja menyebabkan masyarakat yang terdampak menjadi
sulit mencari sumber pangan dimana hal tersebut dapat menjerumus masyarakat pada ancaman gizi
buruk.

Langkah pemerintah dalam upaya memerangi Covid-19 sudah dilakukan, yaitu dengan
diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang tujuannya untuk membatasi dan
mencegah kerumunan yang akan terjadi di tangkat daerah. PSBB dan ketahanan pangan merupakan 2 hal
yang saling berpengaruh, dimana supplay and demand akan menjadi masalah dalam hal ini. Akan terjadi
ketidakseimbangan karena permintaan pangan melonjak tinggi sedangkan penyediaan tidak dapat
dipenuhi secara maksimal karena adanya aturan pembatasas operasional dalam PSBB yang menghambat
kegiatas distribusi. Kondisi ini dapat menjadi pemicu terjadinya krisis pangan karena kegiatan impor
bahan pangan menjadi terganggu sirkulasinya.

Program lumbung pangan (food estate) menjadi upaya mitigasi pandemic di sector pertanian pada
era Joko Widodo pada bulan Juli 2020, harapan dari program ini adalah kemampuan untuk meningkatkan
ketahanan pangan melalui percepatan produksi tanaman pangan yang budidayanya dilakukan pada lahan
marginal. Program ini memiliki konsep pengembangan sector pertanian dalam skala besar (>25Ha)
berbasis iptek dan manajemen masa kini sebagai program industrialisasi. Namun, terdapat penelitian yang
menuliskan bahwa program food estate ini ialah kegagalan sistematis yang hanya membuat petani
menjadi korban. Petani tidak mendapat benefit dalam hal ini, malahan mereka dieksploitasi dan
dirapuhkan untuk digunakan sebagai penggarah lahan yang bahkan asing bagi mereka dan tidak adanya
hak-hak dasar yang didapat seperti akses untuk mendapat pangan bergizi dan upah yang layak.

Pemerintah harus mulai memberi perhatian pada sector pertanian terutama di pedesaan yang ada
di Indonesia. Hal ini dianggap penting karna selama ini anggaran yang diberikan penerintah sebesar 80%
ditujukan untuk pembangunan infrastruktur bukan untuk sector pertanian dimana hal ini bertujuan untuk
mengahadapi resiko kerawanan pangan. Optimalisasi ini dianggap penting bagi penulis karena Indonesia
adalah negara agraris yang mestinya berdaulat pada sector agrikultur yang pelaksanaannya tentunya
dimulai dari desa yang pertaniannya mempunyai daya dan berkelanjutan (sustainable). Berkelanjutan
disini ialah pengelolaan sumber daya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun harus
mampu juga dalam melestarikan sumberdaya alam yang telah ada sebelumnya.

Pengaplikasian sustainable farming dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan ketahanan


pangan. Metode yang dapat digunakan dalam upaya mempertahankan suberdaya alam yaitu metode crop
rotation yang menanam banyak jenis tanaman secara bergilir dan waktu penanaman yang dirotasi pada
lahan. Metode ini memberi banyak keuntungan seperti tanah terus produktif, produksi pangan beragam,
distribusi perairan dan pembentukan humus menjadi lebih baik. Hal ini tentunya perlahan akan
berdampak baik pada keuntungan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

REFERENSI

1. Rhofita EIR. Optimalisasi Sumber Daya Pertanian Indonesia untuk Mendukung Program
Ketahanan Pangan dan Energi Nasional. J Ketahanan Nas. 2022 May 24;28(1):82.
2. Amalia TA, Adibrata JA, Setiawan RR. Strategi Ketahanan Pangan Dimasa Pandemi Covid-19:
Penguatan Potensi Desa Melalui Sustainable Farming di Indonesia. JSEP. 2022;18(2):129–40.

Anda mungkin juga menyukai