Anda di halaman 1dari 21

Wilayah Kabupaten Gresik mempunyai kedudukan dan posisi yang sangat strategis, baik

dalam konstelasi wilayah Propinsi Jawa Timur maupun yang terkait dengan pengembangan
wilayah Gerbangkertasusila (GKS). Kabupaten Gresik yang merupakan bagian dari pengembangan
wilayah Surabaya metropolitan Area (SMA), sedikit banyak telah terimbas dari dampak
pembangunan tersebut, baik dari sisi posistif maupun negatif. Untuk memberikan diskripsi secara
umum terkait dengan aspek dan prospek pengembangan Wilayah Kabupaten Gresik saat ini, maka
perlu dibahas beberapa hal yaitu letak geografis dan batas wilayah, kondisi fisik dasar,
kependudukan, pemanfaatan ruang, perekonomian, sistem transpotasi, fasilitas umum, utilitas
dan potensi permasalahan.

3.1. Lokasi Geografis Dan Batas Wilayah Perencanaan


Kabupaten Gresik dilihat dari konstelasi regional Gresik mempunyai letak yang strategis,
selain sebagai wilayah yang termasuk dalam satuan pengembangan wilayah Jawa Timur yaitu
SWP Gerbangkertosusila juga mempunyai kontribusi dan pergerakan yang tinggi menuju pusat
pengembangan perwilayahan tersebut pada bagian Barat. Hal ini membawa konsekwensi pada
pola transportasi dan penyediaan sarana transportasi dari dan ke arah Gresik.
Secara Geografis Kabupaten Gresik terletak pada posisi 112 24’ 8” sampai dengan 112
38’ BT dan 6 50’ 55” sampai dengan 7 23’ 37” LS. Dilihat dari skala Jawa Timur terletak di posisi
tengah bagian Utara. Secara administrasi Kabupaten Gresik berbatasan:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa,
 Sebelah Timur : Selat Madura dan Kota Surabaya,
 Sebelah Selatan : Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto,
 Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan.

III-1
Peta 3. 1 Administrasi Kabupaten Gresik

III-2
3.2. Kondisi Fisik Dasar
Kondisi fisik dasar adalah menggambarkan kondisi fisiografis, maka kondisi fisik dasar di
wilayah perencanaan meliputi: topografi, hidrologi, kemampuan tanah dan klimatologi.
3.2.1. Topografi
Dalam perencanaan kota kemiringan lahan/topografi merupakan unsur yang penting
untuk ditelaah. Kesesuaian lahan bagi peruntukkan bangunan tertentu tidak terlepas
dari pertimbangan kemiringan lahan di kawasan tersebut. Pada umumnya Ketinggian tempat di
Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0 – 500 m diatas permukaan laut (dpl) pada elevasi
terendah terdapat di daerah sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong.
Tabel 3. 1 Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian Kabupaten Gresik
Ketinggian
No Kecamatan 0 – 10 10 - 20 > 20 Jumlah
Meter dpl Meter dpl Meter dpl
1 Wringinanom 0,00 6254,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 5130,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 6588,00 0,00 0,00 6596,00
4 Menganti 6196,00 0,00 0,00 6367,00
5 Cerme 6126,00 0,00 0,00 6126,00
6 Benjeng 0,00 6862,00 0,00 6871,00
7 Balongpanggang 7167,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 7440,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 2966,00 0,00 0,00 3433,00
10 Gresik 524,00 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 8287,00 0,00 0,00 8671,00
12 Bungah 8022,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 4521,00 0,00 0,00 4521,00
14 Dukun 5909,00 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 0,00 0,00 6318,00 6259,00
16 Ujungpangkah 9470,00 0,00 0,00 10406,00
17 Sangkapura 11872,00 0,00 0,00 11872,00
18 Tambak 7755,00 0,00 0,00 7739,00
Jumlah 92843,00 18246,00 6318,00 119.513,00
Prosentase 79,08 15,54 5,38 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

Distribusi wilayah di Kabupaten Gresik berdasarkan ketinggian dapat diuraikan sebagai berikut:
 Wilayah dengan ketinggian 0 –25 mdpl seluas  92.843,00 ha atau sekitar 79,08 % dari
seluruh luas wilayah Kabupaten Gresik.
 Wilayah dengan ketinggian 10 – 20 mdpl mempunyai luas  18.246,00 ha atau sekitar
15,54 % dan.
 Ketinggian diatas 20 mdpl mempunyai luas  6.318,00 ha atau sekitar 5,38 %.

III-3
Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0 – 2 %, 3 – 15 %,
dan 16 – 40 % serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0 - 2 % mempunyai
luas  94.613,00 ha atau sekitar 80,59 %, sedangkan wilayah yang mempunyai kemiringan lebih
dari 40 % lebih sedikit  1.072,23 ha atau sekitar 0,91 %.
Tabel 3. 2 Luas Daerah Berdasarkan Kelerengan Kabupaten Gresik
Lereng
No Kecamatan Jumlah
0-2% 3 - 15 % 16 - 40 % >40 %
1 Wringinanom 3968,00 2286,00 0,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 4680,00 450,00 0,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 5684,00 904,00 0,00 0,00 6596,00
4 Menganti 6196,00 0,00 0,00 0,00 6367,00
5 Cerme 6126,00 0,00 0,00 0,00 6126,00
6 Benjeng 6862,00 0,00 0,00 0,00 6871,00
7 Balongpanggang 7167,00 0,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 7440,00 0,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 2409,00 518,00 39,00 0,00 3433,00
10 Gresik 524,00 0,00 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 8197,00 90,00 0,00 0,00 8671,00
12 Bungah 8022,00 0,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 4521,00 0,00 0,00 0,00 4521,00
14 Dukun 5909,00 0,00 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 3897,00 2324,00 72,00 25,00 6259,00
16 Ujungpangkah 8063,00 972,00 243,00 192,00 10406,00
17 Sangkapura 4805,00 2050,34 4216,68 799,98 11872,00
18 Tambak 143,00 2656,94 4899,81 55,25 7739,00
Jumlah 94613,00 12251,28 9470,49 1072,23 119.513,00
Prosentase 80,59 10,43 8,07 0,91 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

3.2.2. Jenis Dan Kedalaman Efektif Tanah


Bentang alam yang merupakan view dan potensial wilayah Kabupaten Gresik, secara garis
besar dibedakan menjadi 2 (dua) antara lain;
1. Daerah perbukitan batu gamping
Daerah perbukitan batu gamping terbesar dibagian Utara dan Selatan antara lain di
Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah. Struktur geologi didaerah ini merupakan
lipatan yang berbentuk antilklinal dan sinklinal, hal tersebut adanya sistem rekahan dan
rongga akibat pelarutan menyebabkan batu gamping banyak menyimpan banyak air.
2. Daerah dataran rendah
Daerah dataran rendah ini tertutup oleh belahan hasil rombakan daerah atas didekat
ataupun di daerah hulu, lapisan tanah bagian atas ini terdiri dari lempung, lempung pasiran

III-4
dan napal. Pada umumnya berupa dataran alluvial yang batuannya bersifat kedap air, oleh
karena itu peresapan air hujan lebih kecil apabila dibandingkan dengan daerah batu gamping.
Persebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Gresik berdasarkan pada jenis tanah
masing-masing mempunyai proporsi dan sifat.
Adapun masing-masing jenis tanah adalah sebagai berikut :
 Alluvial, bahan induk dari tanah liat dan pasir yang beraneka ragam tanah kelabu
kehitam-hitaman dengan tekstur liat berat sedikit plastis. Penggunaan lahan pada
umumnya berupa persawahan dengan pengairan yang sebagian besar sudah teratur
dan sebagian berupa empang/tambak. Dengan ini baik untuk perluasan sawah yang
dipergunakan sebagai tanaman bahan pangan.
 Kompleks mediteran, tanah jenis ini berasal dari bahan induk batu liat napal, sifat
lainnya dari jenis tanah ini mempunyai kadar bahan organik rendah sampai sedang.
Fisiografi daerah berupa bukit lipatan dengan bentuk wilayah berbukit sampai
bergunung, sebagian besar merupakan wilayah berbukit dengan kemiringan lereng 30
%. Jenis tanah ini biasanya dipakai untuk bermacam-macam bentuk penggunaan lahan,
antara lain persawahan tadah hujan dan tegalan serta galian batu gamping.
 Grumusol, jenis tanah ini berasal dari bahan induk , bahan kapur, napal dan batu liat.
Tanah kelabu tua dengan tekstur liat dan struktur sangat gempal serta konsisten teguh
sampai plastis. Tanah Grumusol ini tersebar di daerah bukit lipatan yang merupakan
bagian bawah punggung antiklinal dan lembah-lembah sinklinal dengan bentuk
wilayah bergelombang. Jenis tanah ini mempunyai kemampuan lahan untuk pertanian
yang sangat terbatas oleh air.
Tabel 3. 3 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Tanah (Ha) Kabupaten Gresik
Jenis Tanah
No Kecamatan Jumlah
A B C D E F G
1 Wringinanom 0,00 199,00 1358,00 0,00 3245,00 1458,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 3414,00 0,00 0,00 1403,00 312,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 3906,00 0,00 0,00 0,00 2524,40 685,00 0,00 6596,00
4 Balongpanggang 0,00 5880,00 0,00 0,00 320,00 0,00 0,00 6367,00
5 Benjeng 0,00 4817,00 0,00 0,00 1311,00 0,00 0,00 6126,00
6 Menganti 0,00 2449,40 0,00 0,00 0,00 4423,00 0,00 6871,00
7 Cerme 223,00 5909,90 0,00 0,00 1039,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 2936,00 4511,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 885,00 444,00 0,00 0,00 0,00 1161,00 447,60 3433,00
10 Gresik 0,00 0,00 0,00 0,00 525,30 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 4222,90 792,00 1685,00 0,00 0,00 0,00 1586,00 8671,00
12 Bungah 0,00 0,00 7282,80 0,00 740,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 2223,00 0,00 0,00 447,00 1577,90 0,00 273,00 4521,00
14 Dukun 5915,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5909,00

III-5
Jenis Tanah
No Kecamatan Jumlah
A B C D E F G
15 Panceng 0,00 0,00 0,00 6258,50 0,00 0,00 0,00 6259,00
16 Ujungpangkah 5926,00 0,00 0,00 0,00 3320,00 0,00 237,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 0,00 0,00 11357,00 0,00 0,00 0,00 11872,00
18 Tambak 0,00 0,00 0,00 7746,00 0,00 0,00 0,00 7739,00
Jumlah 26237,80 28416,70 10325,80 25808,50 16005,60 8039,00 2543,60 119.513,00
Prosentase 22,35 24,20 8,79 21,98 13,63 6,85 2,17 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik
Keterangan :
A : Alluvial Hidromorf
B : Alluvial Kelabu Tua
C : Alluvial Kelabu
D : Kompleks Mediteran Coklat Kemerahan
E : Alluvial Kelabu Tua
F : Grumosol Kelabu
G : Kompleks Mediteran Merah dan Litosol

3.2.3. Kemampuan Tanah


Yang dimaksudkan dengan kemampuan tanah adalah daya dukung tanah terhadap
bangunan di atasnya, untuk menganalisa kemampuan tanah tersebut di perlukan pengenalan
terhadap unsur-unsur tanah yang sangat berpengaruh, terutama terhadap pemakaian lahan yang
berada diatasnya.
Berdasarkan klasifikasi kemampuan tanah di Wilayah Kabupaten Gresik yang meliputi
unsur fisik tanah, berikut adalah beberapa hal yang sangat berhubungan dengan kemampuan
tanah.
1. Tekstur tanah, adalah keadaan bahan padat anorganik atau kasar halusnya tanah yang
ditentukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi debu, pasir dan liat. Berdasarkan tekstur
tanahnya, maka sebagian besar wilayah Kabupaten Gresik mempunyai kondisi tekstur
tanah halus yang tersebar dihampir seluruh kecamatan yang ada. Wilayah yang memiliki
tekstur sedang adalah Kecamatan Sidayu, Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Dukun,
Kecamatan Bungah, Kecamatan Duduksampeyan dan Kecamatan Gresik serta kecamatan
Kedamean, Kecamatan Wringinanom dan Driyrejo, sedangkan wilayah yang memiliki
tekstur tanah kasar adalah sebagian Kecamatan Ujungpangkah dan Kecamatan Kebomas.
2. Kedalaman efektif tanah, yaitu tebalnya lapisan tanah dari permukaan tanah sampai bahan
baku induk atau sampai suatu lapisan dimana akar tanaman tidak dapat menembusnya.
Berdasarkan Kedalaman efektif tanah, maka wilayah Kabupaten Gresik terbagi menjadi 4
(empat) kelompok, yang terdiri dari :

III-6
 Kedalaman lebih dari 90 cm; meliputi prosentase 77,30 % dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Gresik, yang tersebar diseluruh wilayah Kecamatan yang ada.
 Kedalaman 60 – 90 cm ; meliputi 19,83 % dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik,
tersebar di Kecamatan ujungpangkah, Kecamatan Panceng dan Kecamatan Sidayu
bagian utara, Serta Kecamatan Wringinanom, Kecamatan Kedamean dan Kecamatan
Driyorejo bagian Selatan.
 Kedalaman 30 – 60 cm; meliputi 1,17 % dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik,
tersebar disebagian Kecamatan Ujungpangkah dan Kecamatan Bungah, serta
Kecamatan Kedamean.
 Kedalaman kurang dari 30 cm; meliputi prosentase 1,7 % dari seluruh wilayah
Kabupaten Gresik, tersebar disebagian wilayah Kecamatan Gresik, sebagian wilayah
Kecamatan Manyar dan sebagian wilayah Kecamatan Kebomas serta Kecamatan
Ujungpangkah dan Panceng.
Tabel 3. 4 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Kedalaman Efektif Tanah (Ha) Kabupaten Gresik
Kedalaman Efektif Tanah
No Kecamatan Jumlah
< 30 cm 30 - 50 cm 50 - 90 cm > 90 cm
1 Wringinanom 0,00 104,00 0,00 3555,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 60,00 0,00 4263,00 5130,00
3 Kedamean 0,00 0,00 0,00 7115,40 6596,00
4 Balongpanggang 0,00 0,00 0,00 5200,00 6367,00
5 Benjeng 0,00 0,00 0,00 6128,00 6126,00
6 Menganti 0,00 0,00 0,00 6872,40 6871,00
7 Cerme 0,00 0,00 0,00 7171,90 7167,00
8 Duduksampeyan 0,00 0,00 0,00 7447,40 7449,00
9 Kebomas 369,00 518,00 0,00 2289,60 3433,00
10 Gresik 0,00 0,00 0,00 525,30 799,00
11 Manyar 0,00 90,00 0,00 5285,90 8671,00
12 Bungah 400,00 0,00 0,00 6852,80 7936,00
13 Sidayu 0,00 0,00 0,00 4520,90 4521,00
14 Dukun 0,00 0,00 0,00 5915,90 5909,00
15 Panceng 583,00 2324,00 1963,00 8590,50 6259,00
16 Ujungpangkah 643,00 972,00 2454,00 5386,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 2050,34 9454,00 1893,00 11872,00
18 Tambak 0,00 2656,94 6007,00 1739,00 7739,00
Jumlah 1995,00 8775,28 19878,00 90752,00 119.513,00
Prosentase 1,70 7,47 16,93 77,30 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

III-7
Tabel 3. 5 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Tekstur Tanah (Ha) Kabupaten Gresik
Tekstur
No Kecamatan Jumlah
Halus Sedang Kasar
1 Wringinanom 0,00 104,00 6156,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 60,00 5069,00 5130,00
3 Kedamean 0,00 0,00 7115,40 6596,00
4 Balongpanggang 6200,00 0,00 0,00 6367,00
5 Benjeng 6128,00 0,00 0,00 6126,00
6 Menganti 0,00 0,00 6872,40 6871,00
7 Cerme 7171,90 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 7447,40 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 2801,60 166,00 0,00 3433,00
10 Gresik 525,30 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 8285,90 0,00 0,00 8671,00
12 Bungah 6546,80 1476,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 543,90 0,00 3977,00 4521,00
14 Dukun 5915,90 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 3974,00 122,00 2162,50 6259,00
16 Ujungpangkah 2816,00 0,00 6667,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 10,00 11347,00 11872,00
18 Tambak 0,00 0,00 7746,00 7739,00
Jumlah 58356,70 1938,00 57112,30 119.513,00
Prosentase 49,70 1,65 48,64 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

3. Lereng, adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horisontal
dimana hal ini dinyatakan dalam persen. Berdasarkan kemiringan lerengnya, maka
Kabupaten Gresik dibagi menjadi 4 (empat) kelompok wilayah, yang terdiri dari :
 Kemiringan lereng 0 – 2 %; meliputi 80,57 % dari luas Kabupaten Gresik serta tersebar
hampir diseluruh wilayah Kabupaten Gresik.
 Kemiringan Lereng 3 – 15 %; meliputi 10,44 % dari luas Kabupaten Gresik, tersebar di
Kecamatan Panceng, Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan
Kedamean dan Kecamatan Wringinanom.
 Kemiringan 15 – 40 %; meliputi prosentase 8,70 % dari luas wilayah Kabupaten Gresik,
lahan – lahan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Panceng dan Ujungpangkah
serta wilayah Kecamatan Kebomas.
 Kemiringan Lereng > 40 %; meliputi prosentase 0,92 % dari luas wilayah Kabupaten
Gresik yang terletak di wilayah Kepulauan di Bawean dan Kecamatan Ujungpangkah.
4. Erosi, adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh aliran permukaan, sehingga
mengakibatkan butiran-butiran tanah tergerus. Penyebab lain terjadinya kerusakan sumber
daya lahan adalah terjadinya proses erosi. Di Kabpaten Gresik, luas lahan yang mengalami

III-8
erosi adalah sebesar 3.924,34 ha atau sekitar 3,28 % dari luas lahan total dan tersebar di 10
Kecamatan. Kecamatan dengan luas daerah tererosi terbesar adalah Kecamatan Kebomas
(37,73 %), diikuti dengan Kecamatan Gresik (18,52 %) dan Ujungpangkah (9,54 %). Erosi
dapat terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) maupun pantai. Daerah Pengaliran Sungai
adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutan.
Perubahan fisik yang terjadi di DPS akan berpengaruh langsung pada kemampuan retensi
DPS menghadapi banjir. Retensi DPS adalah kemampuan DPS untuk menahan air di bagian
hulu. Perubahan tata guna lahan di sepanjang DPS, misalnya dari hutan dijadikan
perumahan atau perkebunan, akan menyebabkan retensi DPS berkurang secara drastis.
Luas lahan yang mengalami erosi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) belum terinventarisasi
dan teridentifikasi secara lengkap.
Erosi pantai atau abrasi adalah proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang,
pasang surut dan angin. Terlihat bahwa lahan pantai yang tererosi meliputi area pada 5
(lima) dengan luas sebesar 1.185,06 ha atau 47,9 % dari seluruh luas lahan tererosi.
Sebagian besar erosi pantai atau abrasi tersebut terjadi di Kecamatan Ujungpangkah dan
Panceng. Kondisi sebaliknya juga terjadi dimana terjadi penambahan tanah oloran,
diantaranya pada beberapa tempat Kecamatan Ujungpangkah dan Pulau Galang di
Kecamatan Kebomas. Penambahan tanah oloran juga terjadi akibat kegiatan reklamasi
untuk kperluan pengembangan industri dan pelabuhan, sebagai contoh pelabuhan
Nusantara Playwood.
Tabel 3. 6 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Erosi Tanah (Ha) Kabupaten Gresik
Erosi Tidak Erosi Total
No Kecamatan Persentase (%)
Luas Lahan (Ha) (Ha) (Ha)
1 Wringinanom 127,31 2,03 6134,69 6262,00
2 Driyorejo 64,00 1,25 5066,00 5130,00
3 Kedamean 0,00 0,00 6596,00 6596,00
4 Balongpanggang 0,00 0,00 6367,00 6367,00
5 Benjeng 0,00 0,00 6126,00 6126,00
6 Menganti 0,00 0,00 6871,00 6871,00
7 Cerme 0,00 0,00 7167,00 7167,00
8 Duduksampeyan 0,00 0,00 7449,00 7449,00
9 Kebomas 1295,37 37,73 2137,63 3433,00
10 Gresik 148,00 18,52 651,00 799,00
11 Manyar 223,00 2,57 8448,00 8671,00
12 Bungah 414,02 5,22 7521,98 7936,00
13 Sidayu 0,00 0,00 4521,00 4521,00
14 Dukun 0,00 0,00 5909,00 5909,00
15 Panceng 169,36 2,70 6089,64 6259,00
16 Ujungpangkah 992,55 9,54 9413,45 10406,00

III-9
Erosi Tidak Erosi Total
No Kecamatan Persentase (%)
Luas Lahan (Ha) (Ha) (Ha)
17 Sangkapura 433,73 3,65 11438,27 11872,00
18 Tambak 57,00 0,74 7682,00 7739,00
Jumlah 3924,34 3,28 115588,66 119513,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2004-2014
Tabel 3. 7 Luas Lahan Pantai Tererosi Kabupaten Gresik
No. Kecamatan Luas Erosi (Ha)
1. Kebomas 1,06
2. Gresik 11,00
3. Manyar 38,00
4. Panceng 541,00
5. Ujungpangkah 594,00
Jumlah 1185,06
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

5. Drainase adalah keadaan yang menunjukkan lamanya dan seringnya tanah jenuh terhadap
kandungan air atau menunjukkan kecepatan meresapnya air dari permukaan tanah. Secara
umum Kabupaten Gresik memiliki drainase yang cukup baik, wilayah yang mengalami
genangan air periodik meliputi Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Sidayu dan
Kecamatan Bungah, sebagian Kecamatan Panceng dan Kecamatan Dukun serta Kecamatan
Balongpanggang.
Tabel 3. 8 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Genangan (Ha) Kabupaten Gresik
Genangan
No Kecamatan Tidak Tergenang Selalu Jumlah
Tergenang Periodik Tergenang
1 Wringinanom 6260,00 0,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 5029,00 0,00 100,00 5130,00
3 Kedamean 7040,40 0,00 75,00 6596,00
4 Balongpanggang 6100,00 100,00 0,00 6367,00
5 Benjeng 6103,00 0,00 25,00 6126,00
6 Menganti 6847,40 0,00 25,00 6871,00
7 Cerme 7046,90 0,00 125,00 7167,00
8 Duduksampeyan 5097,40 0,00 2350,00 7449,00
9 Kebomas 2892,60 0,00 75,00 3433,00
10 Gresik 525,30 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 4248,90 37,00 4000,00 8671,00
12 Bungah 2797,80 2875,00 2350,00 7936,00
13 Sidayu 2895,90 1625,00 0,00 4521,00
14 Dukun 4990,90 925,00 0,00 5909,00
15 Panceng 6258,50 0,00 0,00 6259,00
16 Ujungpangkah 3313,00 6170,00 0,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 11357,00 0,00 11872,00
18 Tambak 0,00 7746,00 0,00 7739,00

III-10
Genangan
No Kecamatan Tidak Tergenang Selalu Jumlah
Tergenang Periodik Tergenang
Jumlah 77447,00 30835,00 9125,00 119.513,00
Prosentase 65,96 26,26 7,77 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

3.2.4. Klimatologi dan Hidrologi


Keadaan iklim di Kabupaten Gresik ditandai dengan keadaan curah hujan dan intensitas
hujan sedangkan kondisi iklim sendri ditandai dengan keadaan dimana suatu wilayah mempunyai
keadaan bulan basah dan bulan kering.
1. Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah terhadap yang dapat mengetahui
kondisi tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi semua
kegiatan pembangunan, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang
bersangkutan dengan wadah pembangunan itu sendiri yang berupa tanah. Curah hujan
disuatu tempat antara lain di pengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan kelembaban udara,
serta perputaran / pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan setiap daerah
selalu beragam dari bulan kebulan, seperti terlihat pada tabel 3.9. Jumlah curah hujan di
Kabupaten Gresik disinyalir mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
yaitu dari 2.046 mm menjadi 1.354 mm, atau mengalami penurunan sebesar 33,82 %.
Tabel 3. 9 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan (mm) Kabupaten Gresik
Curah Hujan
No Bulan
1998 1999 2000 2001 2002
1 Januari 136 282 319 517 417
2 Pebruari 225 167 236 261 366
3 Maret 246 21 242 288 173
4 April 192 244 134 153 119
5 Mei 137 63 126 153 58
6 Juni 105 13 64 88
7 Juli 123 25 9 36 11
8 Agustus 1 5
9 September 66
10 Oktober 162 14 396 146
11 Nopember 287 382 256 138 33
12 Desember 250 309 130 266 177
Jumlah 1930 1525 1912 2046 1354
Rata-rata 160,83 127,08 159,33 170,50 112,83
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

III-11
2. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah nilai perbandingan antara curah hujan dengan hari hujan baik dalam
bulanan maupun tahunan. Nilai intensitas hujan akan mempengaruhi pembagian wilayah
untuk kawasan lindung maupun budidaya, karena nilai intensitas tersebut mempengaruhi
kemampuan daya dukung tanah apabila untuk kegiatan budidaya. Semakin tinggi nilai
tersebut akan semakin kurang layak untuk budidaya. Banyaknya hari hujan (Number of
Rainy Days) pada tahun 2001 dan tahun 2002 bisa dilihat pada tabel 3.10. Yaitu sebesar 86
hari dan 64 hari. Hal ini bisa diartikan bahwa pada tahun 2002 jumlah hari hujan mengalami
penurunan sebesar 25,58 %. Hari hujan pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 hari, diikuti oleh
bulan Januari dan Pebruari sebanyak sebanyak 14 hari dan 12 hari. Pada tahun 2002, hari
hujan justru terjadi pada bulan Januari 2002 diikuti oleh bulan Pebruari dan Maret masing-
masing sebesar 16 hari, 14 hari dan 12 hari.
Tabel 3. 10 Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan (Hari) Kabupaten Gresik
Jumlah Hari Hujan
No Bulan
1998 1999 2000 2001 2002
1 Januari 9 11 17 14 16
2 Pebruari 13 11 12 12 14
3 Maret 13 16 12 15 12
4 April 11 10 10 8 7
5 Mei 8 4 8 4 3
6 Juni 7 2 5 2
7 Juli 10 2 1 5 1
8 Agustus 1 1
9 September 4
10 Oktober 8 1 7 8
11 Nopember 15 12 13 8 2
12 Desember 10 13 7 10 9
Jumlah 109 83 92 86 64
Rata-rata 9,08 6,92 7,67 7,17 5,33
Sumber: RTRW Kabupaten Gresik

3. Iklim
Seperti halnya kondisi Jawa Timur lainnya, di wilayah Kabupaten Gresik mempunyai kondisi
iklim yang hampir sama. Untuk menentukan kondisi iklim di Kabupaten Gresik
menggunakan data dari stasiun Meteorologi yang terdekat, karena di wilayah Gresik belum
ada stasiun meteorologi yaitu dengan menggunakan stasiun Meteorologi Tanjung Perak
Surabaya sebagai acuan. Kondisi tersebut menggambarkan ;
 Temperatur rata-rata sebesar 27,8 C
 Temperatur minimum 23,2 C.

III-12
 Temperatur maksimum sebesar 33,4 C
Temperatur minimum terjadi pada bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi terjadi
pada bulan Oktober. Radiasi matahari terbesar 84 % terjadi pada bulan Maret,
kecepatan angin berkisar antara 4 – 6 per detik dengan arah rata-rata ke Selatan.
Wilayah Kota Gresik seperti daerah di Jawa Timur lainnya di pengaruhi oleh iklim
tropis. Terhadap iklim daerah Kota Gresik dapat dibedakan :
 Iklim kemarau kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Bulan September.
 Musim penghujan basah terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
 Musim peralihan dari musim kemarau sampai musim penghujan terjadi pada bulan
Oktober dan November.
 Pada bulan April dan Mei terjadi musim peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau.
4. Hidrologi
Adanya siklus hidrologi di daerah Kabuapten Gresik mempunyai pengaruh terhadap lapisan
permukaan tanah. Tanah yang berupa lempung halus akan mempunyai tingkat peresapan
air yang kecil. Daerah-daerah yang mempunyai mata air dengan debit air yang cukup besar,
sebagian air tanahnya digunakan untuk kepentingan rumah tangga atau penduduk sehari-
hari dan untuk pengairan sawah.
Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik pada umumnya relatif dalam,
hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang mempunyai
permukaan air tanah agak dangkal. Wilayah Kabupaten Gresik terdapat aliran sungai yang
relatif cukup tinggi atau besar.
Pola aliran sungai di Kabupten Gresik memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah
muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan juga dilalui oleh Kali Brantas di bagian
Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini mempunyai sifat aliran dan kandungan undsur hara yang
berbeda. Sungai Bengawan Solo yang lairannya mulai dari jawa tengah mempunyai debit air
yang cukup tinggi membawa waletd (lumpur) lebih banyak dibandingkan dengan Kali
Lamong, sehingga kecepatan aliran lebih rendah di Sungai Bengawan Solo dibandingakan
dengan Kali Lamong, akibatnya proses pendangkalan di Sungai Solo lebih cepat.
Disamping dibentuk sungai yang berbelok-belok mengakibatkan kecepatan pengairan
sungai lebih diperlambat lagi. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya
tanah-tanah oloran yang seringkali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan pertambakan.
Selain dialiri oleh sungai-sungai tersebut diatas keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga
ditentukan oleh adanya waduk, dam, mata air, pompa air dan sumur bor.

III-13
Kondisi Hidrologi di Kabupaten Gresik berdasarkan keadaan eksisting dapat melayani
kebutuhan pengairan untuk pertanian.
Tabel 3. 11 Jumlah dan Kapasitas Waduk (mm) Kabupaten Gresik
Kapasitas (Juta m3)
No Waduk
Maximum Efektif
1 Waduk Joko 426,000 340,000
2 Waduk Lowayu 2425,000 1940,000
3 Waduk Mentaras 1080,000 864,000
4 Waduk Siraman 220,000 176,000
5 Waduk Sumengko 5668,000 4534,000
6 Waduk Gedangkulut 1312,000 1050,000
7 Waduk Banjaranyar 2622,000 2097,000
8 Waduk Ngabetan 247,500 198,000
9 Waduk Gogor 971,500 777,000
10 Waduk Menganti 445,000 245,000
11 Waduk Mojotengah 150,500 120,000
12 Waduk Sidojangkung 66,000 52,800
13 Waduk Boteng 107,500 86,000
14 Waduk Kepatihan 175,000 140,000
15 Waduk Randupadangan 164,500 131,600
16 Waduk Ngepung I 187,000 149,600
17 Waduk Ngepung II 187,000 149,600
18 Waduk Kedamean I 270,000 216,000
19 Waduk Kedamean II 175,000 140,000
20 Waduk Belahanrejo 84,000 67,200
21 Waduk Slempit 86,000 68,800
22 Waduk Turirejo 40,000 32,000
23 Waduk Tulung 60,000 48,000
24 Waduk Tanjung 60,000 48,000
25 Waduk Sidoraharjo 90,000 72,000
26 Waduk Mojorukem 37,000 29,600
Jumlah 17356,500 13772,200

3.3. Kependudukan
Kondisi sosial dan kependudukan dijabarkan didalam sub bab ini akan meliputi kondisi
eksisting yang terdapat didalam masyarakat saat ini. Kondisi sosial kependudukan akan meliputi
jumlah dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk dan komposisi penduduk. Komposisi
penduduk meliputi struktur menurut jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan, jumlah penduduk yang bekerja diluar negeri, banyaknya keluarga dalam tahapan
tingkat kesejahteraan dan struktur menurut agama.
Dari sosial dan kependudukan akan terlihat kondisi faktual yang ada di masyarakat,
sehingga dari kondisi tersebut dapat kiranya diambil suatu langkah kebijakan yang tepat didalam
menangani teruma masalah kependudukan.

III-14
3.3.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh perkembangan kelahiran,
kematian dan migrasi. Penduduk yang terus bertambah jumlahnya akan menjadi tekanan yang
besar bagi lingkungan. Jumlah penduduk yang besar dan tidak seimbang dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan akan memperngaruhi segala segi pembangunan dan kehidupan
masyarakat. Pertambahan penduduk akan selalu mendorong ekonomi dan industri tumbuh pesar
untuk memenuhi kebutuhan pokok sandang, pangan, papan, air bersih dan energi yang terus
meningkat. Tekanan terhadap lingkungan menai semakin besar jika sebagian masyarakat
menjalankan pola hidup konsumtif sedangkan sumber daya alam yang tersedia terbatas.
Konsentrasi penduduk tinggi disuatu tempat mencerminkan adanya potensi kegiatan
ditempat tersebut. Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Gresik pada tahun 2007 seluruhnya
berjumlah 1.127.127 jiwa. Kecamatan Driyorejo dan Kecamatan Menganti merupakan kecamatan
di wilayah perencanaan yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya sebesar 7,88% dan 6,16%,
jumlah penduduk kecamatan tersebut adalah 87.998 jiwa dan 103.765 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk yang terbanyak adalah Kecamatan Menganti sebesar 103.765 jiwa.
Kecamatan Tambak merupakan kecamatan yang mempunyai tingkat pertumbuhan
penduduk yang paling kecil yaitu sebesar 0,13 % dan juga mempunyai penduduk yang paling
sedikit dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gresik sebesar 23.484 jiwa. Untuk lebih jelasnya
jumlah penduduk Kabupaten Gresik dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Penduduk Kabupaten Gresik mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, dimana pada
tahun 2003 masih berjumlah 1.003.382 jiwa, sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi
1.127.127 jiwa. Pada periode tahun 1998 - 2004 tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten
Gresik rata-rata sebesar 2,64 persen/tahun. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan periode 1998 - 2004 sebesar rata-rata 1,55 persen/tahun.
Tabel 3. 12 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2003 – 2007
Jumlah Penduduk (Jiwa) Tingkat
No Kecamatan
2003 2004 2005 2006 2007 Pertumbuhan
1 Wringinanom 54.835 55.625 56.362 56.691 63.138 3,68
2 Driyorejo 65.632 67.710 70.015 72.399 87.998 7,88
3 Kedamean 54.043 54.552 55.240 55.996 56.158 0,97
4 Menganti 82.688 83.740 84.813 85.900 103.765 6,16
5 Cerme 60.096 60.500 63.015 63.979 65.429 2,16
6 Benjeng 56.041 56.093 56.551 56.494 58.844 1,24
7 Balongpanggang 52.962 52.746 53.208 59.777 54.542 1,01
8 Duduksampeyan 44.159 44.381 45.667 46.013 47.384 1,78
9 Kebomas 76.019 77.892 79.982 82.128 87.404 3,56
10 Gresik 78.149 78.833 79.519 80.210 86.970 2,76
11 Manyar 77.961 79.193 81.475 83.764 92.681 4,48

III-15
Jumlah Penduduk (Jiwa) Tingkat
No Kecamatan
2003 2004 2005 2006 2007 Pertumbuhan
12 Bungah 53.708 53.996 63.407 63.857 60.051 3,18
13 Sidayu 37.027 37.632 38.664 39.613 39.593 1,70
14 Dukun 57.706 58.081 57.730 59.814 62.174 1,90
15 Panceng 43.236 43.830 44.463 45.106 46.214 1,68
16 Ujungpangkah 40.565 40.950 41.351 41.756 44.301 2,25
17 Sangkapura 45.194 45.634 46.084 46.538 46.997 0,98
18 Tambak 23.361 23.391 23.422 23.453 23.484 0,13
Jumlah 1.003.382 1.014.779 1.040.968 1.063.489 1.127.127 2,64
Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka 2008

Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Gresik yang cukup tinggi ini merupakan indikasi
semakin tinginya tingkat perkembangan di Kabupaten Gresik, hal ini karena dampak dari wilayah-
wilayah sekitar Kabupaten Gresik seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Mojokerto dan Kabupaten Lamongan. Indikasi lain dari tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
tersebut adalah disebabkan pula perkembangan sektor seperti industri dan perumahan.
Perkembangan ini banyak terjadi di perbatasan antara Kabupaten Gresik dengan Kota Surabaya,
dengan Kabupaten Sidoarjo dan dengan Kabupaten Mojokerto, daerah tersebut antara lain
Kecamatan Wringinanom, Kecamatan Driyorejo, Kecamatan Menganti dan Kecamatan Kebomas.
Berkembangnya kawasan industri di sepanjang daerah perbatasan ini diiringi dengan
perekmbangan perumahan yang mempunyai harga terjangkau baik dari pekerja yang bekerja di
Surabaya maupun pekerja yang bekerja di Kabupaten Gresik perbatasan.

3.3.2. Kepadatan Penduduk


Selain jumlah penduduk dan pertambahannya, masalah demografi yang patut untuk
diperhatikan adalah masalah penyebaran dan kepadatan penduduk. Angka kepadatan penduduk
ini bervariasi disetiap kecamatan yang menandakan adanya perbedaan sebaran penduduk.
Perbedaan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Daerah yang
memiliki aktivitas perekonomian tinggi akan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, seperti
halnya Kecamatan Gresik yaitu sebesar 109 jiwa/ha atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Gresik sebesar 9 jiwa/ha. Meskipun merupakan
kecamatan dengan luas wilayah terkecil, aktivitas perekonomian diwilayah ini sangat tinggi. Selain
Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas, Driyorejo dan Menganti adalah wilayah-wilayah yang
memiliki kepadatan diatas 10 jiwa/ha. Jika ditinjau dari kelima wilayah tersebut juga memiliki
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, juga merupakan wilayah pengembangan industri.

III-16
Sedangkan kepadatan penduduk yang rendah dijumpai di kecamatan Tambak dan Sangkapura
yang terletak di Pulau Bawean, sebesar 3 jiwa/ha dan 4 jiwa/ha. Kondisi tersebut
mengindikasikan, bahwa peningkatan aktivitas perekonomian akibat pertumbuhan industri
disuatu wilayah menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk karena mobilitas penduduk,
selain pertumbuhan secara alami. Kesempatan mendapatkan lapangan pekerjaan dan pembukaan
usaha mandiri seperti kesempatan berdagang merupakan daya tarik terjadinya mobilitas
penduduk dari wilayah lain ke wilayah yang merupakan daerah pengembangan industri.
Tabel 3. 13 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2007
Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan
No Kecamatan Penduduk
(Ha) Peduduk (Jiwa/Ha)
Tahun 2007
1 Wringinanom 62,62 63.138 10
2 Driyorejo 51,30 87.998 17
3 Kedamean 65,96 56.158 9
4 Menganti 63,67 103.765 16
5 Cerme 61,26 65.429 11
6 Benjeng 68,71 58.844 9
7 Balongpanggang 71,67 54.542 8
8 Duduksampeyan 74,49 47.384 6
9 Kebomas 34,33 87.404 25
10 Gresik 7,99 86.970 109
11 Manyar 86,71 92.681 11
12 Bungah 79,36 60.051 8
13 Sidayu 45,21 39.593 9
14 Dukun 59,09 62.174 11
15 Panceng 62,59 46.214 7
16 Ujungpangkah 104,06 44.301 4
17 Sangkapura 118,72 46.997 4
18 Tambak 77,39 23.484 3
Jumlah 1.195,13 1.127.127 9
Sumber : Hasil Analisa, diolah dari Kabupaten Gresik Dalam Angka

3.4. Kondisi Pemanfaatan Ruang


Penggunaan tanah faktual di wilayah perencanaan dapat dibedakan menjadi: perumahan,
tanah belum terbangun (tanah kering, sawah, tambak), perdagangan dan jasa, industri
pergudangan, ruang terbuka hijau dan makam, serta fasilitas umum.
Perumahan
Perkembangan permukiman di Kabupaten Gresik cenderung mengikuti jalan utama dan
mendekati pusat-pusat fasilitas umum yang terletak di pusat-pusat pertumbuhan.
Permukiman padat terdapat di pusat Kota Kabupaten Gresik yaitu di Kecamatan Gresik
yang merupakan pusat kota lama disekitar alun-alun kota dan pelabuhan umum Gresik.

III-17
Sedangkan pada wilayah lainnya berkembang di pusat-pusat kecamatan mendekati fasilitas
perkoataan. Pada saat ini pertumbuhan permukiman sangat pesat terutama di wilayah Kota
Gresik yaitu Kecamatan Gresik, Kecamatan Kebomas dan Kecamatan Manyar, selain itu juga
berkembang di Gresik Selatan (Kecamatan Menganti, Kedamean Kecamatan Driyorejo, dan
Kecamatan Cerme). Pada wilayah Gresik Selatan terutama pada wilayah perbatasan dengan
Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo sebagian besar penduduk bertempat tinggal di
Gresik tetapi bekerja di luar wilayah, Kota Surabaya dan Sidoarjo.
Perumahan yang di kembangkan oleh developer /pengembang di Kota Gresik antara lain
komplek-komplek perumahan baru (real estate) seperti Perumahan Bhakti Pertiwi Randu
Agung (BP), Perumahan Gresik Kota Baru (GKB), Perumahan Graha Kembangan Asri (GKA),
Perumahan Griya Kembangan, Sidorukun Indah, Kelurahan Suci Perumahan Suci Permai,
Kelurahan Sidomukti, dan Kelurahan Kedanyang Perumahan Griya Kedanyang Giri.
Sedangkan pada wilayah Gresik Selatan antara lain ; PT. Supraadi Bangun Persada, Griya
Putat Indah, Menganti Palem Permai, Griya Permata Persada, Perum Menganti Permai,
Graha Citra Menganti, Graha Pratama Cipta Lestari, Cipta Griya Wasesa, Perum Griya
Kencana, PT. Sidowungu Wisma Surya, Graha Nusa Cahaya Raya, Perum Sumputasri,
Perumnas Petiken dan PT. Bambe Sinar Surya. Dilihat dari pola perkembangan perumahan
yang ada sekarang, maka pola perkembangan perumahan tidak lagi berpola linier
mengikuti jalan tetapi mulai menyebar dan membentuk pusat-pusat tertentu.
Jenis perumahan di wilayah perencanaan berupa perumahan permanen (bangunan-
bangunan perumahan lama dan baru).
Industri dan Pergudangan
Kegiatan industri dan pergudangan di Kabupaten Gresik membentuk kawasan/kelompok
tersendiri seperti Komplek Industri Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Maspion. Perusahaan
baru yang relatif besar tersebar di daerah Selatan dan Barat, seperti PT. Nusantara
Plywood, Perusahaan Nippon Paint, Pabrik Baja Barata, Pabrik Sepatu New Era, Pabrik spare
part kendaraan, SumberMas Plywood dan beberapa lainnya yang terdapat di Wilayah Kota
Gresik. Selain itu juga terdapat kelompok industri di wilayah Gresik Selatan seperti di
Kecamatan Menganti, Driyorejo, Wringinanom.
Tanah Belum Terbangun
Tanah belum terbangun di sini terbagi menjadi dua yaitu tanah produktif dan tanah tidak
produktif. Tanah produktif berupa tanah sawah/pertanian, tambak, tambak kering, dan
hutan. Luas tanah sawah masih dominan di wilayah Kabupaten Gresik, luas lahan sawah
yang paling luas di Kecamatan Balongpanggang seluas 5.066,97 ha, sedangkan yang sama

III-18
sekali tidak ada lahan sawah di Kecamatan Gresik. Luas lahan sawah keseluruhan sebesar
34.136,120 ha atau 31,15 % dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik.
Lahan belum terbangun lainnya yang masih mempunyai lahan yang cukup besar adalah
tanah kering sebesar 27.226,287 ha atau 24,84 % dari seluruh luas Kabupaten Gresik.
Kabupaten Gresik mempunyai pantai panjang sekali, dengan keberadaan wilayah pantai ini
banyak masyarakat yang menggunakan sebagai lahan tambak. Lahan tambak yang paling
luas terdapat di Kecamatan Manyar sebesar 5.829,11 ha. Sedangkan lahan tak terbangun
lainnya berupa hutan terdapat di tiga kecamatan antara lain Kecamatan Panceng,
Sangkapura dan Tambak. Persentase luas hutan yang ada di Kabupaten Gresik ini sangat
kecil sebesar 3,39 % dari seluruh wilayah Kabupaten Gresik.
Tabel 3. 14 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gresik Tahun 2007
No Kecamatan Tanah Tanah Tanah Bang/Peka Hutan Lain- Jumlah
Sawah Tambak Kering rangan Negara lain
1 Wringinanom 2373,92 0 2379,6 1377,98 0 130,2 6261,7
2 Driyorejo 1639,59 0 1025,06 2174,99 0 263,08 5129,72
3 Kedamean 3343,4 0 2244,2 766,5 0 241,2 6595,3
4 Menganti 2851,73 10,72 1400,33 434,12 0 230,4 6871,34
5 Cerme 2666,2 3303,5 50,9 680,5 0 471,5 7172,6
6 Benjeng 3918,24 187 863,76 548,56 0 402,44 6128,28
7 Balongpanggang 4089,89 9,5 1211,05 582,19 0 495,94 6388,57
8 Duduksampeyan 1565,08 5168,795 62,497 217,138 0 415,89 7429,4
9 Kebomas 228 532 782 483 0 981 3006
10 Gresik 0 0 10,5 438,36 0 105,43 554,29
11 Manyar 356,26 5829,11 966,30 1257,06 0 1133,76 9542,49
12 Bungah 1027,95 3507,96 1638,73 387,78 0 1381,02 7943,44
13 Sidayu 1069,61 1439,29 1153,72 171,02 0 879,74 4713,38
14 Dukun 3740,72 0 1477,98 400,92 0 289,63 5909,25
15 Panceng 1545 44,4 3163,7 128,5 1012 365,5 6259,1
16 Ujungpangkah 874,79 3964,46 3275,12 112,29 0 1255,64 9482,3
17 Sangkapura 1906 39 4238 1871 1758 2060 11872
18 Tambak 1296 0 2249,14 564,48 944,64 2822,74 7870
Jumlah 34.136,120 18.206,625 27.226,287 11.339,328 3.714,640 12.791,350 109.586,670
Prosentase 31,14 16,61 24,84 10,34 3,38 11,67 100
Sumber: Kabupaten Gresik Dalam Angka 2008

III-19
Peta 3. 2 Penggunaan Lahan Kabupaten Gresik

III-20
Table of Contents
3.1. Lokasi Geografis Dan Batas Wilayah Perencanaan ................................................. 1
3.2. Kondisi Fisik Dasar................................................................................................... 3
3.2.1. Topografi................................................................................................................. 3
3.2.2. Jenis Dan Kedalaman Efektif Tanah ....................................................................... 4
3.2.3. Kemampuan Tanah ................................................................................................ 6
3.2.4. Klimatologi dan Hidrologi .................................................................................... 11
3.3. Kependudukan ...................................................................................................... 14
3.3.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk ............................................................... 15
3.3.2. Kepadatan Penduduk ........................................................................................... 16
3.4. Kondisi Pemanfaatan Ruang ................................................................................. 17

Tabel 3. 1 Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian Kabupaten Gresik................................................... 3


Tabel 3. 2 Luas Daerah Berdasarkan Kelerengan Kabupaten Gresik ................................................. 4
Tabel 3. 3 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Tanah (Ha) Kabupaten Gresik ......................... 5
Tabel 3. 4 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Kedalaman Efektif Tanah (Ha) Kabupaten Gresik ... 7
Tabel 3. 5 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Tekstur Tanah (Ha) Kabupaten Gresik .................... 8
Tabel 3. 6 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Erosi Tanah (Ha) Kabupaten Gresik......................... 9
Tabel 3. 7 Luas Lahan Pantai Tererosi Kabupaten Gresik ................................................................ 10
Tabel 3. 8 Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Genangan (Ha) Kabupaten Gresik ......................... 10
Tabel 3. 9 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan (mm) Kabupaten Gresik ........................ 11
Tabel 3. 10 Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan (Hari) Kabupaten Gresik................................... 12
Tabel 3. 11 Jumlah dan Kapasitas Waduk (mm) Kabupaten Gresik ................................................ 14
Tabel 3. 12 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2003 – 2007.................... 15
Tabel 3. 13 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gresik Tahun 2007 ............................... 17
Tabel 3. 14 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gresik Tahun 2007 ........................................ 19

Peta 3. 1 Administrasi Kabupaten Gresik ........................................................................................... 2


Peta 3. 2 Penggunaan Lahan Kabupaten Gresik............................................................................... 20

III-21

Anda mungkin juga menyukai