Anda di halaman 1dari 21

YOUTH NATIONAL ESSAY CHALLENGE

Subtema: Teknologi

IGREENFARM – ADAPTASI KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY


DALAM INTEGRASI AIR INFLATED GREENHOUSE AND DIGITAL
FARMING MARKET SEBAGAI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN
SECARA BERKELANJUTAN SELAMA DAN PASCA
PANDEMI COVID-19

Oleh:

Muhammad Syarifuddin 175150601111012

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ESAI

*silahkan ikuti di buku panduan masing-masing


iGreenFarm – Adaptasi Kearifan Lokal Suku Baduy dalam Integrasi Air
Inflated Greenhouse and Digital Farming Market sebagai Penguatan
Ketahanan Pangan secara Berkelanjutan Selama dan Pasca Pandemi
COVID-19

Muhammad Syarifuddin
Universitas Brawijaya

“Dari Kearifan Lokal Mampu Menjadi Ketahanan Pangan”


“Pangan adalah soal hidup matinya bangsa, apabila kebutuhan pangan rakyat
tidak terpenuhi maka “malapetaka”, oleh karena itu perlu usaha secara besar-
besaran, radikal dan revolusioner”-Ir. Soekarno
PENDAHULUAN
Masifnya penyebaran pandemi COVID-19 mengakibatkan kekhawatiran
terhadap ketahanan pangan dunia. Menurut Food and Agriculture Organization
(FAO), krisis pangan global diproyeksikan akan terjadi pada bulan Januari hingga
Maret tahun 2021. Gangguan rantai pasokan pangan dunia (world food supply
chain) selama pandemi menyebabkan kekosongan pasokan pangan nasional yang
dilatarbelakangi oleh tingginya ketergantungan pangan nasional terhadap impor.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2019 nilai impor Indonesia terhadap
kebutuhan pangan seperti sayur-sayuran mencapai US$ 770 juta. Tingginya nilai
impor ini kemudian menjadi anti-klimaks ketika pemerintah menetapkan
Peraturan Kementrian Perdagangan yang membuat importir tidak dapat secara
bebas mencari pemasok baru jika negara pengekspor menutup perdagangannya
selama pandemi. Kekosongan pasokan tersebut kemudian menyebabkan
kelangkaan yang semakin menambah risiko ketahanan pangan nasional.
Menurut Presiden Joko Widodo, ketersedian bahan pangan di beberapa
provinsi selama terjadinya pandemi telah mengalami defisit. Diantaranya adalah
bawang putih yang defisit untuk 31 provinsi, gula pasir untuk 30 provinsi, telur
ayam untuk 22 provinsi, dan beras untuk 7 provinsi. Ketidaksiapan produksi
nasional dalam menanggapi regulasi selama pandemi menjadi pokok
permasalahan ketahanan pangan Indonesia. Menurut Ketua II Perkumpulan
Pelaku Usaha Barang dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo), dari total
kebutuhan pangan untuk

1
bawang putih sebanyak 160 ribu ton, total ketersedian yang mampu dipenuhi oleh
produksi nasional hanya mencapai 60 ribu ton sehingga mengakibatkan defisit
sebanyak 100 ribu ton. Estimasi tersebut menggambarkan bahwa selama ini
Indonesia mengandalkan pasokan impor dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Rendahnya tingkat konsumsi masyarakat merupakan salah satu ancaman
dalam produktivitas pertanian. Menurut Ekonom Center of Food, Energy, and
Sustainable Development Indef, produktivitas pertanian mengalami kemerosotan
karena para buruh pertanian banyak yang mengurungkan minatnya untuk
berproduksi selama pandemi. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut
diperlukan adanya konsep yang mampu mendorong produktivitas pertanian
dengan tetap memperhatikan tingkat pendapatan masyarakat sehingga mampu
menciptakan keseimbangan pasar untuk keberlanjutan ketahanan pasar nasional.

ISI
iGreenFarm merupakan konsep yang mengakomodasi kepentingan
produsen dan konsumen dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Konsep tersebut merupakan kombinasi dari modernisasi pertanian melalui
teknologi air inflated greenhouse dan digital farming market dengan kearifan
lokal suku Baduy. Alur iGreenFarm dimulai dengan sistem pertanian
menggunakan teknologi air inflated greenhouse yang diimplementasikan untuk
setiap keluarga di pekarangan rumah atau lahan non produktif. Selanjutnya hasil
dari sistem tersebut

Leuit
(Lumbung Pangan Keluarga)

Wilayah A
Air Inflated Greenhouse

Beas Parelek Aplikasi iGreenFarm


(Lumbung Pangan Desa) Wilayah B

Wilayah C

Interconnected Farming Markets


2
Gambar 1. Alur iGreenFarm
Sumber: Penulis

3
dimanfaatkan dengan mengimitasi kearifan lokal suku Baduy, yaitu leuit yang
mengacu pada lumbung padi keluarga atau konsumsi pribadi dan beas perelek
yang mengarah pada kolektivitas pangan desa atau wilayah. Selanjutnya, beas
parelek atau pangan yang telah dihimpun oleh setiap keluarga tersebut dijual
melalui aplikasi iGreenFarm agar bisa menghubungkan antar pasar yang
mengalami kekurangan bahan pangan sesuai dengan Gambar 1.
Air Inflated Greenhouse adalah teknologi pertanian berupa media tanam
yang mudah dibawa untuk dimanfaatkan pada lahan sempit dan lahan non-
produktif (insentifikasi lahan). Pengaplikasian teknologi ini yaitu dengan
memberikan angin pada struktur bahan dari air inflated greenhouse. Struktur air
inflated greenhouse (Lampiran 1, Gambar 2) dibuat dengan menggunakan
bahan PVC dan terpaulin yang fleksibel. Fleksibilitas dari bahan tersebut
membuat air inflated greenhouse mudah untuk dipindahkan. Meskipun sifat dari
bahan dasar tersebut fleksibel, namun tetap memiliki ketahanan yang handal
karena memiliki statistik uji tarik hingga 218,3 Kg dan daya tahan material hingga
>700 C (Nasihien et al, 2017).
Kegiatan produksi dalam air inflated greenhouse menggunakan teknik
hidroponik yang ditunjang dengan sistem Nutrient Film Technique (NFT) dan
rockwool culture (Lampiran 1, Gambar 3). Nutrient Film Technique (NFT)
adalah teknik hidroponik yang menggunakan metode penumbuhan tanaman
dengan mengalirkan air yang bernutrisi (Setiawan, 2018). Motode ini membuat
tanaman tumbuh pada lapisan polythylene dengan pemompaan air secara terus
menerus sebagai sirkulasi nutrisi pada akar tanaman yang terendam air sehingga
tanaman mendapat memperoleh nutrisi, air, dan oksigen yang cukup sehingga
produk pertanian yang dihasilkan pun berkualitas. Selain itu, rockwool culture
atau mineral wool yang digunakan dalam portable greenhouse ini adalah teknik
hidroponik yang digunakan untuk membentuk serat-serat dengan memanaskan
batuan mineral pada suhu tinggi. Serat-serat tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam alat pintal hingga membentuk busa. Selanjutnya busa atau rockwool itu
dipotong membentuk kubus untuk ditempatkan di pot kecil berlubang (net pot)
sehingga akar tanaman yang keluar dan terjun ke bawah dapat menyerap nutrisi
dan oksigen dari air yang terkandung di bawahnya. Alasan penggunaan rockwool
didasarkan oleh penelitian Mulasari (2018), yang mengungkapkan bahwa

4
rockwool tidak memiliki patogen

5
yang menjadi penyebab penyakit tanaman, mengurangi penggunaan disinfektan,
optimalisasi pernan pupuk, dan dapat menampung air 14 kali lipat lebih banyak.
Adapun beberapa jenis tanaman yang dapat diaplikasikan menggunakan teknologi
ini adalah sayur-sayuran, buah-buahan, dan padi.
Penggunaan air inflated greenhouse dapat dilakukan secara mandiri atau
secara komunitas. Penggunaan secara mandiri dioperasikan oleh setiap rumah
tangga yang memiliki lahan perkarangan. Sedangkan untuk penggunaan secara
komunitas dapat diintegrasikan melalui sistem komunitas yang dikelola oleh
kelompok masyarakat desa atau kelurahan setempat dengan memberdayakan
warganya terutama yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk
melakukan produksi pertanian menggunakan air inflated greenhouse tersebut.
Media dalam air inflated greenhouse dijadikan wadah pengembangan jangka
panjang, sedangkan warga dalam kelompok atau komunitas RW tersebut tetap
dapat melakukan pembibitan di rumah masing-masing menggunakan sistem grow
box farming (Lampiran 1, Gambar 4). Sistem tersebut dijalankan dengan
membuat box atau kotak berbahan dasar PVC yang diisi air lalu ditutup dengan
media tanam sehingga akar tanaman tetap mendapatkan nutrisi dari air yang
berada di bawahnya. Komoditas yang dapat dikembangkan melalui sistem ini
sayur- sayuran berfungsi sebagai bahan pangan keluarga dan dapat juga dijual
karena bernilai ekonomis.
Keuntungan dari penggunaan air inflated greenhouse adalah tingginya
kualitas dan kuantitas bahan pangan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh pola
sistem penanaman dalam air inflated greenhouse yang tertutup sehingga mampu
mengendalikan kondisi iklim makro pada tanaman (Tando, 2019). Oleh karena
itu, teknologi air inflated greenhouse ini menjadi teknologi yang dapat
meminimalkan risiko ketahanan pangan dengan kuantitas yang dihasilkan dan
mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan selama pandemi melalui nutrisi yang
dihasilkan.
Hasil produksi dari air inflated greennhouse kemudian dikelola dengan
mengadaptasi kearifan lokal suku Baduy. Suku Baduy merupakan salah satu suku
di Indonesia yang bertempat di kaki pegunungan Kendeng, Desa Kenekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rengkasbitung, Banten (Suparmini et
al, 2013). Mayoritas mata pencaharian masyarakat suku Badui adalah petani atau

6
berladang di padi tanah kering (Senoaji, 2019). Salah satu kebudayaan di bidang
pertanian dari suku Baduy ini adalah leuit dan beas parelek. Leuit merupakan
lumbung padi mandiri yang menyediakan ketersediaan pangan keluarga
masyarakat Baduy (Khomsan, 2009). Sistem dari kebudayaan ini adalah dengan
mengikat padi hasil panen untuk dijemur lalu menyimpannya di lumbung padi
yang disebut leuit. Sedangkan beas parelek merupakan tradisi masyarakat suku
Badui yang menyisihkan sesendok untuk kemudian dikumpulkan dan diserahkan
kepada tokoh desa untuk ditabung.
Bentuk adaptasi kearifan lokal dalam konsep iGreenFarm ini adalah ketika
masyarakat telah memanen hasil pertaniannya melalui teknologi air inflated
greenhouse, maka masyarakat tersebut dapat mengelolanya sebagai konsumsi
mandiri keluarga seperti halnya konsep leuit dalam budaya suku Baduy. Konsep
ini mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan mandiri keluarga melalui lumbung
padi atau lumbung pangan yang dihasilkan. Selanjutnya, apabila kebutuhan
pangan keluarga telah terpenuhi secara baik, maka sisa hasil panen tersebut dapat
dihimpun menjadi satu di UMKM tingkat desa atau kelurahan seperti beas parelek
untuk kemudian dijual melalui platform online (Lampiran 2). Setelah terpenuhi,
pangan dapat dijual dengan melihat peluang peningkatan permintaan yang akan
menarik minat petani untuk berproduksi karena melihat pasar yang semakin
terbuka. Adapun penelitian terdahulu, stakeholder, serta keberlanjutan konsep
iGreenFarm terdapat pada Lampiran 3, 4 dan 5.
PENUTUP
Melalui konsep iGreenFarm permasalahan produktivitas pangan tidak akan
lagi menjadi ancaman bagi ketahanan pangan nasional. Hal ini disebabkan oleh
teknologi air inflated greenhouse yang menjadi bagian dari konsep ini mampu
mendorong produktivitas pertanian dengan kualitas mutu yang tinggi dengan basis
kearifan lokal suku Baduy sebagai karakteristik budaya Indonesia. Selain itu,
digital farming market sebagai daya dukung industri pertanian juga mampu
menciptakan kemerataan pangan nasional dan kesestabilan harga dengan
mempertimbangkan penguatan dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Hal
tersebut berimplikasi bahwa konsep iGreenFarm merupakan konsep penguatan
pangan yang berkelanjutan dengan karakteristik budaya Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA
Ahyuna et al. (2013). Pemanfaatan Internet sebagai Media Promosi Pemasaran
Produk Lokal oleh Kalangan Usaha di Kota Makasar. Jurnal Komunikasi
KAREBA, 2(1), pp. 30-40.
Khomsan, A. dan Wigna, W. (2009). Sosio-Budaya Pangan Suku Baduy. Jurnal
Gizi dan Pangan, 4(2), pp. 63-71.
Mulasari, Surahma Asti. (2018). Penerapan Teknologi Tepat Guna (Penanam
Hidroponik Menggunakan Media Tanam) bagi Masyarakat Sosrowijayan
Yogyakarta. Jurnal Pemberdayaan, 2(3), pp. 425-430.
Senoaji, Gunggung. (2019). Masyarakat Baduy, Hutan, dan Lingkungan. Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 17(2), pp. 113-123.
Setiawan, S., dan Nurwati, N. Dampak Covid-19 terhadap Tenaga Kerja di
Indonesia. Available at: www.researchgate.net. [Accesed 14 November,
2020].
Setiawan, Nuris. (2018). Otomasi Pencampuran Nutrisi Hidroponik Sistem NTF
(Nutrient Film Technique) Berbasis Arduino Mega 2560. Jurnal Teknik
Informatika Unika St. Thomas, 3(2), pp. 78-52.
Suparmini, et al. (2013). Pelestarian Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis
Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, 18(1), pp. 8-22.
Tando, Edi. (2019). Pemanfaatan Teknologi Greenhouse dan Hidroponik sebagai
Solusi Menghadapi Perubahan Iklim dalam Budidaya Tanaman
Holtikultura. Jurnal Buana Sains, 19(1), pp. 91-102.

8
Lampiran 1. Desain Gagasan Kreasi Penulis

Gambar 2. Struktur Bangunan Air Inflated Greenhouse

Gambar 3. Struktur Nutrient Film Technique (NTF)

Gambar 4. Struktur Grow Box Farming

9
Lampiran 2. Desain Aplikasi iGreenFarm Kreasi Penulis
Hasil panen yang telah dihimpun di UMKM kemudian diperdagangkan
melalui platform online yang bernama iGreenFarm. Adapun aplikasi ini dapat
diakses melalui link bit.ly/iGreenFarmApp

Gambar 5. Tampilan Logo Gambar 6. Tampilan Menu Log In

Platform ini menjadi media transaksi bahan pokok yang telah diproduksi
masyarakat melalui portable greenhouse. Penggunaan platform secara online
tersebut didasarkan pada penelitian dari Ahyuna (2013), yang menyatakan bahwa
penggunaan internet atau jaringan online dapat mempercepat hubungan bisnis
jarak jauh sehingga dapat meningkatkan kemungkinan keuntungan yang
berkelanjutan. Keuntungan dari penjualan hasil panen melalui platform ini tidak
hanya ditujukan bagi petani atau masyarakat pelaku air inflated greenhouse saja,
melainkan juga disisakan sebagai iuran dalam upaya pengembangan UMKM
pertanian desa. Sistem ini dimaksudkan agar UMKM sebagai pusat pengendalian
pertanian di tingkat desa atau kelurahan tersebut dapat berkembang sehingga tidak
hanya mampu memenuhi

10
kebutuhan pangan selama pandemi saja melainkan juga agar pengembangan ini
bersifat berkelanjutan.

Gambar 7. Tampilan Menu Utama Gambar 8. Tampilan Menu Pasar

Selain itu, platform iGreenFarm juga bertujuan agar mampu menjangkau


wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki kesulitan dalam memperoleh bahan
pangan. Hal ini didukung oleh fitur catatan tani yang di dalamnya mengandung
data ketersediaan pangan wilayah melalui UMKM pertanian setempat sehingga
surplus pangan yang dimiliki di suatu wilayah tertentu dapat segera
didistribusikan dan kelangkaan pun mampu dicegah.

11
Gambar 9. Tampilan Menu Catatan Tani Gambar 10. Tampilan Menu Artikel
Konsep tersebut sekaligus menjadi uk penerapan dari
farming markets dari digital farming market yang menekankan pada
keterhubungan antar pasar pertanian untuk menciptakan kemerataan pangan
nasional. Inflasi sebagai akibat dari kelangkaan pangan pun dapat dicegah karena
pangan yang tersedia mampu didistribusikan secara merata sehingga harga pun
mampu dikendalikan secara stabil. Implikasi dari konsep ini adalah ketahanan
pangan yang berkelanjutan serta keseimbangan harga sebagai akibat dari
penguatan penawaran dan permintaan bahan pangan.

12
Gambar 10. Tampilan Menu Tanya Jawab Artikel

Lampiran 3. Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis Tahun Pembahasan


Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
merencanakan, membuat, dan menguji
prototype Air Inflated Strucuture dalam
Greenhouse untuk beberapa aspek yang
mencakup aspek kekuatan, keefektifan,
M. Ikhsan
1 2015 kecepatan, dan kenyamanan. Adapun metode
Setiawan, dkk.
yang digunakan adalah metode
eksperimental. Selain itu, kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa prototype
tersebut kuat uji tarik hingga 218,3 Kg
dengan daya tahan bahan hingga
>700 C dan memiliki kenyamanan pada suhu

13
ruangan 350 C. Selain itu, instalasi tersebut
juga kurang cepat dalam pemasangan serta
pembongkaran.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
memberikan kontribusi pada teori
komunikasi khususnya bagi petani pengguna
internet. Adapun metode penelitian ini adalah
Ahlia
metode deskriptif analitis. Kesimpulan
2 Bihrajihant 2018
penelitian ini adalah bahwa literasi informasi
Raya, dkk.
dalam Desa Apps sangat penting bagi petani
dan memberikan peluang pertukaran
informasi dengan dunia luar sehingga
berdampak pada
pembangunan pertanian secara menyeluruh.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk
merancang dan membangun aplikasi E-TANI
sebagai strategi peningkatan kualitas dan
Harison,
kesejahteraan para petani. Adapun metode
Mandarani
3 2017 yang digunakan dalam penelitian tersebut
Putri, dan
adalah metode studi literatur. Sedangkan
Wahida Daratul
kesimpulan penelitian yaitu aplikasi E-TANI
dapat mempermudah pemasaran produk serta
proses belajar dan diskusi petani.
Dari berbagai penelitian terdahulu unsur inovasi dari konsep ini adalah,
terdapat Struktur Bangunan Air Inflated Greenhouse, Nutrient Film Technique
(NTF), Grow Box Farming serta pemasaran melalui aplikasi pintar yang bernama
iGreenFarm. Oleh karena itu konsep ini sangat penting dan cocok bagi masyarakat
Indonesia secara umum.

14
Lampiran 4. Tiga Serangkai Stakeholder Konsep iGreenFarm

Kepala Desa

Karangtaruna Masyarakat

Terdapat 3 stakeholder utama dalam implementasi konsep iGreenFarm, di


antaranya adalah kepala desa, di mana kepala desa di sini sebagai support
anggaran barang, ataupun support tempat dan mendukung kegiatan warga untuk
mewujudkan ketahanan pangan serta mendukung perekonomian warga sekitar,
karangtaruna berperan sebagai penggerak masyarakat untuk implementasikan
konsep iGreenFarm, dan masyarakat itu sendiri sebagai pelaksana konsep
iGreenFarm. Apabila ketiga stakeholder di atas saling berhubungan dan bekerja
sama, penulis yakin maka konsep iGreenFarm dapat memenuhi kebutuhan pangan
sekaligus menunjang perekonomian warga baik selama maupun pasca pandemi
COVID-19 secara berkelanjutan.

15
Lampiran 5. Road Map Konsep iGreenFarm

Mei
Maret- 2021
April
Februari 2021
2021

Januari
2021
Pasca
Pandemi

Adapun keberlanjutan konsep dan program pintar farming dimulai pasca


pandemi COVID-19 yang akan diperkirakan bulan Januari 2021, yaitu dilakukan
mengurus surat perizinan di desa percontohan guna menerapkan konsep
iGreenFarm. Pada tahapan ini dilakukan persiapan segala hal hingga aplikasi
penjualan produk hasil farming siap digunakan oleh warga sekitar. Setelah itu
dilanjutkan pada Februari 2021 dengan melakukan sosialisasi kepada karang
taruna, di mana kami memberi contoh terlebih dahulu bahwa konsep ini akan
berhasil menunjang ketahanan pangan daerah, jika berhasil dilanjut dengan
sosialisasi dan implementasi konsep iGreenFarm ke masyarakat desa percontohan
secara menyeluruh, di mana di sini membutuhkan bantuan karangtaruna guna
mengecek dan meninjau program atau konsep iGreenFarm yang dilaksanakan
pada bulan Maret-April. Jika sayur-sayuran dan sejenisnya siap dipanen dan
kebutuhan warga sekitar sudah dirasa cukup, di sinilah peran aplikasi mobile
iGreenFarm yang kami buat guna memasarkan hasil panen ke warga di luar desa
percontohan. Secara tidak langsung maka pertumbuhan ekonomi warga akan
meningkat secara perlahan. Sehingga konsep pintar ini akan berjalan secara
berkelanjutan.

16
Lampiran 6. Hasil Cek Plagiasi Via Turnitin.com

Gagasan iGreenFarm telah dicek tingkat plagiarism menggunakan akun


turnitin.com, hanya menghasilkan similarity index 8%, angka tersebut
mengindikasikan esai iGreenFarm merupakan gagasan yang orisinil dan belum
dipublikasikan.

17
Lampiran 7. Biodata Peserta

18
Lampiran 8. Formulir Pendaftaran

19

Anda mungkin juga menyukai