Anda di halaman 1dari 238

22:19 ...

0,0KB/d '©' *«ll


22:19 ... 1,7KB/d'©' ,.i

AsterPutih C Ju m a h
O ra n y e

Cinta ‘Pertama
i
berakhir

Cwv Va -V at . "p e ria h


voat--Vvj, ia a a ^e\cxv^ar\^a *v\er\jadi
"?e\r\^V\vJA\ \C_a\VoU

< oc
0,3KB/d © -ii

P
•> -V

Cinta ‘Pertama
&
berakhir

Penulis A s t e r Putih
C o v e r Designer Osm anovski
Layout R. Rizky Fe ro z
Ed ito r Latif

Hak c ip ta dilindungi undang-undang


Cetakan I, 2 0 1 3 ,1 3 x 19 cm ; 2 2 4 halaman
ISBN: 9 7 8 -6 0 2 -1 5 8 8 -1 7 -8

P e n e rb it: Rumahku O ranye

G ]u m a h
p ra n y e

Jin. Raya Munjul No. 1 Cipayung -Jakarta Timur

1. N o v el 2. Buku

D istributor tunggal:
Niaga Swadaya
Jl. Gunung Sahari 111/7Jakarta 10610
Telp. (021) 4 2 0 4 4 0 2 ,4 2 5 5 3 5 4
Fax. (021) 4 2 1 4 8 2 1

< OC
22:19 ... 0,2KB/d ' 0 ' -illl ^

Daf tar Lsi

0 Cinta dalam Surat U s a n g ----------- -— ------------ — 1


0 Cinta Tak Terkikis W a k t u --------- ------------------ — 15
0 Cinta Sejati Cinta di H a t i ----------- -— ------------ — 1 9
0 Cinta dan Janji ~ ~ ~ ~ ~ -------------------- ----------- - 23
0 S ay a Mengenal Cinta S aya ------------------------ — 29
0 Cinta Pertama dan Terakhir Istri yang Dimadu ~~ 33
0 Cinta Juga Perlu D iu c a p ------------------------ ------ — 65
0 M aw ar Buat I s t r i ------- -— ------------ -------- -------- - 69
0 Cinta Pertama dan Terakhir Paus F ra n s is k u s ----- — 73
0 Cinta Pertama Sekaligus Cinta Terakhir
Sang Gubernur — --------------- -— -— -------- - 7 7
0 Cinta dan Benci — ------- --------------- . --------------- - 81
0 Cinta Pertama dan Terakhir B u n d a ----------------— 85
0 Cinta yang Terluka ~ ~ ---------------------------------- - 93
0 Cinta Pertama dan Terakhir S u a m ik u --------------— 103
0 Cinta Membuatnya Tetap Hidup — ---------------- — 121
0 Cinta Eva Braun untuk H i t l e r ------- ---------------- — 1 25
0 Cinta Sejati Phang dan Y i n ---------------------------- - 133
0 Cinta Pertama dan Terakhir Kekasih
yang T e rla m b a t— ------------- -------- --------- 145
0 Cinta Terhalang Perang D u n ia ----- --- ------------ — 151
0 Cintaku B idadari Penghuni Surga ------------- — 157
0 Perginya Cinta dari P a n g k u a n ----- --- ------------ — 181

< OC
22:19 0,1 KB/d'©' ,.ill ^ QD

0 Cinta G a d i s Pem bawa A p e l -----------------------------191


0 Cinta Pertama Hingga A k h i r -------------- -------------- 2 0 3
0 Cinta Ayah Ibu T e r k a s i h --------------- *---------------- - 209

D aft ar P u s t a k a -------- --— — ---------- ------- 2 1 4


Cintajjertama sering dikecifkan
keberadaannya

Cinta jjertam a sering dikatakan cintanija


anak kecif

Cinta jjertam a sering diremehkan


kenangannya

Namun ngatanga...

cinta jjertam a bisa menjadi cinta terakhir

cinta gang gigih dijferjuangkan menjadi


cinta sejati

hingga hembusan nafas berakhir


22:19

o c
^ ^ Cinta
clalam d)urat Qsar\^

alam itu, aku berjalan kaki pulang ke

M rumah dengan cepat, karena hawa begitu


dingin. Namun, kakiku tersandung sebuah
dompet yang tampaknya terjatuh tanpa sepengetahu­
an pemiliknya.

Aku memungut dan melihat isi dompet itu kalau-


kalau aku bisa menghubungi pemiliknya.

Tapi, dompet itu hanya berisi uang sejumlah


tiga Dollar dan selembar surat kusut yang sepertinya
sudah bertahun-tahun tersimpan di daiamnya.
o

Satu-satunya yang tertera p a d a amplop surat


itu a d alah alam at si pengirim. Aku membuka isinya
sambil berh arap bisa menemukan petunjuk.

Lalu aku b aca tahun “ 1 9 2 4 .”

Ternyata surat itu ditulis lebih d a ri 60 tahun


yang lalu. Surat itu ditulis dengan tulisan tangan yang
anggun di atas kertas biru lembut yang berhiaskan
bunga-bunga kecil di sudut kirinya. Tertulis di sana,
“ Sayangku M ichael,” yang menunjukkan kep ad a siap a
surat itu ditulis yang ternyata bernam a M ichael.

Penulis surat itu menyatakan bahwa ia tidak


bisa bertemu dengannya lagi karena ibu telah
m elarangnya. Tapi, meski begitu ia masih tetap
mencintainya. Surat itu ditandatangani oleh Hannah.
Surat itu begitu indah.

Tetapi tetap saja aku tidak bisa menemukan


siap a nama pemilik dompet itu. Mungkin bila
aku menelepon bagian penerangan m ereka bisa
memberitahu nomor telepon alam at yang a d a pad a
amplop itu.

“ O p erato r,” kataku p ad a b agian penerangan.


2

< O C
“ S a y a mempunyai permintaan yang a g a k tidak
b iasa. S a y a sedang berusaha mencari tahu pemiliki
dompet yang saya temukan di jalan. Baran gkali Anda
bisa membantu saya memberikan nomor telepon atas
alam at yang a d a p ad a surat yang saya temukan
dalam dompet tersebut?”

O p erato r itu m enyarankan a g a r aku berb icara


dengan atasannya, yang tam paknya tidak begitu suka
dengan pekerjaan tam bahan ini.

Kemudian ia b e rk a ta , “ Kami mempunyai


nomor telepon alam at tersebut, namun kami tidak bisa
memberitahukannya p a d a A n d a.”

Demi kesopanan, katan ya, ia akan menghubungi


nomor tersebut, menjelaskan a p a yang saya temukan
dan menanyakan ap a ka h m ereka berkenan untuk
b erb icara denganku. Aku menunggu b e b era p a menit.

Tak b e ra p a lama ia menghubungiku, katanya,


“A d a orang yang ingin b e rb icara dengan A n d a.”

Lalu aku tanyakan p a d a wanita yang a d a di


ujung telepon sana, ap a ka h ia mengetahui seseorang
bernam a Hannah.
la menarik n apas, “ O h, kami membeli rumah ini
dari keluarga yang memiliki anak perempuan bernam a
Hannah. Tapi, itu 3 0 tahun yang lalu!”

“A p akah Anda tahu di mana keluarga itu


b e ra d a sekarang?” tanyaku.

“ Yang aku ingat, Hannah telah menitipkan


ibunya di sebuah panti jompo b e b era p a tahun lalu,”
kata wanita itu.

“Mungkin, bila Anda menghubunginya m ereka


bisa mencaritahu di mana anak m ereka, Hannah,
b e ra d a .”

Lalu ia memberiku nama panti jompo tersebut.

Ketika aku menelepon ke san a, m ereka


m engatakan bahw a w anita, ibu Hannah, yang aku
maksud sudah lam a meninggal dunia.

Tapi m ereka masih menyimpan nomor


telepon rumah di mana anak wanita itu tinggal. Aku
mengucapkan terim a kasih dan menelepon nomor yang
mereka berikan.

Kemudian, di ujung telepon sana, seorang


wanita m engatakan bahwa Hannah sekarang tinggal
di sebuah panti jompo.
o

“ Semua ini tam paknya konyol,” kataku p ad a


diriku sendiri.

M engapa pula aku mau repot-repot menemu­


kan pemilik dompet yang hanya berisi tiga Dollar dan
surat yang ditulis lebih d a ri 60 tahun yang lalu?

Tapi, bag aim ana pun aku menelepon panti


jompo tem pat Hannah sekarang b e ra d a .

Seorang pria yang menerima teleponku


m engatakan, “ Ya, Hannah memang tinggal bersam a
kami.”

Meski waktu itu sudah menunjukkan pukul 10


m alam , aku meminta a g a r bisa menemui Hannah.

“O k ,” kata pria itu a g a k bersungut-sungut, “ Bila


Anda mau, mungkin ia sekarang sedang menonton TV
di ruang tengah.”

Aku mengucapkan terima kasih dan segera


berkendara ke panti jompo tersebut.

Gedung panti jompo itu sangat besar. Penjaga


dan peraw at yang berdinas malam menyambutku di
pintu. Lalu, kami naik ke lantai tiga.
5

< O C
Di ruang tengah, p eraw at itu m em perkenalkan
aku dengan Hannah. la tam pak manis, rambut ubannya
kep erak-p erakan , senyumnya hangat dan m atanya
bersinar-sinar.

Aku menceritakan p ad an ya mengenai dompet


yang aku temukan. Aku pun menunjukkan p ad anya
surat yang ditulisnya.

Ketika ia melihat amplop surat berw arna


biru lembut dengan bunga-bunga kecil di sudut kiri,
ia menarik napas dalam -dalam dan b e rk a ta , “Anak
muda, surat ini a d alah hubunganku yang terakhir
dengan M ichael.”

M atanya memandang jauh, merenung dalam -


dalam .

Katanya dengan lembut, “Aku am at-am at


mencintainya. S a a t itu aku baru berusia 16 tahun,
dan Ibuku m enganggap aku masih terlalu kecil. O h, la
sangat tam pan. la seperti Sean Connery, si aktor itu.”

“ Y a ,” lanjutnya. M ichael Goldstein a d a la h pria


yang luar b iasa.

“ Bila kau bertemu dengannya, katakan bahwa


aku selalu memikirkannya. Dan,........ ”
la ragu untuk melanjutkan, sambil menggigit
bibir ia b e rk ata, “ Dan katakan, aku masih mencintai­
nya.”

“Tahukah kau, anak m uda,” katanya sambil


tersenyum.

Kini a ir m atanya mengalir, “Aku tidak pernah


menikah selam a ini. Aku pikir, tak a d a seorang pun
yang bisa menyamai M ichael.”

Aku berterim a kasih p ad a Hannah dan


m engucapkan selam at tinggal. Aku menuruni tangga ke
lantai baw ah.

Ketika m elangkah keluar pintu, penjaga di


sana m enyapa, “A p akah wanita tua itu bisa membantu
A nda?”

Aku sam paikan bahw a Hannah hanya


memberikan sebuah petunjuk, “Aku hanya m endapatkan
nama belakang pemilik dompet ini. Aku pikir, aku
b iarkan sajalah dompet ini untuk sejenak. Aku sudah
m enghabiskan hampir seluruh hariku untuk menemukan
pemilik dompet ini.”

Aku keluarkan dompet itu, dompet kulit dengan


benang merah di sisi-sisinya. Ketika penjaga itu
melihatnya, ia berseru, “ Hei, tunggu dulu. Itu ad alah
dompet Pak Goldstein! Aku tahu persis dompet dengan
benang merah terang itu. la selalu kehilangan dompet
itu. Aku sendiri pernah menemukan dompet itu tiga kali
di dalam gedung ini.”

“Siapakah Pak Goldstein itu?” tanyaku.

Tanganku mulai gemetar.

“ la adalah penghuni lama gedung ini. la tinggal


di lantai delapan. Aku tahu pasti, itu ad alah dompet
Mike Goldstein. la pasti menjatuhkannya ketika sedang
berjalan-jalan di luar.”

Aku berterima kasih pada penjaga itu dan


segera lari ke kantor peraw at. Aku ceritakan pada
peraw at di sana ap a yang telah dikatakan oleh si
penjaga. Lalu, kami kembali ke tangga dan bergegas
ke lantai delapan.

Aku berharap Pak Goldstein masih belum


tertidur.

Ketika sampai di lantai delapan, peraw at


b erkata, “Aku pikir ia masih berada di ruang tengah. la
suka membaca di malam hari. la ad alah Pak tua yang
menyenangkan.”
Kami menuju ke satu-satunya ruangan yang
lampunya masih m enyala. Di sana duduklah seorang
pria membaca buku. Peraw at mendekati pria itu dan
m enanyakan ap a ka h ia telah kehilangan dompet.

Pak Goldstein memandang dengan terkejut, la


lalu m eraba saku b elakangnya dan b e rk a ta , “Oh y a ,
dompetku hilang!”

Peraw at itu b e rk a ta , “Tuan muda yang baik


ini telah menemukan sebuah dompet. Mungkin dompet
A nda?”

Aku menyerahkan dompet itu pada Pak


Goldstein. la tersenyum gem bira.

K atanya, “ Ya, ini dompetku! Pasti terjatuh tadi


sore. Aku akan memberimu hadiah.”

“Ah, tak usah,” kataku.

“Tapi aku harus menceritakan sesuatu p ad a


Anda. Aku telah membaca surat yang a d a di dalam
dompet itu dengan h arap aku mengetahui siapakah
pemilik dompet ini.”

Senyumnya langsung menghilang.

“ Kamu membaca surat ini?”


“ Bukan hanya m em baca, aku kira aku tahu di
mana Hannah sekarang.”

W ajah nya tib a-tiba pucat. “ Hannah? Kau tahu


di mana ia sekarang? Bagaim ana kab arn ya? A pakah
ia masih secantik dulu? K atakan , katakan p ad aku ,” ia
memohon.

“ la baik-baik sa ja , dan masih tetap secantik


seperti saa t Anda m engenalnya,” kataku lembut.

Lelaki tua itu tersenyum dan meminta, “M aukah


Anda m engatakan padaku di mana ia sekarang? Aku
akan meneleponnya esok.”

la menggenggam tanganku, “Tahukah kau


anak muda, aku masih mencintainya. Dan saa t surat
itu datang hidupku terasa berhenti. Aku belum pernah
menikah, aku selalu mencintainya.”

“ M ichael,” kataku, “Ayo ikuti aku.”

Lalu kami menuruni tangga ke lantai tiga.


Lorong-lorong gedung itu sudah g e lap . Hanya satu
atau dua lampu kecil m enyala menerangi jalan kami
menuju ruang tengah di mana Hannah masih duduk
sendiri menonton TV. Peraw at mendekatinya perlahan.
“ Hannah,” kata p e raw at itu lembut.

la menunjuk ke arah M ichael yang sedang


berdiri di sampingku di pintu masuk.

“A pakah Anda tahu pria ini?”

Hannah membetulkan kacam atan ya, melihat se­


jenak, dan terdiam tidak mengucapkan sepatah kata
pun.

M ichael b erkata pelan, hampir-hampir berbisik,


“ Hannah, ini aku, M ichael. A pakah kau masih ingat
pad aku?”

Hannah gem etar, “M ichael! Aku tak p ercaya.


M ichael! Kau! M ichaelku!”

M ichael b erjalan perlahan ke arah Hannah.


M ereka lalu berpelukan. Peraw at dan aku meninggalkan
m ereka dengan a ir mata menitik di w ajah kami.

“ Lihatlah,” kataku.

“ Lihatlah, bagaim ana Tuhan berkehendak. Bila


la berkehendak, m aka jad ilah .”

Sekitar tiga minggu kemudian, di kantor, aku


m endapat telepon dari rumah panti jompo itu.
o

“A pakah Anda berkenan untuk hadir di sebuah


pesta perkaw inan di hari Minggu mendatang? M ichael
dan Hannah akan menikah!”

Dan pernikahan itu, pernikahan yang indah.


Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian
terbaik m ereka untuk ikut m erayakan pesta.

Hannah mengenakan p akaian abu-abu terang


dan tam pak cantik. Sedangkan M ichael mengenakan
jas hitam dan berdiri tegak.

M ereka menjadikan aku seb agai w ali m ereka.


Rumah panti jompo memberi hadiah kam ar bagi
m ereka.

Aku sangat b ah ag ia melihat bagaim ana


sepasang pengantin berusia 76 dan 79 tahun
bertingkah seperti anak rem aja. Akhir yang sempurna
dari sebuah hubungan cinta yang tak pernah padam
selam a 6 0 tahun.

M ereka bukti nyata ad an ya cinta sejati yang


tak pernah mati selam a napas belum berhenti. Kekuatan
cinta, kejujuran hati memang tak akan bisa bohong,
selalu a d a dan tia d a tergantikan oleh hal apapun.
12

< O C
22:21 0,0KB/d '©' ..lll ^

“A pakah Anda berkenan untuk hadir di sebuah


pesta perkaw inan di hari Minggu mendatang? M ichael
dan Hannah akan menikah!”

Dan pernikahan itu, pernikahan yang indah.


Semua orang di panti jompo itu mengenakan pakaian
terbaik m ereka untuk ikut m erayakan pesta.

Hannah mengenakan p akaian abu-abu terang


dan tam pak cantik. Sedangkan M ichael mengenakan
jas hitam dan berdiri tegak.

M ereka menjadikan aku seb agai w ali m ereka.


Rumah panti jompo memberi hadiah kam ar bagi
m ereka.

Aku sangat b ah ag ia melihat bagaim ana


sepasang pengantin berusia 76 dan 79 tahun
bertingkah seperti anak rem aja. Akhir yang sempurna
dari sebuah hubungan cinta yang tak pernah padam
selam a 6 0 tahun.

M ereka bukti nyata ad an ya cinta sejati yang


tak pernah mati selam a napas belum berhenti. Kekuatan
cinta, kejujuran hati memang tak akan bisa bohong,
selalu a d a dan tia d a tergantikan oleh hal apapun.

< O C
c-Ltv'tci' ie^ycv-ti i&LcvLc^
n^ e.t^ y-cvr^ cLc\,‘isti,cvi^ ci-t^i.c\-(^<^cv ke-y> cvcCt\-

Xlu-^<v<^ J^e,n^,iLik,
Dcv y>u-tv cvk-cVtA,
oL(^~tc\,(^ipc\- yic\-cLcv ic^cvt

Lt^cLc^lv ipcvn-cp- tesLc\-lv cLl'te,wti<,k-cvt'v,


icv(^y>c\, ctcc^cv, tc^t^yscv
22:21

< o c
Cirvta
^ a k te r k ik is

inta sejati tidak akan punah ditelan waktu.

e Seperti yang dialam i oleh lelaki asai Inggris


dan perempuan dari Spanyol yang akhirnya
menikah setelah berpisah lam a.

M ereka pernah bertemu 16 tahun lalu ketika


a d a program pertukaran p e la jar. Carm en Ruiz-Perez
(42) jatuh cinta kep ad a p e la ja r setem pat, Steve Smith
(4 2 ), ketika dia datang ke Brixham , Inggris. M ereka
sam a-sam a m erasakan indahnya cinta pertam a.

Sayan g n ya, m ereka hanya bersam a selam a


satu tahun. Ketika program pertukaran p e la ja r itu
berakhir, berakhir pula kisah cinta m ereka.
Carm en kemudian pindah ke Perancis untuk
m engelola sebuah toko. B eb erap a tahun kemudian,
Steve mengirimkan sepucuk surat cinta kep ad a Carm en
ke alam at rumah ibunya di Spanyol. Sayan g n ya, surat
yang diharapkan menjadi penjalin cinta m ereka terselip
di belakang perapian selam a lebih d a ri satu dekad e.

Surat itu ditemukan b e b era p a waktu lalu ketika


rumah tersebut akan dip erb aiki.

“ Ketika saya m endapatkan kem bali surat itu,


saya tidak segera menelepon Steve karena sangat
grogi,” ujar Carm en kep ad a koran setem pat, H erald
Express.

“ S a y a hampir tidak meneleponnya sama sekali.


Namun, saya tahu bahw a saya harus m eneleponnya,”
kata Carm en.

Singkat cerita, m ereka memutuskan untuk


bertemu kem bali.

“ Pertemuan kami seperti di film-film. Kami


b e rla ri menghampiri satu sama lain di b an d a ra dan
saling memeluk,” ujar Steve setelah m ereka menikah.

Janji setia cinta sejati tak mengenal ja ra k ,


ruang dan waktu, Pada saatnya ia pun akan bicara
dan membuktikannya a d a .
22:22 0,3KB/d '©' -.il m i.


c
Kesetiaan dan cinta a d alah sebuah kesatuan
yang tak terpisahkan. Bila cinta telah b ica ra , tak
akan a d a yang sanggup m enghalanginya. Karena
lahirnya cinta sejati a d alah d ari Sang Pemilik Cinta
A b a d i, TUHANI Ketika DIA telah berkehendak, apapun
bisa te rja d i dan tia d a satupun orang yang d a p a t
mencegahnya.

17

< oc
22:22

o c
Girvta «Sejati
Cirvta c)i Rati

a g i yang tidak p ercaya dengan keab ad ian

B cinta, sebaiknya m endengar cerita ini. Pada


bulan Desember, setelah menunggu selam a 30
tahun, sepasang kekasih d a ri Korea U tara dan Vietnam
akhirnya bersatu dalam pernikahan.

Tiga dasaw arsa bukanlah waktu yang pendek,


tapi mereka berhasil menjaga kesucian cinta pertama
mereka yang terpisah lautan. Cinta pertam a yang menjadi
cinta terakhir dengan sekian banyak liku rintangan.

Kisah cinta ini bermula saa t seorang mahasiswa


kimia asai Vietnam pergi ke Korea U tara p ad a
1971 untuk b elajar. M ahasiswa muda itu, Pham Ngoc
Canh, jatuh cinta p a d a pandangan pertam a p ad a
seorang wanita yang sekilas dilihatnya melewati pintu
laboratorium di Hamhung, tak jauh dari Pyongyang.

Pham pun nekat menemui Ri Young-Hui. M ereka


lalu bertukar hadiah, Pham memberi foto dan Ri
memberikan alam at yang ditulis di sobekan kertas.
M ereka bertemu diam-diam dan berpisah diam -diam.
Pham memberitahu ibu Ri a g a r memaksa putrinya
menikah dengan pria lain saja karena m ereka berdua
tidak mungkin dipertem ukan.

Rezim Korea U tara m elarang w arganya


berhubungan dengan orang asing, meski dari negara
komunis seperti Vietnam. Ri menolak saran Pham dan
ibunya untuk menikah dengan pria lain. Bahkan ketika
Pham pulang ke Hanoi karena tugas b e la jarn ya selesai,
Ri berusaha bunuh diri.

Pham pun akhirnya b ertekad untuk mem­


perjuangkan cinta m ereka. Dibantu oleh ibu Ri, kedua
kekasih ini menjalin hubungan hanya lew at surat selama
20 tahun tanpa pernah bertemu sekalipun.

Surat terakhir diterim anya p a d a 1 9 9 2 . M e­


ngetahui Ri tak mungkin memperjuangkan persatuan
m ereka kem bali, Pham pun mengambil inisiatif untuk
selalu mengusahakan pertemuan m ereka kem bali.
22:23 ... 0,4KB/d'0' ..ill ^

Se b ag a i seorang penerjemah tim olahrag a


nasional, Pham b e b era p a kali mengunjungi Korea
U tara. Kesem patan ini selalu digunakannya untuk
menghubungi Ri. Namun, usahanya selalu g a g al.

O rang-orang di Korea U tara selalu m engatakan,


Ri telah menikah atau meninggal, tap i Pham lebih
percaya kesejatian cinta Ri ketimbang omongan orang-
orang. la menolak untuk p ercaya telah kehilangan
kekasihnya.

Pham juga pernah berusaha melunakkan


kakunya birokrasi dengan m embawa 4 0 surat cinta
dalam bahasa Korea yang dikumpulkannya selam a 20
tahun itu ke Kedutaan Besar Korea U tara di Hanoi, la
berh arap m ereka mau membantu.

Namun usaha ini, seperti perjuangan se­


belumnya, menemui ketidakpastian. Tahun-tahun terus
berlalu dan rambut m ereka sudah mulai beruban,
namun cinta m ereka tak juga pupus. Tahun lalu, Pham
melakukan usaha terakhirnya saa t ia mendengar
delegasi politik Vietnam berkunjung ke Pyongyang.
la kemudian menulis surat kep ad a Presiden dan Menteri
Luar N egeri Vietnam . Usahanya kali ini tak sia-sia.

< O C
22:23 .. . 0,2KB/d '0' .<lll ^

i= □

B eb erap a bulan kemudian, ia m endapat


jaw ab an yang ditunggunya selam a 30 tahun.

Pemerintah Korea U tara mengizinkannya untuk


menikahi Ri Young Hui.

Pada bulan Septem ber pasangan yang telah


berusia 5 0 tahunan itu bertemu kem bali. M ereka pun
sep akat untuk tidak menunda-nunda lagi pernikahan
yang sudah lam a dinantikan itu.

Lalu p a d a bulan Desember, di Hanoi, keduanya


menikah dengan dihadiri 7 0 0 tamu yang datang
dengan mata b e rk aca -ka ca .

se -y cv ti yycvctcv

yyer‘tsy(\-Lcvv^cvt*, s& b u - tv k , oct^ 'tev

yycVfA,tV6 c tc v t * bccye\-(A,, £ c v k IvcLcV^c^-

y c v u rtv ^ y - ti' y c v v t v k ,,

lu- isLcLci(s^tyc\.

22 b es'vbi?i'i^ u(^ Lbcvi> L

< O C
Cirvta c>ar\ Jarvji

4 1^ "

obertson McQuilkin a d alah seorang Rektor

R Universitas
istrinya
Internasional
mengalami sakit
Colum bia.
alzheim er
Namun

gangguan fungsi otak, sehingga ia tidak mengenali


semua orang bahkan anak-anaknya. Hanya satu orang
yang a d a dalam ingatannya, yaitu suaminya Robertson.
atau

K arena kesibukan Robertson, m aka ia menyewa


seorang peraw at untuk m eraw at dan m enjaga istrinya.
Namun suatu p ag i, alangkah herannya ia dan semua
orang di kantornya, melihat Muriel (istrinya) datang ke
kantor tanpa ala s kaki dan a d a b ercak-bercak darah
di kakinya.
Ternyata Muriel bangun d a ri tem pat tidur dan
hanya dengan menggunakan daster b erjalan kaki
menuju kantor suaminya yang b e rja ra k kira-kira satu
kilometer dan b ercak-b ercak d arah ad a di sepanjang
lantai kantor suaminya karena kakinya terantuk di
jalan b e b era p a kali.

Ketika masuk ke kantor suaminya, Muriel


b e rkata “ S a y a tidak mau p e ra w a t, saya hanya mau
kamu menemaniku.”

M endengar k ata-kata M uriel, Robertson


mengingat janji nikahnya 4 7 tahun lalu, dan tidak lama
kemudian ia meminta kep ad a pihak universitas untuk
pensiun dan berhenti d ari jabatan nya seb ag ai Rektor.
Pada pidato perpisahan di Universitas Internasional
Columbia Robert McQuilkin menjelaskan a p a yang
te rja d i p a d a istrinya dan m engapa ia mengambil
keputusan untuk mengundurkan d a ri d ari jab atan nya.

la b e r k a t a ...

“ 4 7 tahun yang lalu, saya berjanji kep ad a


Muriel di had ap an Tuhan dan disaksikan banyak orang,
bahw a saya akan menerima dan selalu mencintai
Muriel baik dalam suka maupun dalam duka, dalam
22:23 .. . 0,2KB/d '0' .<lll ^

kea d aa n k aya atau miskin, baik dalam k ead aan


sehat atau sakit.”

Kemudian ia m elanjutkan...

“ Sekarang inilah saa t yang paling diperlukan


oleh Muriel a g a r saya m enjaga dan m eraw atnya.”

Tidak lama kemudian Muriel tidak bisa ap a-


a p a lag i, bahkan untuk m akan, mandi, serta buang air
pun, ia harus dibantu oleh Robertson. Pada tanggai
14 Februari 1995 a d alah hari istimewa m ereka, 4 7
tahun lalu, dimana Robertson m elam ar dan kemudian
menikahi Muriel.

M aka seperti biasanya Robertson memandikan


Muriel dan m enyiapkan makan malam kesukaannya
dan menjelang tidur ia mencium M uriel, menggenggam
tangannya, dan b e rd o a ...

“Tuhan, jag alah kekasih hatiku ini sepanjang


m alam , biarlah ia m endengar nyanyian m alaikat-M u.”

Paginya, ketika Robertson sedang b erolahraga


dengan sepeda statis, Muriel terbangun, la tersenyum
kep ad a Robertson, dan untuk pertam a kali setelah
berbulan-bulan Muriel tak pernah b e rb icara ,

< O C
ia memanggil Robertson dengan lembut dan b e rk ata,
“ Sayangku.”

Robertson terlom pat d ari sepeda statisnya dan


memeluk Muriel. Kemudian Muriel bertanya kep ad a
suaminya, “ Sayangku, ap a ka h kamu benar-benar
mencintaiku?” tanya Muriel lirih.

Robertson mengangguk dan tersenyum. Muriel


cinta pertam a dan terakhirnya, hingga kap an pun.
Demikian sebaliknya. Kemudian Muriel b e rk a ta , “Aku
b a h a g ia .”

Dan itulah k ata-kata terakhir Muriel sebelum


meninggal. Sungguh kasih yang luar b iasa. Alangkah
indahnya relasi yang d id asarkan p a d a cinta, tidak ad a
kepedihan yang terlalu b erat untuk dipikul.

Cinta a d alah rasa, hati yang b icara. Dia


a d alah d a ya dorong yang sangat ampuh a g a r kita
selalu melakukan yang terb aik. M enjalani kegetiran
dan kepahitan tanpa putus asa , melalui duka lara
tanpa menyerah, melewati lembah kekelaman dengan
keberanian dan kesetiaan. Komitmen cinta sejati
menyatu.

Cinta sejati harus memiliki komitmen sejati


selam anya. Tanpa komitmen sejati, cinta akan pudar
22:23 0,3KB/d '©' -.il

di tengah jalan , di tengah kesulitan dan penderitaan.


M ari kita sam a-sam a menumbuh kem bangkan cinta
kasih, untuk m elandasi setiap motivasi, tindakan dan
ucapan kita di mana pun dan kapan pun kita b e ra d a
bagi sesam a.

i> e.ycvtc ic-L cv L cv t v c t c v ,

ttv k . crLe ,h , k c r i ^ c L l s i . 't)cv

I v c v t i y>e,vry,iLLk-(A,ifCV ,

%)C l'C 'C '

27

< O C
22:23

o c
<Saya J vler\$er\al
Cinta (Saya
f W fW *

isah cinta ini bukan film dan bukan novel,

K melainkan sungguh-sungguh nyata


sungguh-sungguh menjadi bukti bahwa cinta
sejati itu ad a.
dan

Cinta antar dua insan yang kasmaran, memang


betul-betul ad a di muka bumi yang sudah dipenuhi
oleh berbagai kepalsuan dan nafsu sesaat, bahkan di
kalangan high proftle seperti mereka berdua.

Pagi itu, klinik sangat sibuk, sekitar pukul. 0 9 .3 0


seorang pria berusia 70-an datang untuk membuka
jahitan p a d a luka di ibu jarinya.
S a y a m enyiapkan berkasnya dan memintanya
menunggu sebab semua dokter masih sibuk, mungkin
dia baru bisa ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu pria tua itu nam pak gelisah,


sebentar-sebentar dia melirik ke jam tangannya.

Saya m erasa kasihan, jad i ketika sedang


luang saya sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan
nam paknya lukanya cukup baik dan kering, tinggal
membuka jahitan dan memasang perban baru.
Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas
persetujuan dokter saya putuskan untuk melakukannya
sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya tanya ap a ka h


dia punya janji lain hingga tam pak terburu-buru.

Lelaki tua itu m enjawab tid ak, dia hendak ke


rumah jompo untuk makan siang bersam a istrinya,
seperti yang dilakukannya sehari-hari.

Dia menceritakan bahw a istrinya sudah diraw at


di sana sejak b e b era p a waktu dan istrinya mengidap
penyakit Alzheim er’s.
22:23 .. . 0,2KB/d '0' .<lll ^

Lalu saya bertanya a p a ka h istrinya akan


marah kalau dia terlam b at, dia m enjawab bahwa
istrinya sudah tidak d a p a t mengenalinya lagi sejak 5
tahun terakhir.

S a y a sangat terkejut dan b ertan ya, “ Bapak


masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak
sudah tidak kenal Bap ak lagi? Untuk a p a ? ”

Dia tersenyum sambil menepuk tangan kanan


sa y a , “Tetapi saya masih mengenali dia kan? Dia cinta
pertam a saya hingga nanti.”

Sungguh, saya sangat malu dan terharu


mendengar ceritanya, saya menahan a ir mata sam pai
kakek itu pergi dengan meninggalkan p e lajaran
berharga arti setia, cinta, dan janji suci pernikahan.

Cinta Sejati tak akan pernah meminta pamrih.

Pengorbanan dan perjuangan untuk mem­


buktikannya sangat sederhana. la a d a dan mengalir
a p a a d a n ya , tak menuntut pengakuan.

31

< O C
" yoe.'v'tcvn^t^ te v k ycv^c^t*,<p-

ycvctc c-ct^icv ’te-iscv-kbcl, (Irtie^KV ^<vt<v


yye,n*,iLik^ifCV \iu-tu-6 ctcv^
icvt^yscv-
L&Lcvb. "C-eVc^d rw&fwu.yyu.kt^ifcv
cto-cv- ctcvt^ (^c-i>c-\iicvcvi^, n^e-*vycvctc k-ut^oc
u-i.a,m,a, 6e.bu-(\-h c-Lrvtcv <v£<rv*v t e.i,u-5
t- ”
Cirvta Pertama 2)ar\
T^eraRKir Istri yarvg
DimaSu

isah ini diceritakan kem bali oleh sang suami

K yang menyesal telah menduakan istrinya.

Beraw al d a ri curahan hati sang istri dari


tulisannya yang a d a di sebuah notebook.

Pernikahan kami sederhana tap i sangat meriah.


la menjadi pria yang sangat romantis p ad a waktu itu.
Dia cinta pertam aku, dan kuharap juga bisa jad i cinta
terakhirku.

Menikah dengan seorang pria yang shaleh,


pintar, tam pan dan m apan pula. Ketika kami p acaran
d ia sudah sukses dalam karirnya. Kami berbulan madu
di tanah suci, itu janjinya ketika kami b e rp acaran .
Setelah menikah, aku m engajaknya untuk umroh
ke tanah suci.

Aku sangat b ah ag ia dengannya, dia sangat


memanjakan aku. Sangat terlihat rasa cinta dan
sayangnya pad aku. Banyak orang yang bilang,
kami pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali
bag aim ana suamiku memanjakanku. Aku b ah ag ia
menikah dengannya.

Lima tahun sudah kami menikah, sangat


tak terasa waktu b e rja la n , walaupun kami hanya
berdua sa ja . K arena sam pai sa a t ini aku belum bisa
memberikannya seorang m alaikat kecil di tengah
keharmonisan rumah tangga kami.

D ari aw ai kami menikah, ibu & adiknya tidak


menyukaiku, aku sering m endapat perlakuan yang
tidak menyenangkan d a ri m ereka, tapi aku menutupi
dari suamiku.

Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan


kami, suamiku mengalami kecelakaan , mobilnya hancur.
Alhamdulillah suamiku selam at d a ri maut yang hampir
membuatku menjadi seorang jan da.

la diraw at dirumah sakit, p ad a saat dia belum


sad arkan diri, aku selalu menemaninya siang & malam,
22:24 .. . 928KB/d '0' ,.ill ^

kubacakan ay a t-a y a t suci Al-Q uran, aku sibuk bolak-


balik rumah sakit dan tem pat aku melakukan aktivitas
sosialku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena
kecelakaan .

Ketika aku kem bali ke rumah sakit setelah dari


rumah kami, aku melihat di dalam kam arnya a d a ibu,
adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan satu lagi
aku melilhat seorang wanita yang sangat a k rab dengan
ibunya. M ereka tertaw a menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sad ar,


aku menangis ketika melihat suamiku sudah sad ar, tapi
aku tak boleh sedih di depannya.

Kubuka pintu yang tertutup rap a t itu, sambil


m engatakan “Assalammu’alaikum" m ereka m enjawab
salamku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan
m ereka semua melihatku. Dan suamiku menatapku
penuh m anja, mungkin ia kangen padaku karena sudah
5 hari m atanya selalu tertutup. Tangannya m elam bai,
m engisyaratkan aku untuk memegang tangannya yang
erat. Setelah aku m enghampirinya, kucium tangannya
sambil b e rkata “Assalammu’alaikum’’ ia pun m enjawab
salamku dengan suaranya yang lirih tapi penuh dengan
cinta. Aku pun senyum melihat w ajahnya.

< O C
Ibunya lalu b erb icara sama aku, “ Fis, kenalkan
ini Desi teman Fikri.”

Aku teringat cerita d ari suamiku bahw a teman


baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernam a
Desi, dan dia sangat a k rab dengan keluarga suamiku.
Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku
pun langsung b e rja b a t tangan dengannya, tak banyak
aku bicara di dalam ruangan, aku tak mengerti a p a yg
mereka bicarakan .

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka


di kep ala suamiku... baru sebentar aku membersihkan
mukanya, tiba-tiba adik ip a r ku yang bernam a Dian
mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan
suamiku pun mengizinkannya. Aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik iparku b erkata “ Lebih


baik kau pulang sa ja , ad a kami yang m enjaga Abang
di sini. Kau istirahat s a ja .”

Aku pun tak diperbolehkan berpam itan


dengan suamiku dengan alasan Abang harus banyak
beristirahat, karena psikologisnya masih labil. Aku
berd eb at dengannya m engapa aku tidak boleh
pamitan p a d a suamiku, tap i tib a-tib a ibu mertuaku
datang menghampiriku dan ia m engatakan hal yang
22:24 .. . 0,2KB/d '0' .<lll ^

sam a, ia akan memberi alasan p ad a suamiku me­


n gapa aku pulang tak pamitan p ad an ya.

Sejak saa t itu aku tidak pernah diizinkan men­


jenguk suamiku sam pai ia kem bali d ari rumah sakit.
Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku.
M enangis m engapa m ereka sangat membenciku.

Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang


a d a di benakku aku takut kehilangannya, aku takut
cintanya d ib ag i dengan yang lain. Pagi itu, p ad a saat
aku membersihkan pekarangan rumah kam i, suamiku
memanggilku ke taman b elakang , ia baru a ja selesai
s arap a n , ia mengajakku duduk di ayunan favo rit kami,
sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air
mancur itu.

Aku bertanya “A d a a p a kamu memanggilku?”

la b e rkata “ Besok aku akan menjenguk


keluargaku di Sab an g .”

Aku m enjawab “ la sayang aku tahu, aku sudah


mengemasi b arang-b arang kamu di travel bag dan
kamu sudah pegang tiket, bukan?”

“ Ya tapi aku tak akan lam a di sana, cuma


3 minggu aku di sana, aku juga sudah lam a tidak

< O C
bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah
dan aku kan pulang dengan M am aku” jaw ab n ya tegas.

“M engapa baru b ica ra , aku pikir hanya


seminggu saja kamu di sana?”

"M am a minta aku yang menemaninya saat


pulang nanti” jaw ab n ya tegas.

"Sekaran g aku ingin seharian dengan kamu,


karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”
lanjutnya lagi sambil memelukku dan mencium keningku.

Hatiku sedih, dengan keputusannya, tap i tak


boleh aku tunjukkan p ad an ya.

Bahagianya aku, dim anja dengan suami yang


penuh dengan rasa sayang & cintanya.

W a la u terkad an g ia bersikap kurang adil


terhadapku.

K arena ini a c a ra sakral b ag i keluarganya.


Ja d i seluruh keluarganya harus komplit, aku pun tak
dipedulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak,
tidak hadir justru membuat m ereka sangat senang, aku
pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
22:24 ... 0,1 KB/d '0' .illl ^

M alam sebelum kepergiannya, aku menangis


sambil membereskan keperluannya yang akan d ibaw a
ke Sab ang , ia menatapku dan menghapus airm ata
yang jatuh di pipiku lalu aku peluk e ra t dirinya, hati
ini bergumam seakan te rja d i sesuatu, tap i aku tidak
tahu a p a yang akan te rja d i. Aku hanya bisa menangis
karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah ditinggal pergi selam a ini,


karena kami selalu bersam a-sam a ke mana pun ia
pergi. A p a mungkin aku sedih karena aku sendirian
tidak punya teman, hanya pembantu saja teman
ngobrolku.

Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak


nyaman, aku m erasa sendiri. Untunglah aku mempunyai
kesibukan seb ag ai seorang aktivis, jad i aku tak terlalu
kesepian ditinggal pergi ke Sab ang .

S a a t kami berhubungan ja ra k jauh, komunikasi


kami buruk, saa t ia di sana aku pun jatuh sakit.
Rahimku sakit sekali seperti dililit oleh ta li, tak tahan
aku menahan rasa sakit di rahimku ini, sam pai-sam pai
aku mengalami pendarahan, aku dilarikan ke rumah
sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku
di sana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut

< O C
rahim stadium 3. Aku menangis, a p a yang bisa aku
banggakan lagi? Mertuaku akan semakin menghinaku.
Suamiku yang m alang, yang b erh arap akan punya
keturunan dari rahimku. Aku tak bisa memberikannya
keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.

Aku kangen p a d a suamiku, aku menunggu ia


pulang, kapan ia pulang, aku tak tahu..

Sem entara suamiku di sana, aku tidak tahu


m engapa ia selalu m arah-m arah jika meneleponku.
Bagaim ana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu
m arah-m arah terhadapku.

Sudah 3 minggu suamiku di Sab ang , malam


itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku
berbunyi, m enandakan a d a SMS yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari


suamiku, ia menulis “Aku sudah beli tiket untuk pulang,
aku pulangnya satu hari lag i, aku aku kabarin lag i.”

Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin


m arah, tap i aku pendam saja ego yang tidak baik
ini. H ari yang aku tunggu pun tib a , aku menantinya di
rumah. S e b a g a i seorang istri, aku pun berdandan
yang cantik dan mem akai parfum kesukaannya
rahim stadium 3. Aku menangis, a p a yang bisa aku
banggakan lagi? Mertuaku akan semakin menghinaku.
Suamiku yang m alang, yang b erh arap akan punya
keturunan dari rahimku. Aku tak bisa memberikannya
keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.

Aku kangen p a d a suamiku, aku menunggu ia


pulang, kapan ia pulang, aku tak tahu..

Sem entara suamiku di sana, aku tidak tahu


m engapa ia selalu m arah-m arah jika meneleponku.
Bagaim ana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu
m arah-m arah terhadapku.

Sudah 3 minggu suamiku di Sab ang , malam


itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku
berbunyi, m enandakan a d a SMS yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari


suamiku, ia menulis “Aku sudah beli tiket untuk pulang,
aku pulangnya satu hari lag i, aku aku kabarin lag i.”

Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin


m arah, tap i aku pendam saja ego yang tidak baik
ini. H ari yang aku tunggu pun tib a , aku menantinya di
rumah. S e b a g a i seorang istri, aku pun berdandan
yang cantik dan mem akai parfum kesukaannya
22:24 .. . 0,3KB/d '0' ..ill ^

untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan


menyelesaikan m asalah komunikasi kami yang buruk
akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya


ia pun mengucap salam , sebelum masuk aku pegang
tangannya ke depan teras, ia tetap b erd iri, aku
membungkuk untuk m elepaskan sepatu, kaos kaki dan
kucuci kedua kakinya, aku tak mau a d a setan yang
masuk ke dalam rumah kami. Setelah itu aku pun berdiri
langsung mencium tangannya tap i a p a reaksinya?

M asya Allah, ia tidak mencium keningku, ia


langsung naik ke atas, ia langsung mandi dan tidur,
tanpa bertanya kabarku.

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku


pun segera m erapikan b aw aannya sam pai aku pun
tertidur. M alam menunjukkan lA m alam , mengingatkan
aku p a d a tem pat mengadu yaitu Allah, Sang M aha
Pencipta. Biasanya kami selalu b erjam aah , tap i
karena melihatnya tidur sangat pulas, aku tak tega
membangunkannya, aku elus m ukanya, aku cium
keningnya, lalu aku solat tahajud 8 ra k a a t plus witir 3
rak aat.

< O C
22:24 .. . 0,3KB/d '0' ..ill ^

untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan


menyelesaikan m asalah komunikasi kami yang buruk
akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya


ia pun mengucap salam , sebelum masuk aku pegang
tangannya ke depan teras, ia tetap b erd iri, aku
membungkuk untuk m elepaskan sepatu, kaos kaki dan
kucuci kedua kakinya, aku tak mau a d a setan yang
masuk ke dalam rumah kami. Setelah itu aku pun berdiri
langsung mencium tangannya tap i a p a reaksinya?

M asya Allah, ia tidak mencium keningku, ia


langsung naik ke atas, ia langsung mandi dan tidur,
tanpa bertanya kabarku.

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku


pun segera m erapikan b aw aannya sam pai aku pun
tertidur. M alam menunjukkan lA m alam , mengingatkan
aku p a d a tem pat mengadu yaitu Allah, Sang M aha
Pencipta. Biasanya kami selalu b erjam aah , tap i
karena melihatnya tidur sangat pulas, aku tak tega
membangunkannya, aku elus m ukanya, aku cium
keningnya, lalu aku solat tahajud 8 ra k a a t plus witir 3
rak aat.

< O C
22:24 .. . 2,6KB/d '0' .illl ^

untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan


menyelesaikan m asalah komunikasi kami yang buruk
akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya


ia pun mengucap salam , sebelum masuk aku pegang
tangannya ke depan teras, ia tetap b erd iri, aku
membungkuk untuk m elepaskan sepatu, kaos kaki dan
kucuci kedua kakinya, aku tak mau a d a setan yang
masuk ke dalam rumah kami. Setelah itu aku pun berdiri
langsung mencium tangannya tap i a p a reaksinya?

M asya Allah, ia tidak mencium keningku, ia


langsung naik ke atas, ia langsung mandi dan tidur,
tanpa bertanya kabarku.

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku


pun segera m erapikan b aw aannya sam pai aku pun
tertidur. M alam menunjukkan lA m alam , mengingatkan
aku p a d a tem pat mengadu yaitu Allah, Sang M aha
Pencipta. Biasanya kami selalu b erjam aah , tap i
karena melihatnya tidur sangat pulas, aku tak tega
membangunkannya, aku elus m ukanya, aku cium
keningnya, lalu aku solat tahajud 8 ra k a a t plus witir 3
rak aat.

< O C
Aku m endengar suara mobilnya, aku terbangun
lalu aku liat dia dari balkon kam ar kami dia bersiap-
siap untuk pergi, aku memanggilnya tap i ia tak
mendengar. Lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari
d ari atas ke baw ah tanpa mempedulikan darah yang
bercecer d a ri rahimku, aku m engejarnya tap i ia begitu
cepat pergi.

Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ad a


sesuatu. S a a t itu juga aku langsung menelepon kerumah
mertuaku, kebetulan Dian yang angkat teleponnya, aku
bercerita dan aku bertanya a p a yang te rja d i dengan
suamiku. Dengan enteng ia m enjawab “ Loe pikir aja
sendiri!!!” telepon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam


kecem asan. M engapa suamiku berubah setelah ia
pulang d ari kota kelahirannya. M engapa ia tak mau
b e rb icara p ad aku, a p a la g i memanjakanku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam,


seakan ia telah m elepas tanggung jaw abn ya seb agai
seorang suami, kami b erb icara seperlunya sa ja , aku
selalu diintrogasinya, aku dari mana dan m engapa
pulang terlam b at, ia bertanya dengan nada yang
keras, suamiku telah berubah.
22:25 .. . 2,7KB/d '0' ,.ill ^

Bahkan yang membuat aku kaget, aku pernah


dituduhnya berzina dengan mantan p acarku. Ingin
rasanya aku m enam par suamiku yang telah menuduhku
serendah itu, tap i aku selalu ingat, sebagaim ana pun
salahnya seorang suami, status suami tetap di atas
p a ra istri, itu yang aku pegang, aku hanya berdoa
a g a r suamiku s a d a r akan prilakunya.

Dua tahun berlalu, suamiku tak berubah juga,


aku menangis tiap m alam , lelah menanti seperti ini, kami
seperti orang asing yang baru saja kenal, kemesraan
yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun kon-
disinya tetap seperti itu, aku tetap m erawatnya & me-
nyiapi seg ala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih
aku simpan dengan baik dan ia tak pernah bertanya
o bat a p a yang aku minum. K eb ahagiaanku telah sirna,
h arap an menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak
tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri


d ari aktivitasku sebagai seorang guru gaji jad i aku
tak perlu repot-repot meminta uang p ad an ya hanya
untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat
semampuku.

< O C
Sungguh suami yang dulu aku puja, aku bang-
gakan sekarang telah menjadi orang asing, setiap
aku tanya ia selalu meyuruhku untuk berpikir sendiri.
Tiba-tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai,
suamiku memanggilku.

“ Ya a d a a p a , Yah I” sahutku dengan memang­


gil nama kesayangannya “A yah.”

“ Lusa kita siap-siap ke Sabang y a !” jaw abnya


tegas.

“A d a a p a ?M engapa?” sahutku penuh dengan


keheranan.

Astaghfirullah... suamiku yang dulu lembut


menjadi kasar, dia mebentakku, tak a d a lagi diskusi
antara kami. Dia m engatakan “ Kau ikut saja jangan
banyak tanya!!!”

Aku pun lalu mengemasi barang -b arang yang


akan d ib aw a ke Sabang sambil menangis, sedih karena
suamiku yang tak kukenal lag i. 2 Tahun p aca ra n , 5
tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi
orang asing buatku. Kulihat kam ar kami yang dulu
hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami
sekarang menjadi dingin, sangat dingin d a ri batu es.
22:25 ... 0,2KB/d '0' ,.lll


« C -

Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya


aku berontak tap i aku tak bisa, suamiku tak suka dengan
wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka
membanting b aran g -b aran g , dia bilang perbuatan itu
menunjukkan ketidakhorm atan k ep ad an ya. Aku hanya
bisa b e rsa b ar menantinya bicara dan sa b a r mengobati
penyakitku ini sendiri.

Kami telah sam pai di Sab an g , aku masih merasa


lelah karena semalam an aku tidak tidur, karena terus
berpikir. K eluarga besarnya telah berkumpul di sana,
termasuk ibu & ad ik-ad iknya, aku tidak tahu a d a
a c a ra a p a ini.. Aku dan suamiku pun masuk ke kam ar
kami. Suamiku tak betah di dalam kam ar tua itu, ia pun
keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan


ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yang
b e ra d a di dekat pintu kam ar, lem ari tua itu telah a d a
sebelum suamiku lahir.

Tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik


padaku memanggilku untuk segera berkumpul di ruang
tengah, aku pun ke ruang keluarga yang b e ra d a di
tengah rumah besar itu, rumah zam an peninggalan
belanda di mana langit-langitnya lebih d a ri 4 meter 45

< O C
tingginya. Aku duduk di samping suamiku, suamiku
menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani
bertanya p a d an ya, tiba-tiba saja neneknya, orang
yang dianggap paling tua dan paling berhak atas
semuanya membuka pem bicaraan.

“ Baiklah, karena kalian telah berkumpul, Nenek


ingin bicara dengan kau Fishal” Neneknya bicara
sangat tegas. Dengan sorot mata yang tajam .

“A d a a p a y a , Nek?” sahutku dengan penuh


tanya.

Nenek pun m enjawab “ Kau telah gabung


dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sam pai saat
ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang
sempurna, sebab selam a ini kau selalu keguguran!”

Aku menangis, untuk inikah aku diundang ke


m ari, untuk dihina atau dipisahkan dengan suamiku.

“ Sebenarnya kami sudah punya calon untuk


Fikri, d ari dulu, sebelum kau menikah dengannya, tapi
Fikri anak yang keras k e p a la , tak mau diatur, dan
akhirnya menikahlah ia dengan kau.”

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat w ajah


suamiku yang kosong m atanya.
22:25 ... 0,0KB/d '0' .illl ^

“ Dan aku dengar d ari ibu mertuamu kau pun


sudah berkenalan dengannya.” Neneknya masih me­
lanjutkan pem bicaraan itu.

Sedangkan suamiku hanya diam sa ja , tapi aku


lihat a ir m atanya. Ingin aku peluk suamiku a g a r ia kuat
dengan semua ini, tap i aku tak punya keberanian.

Neneknya masih saja b e rb icara panjang leb ar


dan yang terakhir d a ri pem bicaraannya ialah dengan
w ajah yang sangat menantang ia b e rkata ” Kau maunya
gim ana? Kau di madu atau d iceraikan?”

M asya Allah, kuat kan hati ini, aku ingin jatuh


pingsan, hati ini seakan remuk m endengarnya, hancur
hatiku, m engapa keluarganya bersikap seperti ini
terhadapku..

Aku selalu menutupi m asalah ini d ari kedua


orang tuaku, m ereka mengira aku sangat b ah ag ia 2
tahun belakangan ini.

“ Fish, ja w a b !” dengan tegas Ibunya langsung


memintaku untuk m enjawab.

Aku langsung memegang tangan suamiku,


dengan tangan yang dingin dan gem etar aku men­
jaw ab dengan tegas.

< O C
"W alaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu
dengan imamku, tapi aku d a p a t berdiskusi dengannya
melalui batiniah, untuk kebaikan dan masa depan
keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita
baru di rumah kam i.”

Itu yang aku jaw ab , dengan kata lain aku


rela cintaku d ib ag i, p ad a saat itu juga suamiku
memandangku dengan tetesan a ir m ata, tap i mataku
tak sedikit pun menetes di h adapan m ereka. Aku lalu
bertanya kep ad a suamiku, “Ayah siap akah yang akan
menjadi sahabatku di rumah kita nanti Yah?”

Suamiku m enjawab ” Dia Desi!”

Aku pun langsung menarik napas dan langsung


b e rb icara , “ Kapan pernikahannya berlangsung? A p a
yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini, N ek?”

Ayah mertuaku m enjawab “ Pernikahannya 2


minggu lag i.”

"Baiklah kalau begitu saya akan menelepon


pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK
kami ke kelurahan besok.”

Setelah berb icara seperti itu aku permisi untuk


pamit ke kam ar.
22:25 .. . 1,9KB/d'0' .dll ^

Tak tahan lag i, air m ata ini akan turun, aku


berjalan sangat cep at, aku buka pintu kam ar, aku
langsung duduk di tem pat tidur. Ingin b e rteriak, tap i
aku sendiri di sini. Tak kuat rasanya menerima hal ini,
cintaku telah d ib ag i, sakit... diiringi akutnya penyakit-
ku. A pakah karena ini suamiku menjadi orang yang
asing selam a 2 tahun b elakangan ini?

Aku b erjalan menuju ke meja rias, kubuka


jilbabku, aku bercermin sudah tidak cantikkah aku ini,
kuambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap
hari rontok, kulihat wajahku. Ternyata aku memang
sudah tidak cantik lag i, rambutku sudah hampir habis,
kepalaku sudah botak di bagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kam ar ini terbuka, ternyata


suamiku datang, ia berdiri di belakangku, tak kuhapus
a ir mata ini aku langsung memandangnya dari cermin
meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pem bicaraan


“Terimah kasih Ayah, kamu memberi sah ab at k e p a d a ­
ku, jad i aku tak perlu sedih lagi saa t ditinggal pergi
kamu nanti! Iya, kan?”

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku


tap i tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa

< OC
rambutku rontok, dia hanya m engatakan jangan salah
mem akai sampo, dalam hatiku m engapa ia sangat
cuek? la sudah tak memanjakanku lag i. Lalu dia bilang
“ Sudah m alam , kita istirahat yuk.”

“Aku solat isya dulu, baru aku tidur” jaw abku


tenang.

Dalam solat, dalam tidur aku menangis, kuhitung


waktu, kapan aku akan b e rb ag i suami dengannya. Aku
pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.

M alam sebelum hari pernikahan suamiku, aku


menulis curahan hatiku di laptopku. Di laptop aku me­
nulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah
pada suamiku yang telah m enelantarkanku. Aku
menangis melihat suamiku yang tidur pulas, a p a salahku
sam pai ia berlaku kejam kepadaku. Aku save di my
document yang ber-title “Aku mencintaimu Suamiku"

H ari pernikahan telah tib a, aku telah siap, tapi


aku tak sanggup untuk keluar, aku berdiri di dekat
jendela, aku melihat m atahari, mungkin aku takkan bisa
melihat sinarnya lag i. Aku berdiri sangat lam a, lalu
suamiku yang telah siap dengan p akaian pengantinnya
masuk dan b erb icara padaku.
22:25 ... 0,5KB/d '0' ..ill ^

“A pakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airm ata yang menetes di wajahku


sambil b e rkata tenang.

“ Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika


kamu m embawa ia masuk ke dalam rumah ini, cucilah
kakinya sebagaim ana kamu mencuci kakiku dulu,
lalu ketika kalian masuk ke dalam kam ar pengantin
bacakan doa di ubun-ubunya sebagaim ana yang kamu
lakukan padaku dulu lalu setelah itu...”

Tak sanggup aku ingin meneruskan pem b icara­


an ini, aku ingin menangis m eledak. Tiba-tiba suamiku
m enjawab “ Lalu a p a , Bunda?”

Aku kaget m endengar kata itu, yang tadinya


aku menunduk, aku langsung m enatapnya dengan mata
yang b e rb in a r-b in a r... “ Bisa kamu ulangi a p a yang
kamu ucapkan barusan?” pintaku tuk menyakini bahwa
kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan b erkata ” Baik Bunda


akan Ayah ulangi, lalu a p a Bunda?” sambil ia meng-
helus w ajah dan menghapus airm ataku, dia ag ak
sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku
hanya sed ad anya saja.

< OC
Dia tersenyum, sambil b e rkata "Kita liat saja
nanti y a !” dia memelukku dan b e rk a ta , “ Bunda a d alah
wanita yang paling kuat yang Ayah temui selain m am a.”

Lalu ia mencium keningku, aku langsung


memeluknya e ra t dan b e rkata “A yah, ap a ka h ini akan
segera berakhir? Ayah ke mana saja? M engapa Ayah
berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen b elaian
kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya
Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang
harus Ayah tau bahw a aku tidak pernah berzinah! Dulu
waktu aw ai kita p aca ra n , aku memang belum bisa
m elupakannya, setelah 4 bulan bersam a Ayah baru
bisa aku terim a, jika yang dihadapanku itu ad alah
lelaki yang aku cari. Bukan b erarti aku pernah berzina
Ayah.”

Aku langsung bersujud di kakinya dan mencium


kaki imamku sambil b e rkata “Aku minta m aaf Ayah,
telah membuatmu susah.”

S a a t itu juga, diangkatnya badanku, ia hanya


menangis, la memelukku sangat lam a, 2 tahun aku
menanti dirinya kem bali. Tiba-tiba perutku sakit, ia
m enyadari bahw a a d a yang tidak beres denganku,
dan ia bertan ya, “ Bunda baik-b aik sa ja , kan” tanyanya
dengan penuh khawatir.
22:25 ... 0,2KB/d '0' ..ill ^

“ Bisa memeluk dan melihat kamu kembali


seperti dulu itu sudah mebuatku b aik, Yah” aku tak
bisa bicara sekarang. K arena dia akan menikah. Aku
tak mau buat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani
a c a ra prosesi akad nikah tersebut.

Setelah tiba di m asjid, ijab qabul pun dimulai.


Aku duduk di seberang suamiku. Aku melihat suamiku
duduk berdam pingan dengan perempuan itu membuat
hati ini cemburu, ingin berteriak m engatakan “Ayah
Jangan” tapi aku ingat akan kondisiku.

Jantung ini b e rd eb ar kencang, ketika men­


dengar ijab qabul tersebut. Begitu ijab qabul selesai,
aku menarik napas panjang, Tante Lia, tante yang
baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk
menguatkan hati ini.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk ber­


sanding di pelaminan. O rang-orang yang hadir di aca ra
resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku sangat aneh,
wajahku yang selalu tersenyum tapi hatiku menangis.
Sam pai di rumah, suamiku langsung masuk ke dalam
rumah begitu saja, tak mencuci kakinya. Aku sangat
heran dengan perilakunya. A p a iya , dia tidak suka
dengan pernikahan ini? Sementara itu Desi disambut \ 53
hangat di dalam keluargaku.

< OC
Sem entara itu Desi disambut hangat di dalam
keluarga suamiku, tak seperti aku yang dimusuhinya.

M alam ini aku tak bisa tidur, bag aim ana bisa?
Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat
aku cemburui. Aku tak tahu a p a yang m ereka lakukan
di dalam V3 m alam , p a d a saa t aku ingin solat lail aku
keluar untuk berwudu, aku melihat a d a lelaki yang
mirip suamiku tidur di sofa ruang tengah, kudekati lalu
kulihat.

M asya Allah, suamiku tak tidur dengannya, ia


tidur di so fa, aku duduk di sofa itu sambil mengelus
mukanya yang lelah, tiba-tib a ia memegang tangan
kiriku, tentu saja aku kaget.

“ Kamu datang ke sini, aku pun tahu” ia langsung


be rkata seperti itu, aku tersenyum dan mengajaknya
solat lail.

Setelah salat lail, ia m engatakan “ M aafkan


aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita
karena egonya aku. Besok kita pulang ke Ja k a rta ,
b iar Desi pulang dengan M am a, Pap a. Dan juga adik-
adikku.”
22:25 0,4KB/d '©' -.il

p
c

Aku m enatapnya dengan penuh keheranan.


Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. S a a t tidur
ia memelukku sangat e rat. Aku tersenyum sa ja , sudah
lama ini tidak te rja d i. Ya Allah, ap a ka h Engkau akan
menyuruh m alaikat maut untuk mengambil nyawaku
sekarang ini, aku telah m erasakan kehadirannya
saa t ini. Tapi masih bisakah engkau izinkan aku untuk
m erasakan kehangatan d a ri suamiku yang telah hilang
selam a 2 tahun ini?

Suamiku berbisik, “ Bunda kok kurus?"

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya


masih bisa aku rasakan.

Aku pun b e rkata “Ayah kenapa tidak tidur


dengan Desi?”

“Aku kangen sam a kamu Bunda. Aku tak mau


menyakitimu lag i, kamu sudah terluka oleh sikapku
yang egois” dengan lembut suamiku m enjawab seperti
itu.

Lalu suamiku b e rk ata, “ Bun, Ayah minta m aaf


telah m enelantarkan Bunda. Selam a Ayah di Sab ang ,
Ayah dengar kalau Bunda tidak tulus mencintai Ayah,
Bunda seperti m engejar sesuatu, seperti harta Ayah,

< OC
dan satu lagi Ayah pernah melihat SMS Bunda dengan
mantan p aca r Bunda dim ana isinya kalau Bunda nggak
mau berbuat seperti itu, dan seperti itu diberi tanda
kutip (“ seperti itu” ), Ayah ingin ngomong tap i takut
Bunda tersinggung, dan Ayah berpikir kalau Bunda
pernah tidur dengannya sebelum Bunda bertemu Ayah,
terus Ayah dim arahi oleh keluarga Ayah karena Ayah
terlalu memanjakan Bunda.”

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika


tidak ada kep ercayaan di dirinya, hanya karena
omongan keluarganya, yang tidak pernah melihat
b e tap a tulusnya aku mencintai pasangan seumur
hidupku ini.

Aku hanya m enjawab “Aku sudah ceritakan


itu kan Yah, aku tidak pernah b erzin a, dan aku
mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya m engejar
hartam u, m engapa kamu, banyak lelaki yang lebih
m apan darimu waktu itu, Yah. Jika aku hanya m engejar
hartam u, aku tak mungkin setiap hari menangis karena
menderita mencintaimu.”

Entah aku harus b ah ag ia atau aku harus sedih


karena sahabatku sendirian di kam ar pengantin itu.
M alam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan
22:26 ... 0,3KB/d '0' .illl ^


«^
^5 ----
r___ /.
-f» %

suamiku dan berusaha m em aafkannya beserta sikap


keluarganya juga. K arena aku tak mau mati dalam hati
yang penuh dengan rasa benci.

Keesokan harinya...

Ketika aku ingin bangun untuk mengambil


wudu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali, aku
pendarahan, suamiku kaget. Suamiku kaget bukan
main, ia langsung menggendongku.

Aku pun d ilarikan ke rumah sakit. Jauh sekali


aku m endengar suara zikir suamiku.

Aku m erasakan tanganku basah. Ketika ku buka


mata ini, kulihat w ajah suamiku penuh dengan rasa
kekhawatiran.

la menggenggam tanganku dengan erat.

"Bunda, Ayah minta m aaf.”

B erap a kali ia mengucapkan hal itu. Dalam


hatiku, a p a ia tahu a p a yang te rja d i padaku.

Aku b e rkata dengan suara yang lirih ”Yah.


Bunda ingin pulang, Bunda ingin bertemu kedua orang
tua Bunda, anterin Bunda ke sana ya Yah___”

< OC
“Ayah jangan berubah lagi ya. Janji ya Yah.
Bunda sayang Ayah.”

Beberapa hari setelah meninggalnya istriku,


aku membaca surat-surat di laptopnya.

Untuk Ibu mertuaku: “M aafkan aku telah hadir


di dalam kehidupan anakmu sampai aku hidup di dalam
hati anakmu, ketahuilah M a, dari dulu aku selalu berdoa
agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau
fitnah diriku di depan suamiku, apa engkau punya bukti-
nya Ma. Mengapa engkau sangat cemburu padaku M a?
Fikri tetap milikmu M a, aku tak pernah menyuruhnya
untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti
apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa
kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi
denganku, menantumu kau bersikap sebaliknya.”

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku.

Aku dihina oleh mereka Ayah. Mengapa mereka


bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
22:26 ... 0,4KB/d '0' .illl ^

Pernah suatu ketika, aku bertemu Dian di jalan,


aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut
dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah.

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik,


sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan
yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu Ayah.
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karen aku
tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya
Yah. Aku diusir dari rumah sakit. Aku tak boleh merawat
suamiku. Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab
dengan mertuaku. Tiap hari ia datang ke rumah sakit
bersama mertuaku.

Aku sangat marah... Jika aku membicarakan hal


ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya.
Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku. Engkau


Maha Adil. Berilah keadilan ini padaku Ya Allah.

Ayah sudah berubah, Ayah sudah taksayang lagi


padaku. Aku berusaha untuk mandiri Ayah, aku tak akan
bermanja-manja lagi padamu. Aku kuat Ayah dalam
kesakitan ini.

< OC
Lihatlah Ayah, aku kuat walaupun penyakit
kanker ini terus menyerangku.

Aku bisa melakukan ini semua sendiri Ayah. Besok


suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan
yang aku benci, yang aku cemburui. Tapi aku tak boleh
egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus
sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.


Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah, aku masih tak rela. Tapi aku harus ikhlas


menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan


keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk
melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan
kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum o/a/ ini menjemputku.

Ayah... aku kangen Ayah.

Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu


Bun.

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama


Desi ke Pulau Kayu ini. Aku akan selalu membawakanmu
22:38 0,9KB/d '©' ,.lll ^

P
r~ t>

bunga m awar yang berwarna pink yang mencerminkan


keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup di hati Ayah.

B unda...

Desi tak seperti mu, yang tidak pernah m arah...

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah


membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di
creambath-nya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama


2 tahun, kamu sakit pun aku tak peduli, dalam ke­
sendirianmu.

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda,


mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan
Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa Ayah sangat


membutuhkan Bunda.

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang


pernah kutemui.
\ 61
Aku menyesal telah asik dalam keegoanku.

< OC
p

Bunda maafkan aku. Bunda tidur tetap manis.

Senyum manjamu terlihat ditidurmu yang


panjang.

M aafkan aku, tak bisa bersikap adil dan


membahagiakanmu, aku selalu mengiyakan apa kata
Ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan
aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya
begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti Ayah


di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti Ayah di sana?

Tetap setia di alam sana?

Tunggulah Ayah di sana Bunda.

Bisa, kan?

Seperti Bunda menunggu Ayah di sini.

Aku mohon

Ayah Sayang Bunda___

o o
62

< oc
22:38 1,0KB/d'©' ..ill QD

P
-----/,
^ K___
/ f f "'A

Penyesalan selalu terakhir datangnya. Kita


sering tak peduli perasaan orang-orang terd ekat kita
yang selalu setia a d a untuk kita dan begitu m enghargai
keb erad aan kita.

Li't'tsL

i>e,Lc\*Lu-

yy ci*y>ccf^

c tc tv . & e - l- u S tv h tv 't e v b t v h ,

cLcvt^ i>cv(yc\-“L- n^e,r^ycvLc\-t^i,t^y-cv c tc ,n ^ c

c-Lt^€e\- 6ccc-c k & y y c v c te v -

63

< OC
22:38 0,3KB/d '©' .illl QD

o c
22:38 0,8KB/d '©' ,.lll ^ Q D


/y

Cir\ta Ju£a Perlu


Diucap

enja sore itu kesedihan m elanda keluarga kami,

§ kakek kami tercinta telah meninggalkan kami


untuk selam anya.

Aku tak tahan melihat Nenek yang duduk terdiam


di pojok ruangan sambil menahan kesedihan karena
ditinggalkan seseorang yang sudah menemaninya
puluhan tahun belakangan ini. Kakek ad alah cinta
pertam a Nenek.

Aku ad alah cucu terkecil d a ri keluarga besar


kami, kedekatanku p a d a Kakek dan Nenek membuatku
b e la ja r banyak hal dari m ereka.
22:38 0,6KB/d '©' ,.lll ^ Q D

S a a t itu usiaku masih 13 tahun, p a d a saat


liburan sekolah kuhabiskan sepanjang pekan di rumah
Kakek-Nenek sambil m endengarkan m ereka bercerita,
mulai d ari cerita dongeng hingga cerita masa muda
m ereka.

Pada suatu pag i aku terbangun dan melihat


sesuatu di kaca yang berembun ‘SHMILY’, sebuah tulisan
‘SHMILY’ yang aku sendiri tidak tahu a p a artinya.

Ketika aku hendak mandi dan Kakek memberi­


kan handuk, kem bali aku menemukan rajutan kata
‘SHMILY’ yang sekali lagi tidak aku terlalu pedulikan.

Namun, selam a hari-hari yang aku habiskan


selam a liburan sekolah itu, aku banyak menemukan
kata yang sama ‘SHMILY’, di kaca saat embun p ag i, di
handuk yang aku gunakan, di kertas catatan belanja
Nenek, di tem pat-tem pat yang tak terduga lainnya.

Aku tidak berpikir apapun mengenai kata aneh


itu, bagiku mungkin hanya coretan iseng yang dibuat
Kakek yang jenuh dengan masa pensiunnya atau
coretan iseng Nenek yang pusing dengan TTS yang
sedang diisinya.

< OC
22:38 0,6KB/d '©' ,.lll ^ Q D

K ata itu terlupa dan tak terpedulikan hingga


aku m enatap jenazah Kakek untuk terakhir kalinya
sore ini.

Dalam tidurnya yang penuh dam ai aku m enatap


sehelai sapu tangan bertuliskan ‘SHMILY’, satu kata
yang kembali mengusikku dan membuatku penasaran.

Dengan dekap an e ra t yang lembut aku


bertanya kep ad a Nenek tersayang mengenai arti kata
itu, dan jaw abannya sungguh membuatku terharu dan
menangis, arti kata itu a d a la h ...

See How Much I Love You (Lihat Bagaim ana


Sungguh Aku Mencintaimu)

Dan k ata-kata itu telah m ereka saling tuliskan


saat masa m ereka b e rp acaran hingga a ja l memisahkan
m ereka.

Aku banyak b e la ja r d a ri cinta Kakek Nenek,


cinta pertam a yang sukses menjadi cinta terakhir
m ereka. Hal yang langka, m ahal, namun a d a dan
layak jad i sebuah renungan tentang kekuatan cinta
yang lahir d a ri hati.

< OC
r e i/ cc cLiccocYyyi^cX^ct cti^ipcvtevkc^rc,
cct^-tcci^, wc&iAscp-cccvtkcv^ i .<\,$cv
tycvvccy ie*Lcvlv < uui (i< in }e«vd .^ < v
$ec-<*-wv
Lcvt'vcc, yjc\,ti,i>cv ctcvw ^e4'<wvA-^v.
rt- yoccrc c-<v^t- i>e,ye-^ii
22:38 1,4KB/d'©' ..lll ^ QD

J'l.aTjoar Buat Istri

ni bukanlah cerita sinema atau novel, namun suatu

I cerita nyata yang benar-benar te rja d i saa t ini


di Inggris. Tentang sebuah kisah cinta pertam a
sekaligus terakhir yang layak diteladani.

Ungkapan cinta baginya tidaklah se kad ar


diungkapkan dengan sebuah ucapan, namun sang
romeo ini ingin memberikan suatu hal yang nyata dan
berwujud p a d a istri yang disayanginya.

A d alah Tom Shovelton yang berusia 8 7 tahun


dan sudah menjalani pernikahaannya dengan istrinya
69
Joan berusia 83 tahun selam a 6 0 tahun. Selam a kurun
22:38 0,5KB/d '©' ,.lll ^ Q D

waktu ini Tom secara rutin memberikan ungkapan


cintanya dengan menaruhkan sekuntum bunga m aw ar
merah di samping tem pat tidur istrinya setiap hari
selam a 6 0 tahun pernikahan itu, sungguh luar b iasa,
bukan? Mungkin kita pikir ini hampir sama dengan di
sebuah cerita dram a percintaan yang terlalu artifisial
dan puitis, namun jangan salah ini m erupakan cerita
dunia nyata yang benar-benar riil, nyata a d a , terjad i
hingga saat ini.

Suatu kesetiaan, romantisme dan kasih sayang


yang a b a d i seperti banyak diidam kan oleh banyak
wanita pada umumnya. Pasangan yang b erasal
dari Pentre Halkyn di Flintshire, North W a le s Inggris
ini b e b era p a waktu lalu m erayakan ulang tahun
pernikahan m ereka “ b erlian ” yaitu yang ke 6 0 tahun.

Setelah masa pensiunnya d a ri Angkatan D arat


selam a 22 tahun pensiun m ereka berdua menghabis­
kan sisa hidupnya di hari tua dengan berkebun yang
menjadikan hidupnya penuh semangat dan bisa
dinikmati bersam a. Pasangan b ah ag ia ini dikarunia
b e b era p a anak yaitu Susan, Tony, M ark dan si kem bar
Jayn e dan Paul serta banyak cucu bahkan cicit.

< OC
lvc\s^cci> c t c ’vcvc^ cv't, c tiy c v c ^ c Y ,

o(\- bcScv Xtu-ry\,bush


i>e,‘c -tcv be,t,bu,^(^cY, n ^ & tsrcvrct^ i

i>e,y>cv(^ycv(^<^- t c S c c v ScVrccy y3e.n^iLikt^,y,(\,,


bck/vkcM* tvLrctp-yci- <Wvrt-£ occGic(^ipc\-
22:39

o c
22:39 1,7KB/d'©' ..ill QD


---- w
r ^

Cir\ta Pertama
c)ar\ berakhir
f * us Frarvsiskus

ia p a yang tak kenal Jorge M ario Bergoglio,

§ seorang kardinal asai Argentina yang baru saja


dipilih sebagai Paus untuk memimpin 1,2 miliar
umat Katolik di seluruh dunia.

Am alia Damonte, kini 7 6 tahun, mengklaim


dirinya a d alah cinta pertam a dan terakhir sang paus.
M ereka menghabiskan masa kecil bersam a di Buenos
Aires, Argentina.

“Saya lihat di televisi, tak p ercaya Jorge


menjadi Paus!” ujarnya k ep a d a Daily Ma//, Jumat, 1 5
M aret 201 3.
73
22:39 1,9KB/d'©' ..ill ^ QD

la lalu menceritakan hubungan masa lalu an tara


ia dan Jorge. Pada l 9 4 8 , Jorge yang baru berumur 1 2
tahun mengirimkan surat cinta p ad an ya. Isinya a d alah
permintaan a g a r Am alia mau menikahinya.

“ Jika saya menolak, m aka ia akan menjadi


pend eta,” ujarnya.

Am alia yang saa t itu juga berumur 1 2 tahun


kaget dan tak pernah m erasa siap.

“ Saya bilang tidak. Untungnya, hal itu jadi


berkah untuknya,” ujarnya.

“ la menaruh hati p ad ak u ,” ujar Am alia.

Menurut A m alia, saat kecil m ereka kerap


bermain di jalan an Buenos Aires yang masih sepi. “ la
orang yang sangat menyenangkan,” ujarnya.

Kehidupan cinta Bergoglio bisa jad i tak hanya


berhenti p a d a A m alia. Pada 2 0 1 0 , dalam sebuah
w aw an cara, ia menyebut pernah punya kekasih yang
gem ar m engajak dansa Tango dengannya.

“ Dia adalah teman yang sering berkumpul ber­


sama. Dengannya saya suka berdansa,” ujar Bergoglio.
G ad is itu jelas bukan Amalia sebab tak lazim seorang
anak berumur 1 2 tahun, berdansa Tango bersama.

< OC
22:39 0,2KB/d '©' ,.lll ^ Q D

Akhirnya, Bergoglio memutuskan berpisah


dengan sang kekasih.

“S aa t itu aku menemukan panggilan religiku,”


ujar ia. Hal itu terjadi p ad a 19 58, ketika ia berumur 21
tahun. Kemudian Bergoglio baru ditahbiskan p ad a 1 96 9.

Bergoglio terpilih seb agai Paus p a d a Kamis


dinihari waktu Indonesia. Pemilihannya ditandai dengan
mengepulnya asap putih dari cerobong Kapel Sistine.
la memilih nama Paus Fransiskus saat menyandang
g e lar suci ini.

c€cc 6 t c o c ; b u -k e v n -

cYyyc^ Lcv^ c

b c v tl

75

< oc
22:39

o c
22:39 0,6KB/d '©' ,.lll ^ Q D

Cir\ta Pertama
Sekaligus Cirvta T^eraRKir
^ <E>ar\g Quberr\ur

i balik kekuatan seorang lelaki, selalu ad a

D kekuatan wanita di belakangnya. W anita


tangguh sering kali diidentikkan dengan sosok
seorang Kartini. Jika dulu perjuangan Kartini condong
untuk meraih persamaan hak, maka di era demokrasi,
perjuangan perempuan sudah bergeser. G eraknya
kini makin dinamis, seiring melebarnya peluang yang
disuguhkan.

Iriana Jokowi, istri Gubernur DKI Jakarta Joko


W idodo, menyampaikan, sosok Kartini saat ini bisa ter­
gam bar dari wanita modern. Di satu sisi giat memperluas
wawasan melalui karier, tapi di sisi lain tak menanggal-
\
kan kodratnya sebagai perempuan.
22:39 1,1 KB/d'©' ..ill QD

Menurut Iriana, Kartini modern juga harus me­


miliki jiwa sosial di atas ra ta -ra ta . B erb ag i semangat,
b e rb a g i kelebihan p ad a sesam a. “Meski b ekerja dan
meniti karier, tap i enggak ninggalin kodratnya sebagai
seorang istri, seorang ibu, dan anggota m asyarakat,”
kata Irian a, Jumat ( l 9 / 4 / 2 0 1 3).

M enjadi menarik karena Iriana seperti


mengaitkan jaw ab an itu p a d a dirinya sendiri. Meski
sibuk seb ag ai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi DKI
Ja k a rta , wanita kelahiran Solo, 1 O ktober 1 9 6 3 , ini
sedikitpun tak meninggalkan perannya seb ag ai istri
dan ibu untuk ketiga anaknya.

Sejak bertahun-tahun dulu, alumnus SMA Negeri


3 Solo tersebut masih rutin meracik jamu untuk sang
suami. Setiap p ag i, dia menyajikan tumbuk tem ulawak
yang dicampur kacang hijau dan madu untuk Jokowi.
Itulah minuman rahasia yang m enjaga stamina Jokowi.

S e b ag a i istri p e ja b at, sebenarnya ia memiliki


fasilitas untuk dinikmati. Tapi saking sederhananya,
Iriana konsisten m enyiapkan sarap an untuk k elu arg a­
nya, masih mau turun langsung beres-beres rumah.

Iriana a d alah pendamping hidup, teman,


sekaligus penasihat di balik besarnya nama Joko

< OC
22:39 14,1 KB/d'©' ,.lll ^ QD

P
C

W ido do . W anita yang menjadi cinta pertam a sekaligus


cinta terakhir Jokowi. Keduanya dikaruniai tiga anak.
M ereka a d alah G ib ra Rakabuming (2 4), Kahiyang Ayu
(2 1 ), dan Kaesang Pangerap (17).

Selain aktif bersam a PKK, Iriana juga m enjabat


seb ag ai Ketua Dewan Kerajinan Nasional D aerah. la
juga sering te rlib at memberi penyuluhan pendidikan,
khususnya pendidikan anak usia dini (PAUD).

ic v k , (stcLvc fcs&’t L k c v

ic v i& L tv lv cv k c v tA ,

b c v lk ,

S c i'c v t i-c v c L ( v tc \ .i^ c ^ c tc v i^

Iv C ctL y } C * t ^ L c lv . 't ) c v

b l s c v tvc& t^ ycY ctL h ,lcLtcy>

i> cV (A ,(^ ik c c t w c e ,( A ,y t\ - c L i

c t c v i c v 'v cL e-y > cv rc

o c (^ t{V I v c v c t c 'i ,

ct&f^cp,(Y(As c-cvht^CfCY~’y \ ^ )
79

< oc
22:39

o c
Cinta San. Senci

a a t sebelum menikah, saya paling takut terlibat

§ sama yang namanya ‘hati’. Melihat beberapa


contoh di depan mata, dari cerita orang, dan
nasihat Mama yang selalu mewanti-wanti untuk tidak
jatuh cinta sampai dibutakan mata kita, membuat saya
-terlampau- w aspada untuk membuka hati. Saya tentu
juga pernah tertarik beberapa orang, apakah itu
dinamakan cinta?

Hanya saya kini tahu itu semua hanyalah


fatam o rg ana. Ketika akhirnya saya berkomitmen
untuk b e la ja r mencintai di baw ah restu Allah dengan
seseorang yang saya pilih untuk menjadi suami saya,
disinilah baru dimulai petualangan cinta kami.
22:39 0,8KB/d '©' -.il ^3 Q D

Suami, merupakan orang yang lurus dan lugu


terhadap hal-hal percintaan. Sebelum pernikahan,
konon beliau tidak pernah berpacaran , bahkan tidak
banyak naksir orang. Sehingga ketika ijab qabul di-
ucapkan dan hati kami terbuka untuk saling mencintai,
kami bak anak rem aja yang baru b e lajar cinta pertam a.

D ari mulai kegugupan saling memandang,


kerikuhan ketika berpegangan tangan untuk pertam a
kalinya seumur hidup, rasa gengsi untuk meng-SMS
duluan, saling jaim mengucap keinginan, berpura-pura
menjadi sosok terb aik dan termanis untuk masing-
masing. Sam pai mulai pertengkaran karena hal-hal
sepele, saling menuntut untuk diperhatikan, menangis
karena h arap an saya tidak terpenuhi tap i tidak
m engatakan a p a -a p a dan bikin suami pusing tujuh
keliling, lalu semakin terbukalah sifat-sifat asli kami
selapis demi selapis.

S a y a jadi asing, aneh. Pertama kali saya ter­


hentak karena h arap an yang tidak sama dengan yang
dipikirkannya, sensasi aneh sebuah sengatan yang
mengalir sam pai ujung-ujung jari tangan untuk pertam a
kalinya saya alam i. Sangat menyakitkan bak terkena
aliran listrik. Rasa a p a itu? Namun juga untuk pertam a
kalinya saya bersandar p a d a seorang lelaki selain

< OC
22:39 ... 0,4KB/d '0' ,illl ? QD

ayah , p erasaan aneh untuk pertam a kalinya juga saya


alam i. Sebuah p erasaan tenang, nyaman, dan dam ai
luar b iasa , yang membuat saya tertidur nyenyak bak
diberi o bat penenang dosis tinggi. A p a nam anya ini?

Semua pergolakan emosi hari demi hari selam a


lebih d a ri 5 0 0 hari terakhir membuat saya akhirnya
memahami, bahw a inilah cinta pertam a saya.

S a y a terlam b at mengetahui a p a itu cinta, a p a


yang menempel di hati sa y a . Kadang saya kangen,
namun juga benci jika sudah bertemu. Kadang juga
mulai suka lagu-lagu cinta, namun setelah sa d a r saya
langsung menghentikan nad a-nad a melankolis yang
cengeng itu. S a y a risih sekali. K adang saya mau m arah,
namun sekaligus mencintainya. Aneh, namun ini nyata
dan te rja d i. Benci dan cinta jadi satu.

Pernikahan tanpa p acaran ini pun akhirnya


bisa kami jalani dengan penuh keb ahag iaan setelah
kami sanggup mengurai mana m asalah yang jad i skala
prioritas rumah tangga kami. Komunikasi yang kaku
pun akhirnya cair dengan sendirinya. Ternyata cinta
pertam a saya m enjadi cinta terakhir sa y a , demikian
dengan a p a yang dirasakan suami saya. Tuhan tak
pernah pergi d a ri cinta yang telah dia beri. 83

< OC
be,ctc^ t i y i *
be,wc,L* r x CY-(*VU-tV, kc-tckcv csit^icv
ctu- tccnxbu-h cti 't&r^tp'C^tv Ae-bu-cvh

Lkcvtcvvc ctcVi^ Lc(^t^k,u-wyc\,rK' i^cvt^cy


cctsctcck.

twcvk*c\- c-ct^'tcv- ipcvtvtp,


c tiifc v k it v i s&bcvc^c^i oi(A/t(\- j?e v^ w -rt-
yycc^v cvl^-(X^v bc5c\- tr\,e,nycvctL c-otA,ic\-
lycvvccy te.i,c\-kbt,i,"
22:40 ... 1,1 KB/d '©' ,illl Q D

Cirvta Pertama
c)ar\ berakhir
Sur\c>a

ku sangat kagum kepada m ereka. O rang-

A orang yang kaya dengan cinta.


ad alah cinta pertam a dan cinta terakhir
Ayah

Bunda. M ereka mengarungi hidup bersama hingga ajal


memisahkan m ereka. M ereka pasangan cinta sejati.
Dalam kehidupan rumah tangg a, rasanya mustahil
suami dan istri tidak pernah bertengkar. Tetapi aku
belum pernah melihat sekalipun Ayah dan Bunda
berselisih paham di depan anak-anaknya.

“Menikah dengan Ayahmu a d alah suatu


anugrah yang tak ternilai buat Bunda,” kata Bunda,
ketika aku b erziarah ke makam Ayah bersam a Bunda \ 85
dan adikku b e b era p a waktu yang lalu. Aku pun
menangis m endengar kalim at Bunda.

S a a t Ayah menghembuskan n ap as terakhir di


rumah sakit, kulihat Bunda begitu te g a r dan tab ah.
Hanya pandangan m atanya yang kosong dan nanar.
Bunda tidak menitikan a ir m ata. Beliau berusaha
menenangkan aku yang menangis dan adikku yang
tam pak histeris.

Aku menangis tersedu-sedu dan pingsan di


rumah sakit. Aku belum d a p a t menerima kepergiaan
Ayah yang m endadak, setelah sempat d iraw at selama
sepekan. Aku sempat protes k ep a d a Tuhan. M engapa
Tuhan harus mengambil nyaw a Ayahku? M engapa
Ayah harus pergi untuk selam anya? Dan b e rb a g ai
pertanyaan lainnya seputar kep erg iaan Ayahku yang
begitu m endadak.

Pada suatu dini hari, seminggu setelah


kepulangan Ayah ke rumah Tuhan. Aku tak sengaja
melihat Bunda termenung duduk di so fa, memandangi
foto pernikahan m ereka sambil menghapus air m ata.
Barulah aku m enyadari, kalau Bunda sangat terpukul
atas kepergiaan Ayah yang begitu m endadak. Ayah
pergi tanpa meninggalkan pesan terakhir kep ad a
Bunda, setelah koma selam a dua hari di rumah sakit.
22:40 3,3KB/d '©' ,.lll ^ Q D

Selam a lebih d a ri dua puluh tahun, Ayah dan


Bunda mengarungi biduk rumah tangga bersam a.
Begitu banyak kenangan indah yang m ereka lalui.
S e g ala suka dan duka dalam membangun kehidupan
berumah tangg a.

Lamunanku m elayang p ad a masa kecilku


ketika adikku belum lahir. Aku selalu d iajak oleh
Bunda menemani aktivitasnya. K eluarga kami tidak
mempunyai pembantu, jadi aku selalu selalu ikut Bunda.
Bundaku pintar m em asak, d a ri aneka m asakan dari
yang sederhana hingga kue ta rt yang menurutku cukup
rumit. M asakan Bunda selalu pas di lidahku.

Bunda juga pandai menjahit baju. Ketika adikku


belum lahir, Bunda menerima jahitan baju dari tetangga
untuk membantu ekonomi keluarga yang ketika itu
sangat sulit. Aku sering memakai busana kembaran
dengan Bunda, motif sama tetapi modelnya berbeda.

Ketika malam tib a, bunyi mesin jahit menjadi


nyanyian pengantar tidurku. Bunda juga b e la ja r
membuat jas, kem eja, dan celana p ria. Ham pir semua
peserta kursus menjahit a d alah p ria. Bunda membuat
pola dan menjahit kemeja p ria. Aku menunggu Bunda
sambil membaca buku cerita atau bermain dengan
anak-an ak di sekitar tem pat kursus menjahit tersebut.

< OC
Bunda juga mahir menggunting rambut. Beliau
d a p a t mengeriting rambutnya sendiri dengan bantuan
k aca. Di halam an rumah kami yang mungil, Bunda juga
senang menanam aneka tanam an hias, bunga m elati,
sri rejeki, daun pandan, daun suci hingga lidah buaya,
yang konon d a p a t menyuburkan rambut.

Kelahiran adikku yang berpaut usia enam tahun


sangat menyita waktu Bunda. A p a la g i adik sewaktu
kecil termasuk rewel dan susah m akan. Aku lebih dekat
dengan Ayah. Ketika aku memasuki usia sekolah hingga
kelas lima SD, aku tinggal di rumah Nenek hingga
malam hari.

Ketika memasuki usia rem aja, aku sempat


kecewa kep ad a Bunda. Betap a tid ak, aku bergegas
pulang ke rumah, membawa k a b a r gem bira bahwa aku
m endapat peringkat terbaik di sekolah. Tetapi, Bunda
hanya b e rk a ta , “ Bagus, tingkatkan prestasimu”. Beliau
hanya melihat nilai-nilai di raporku secara sepintas,
sementara Ayah memperhatikan nilai raporku dengan
rinci disertai pujian sambil membelai kepalaku.

Sem asa rem aja, aku m erasa Bunda lebih sayang


k ep a d a adikku. Sehari sebelum mengambil rapor
adikku, Bunda terlihat begitu cemas, khaw atir kalau
22:40 ... 0,5KB/d '©' .illl Q D

adikku tidak naik kelas. Ya, sewaktu duduk di sekolah


dasar, nilai rapo r adikku tidak sebaik nilai raporku.

Akhirnya aku mengerti. Bukannya Bunda tidak


sayang kepadaku. Menurutnya, nilai raporku sudah
cukup baik karena itu beliau lebih baik mencurahkan
perhatian k ep a d a nilai adikku yang kurang baik. Aku
dan adikku, selam a sekolah, tidak pernah tinggal kelas.
N ilai rapo r kami juga tidak pernah merah.

Bunda yang lulusan sekolah menengah atas, di-


samping cekatan mengurus rumah tang g a, juga pandai
mengatur keuangan keluarga. Sepeninggal Ayah,
atas saran d ari Pamanku, Bunda membeli b e b erap a
kios untuk disewakan. Dana hasil sewa kios ini sangat
membantu ekonomi keluarga kami. Namun demikian,
Bunda tetap melanjutkan usaha Ayah hingga adikku
bekerja.

Bunda ad alah anak perempuan satu-satunya


di keluarga besar Bunda. Bunda anak kesayangan
dari Kakek dan Nenek. Bunda memilih menikah dengan
Ayah, seorang pemuda sederhana yang berprofesi
guru. Menurut cerita Nenek, a d a pemuda lain yang
lebih mapan tetapi Bunda malah memilih Ayah. M ereka
mengarungi hidup bersama dari titik nol, berusaha

< OC
22:40 0,3KB/d '©' -.il 1s G D

bersam a, saling bahu-membahu membesarkan dua buah


hati mereka dengan penuh kasih sayang dan cinta.

Sepeninggal Ayah, aku baru m enyadari kalau


Bunda sangat teg ar dan tab ah menjadi single parent.
Bunda mengurus kedua anaknya, meneruskan usaha
Ayah tanpa mengeluh, dan m em biayai b iaya sekolah
adikku hingga lulus kuliah.

Menurut cerita Bunda, hal yang paling mem­


b ah ag iakan Ayah dan Bunda a d alah ketika lahirnya
buah hati m ereka. M ereka juga bangga saat aku
d a p a t m enyelesaikan kuliah dan diw isuda, saa t aku
diterim a b e ke rja, sebelum lulus kuliah, dan b eb erap a
suka cita dan kenangan indah bersam a Ayah, yang
ingin disimpan sendiri oleh Bunda.

Perjalanan hidup Ayah dan Bunda tidak semulus


jalan tol. Banyak kerikil-kerikil kecil yang memberi
w arna. Betapa paniknya keluarga kami, saat aku duduk
di sekolah dasar, rumah tetangga kami kebakaran,
tepat di sebelah rumah kami. Untungnya, ap i tidak
menjalar ke rumah kami.

S a a t Bunda kehilangan seorang buah hatinya,


adik bungsuku. Bunda harus berjuang an tara hidup
dan mati, m elahirkan anak yang ketiga. Bunda harus

< oc
22:40 0,5KB/d '©' -.il

m erelakan anak yang dikandungnya selam a sembilan


bulan perg i, sebelum sempat diraw at Bunda. Kondisi
ekonomi keluarga kami sangat terpuruk karena
sekolah tem pat Ayah m engajar akan dibangun pusat
perbelan jaan dan b e rb a g a i kisah duka lainnya.

Dari luar, Bunda memang terlihat tegar. Bunda


berusaha tidak menangis dan mengeluh di hadapan
anak-an aknya. Tetapi setahun setelah Ayah berpulang,
Bunda sempat d iraw at di rumah sakit selam a b e b erap a
hari. Menurut diagnosa dokter, Bunda mengalami shock
atas kepergian Ayah yang sangat m endadak. Beban
yang harus dipikul Bunda terlalu berat. Ketika itu,
adikku masih membutuhkan b iaya yang cukup banyak
untuk sekolah.

Memiliki orang tua yang saling mencintai,


membuatku m erasa sangat b ah ag ia . Aku bersyukur
kep ad a Tuhan. Setelah kepergian Ayah, Bunda sakit-
sakitan. Bagaim anapun cinta Ayah sangat kuat dan
Bunda m erasa sangat kehilangan. Bersyukur, setelah
diraw at b e b era p a hari, Bunda sehat kem bali. Aku dan
adikku ingin m enjaga Bunda dengan cinta selam anya.

91

< oc
'tcccv k i't c v cvcLcvLc\*k,

oLt^'tch, k c i t v ccrv £ cck bci>cv

cv'L’i i se^e^va-ta-^rt-. C^Jo-t^icr^v

vcipcvtcv o c ^ ’t cv s e ,y {v ti, c t i

ctcvtcvn^, ke-tccc\-ts<y-t\', b i i x x wce-n^lc-U'

k lic v

cvcLcv^y-cv oL^i-cv yy&'v'tcYfwcY ly-cvvct^- hc$c\-


Cirvta yar\<^
^erluka

uatu malam ketika aku kem bali ke rumah, istriku

§ menghidangkan makan malam untukku. Sambil


memegang tangannya aku b e rk a ta , “ S a y a ingin
m engatakan sesuatu kepadam u.” Istriku lalu duduk di
samping sambil menemaniku menikmati makan malam
dengan tenang. Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai
percakap an dari m ana. K ata -ka ta rasanya berat
keluar d a ri mulutku.

Aku ingin sebuah p erceraian di an tara kami,


karena itu aku beranikan diriku. N am paknya dia
tidak terganggu sama sekali dengan pem bicaraanku,
d ia malah balik bertanya kepadaku dengan tenang,
Aku menolak m enjaw abnya, ini membuatnya
sungguh marah kepadaku. M alam itu kami tidak saling
bertegur sa p a . Dia terus menangis dan menangis. Aku
tahu bahwa dia ingin tahu alasan di balik keinginanku
untuk bercerai.

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam , aku


membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk ber­
cerai dan dia d a p a t memiliki rumah kami, mobil, dan
3 0 % d a ri keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh
marah dan merobek kertas itu.

W anita yang telah menghabiskan 10 tahun


hidupnya bersamaku itu telah menjadi orang yang
asing di hatiku. Aku minta m aaf kep adan ya karena dia
telah membuang waktunya 10 tahun bersam aku, untuk
semua usaha dan energi yang diberikan kep adaku,
tapi aku tidak d a p a t menarik kem bali a p a yang telah
kukatakan kep ad a Luna, wanita simpananku, bahwa
aku sungguh mencintainya. Istriku menangis lagi. Bagiku
tangisannya sekarang tidak berarti a p a -a p a lagi.
Keinginanku untuk bercerai telah bulat.

H ari berikutnya, ketika aku kem bali ke rumah


sedikit larut, kutemukan dia sedang menulis sesuatu
di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan
22:40 ... 0,5KB/d '0' ..ill ^

malam tapi langsung pergi tidur karena ngantuk yang


tak tertahankan ak ib at rasa c a p a i sesudah seharian
bertemu dengan Luna.

Ketika terbangun, kulihat dia masih duduk


di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya.
Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan
tidurku.

Pagi harinya, dia m enyerahkan syarat-syarat


perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam
kepadaku. Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku,
tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum
perceraian.

Dia memintaku dalam sebulan itu, kami berdua


harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami
istri. Alasannya sangat sederhana. Putra kami akan
menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin
mengganggunya dengan rencana perceraian kami.
Selain itu, dia juga meminta a g a r aku harus meng­
gendongnya sambil mengenang kembali saat pesta
pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendong­
nya selama sebulan itu dari kam ar tidur sam pai muka
depan pintu setiap pagi.

< OC
Aku pikir dia sudah g ila. Akan tetap i, biarlah
kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami
menjadi indah demi perceraian yang kuinginkan,
aku pun menyetujui sya ra t-sya ra t yang dia berikan.
Aku menceritakan kep ad a Luna tentang hal itu. Luna
tertaw a terbah ak-b ahak mendengarnya.

“Terserah saja a p a yang menjadi tuntutannya


tapi yang pasti dia akan m enghadapi perceraian yang
telah kita rencanakan,” kata Luna.

A d a rasa kaku saat menggendongnya untuk


pertam a kali, karena kami memang tak pernah lagi
melakukan hubungan suami istri b elakangan ini. Putra
kami melihatnya dan bertepuk tangan di belakang
kami.

“ Wow, Papa sedang menggendong M am a.”

Sambil memelukku dengan e rat, istriku b e rk ata,


“ Jangan beritahukan perceraian ini kep ad a putra kita.”

Aku menurunkannya di depan pintu. Dia lalu


pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan
mem bawanya ke tem pat kerjan ya, sedangkan aku
m engendarai mobil sendirian ke kantorku.
22:41 ... 0,3KB/d '0' .illl ^

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya


dengan lebih mudah. Dia m erapat m elekat erat
di d ad aku. Aku dapat mencium dan m erasakan
keharuman tubuhnya. Aku m enyadari bahwa aku tidak
m emperhatikan wanita ini dengan seksama untuk waktu
yang a g a k lam a. Aku m enyadari bahwa dia tidak muda
seperti dulu lag i, a d a bintik-bintik kecil di w ajahnya,
rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah
k en apa, hal itu membuatku mengingat bagaim ana
pernikahan kami dulu. Kami menikah sam a-sam a suka,
dengan landasan kuat, sam a-sam a cinta pertam a kami.

Pada hari keem pat, ketika aku meng­


gendongnya, aku mulai m erasakan kedekatan. Inilah
wanita yang telah memberi dan m engorbankan 10
tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan
ketujuh, aku mulai m enyadari bahwa kedekatan kami
sebagai suami istri mulai tumbuh kem bali di hatiku. Aku
tentu tidak m engatakan perasaan ini kep ad a Luna.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang


memilih p akaian yang hendak dia kenakan. Dia
mencoba b e b era p a darinya tap i tidak menemukan
satu pun yang cocok untuknya.

< OC
22:41 ... 0,6KB/d '0' .illl ^

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya


dengan lebih mudah. Dia m erapat m elekat erat
di d ad aku. Aku dapat mencium dan m erasakan
keharuman tubuhnya. Aku m enyadari bahwa aku tidak
m emperhatikan wanita ini dengan seksama untuk waktu
yang a g a k lam a. Aku m enyadari bahwa dia tidak muda
seperti dulu lag i, a d a bintik-bintik kecil di w ajahnya,
rambutnya pun sudah mulai beruban. Namun entah
k en apa, hal itu membuatku mengingat bagaim ana
pernikahan kami dulu. Kami menikah sam a-sam a suka,
dengan landasan kuat, sam a-sam a cinta pertam a kami.

Pada hari keem pat, ketika aku meng­


gendongnya, aku mulai m erasakan kedekatan. Inilah
wanita yang telah memberi dan m engorbankan 10
tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan
ketujuh, aku mulai m enyadari bahwa kedekatan kami
sebagai suami istri mulai tumbuh kem bali di hatiku. Aku
tentu tidak m engatakan perasaan ini kep ad a Luna.

Suatu hari, aku memperhatikan dia sedang


memilih p akaian yang hendak dia kenakan. Dia
mencoba b e b era p a darinya tap i tidak menemukan
satu pun yang cocok untuknya.

< OC
Dia sedikit mengeluh, “ Semua pakaianku terasa
terlalu besar untuk tubuhku sekarang.” Aku mulai me­
nyadari bahwa dia semakin kurus dan itulah sebabnya
kenapa aku d ap at dengan mudah menggendongnya.
Aku menyadari bahwa dia telah memendam banyak
luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulur-
kan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul dan b e rk a ta ,”


Pap a, sekarang saatnya untuk menggendong dan
mem bawa M am a.”

Bagi putraku, melihatku menggendong dan


membawa M am anya menjadi peristiwa yang penting
dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan
memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memaling­
kan wajahku dari peristiwa yang bisa mempengaruhi
dan mengubah keputusanku untuk bercerai.

Aku lalu m engangkatnya dengan kedua


tanganku, b erjalan d a ri kam ar tidur kami, melalui ruang
santai sam pai ke pintu dep an. Tangannya m elingkar
era t di leherku dengan lembut dan sangat romantis
layaknya suami istri yang harmonis. Aku pun memeluk
era t tubuhnya, seperti momen hari pernikahan kami 10
tahun yang lalu. Akan tetapi tubuhnya yang sekarang
ringan membuatku sedih.
22:41 ... 0,2KB/d '0' ,illl ^

Pada hari terakhir, aku menggendongnya


dengan kedua lenganku. Aku susah b erg erak meski
cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke
sekolah.

Aku memeluknya erat sambil b e rk a ta , “Aku


tidak pernah memperhatikan selam a ini hidup per­
nikahan kita telah kehilangan keintiman satu dengan
yang lain.” Dia hanya tersenyum kecil.

Aku m engendarai sendiri kendaraan ke


kantorku, mampir ke tem pat Luna. M elom pat keluar
d a ri mobilku tanpa mengunci pintunya. Begitu cepatnya
karena aku takut jangan sam pai ad a sesuatu yang
membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai
atas. Luna membuka pintu dan aku langsung b erkata
p a d an ya, “M a a f Luna, aku tidak ingin menceraikan
istriku.”

Luna memandangku penuh tanda tanya ber­


campur keheranan dan kemudian menyentuh dahiku
dengan jarinya.

Aku mengelak dan b e rk ata, “M a a f Luna, aku


tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa
membosankan karena dia dan aku tidak memaknai
setiap momen kehidupan kam i, bukan karena kami

< OC
22:41 0,5KB/d '©' -.il B a

tidak saling mencintai satu sam a lain. Sekarang aku


m enyadari sejak aku menggendongnya seb agai
syaratnya itu, aku ingin terus menggendongnya sam pai
hari kematian kam i.”

Luna sangat kaget m endengar jaw abanku. Dia


menamparku dan kemudian membanting pintu dengan
keras. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni
tangga dan m engendarai mobilku pergi menjauhinya.

Aku singgah di sebuah toko bunga di sepanjang


jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku.

G a d is penjual bunga bertanya a p a yang harus


kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, “Aku
akan menggendongmu setiap p ag i sam pai kematian
menjemput.”

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan


bunga di tanganku, sebuah senyum menghias wajahku.

Aku b e rla ri hanya untuk bertemu dengan istriku


dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk
memulai sesuatu yang baru dalam perkaw inan kami.
Tapi a p a yang kutemukan? Istriku telah meninggal di
atas tem pat tidur yang telah kami tem pati bersam a 10
100 tahun pernikahan kami.

< OC
22:41 ... 0,4KB/d '0' .illl ^

Aku baru tahu kalau istriku selama ini berjuang


melawan kanker ganas yang telah menyerangnya ber-
bulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku
menjalin hubungan asm ara dengan Luna.

Istriku tahu bahw a dia akan meninggal dalam


waktu yang relatif singkat. Meskipun begitu, dia ingin
menyelamatkanku d ari pandangan negatif yang
mungkin lahir d a ri putra kami karena aku mengingin-
kan p erceraian , karena reaksi kebodohanku seb agai
seorang suami dan ayah , untuk m enceraikan wanita
yang telah berkorban selam a sepuluh tahun yang
m em pertahankan pernikahan kami dan demi putra
kami.

Penyesalan selalu terakhir datangnya. Aku


m enyadari terlam b at sekali tentang semua ke­
bodohanku. Kalau aku mau jujur, cinta pertam a
kami a d alah cinta terakhir kami. Aku berjanji untuk
m enjaganya hingga a ja l nanti.

101

< OC
J e u ^ tictcvk, 6<n-ctc^‘V) A&t&Ccvlv
bi-Aci- r w e - r w c L c k c o c t ^ 't c v y c v w t y k.L’t c v

, LcvLu, t i c t c v k w - e i r t - < ^ A ^ ^ r t .
cte.(^ c^ cvi* , { y cv itc, tv\ ,e,w cbcc\ -‘i.k-(\-(*-<*-y-c\-

L cvipu, ctc\ *w c r t e . l v c ^ c v k .iu .


tcu*-y>c\- M scvu - b e - t y y i k c i , c c w t c c k

L c v ^ i drt-te^vrt. bc\.(A,y,{\,k.^iyC\* t j- c r c t c v c v r v

IvicLtcy). C^Vci-^v^- '6e,tscte,kc\-'6


&,ctcv tccyyc^kcvtA, ctc^w ke+olLl^cwc
cci^ 'tcck , k i t a . ,
yiCi-cL cvlvc^L Ic^ L cv lv c-L w i-cv y c v i^ c ^
22:41 0,4KB/d '©' ..lll ^ S U

Cirvta Pertama
Sarv berakhir
©uamiku

asanya ham bar sekali, kami menikah tanpa aku


punya rasa cinta untuknya. Aku membencinya,
^itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku
hampir sepanjang kebersam aan kami. Meskipun me­
nikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan
hatiku p ad an ya. Menikah karena paksaan orangtua,
membuatku membenci suamiku sendiri.

W alaupun menikah te rp aksa , aku tak pernah


menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya,
setiap hari aku m elayaninya sebagaim ana tugas istri.

Aku terp aksa melakukan semuanya karena


aku tak punya pegangan lain. B eb erap a kali muncul \ 103
keinginan m eninggalkannya tap i aku tak punya

< OC
22:41 9,9KB/d '©' -.il ^ mm

kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua


orangtuaku sangat m enyayangi suamiku karena me­
nurut m ereka, suamiku a d alah sosok suami sempurna
untuk putri satu-satunya m ereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teram at


m anja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku
juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah
benar-benar menjalani tugasku seb agai seorang istri.

Aku selalu bergantung p ad an ya karena aku


m enganggap hal itu sudah seharusnya setelah a p a
yang ia lakukan pad aku. Aku telah menyerahkan
hidupku p ad an ya sehingga tugasnyalah membuatku
b ah ag ia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ad a


seorangpun yang berani m elawan. Jika a d a sedikit
saja m asalah, aku selalu m enyalahkan suamiku.

Aku tak suka handuknya yang basah yang


diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia me­
letakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan
meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia me­
m akai komputerku meskipun hanya untuk menyelesai­
kan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung
104
bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia

< OC
22:41 . . . 43,9KB/d '0' ..ill ^

memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi,


aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali
ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-
temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak.


Meskipun tidak b ekerja, tapi aku tak mau mengurus
anak. Awainya dia mendukung dan aku pun ber-
KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan
keinginannya begitu dalam sam pai suatu hari aku lupa
minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya.
Aku pun hamil dan baru m enyadarinya setelah lebih dari
empat bulan, dokter pun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar p ad an ya. Ke­


marahan semakin bertam bah ketika aku mengandung
sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran
yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan
vasektomi a g a r aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia
melakukan semua keinginanku karena aku mengancam
akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa


berulang tahun yang kedelapan. Seperti pagi-pagi
sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-
anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa,

< OC
22:41 1,3KB/d'©' ,illl ^ EH

dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar


anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau
hari itu ad a peringatan ulang tahun Ibuku. Aku hanya
menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-
katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya,
saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di aca ra Ibu.
Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku,
aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium


pipiku saja dan diikuti an ak-an ak. Tetapi hari itu, ia juga
memelukku sehingga an ak-anak menggoda Ayahnya
dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan m elepaskan
pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersam a
anak-anak, la kem bali mencium hingga b e b erap a kali
di depan pintu, seakan-akan b erat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, aku pun memutuskan


untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon ad alah
hobiku. Aku tiba di salon langgananku b eberap a jam
kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku
sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol
dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan
kami. Tiba waktunya aku harus mem bayar tagihan salon,

106 namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa


dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh

< OC
22:41 0,6KB/d '©' -.il

dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar


anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau
hari itu ad a peringatan ulang tahun Ibuku. Aku hanya
menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-
katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya,
saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di aca ra Ibu.
Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku,
aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium


pipiku saja dan diikuti an ak-an ak. Tetapi hari itu, ia juga
memelukku sehingga an ak-anak menggoda Ayahnya
dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan m elepaskan
pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersam a
anak-anak, la kem bali mencium hingga b e b erap a kali
di depan pintu, seakan-akan b erat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, aku pun memutuskan


untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon ad alah
hobiku. Aku tiba di salon langgananku b eberap a jam
kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku
sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol
dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan
kami. Tiba waktunya aku harus mem bayar tagihan salon,

106 namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa


dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh

< OC
22:42 ... 0,7KB/d '0' .illl ^

tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya


di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa
yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku
menelepon suamiku dan bertanya.

“M a a f sayang, kemarin Dika meminta uang


jajan dan aku tak punya uang kecil, maka kuambil dari
dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu,
kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.”
katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan


kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai
bicara. Tak lama kemudian, handphone-ku kembali ber­
bunyi dan meski masih kesal, aku pun mengangkatnya
dengan setengah membentak, “A p alagi?!”

“ Sayang, aku pulang sekarang, aku akan


ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang
sekarang ad a di mana?” tanya suamiku cepat, kuatir
aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama
salonku dan tanpa menunggu jaw abannya lagi, aku
kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan
kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang
membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang
sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi 107

< oc
22:42 0,6KB/d '0' -.il B a

dan m engatakan aku bisa m em bayarnya nanti kalau


aku kem bali lag i. Tapi rasa malu karena “ musuh” ku
juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku
gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan


berh arap mobil suamiku segera sam pai. Menit berlalu
menjadi jam, aku semakin tidak sab a r sehingga mulai
menghubungi handphone suamiku. Tak a d a jaw ab an
meskipun sudah b e rkali-kali kutelepon. Padahal
biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah
diangkatnya. Aku mulai m erasa tidak enak dan m arah.

Teleponku diangkat setelah b eberap a kali


mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar,
terdengar suara asing m enjawab telepon suamiku. Aku
terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu
memperkenalkan diri, “selamat siang, Ibu. Apakah
Ibu istri dari Bapak Kurniawan?” kujawab pertanyaan
itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia
memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan
dan saat ini ia sedang dibaw a ke rumah sakit kepolisian.
S a a t itu aku hanya terdiam dan hanya m enjawab terima
kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan

108 bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang


kupegang dan beberap a pegaw ai salon mendekatiku

< OC
22:42 ... 0,5KB/d '0' ,iill ^

dengan sigap bertanya ad a apa hingga wajahku


menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaim ana akhirnya aku sampai di rumah


sakit. Entah bagaim ana juga tahu-tahu seluruh keluarga
hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu
bahasa menunggu suamiku di depan ruang gaw at
darurat. Aku tak tahu harus melakukan ap a karena
selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku.
Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat
ketika kumandang azan magrib terdengar seorang
dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku
telah tiad a, la pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri,
serangan s/roke-lah yang menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk
menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang
shock. Sam a sekali tak a d a airm ata setetespun keluar
di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan Ayah Ibu dan
mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan
erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu
membuatku menangis.

Ketika jenazah d ib aw a ke rumah dan aku


duduk di h ad ap an nya, aku termangu m enatap
w ajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar
menatap w ajahnya yang tam pak tertidur pulas.

< OC
22:42 0,8KB/d '©' -.il ^ mm

Kudekati w ajahnya dan kupandangi dengan seksam a.


Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat ap a
yang telah ia berikan padaku selam a sepuluh tahun
kebersam aan kami. Kusentuh perlahan w ajahnya yang
telah dingin dan kusadari inilah kali pertam a kali aku
menyentuh w ajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum
hangat. Airm ata m erebak di m ataku, mengaburkan
pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap a g a r
airm ata tak menghalangi tatap an terakhirku p ad an ya,
aku ingin mengingat semua bagian w ajahnya a g a r
kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu
sa ja . Tapi bukannya berhenti, airm ataku semakin
deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan d ari imam
masjid yang mengatur prosesi pem akam an tidak
mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha
menahannya, tap i dadaku sesak mengingat a p a yang
telah kuperbuat p ad an ya terakhir kali kami b e rb icara.

Aku teringat b e tap a aku tak pernah


memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah
mengatur m akannya. Padahal ia selalu mengatur ap a
yang kumakan, la memperhatikan vitamin dan obat
yang harus kukonsumsi terutam a ketika mengandung
dan setelah m elahirkan, la tak pernah absen me­
110 ngingatkanku makan teratur, bahkan terkad ang

< OC
22:42 ... 0,2KB/d '0' ..ill ^

menyuapiku kalau aku sedang m alas m akan. Aku


tak pernah tahu a p a yang ia makan karena aku tak
pernah b ertanya. Bahkan aku tak tahu a p a yang ia
sukai dan tidak disukai. Ham pir seluruh keluarga tahu
bahwa suamiku a d alah penggem ar mi instan dan kopi
kental. Dadaku sesak m endengarnya, karena aku
tahu ia mungkin terp aksa makan mi instan karena aku
hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya
memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak
peduli dia sudah makan atau belum ketika pulang
kerja. la bisa makan masakanku hanya kalau bersisa,
la pun pulang larut malam setiap hari karena dari
kantor cukup jauh d ari rumah. Aku tak pernah mau
m enanggapi perm intaannya untuk pindah lebih dekat
ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tem pat
tinggal teman-temanku.

S a a t pem akam an, aku tak mampu menahan


diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang
bersam aan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak
tahu apapun sam pai terbangun di tem pat tidur besarku.
Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga
dad aku. K eluarga besarku membujukku dengan sia-sia
karena m ereka tak pernah tahu m engapa aku begitu
terluka kehilangan dirinya.

< OC
22:42 0,6KB/d '©' -.il ^ mm

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya


bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan,
tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk
bersam anya. Di hari-hari aw ai kepergiannya, aku duduk
termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu, dan
ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat
hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku
sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa
handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya
seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku
berjongkok menangis di dalam kam ar mandi berharap
ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya
setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah,
membuat teman kerjanya kebingungan menjawab
teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kam ar
tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan
sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar


suara dengkurannya, tap i sekarang aku bahkan sering
terbangun karena rindu m endengarnya kem bali. Dulu
aku kesal karena ia sering berantakan di kam ar
tidur kam i, tetapi kini aku m erasa kam ar tidur kami
terasa kosong dan ham pa. Dulu aku begitu kesal jika
112
ia melakukan pekerjaan dan m eninggalkannya di

< OC
22:42 ... 0,5KB/d '0' ..ill ^

laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi


komputer, mengusap tuts-tuts-nya berh arap bekas
jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling
tidak suka ia membuat kopi tanpa ala s piring di m eja,
sekarang bekasnya yang tersisa di sarap an pagi
terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remot televisi
yang b iasa disembunyikannya, sekarang dengan
mudah kutemukan meski aku berh arap bisa mengganti
kehilangannya dengan kehilangan remot. Semua
kebodohan itu kulakukan karena aku baru m enyadari
bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah
cintanya.

Aku juga marah p ad a diriku sendiri, aku marah


karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah
tidak a d a . Aku marah karena baju-bajunya masih di sana
meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah
karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku.
Aku marah karena tak ad a lagi yang membujukku
agar tenang, tak ad a lagi yang mengingatkanku
solat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku solat
karena aku ingin meminta m aaf, meminta m aaf pad a
Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi
padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang
tidak baik p ad a suami yang begitu sempurna. Solatlah

< OC
22:42 0,4KB/d '©' -.il ^ e h

yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.


Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu
banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak.
Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir
tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah
kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kem atiannya, keluarga


mengingatkanku untuk bangkit d a ri keterpurukan.
A d a dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi.
Kem bali rasa bingung merasukiku. Selam a ini aku
tahu beres dan tak pernah b e ke rja. Semua dilakukan
suamiku. B erap a besar pendapatannya selam a ini aku
tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah
rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai,
untuk keperluan prib adi dan setiap bulan uang itu
hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya
b e ke rja , aku memperoleh gaji terakhir beserta
kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam
tak m enyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer
ke rekeningku selam a ini. Padahal aku tak pernah
sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah
tangg a. Entah darim ana ia memperoleh uang lain
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku
114
tak pernah bertanya sekalipun soal itu. Yang aku tahu

< OC
22:42 0,9KB/d '©' -.il B a

yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.


Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu
banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak.
Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir
tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah
kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kem atiannya, keluarga


mengingatkanku untuk bangkit d a ri keterpurukan.
A d a dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi.
Kem bali rasa bingung merasukiku. Selam a ini aku
tahu beres dan tak pernah b e ke rja. Semua dilakukan
suamiku. B erap a besar pendapatannya selam a ini aku
tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah
rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai,
untuk keperluan prib adi dan setiap bulan uang itu
hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya
b e ke rja , aku memperoleh gaji terakhir beserta
kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam
tak m enyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer
ke rekeningku selam a ini. Padahal aku tak pernah
sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah
tangg a. Entah darim ana ia memperoleh uang lain
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku
114
tak pernah bertanya sekalipun soal itu. Yang aku tahu

< OC
22:42 ... 0,6KB/d '0' ..ill ^

sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan


bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi
bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami b ertig a.
Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya
pengalam an sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh
d ia.

Kebingunganku te rja w a b b e b era p a waktu


kemudian. Ayahku datang bersam a seorang notaris,
la membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris
memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami
bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku
dan an ak-an ak, ia menyertai ibunya dalam surat
tersebut tap i yang membuatku tak mampu b erkata
apapun a d alah isi suratnya untukku.

J
%. Istriku Yulia tersayang,

M a a f karena harus meninggalkanmu terlebih


dahulu, sayang. M aaf karena harus membuatmu
bertanggung jaw ab mengurus segalanya sendiri. M a a f
karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang

115

< OC
22:42 . . . 25,7KB/d '0' ..ill ^ mm

lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena


mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang
pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi


sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan
kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah
menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian
nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak
banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang
bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik
anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya
sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan


banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang
percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu
untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau
lakukan selama ini. M aafkan kalau aku menyusahkanmu
dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik
dariku. Tapi di hatiku, engkau adalah cinta yang pertama
dan yang terakhir untukku. Aku mencintaimu selamanya.

Teruntuk Difa, putri tercintaku. M aafkan karena


Ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik
116 seperti Ibu dan Dika, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu

< OC
)
dan Difa. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu
ingat di mana pun kalian berada, Ayah akan di sana
melihatnya. Oke, Buddyl

Aku terisak membaca surat itu, a d a gam bar


kartun dengan kacam ata yang diberi lidah menjulur
khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku


memiliki beb erap a asuransi dan tabungan deposito
d ari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat
b eberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut
dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajeri
oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa
menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya
p ad a kami, sehingga ketika aja l menjemputnya ia tetap
membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi.


Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus
sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku.
Bagiku dialah cinta sejatiku. Meski dia bukan cinta
pertam aku, namun bag in ya, akulah cinta pertam a
dan terakhirnya. Tak akan berubah sam pai kapan
22:42 0,5KB/d '©' -.il ^ mm

pun. H ari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-


anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu
persatu meninggalkanku selam a-lam anya, tak satu pun
me-ninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat
suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh lima


tahun. Lima hari lagi putriku menikahi seorang pemuda
dari tanah seberang. Putri kami b ertan ya, “ Ibu, aku
harus bagaim ana nanti setelah menjadi istri, soalnya
Difa kan ga bisa m asak, ga bisa nyuci, gimana ya Bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang,


cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa
yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya.
Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya,
akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar
bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan me­
nyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “Seperti cinta Ibu untuk Ayah?


Cinta itukah yang membuat Ibu tetap setia pad a Ayah
sampai sekarang?” Aku menggeleng, “ Bukan, sayangku.
Cintailah suamimu seperti Ayah mencintai Ibu dulu, seperti
Ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pad a Ayah
118 karena cinta Ayah yang begitu besar pad a Ibu dan
kalian berdua.”

< OC
22:43 0,6KB/d '©' -.il ^ e h

pun. H ari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-


anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu
persatu meninggalkanku selam a-lam anya, tak satu pun
me-ninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat
suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh lima


tahun. Lima hari lagi putriku menikahi seorang pemuda
dari tanah seberang. Putri kami b ertan ya, “ Ibu, aku
harus bagaim ana nanti setelah menjadi istri, soalnya
Difa kan ga bisa m asak, ga bisa nyuci, gimana ya Bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang,


cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa
yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya.
Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya,
akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar
bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan me­
nyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “Seperti cinta Ibu untuk Ayah?


Cinta itukah yang membuat Ibu tetap setia pad a Ayah
sampai sekarang?” Aku menggeleng, “ Bukan, sayangku.
Cintailah suamimu seperti Ayah mencintai Ibu dulu, seperti
Ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pad a Ayah
118 karena cinta Ayah yang begitu besar pad a Ibu dan
kalian berdua.”

< OC
22:43 0,6KB/d '©' -.il

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat


menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan
sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan
hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku
bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa
bebas dari cintanya yang begitu tulus.

se-tc^tu- bu-cv-h

c t i c v k h l 'i ' o e.’isL'tcv.

6 e -y tv ti cvkc\-vc ■yccyuis triic^

A & tc v w cc v w y c v c t i c tc v t c v m , I v c v t i

y y e .n ^ itik ^ i^ c v . '’fJcvvccp'CVtA, sicv-i>itv(t,cv(*,

c,in-{.c\- 6ccc-i (ycvrctj, te -tc v h , ctc v tc v rc c y

ctcvvc ie-’t c t v n^e,n^ccycY k i't c v cci^'tcck.

119

< oc
22:43

o c
Cirvta
J vlerr\buatr\ya
^ ‘Cetap Riclup

eorang mantan prajurit Red Army di era

S Perang Dunia II mencari kem bali cinta sejatinya


yang hilang 6 0 tahun lalu. Nikolai Vasenin
(93) a d alah seorang mantan tentara Red Army yang
juga pernah menjadi salah seorang prajurit French
Resistance p a d a masa Perang Dunia ke II. Di usianya
yang hampir mendekati 1 a b a d tersebut, Vasenin ingin
mencari kem bali cinta pertam anya yang hilang sebelum
d ia menutup m atanya untuk yang terakhir kali.

D aily Star (0 4 / 0 4 ) melansir bahwa banyak


kisah yang dia alam i ketika muda. Ketika N azi mulai
menyerang Prancis, Vasenin pernah terluka di kakinya
dan dia ditolong komandan batalyonnya, G e ra rd
22:43 0,7KB/d '©' -.il tm

Monot. Vasenin harus menghabiskan b e b erap a waktu


untuk memulihkan tenaganya sekaligus a g a r luka di
kakinya sembuh. Dia diraw at oleh anak sang komandan
bernam a Jeanne.

D ari situlah benih-benih cinta mulai tumbuh.


Sayan g n ya, ketika tentara Inggris dan Am erika Serikat
mulai diterjunkan di Paris p ad a tahun 1 9 4 4 , Vasenin
harus pergi meninggalkan wanita yang dia cintai
tersebut.

Pada tahun 1 9 4 5 , Vasenin tertangkap ketika


akan kem bali ke negara asalnya Uni Soviet (Rusia
sekarang) dan dipenjara di sebuah tahanan yang
bernam a G u lag selam a 15 tahun lam anya. Di akhir
masa tahanannya, Vasenin menikahi seorang wanita
bernam a Zin aida, seorang ahli geologi. Vasenin hidup
b ah ag ia dengan istrinya tersebut sam pai akhirnya
Zinaida harus meninggalkan terlebih dahulu sekitar
tahun 90-an.

Pada tahun 2005, dia d iangkat menjadi


Chevalier of the Legion d’Honneur, salah satu g elar
kehormatan tertinggi di Prancis dan kisah masa
perangnya juga telah dibukukan. Pada saat itulah,
1 22 Vasenin mengungkapkan keinginan terakhirnya untuk

< OC
22:43 ... 2,5KB/d '0' ..ill ^

d a p a t kem bali bertemu dengan Jeanne sekali lagi. Dia


rela melakukan atau juga m em bayar berapapun untuk
d a p a t menjumpai wanita yang dia cintai selain istrinya
tersebut.

Karena keinginan dan kisah percintaannya


yang boleh dibilang hebat tersebut karena sam pai
berumur 93 tahun rasa cintanya kep ad a Jeanne
ternyata masih belum luntur, banyak m edia baik dari
Prancis dan Rusia yang menulis dan m ew artakannya.

Bahkan sebuah studio film, Sverdlovsk Film


Studio, ingin membuat satu film yang mengisahkan
cerita cinta Vasenin dan Jeanne. Tidak hanya itu
sa ja , banyak pihak yang turut membantu a g a r upaya
pencarian Vasenin berjalan dengan lancar yang
salah satunya a d alah dengan meminta bantuan pihak
pemerintah Prancis secara langsung.

Setelah penantian yang am at sangat lam a ter­


sebut, akhirnya Vasenin berhasil dipertem ukan kembali
dengan pujaan hatinya, Jeanne Monot. Dengan
bertemunya dengan Jeanne, m aka tuntaslah rindu
yang selam a 6 0 tahun dipendam oleh Vasenin. Cinta
pertam a yang dih arap bisa jadi cinta terakhir.
123

< OC
22:43 1,2KB/d'0 .illl

e,ktccvtc%t^ c-ctAsici' tcvk , txctcv

de-{.cv(+ve\. hest^L'tu- yc^-ih,


w-ert'^A^rt' ctcvty, (+^e,(A,yc^cLLk,cvn,rnfCV
S c^ icv tv t>t\iu- k -e -k u scv id -tv l\,ccLu ,y> rcifcv .

& u tv(\-y>c\-6 tw tv A c h . ^ev4-e/<v,


c-ct^’t ct- cton \,oLikit^ ^ c\-y3cct^ - cv k cv t*,

ie,t(V y> cvctc\- cicv t^ t c v k , a - k c v tv


>t
'fr&tWCWl'
Cirvta E va Braurv
ur\tuk Hitler

anusia lahir karen a cinta. Tak pandang bulu

M siap a d ia . Begitupun dengan Pemimpin


N azi. Hitler.

Pada kenyataannya, sejarah yang tercatat dan


disetujui banyak orang telah menghapus cerita lain
d ari Hitler sebagai manusia. Makhluk yang punya rasa.
Punya cinta. Cinta sang ditaktor dengan Eva Braun.

Eva Braun ad alah seorang model sekaligus


fotografer model Jerm an, yang bertemu Hitler ketika
usianya baru 17 tahun, tahun 19 2 9 . Dia bekerja sebagai
asisten dan model untuk fotografer pribadi Hitler.
22:43 0,4KB/d '0' -.il ^

Begitu pertam a kali melihat sang penguasa, Eva


langsung memutuskan untuk jatuh cinta. S e b ag a i media
untuk mengungkapkan perasaannya yang datang
m endadak dan berkem bang liar, m erajai seluruh hati
dan diri itu, Eva menulis surat p ad a Hitler. Isinya tentang
ungkapan /ove at first sight-nya p a d a sang atasan.

“Dari pertemuan pertama kami, aku bersumpah


untuk mengikuti Anda di mana saja - bahkan sampai mati.
Saya hidup hanya untuk cinta Anda." itulah ungkapan
cinta Eva yang begitu menggebu.

Kesan yang tumbuh di hati Eva kala jumpa


pertam a itu berbanding terbalik dengan a p a yang
dirasakan sang tercinta. Aw ainya Hitler tidak terkesan
p a d a karyaw an n ya itu. Hatinya masih membatu dan
orientasinya masih dipasung oleh ambisi memenangkan
ras A ria dengan memberangus Yahudi.

Tapi, semesta alam selalu punya c a ra yang


genit untuk membangunkan cinta yang sedang tidur
pulas di dalam hati manusia.

Eva tak pernah kenal putus asa . Dia tahu,


cintanya yang datang begitu cepat itu tak m endapat
sambutan hangat d ari sang pujaan. Tapi, Eva p e rca ya ,
126
cinta akan tumbuh, sejauh manusia p ercaya bahwa

< OC
22:43 ... 0,4KB/d '0' ..ill ^

cinta itu akan tumbuh. Semesta alam selalu bersam a


orang-orang yang p e rcaya.

Selam a menunggu kesem patan itu tib a , Eva


mengisi hari-harinya dengan kegiatan modeling dan
fotografi. Perempuan penyuka anjing, yo g a, dan
m atahari itu menghabiskan hari-hari sepinya di rumah
dengan mengambil foto, bermain dengan anjing
kesayangannya. Juga menulis surat kep ad a Hitler,
kegiatan yang terus menerus dilakukannya demi
menyentuh hati sang terkasih.

Cinta butuh kesab aran dan ketabahan.


Dan akhirnya kesabaran dan upaya Eva berbuah
manis. Datanglah kesempatan yang ditunggu, untuk
menunjukkan cintanya yang menggebu. Sekaligus
kesempatan untuk mengingatkan kembali hati
atasan nya, bahwa a d a haknya yang belum pernah
diam bil, yaitu cinta.

Rasa frustasi luar b iasa dalam karir militernya


yang pasang surut, juga karena kekalahan Jerm an
p ad a Perang Dunia I yang d irasa Hitler telah
menghancurkan bangsa A ria , membuatnya sempat dua
kali nyaris bunuh diri.
127

< OC
22:43 0,6KB/d '0' -.il w m

Di saa t-saa t putus asanya itulah, Eva selalu


punya alasan dan kesem patan untuk b e ra d a di
sam pingnya. Mengucurkan kasih p ad a Hitler dan
memberi motivasi, bahwa Sang Kam erad punya
misi yang belum selesai. Setiap kali pesimisme mulai
menggerogoti hati Hitler, saa t itulah Eva datang
menyuguhkan optimismenya kem bali.

Dalam prosesnya, Hitler mulai m erasakan


ad a sesuatu yang “ asing” tumbuh dalam hatinya.
Rasa cinta, Sang Kam erad mulai menikmatinya.
Dengan kesabaran nya, Eva Braun pelan-pelan mulai
mem perkenalkan kem bali rasa yang telah lama
dilupakan oleh Hitler. Lalu, tumbuhlah kem bali cinta
yang pernah hilang d ari diri manusia Hitler.

Bersam a dengan cinta itu, Hitler dan Eva pun


mulai hidup bersam a, tahun 1 9 3 0 . Tapi, untuk menjaga
kehormatan dan harga dirinya, a g a r tak tam pak
melankolis —yang sama artinya lemah hati— di depan
dunia, Hitler m engajak Eva untuk menyimpan rap at
cerita m ereka dalam kemasan rahasia.

Tapi, Hitler juga berjanji pasti akan menikahi


Eva, suatu saat kelak. Demi cinta, Eva pun mengangguk
128 pada aja ka n Hitler. Cinta rahasia tersimpan rapi
selam a 1 5 tahun.

< OC
22:43 ... 0,7KB/d '0' ..ill ^

Asmara mereka hidup di tengah gempuran


dunia pad a ambisi Hitler. Setiap putus asa datang,
Hitler selalu pulang pad a Eva. Di pangkuan Eva dia
menemukan kembali dirinya sebagai Aria yang utuh.
Lalu dia kembali ke medan tempur.

Eva sendiri terus memelihara keyakinan bahwa


cintanya hanya untuk Hitler. Hitler ad alah hidupnya.
Cinta pertama dan terakhirnya, cinta matinya.

Selam a Hitler berjibaku di medan lag a , Eva


terus menerus memberinya surat, yang berisi tentang
motivasi dan ungkapan isi hati. Dan inilah salah satu
surat Eva paling romanis yang dikirim kala Giebleter-
nya bertempur:

Me/n Giebleter (kasihku), saya sendirian di sini. Saya


sekarat karena cemas, karena saya tahu Anda dalam
bahaya. Kembalilah secepatnya. Saat ini saya seoalah-
olah sudah gila.

Cuaca indah di sini dan segala sesuatu tampak begitu


damai. Saya malu pada diri sendiri karena Anda tidak
ada di sini. Anda tahu, saya selalu bilang bahwa saya
akan mati jika sesuatu terjadi pada Anda. Dari pertemuan

< OC
pertama kita, saya telah berjanji pada diri sendiri, untuk
mengikuti Anda ke mana pun Anda pergi, bahkan sampai
mati. Anda tahu bahwa saya hidup hanya untuk cinta
Anda.

Salam Eva

Sem entara itu, di sisi lain, Hitler juga sangat


menikmati hubungan cinta rahasia itu. Baginya Eva
ad alah semangat.

Salah satu ungkapan cinta Hitler ad alah


menggoreskan w ajah Eva itu p ad a selem bar kanvas.
Lukisan berupa sketsa w ajah yang nyaris sempurna.
Hitler memang memiliki b ak at melukis. Pada masa
aw ain ya karir di militer, Hitler sempat berniat masuk
ke Akadem i Seni W in a , Austria. Tapi dia tidak
m endapatkan izin d a ri kesatuannya. Cintanya kep ad a
Eva, cinta Eva telah terlukis kuat penuh w arna rona di
hatinya.

Setelah penantian panjang bersam a cinta


rah asia, akhirnya Hitler memenuhi janjinya menikahi
Eva. Seremoni tersebut berlangsung ketika itu N azi
kalah. G em puran Am erika dan sekutunya —Inggris dan
Prancis— datang d a ri seluruh penjuru. N azi akan jadi
pihak yang takluk.
pertama kita, saya telah berjanji pada diri sendiri, untuk
mengikuti Anda ke mana pun Anda pergi, bahkan sampai
mati. Anda tahu bahwa saya hidup hanya untuk cinta
Anda.

Salam Eva

Sem entara itu, di sisi lain, Hitler juga sangat


menikmati hubungan cinta rahasia itu. Baginya Eva
ad alah semangat.

Salah satu ungkapan cinta Hitler ad alah


menggoreskan w ajah Eva itu p ad a selem bar kanvas.
Lukisan berupa sketsa w ajah yang nyaris sempurna.
Hitler memang memiliki b ak at melukis. Pada masa
aw ain ya karir di militer, Hitler sempat berniat masuk
ke Akadem i Seni W in a , Austria. Tapi dia tidak
m endapatkan izin d a ri kesatuannya. Cintanya kep ad a
Eva, cinta Eva telah terlukis kuat penuh w arna rona di
hatinya.

Setelah penantian panjang bersam a cinta


rah asia, akhirnya Hitler memenuhi janjinya menikahi
Eva. Seremoni tersebut berlangsung ketika itu N azi
kalah. G em puran Am erika dan sekutunya —Inggris dan
Prancis— datang d a ri seluruh penjuru. N azi akan jadi
pihak yang takluk.
22:44 ... 0,5KB/d '0' .illl ^

Di tengah seg ala keputusasaan dan


kekalahannya itulah, Hitler resmi menikahi Eva —yang
telah menunggunya selam a 1 5 tahun— 30 April 1 9 4 5 .

Sayan g , keb ahag iaan dalam pernikahan


an tara pria 5 7 tahun dan perempuan 33 tahun itu tak
berlangsung lam a. Tepat 4 8 jam setelah pernikahan,
sejoli tersebut mengakhiri hidup masing-masing.

W aktu itu kubu Hitler telah hancur lebur. Eksekusi


mati untuknya tinggal menunggu hitungan jam, karena
pasukan sekutu kian d ekat dengan persembunyiannya.
Dan demi kebanggaan bangsa A ria , Hitler tak rela
mati di tangan musuh. Kalaupun harus mati, itu harus di
tangannya sendiri.

Seperti yang diceritakan oleh sejarah,


Hitler mengakhiri lakon hidup dan cintanya dengan
sebutir peluru yang dilontarkan pistolnya sendiri.
Di saa t bersam aan, Eva menenggak sian id a, a g a r
bisa berangkat bersam a-sam a sang G ieb leter. Eva
memenuhi janji yang diucapkannya sendiri dalam surat
pertam anya p a d a Hitler:

“Dari pertemuan pertama kita, aku bersumpah mengikuti


Anda di mana saja - bahkan sampai mati"

< OC
•& u tvyycvyyii-(A, c ti
ctu,(^icv it^ i, ctoci' i-e-ic^y} yyict^yci' Ivcvti
cctAstcck. sesecrl-^wvt^ oit^tc^
ctcvic^f^tp- ctcv^i t-a-Act- 6e.be,t^c\.\,i^ipcY.
(^&ticVyy cr\,c\*(^cy, 6CC\*J0CYy3CC(^ cticv,
'tc-'tcvy) bwtcclv c-it^tc^, ke-krt-Aib h c v ti
22:44 ... 0,5KB/d '0' .illl ^

Cir\ta <§>ejati
PKarv^ San. Y°irv

uami Istri berusia 6 0 tahun lebih ini terlihat

§ sangat romantis, berpegangan tangan, saling


curi pandang p a d a waktu berbincang-bincang
dan sesekali
dipandang suaminya.
sang istri tam pak tersenyum malu

M ereka b erb icara layaknya seperti pasangan


muda yang baru b e rp acaran . Pasangan suami istri
itu bernam a Phang dan Yin, dan cinta m ereka tetap
Romantis w alau usia sudah tak muda lagi.

Namun dibalik keromantisan cinta m ereka,


Berikut cerita inspiratif romantis ini diceritakan
oleh Phang.

Nam a saya Phang, saya pertam a kali melihat


istri saya p a d a waktu saya masih 1 8 tahun. Ayah saya
pejuang yang berpindah-pindah tugas sejak perang
Indocina di Kam boja tahun 1 9 5 0 -an , p ad a akhir 1 9 7 0-
an kami sekeluarga ditem patkan di Siem Reap di mana
saya satu kampung dengan Yin, istri saya.

S a y a tidak pernah kenal dengan dia w alau


satu kampung, tetapi saya sering melihatnya sore-sore
di depan rumah. Dia waktu itu masih berusia 1 0 tahun,
d elapan tahun lebih muda d ari sa y a . Setelah itu saya
tidak pernah melihatnya lagi karena keluarga saya
pindah ke kota lain, dan pindah lag i, dan pindah lagi.

Sebelum pindah dari Siem Reap, tetangga-


tetangga sempat memanggil juru foto dan mengajak
keluarga saya foto bersam a, foto itu selalu d ib aw a
oleh Ayah saya dan ditaruh di ruang tamu setiap kali
kami pindah rumah. D ari foto itulah saya selalu ingat
Yin, wanita cilik bermuka pucat yang teduh m atanya.
Dia terlihat kurus di foto itu dengan rambutnya yang
dipotong cepak karena kutuan.
22:44 ... 0,5KB/d '0' .illl ^

Di usia saya menjelang 30 tahun saya bekerja


seb ag ai tukang pos. Tugas saya m engantar surat
setiap hari di utara Kota Phnom Penh.

S a y a tergolong p ekerja keras tetapi suatu p ag i,


di saa t hujan deras sekali, saya m alas keluar rumah.

Ayah saya b e rkata saa t itu, “ Kamu tidak pernah


tahu a p a isi tumpukan surat itu. Mungkin a d a k a b a r
sukacita, mungkin a d a duka, mungkin a d a juga yang
tidak d a p a t ditunda sehari pun.”

Kalim at itu membangunkan sa y a , akhirnya saya


putuskan jalan dan m engantar semua surat-surat itu di
tengah hujan deras dan gemuruh guntur.

Surat terakhir yang saya kirim hari itu masih


disertai hujan, p ad ah al hari sudah sore, jam 3-an. S aya
basah kuyup tetapi hati saya leg a. S a a t keluar dari
kantor itu setelah mengirim suratnya, sekelibat saya
melihat di balik jendela a d a w ajah yang saya kenal.

Yin! Dia sudah berubah, rambutnya panjang


sebahu, badannya gemukan, p a k a i kaca mata tetapi
saya masih m engenalinya. S a y a ingin m enyapanya tapi
saya tidak tahu bag aim ana caran ya.
135

< OC
22:44 0,2KB/d '0' -.il tm

Setelah b e b erap a lama saya memutuskan untuk


pulang tanpa bilang halo. Sem alam an saya teringat
dia, tetapi saya masih tetap tidak tahu bagaim ana
c a ra m enyapanya.

Saya berpikir terlalu lama sehingga baru


seminggu kemudian saya punya ca ra m enyapa Yin.
Sa y a datang ke kantor itu lagi dan saya berpikir untuk
minta izin menemui Yin.

Tetapi saya terlam bat! Ternyata Yin tidak


lagi bekerja di situ, hari saya melihat dia ad alah
hari terakhir dia di sana. Yin keluar karena dia harus
ikut keluarganya pindah ke Hanoi, Vietnam , karena
Ayahnya m endapat tugas di sana. S a y a sangat kecewa
dan menyesal.

B eb erap a tahun kemudian saya diterim a kerja


di sebuah perusahaan logistik, saya m endapat posisi
bagus seb ag ai m anager yang mengurusi pengiriman
barang d a ri satu kota ke kota lain.

S a a t itu saya memiliki seorang kekasih dan


punya rencana untuk menikah. Kemudian suatu pagi
ketika saya bertugas di Siem Reap, saya tidak sengaja
b e rp ap asan dengan Yin di sebuah gedung pemerintah.
136

< OC
22:44 ... 0,4KB/d '0' .illl ^

Saya kaget dan tertegun melihat d ia , dan


saya rasa dia pun demikian. Bodohnya, saya tidak
m enyapanya! S a y a ragu-ragu karena saya bersam a
seorang relasi dan dia bersam a b e b erap a orang
teman.

Pertemuan singkat itu benar-benar membuat


saya bergejolak!

S a y a bertanya-tanya ap a ka h dia mengenali


saya?

A pakah dia ingat saya?

S a y a membodoh-bodohkan diri sa y a , mengapa


saya tidak m enyapanya!

Tetapi saya juga berusaha menghibur diri,


itu tadi bukan Yin, Yin kan sudah pindah ke Vietnam.
Pikiran tentang Yin tidak pernah hilang. S a y a sempat
ceritakan ke kekasih saya dan dia berang karena
cemburu.

B eb erap a bulan setelah kejadian itu saya


m endapat m asalah m endadak dan harus pergi ke Siem
Reap. Di tengah kekalutan p e ke rjaan , saya sedang
berjalan di sisi jalan ketika melihat Yin di jendela
sebuah bus jurusan luar kota. S a y a melihatnya dan

< OC
22:44 0,3KB/d '©' -.il tm

m elam bai-lam baikan tangan. Dia pun m elam baikan


tangan seperti mengenal sa y a . Saya berusaha
m engejarnya tetapi bus itu terlalu cepat pergi dan
saya kehilangan kesempatan bertemu d ia.

K ejadian itu sungguh membuat hati saya


bergetar, saya m erasa saya jatuh cinta. Benar-benar
jatuh cinta. G a ra - g a ra peristiwa itu saya memutuskan
hubungan dengan kekasih sa y a , saya m erasa tidak
bisa menikah dengannya selam a saya masih terus
memikirkan Yin. Tidak ad il buat d ia. O rang tua saya
sangat kecewa dengan sikap saya dan menganggap
saya membuang kesempatan terbaik di dalam hidup
saya.

Sepuluh tahun berlalu, saya tidak pernah me­


lihat Yin. Setiap hari ingatan saya akan dia membuat
hati saya tertutup untuk orang lain.

Usia saya sudah 4 0 tahun lebih dan semua


orang mengira saya tidak menikah karena saya patah
hati ditinggal kekasih saya dulu. M ereka tidak ad a
yang tahu kalau di hati saya cuma a d a Yin.

Sering saya mencoba mencari Yin, d a ri buku


telepon sam pai saya datangi kampung saya dulu untuk
138
tanya di mana keb erad aan keluarga Yin. A d a yang

< OC
22:44 0,5KB/d '©' -.il w m

m elam bai-lam baikan tangan. Dia pun m elam baikan


tangan seperti mengenal sa y a . Saya berusaha
m engejarnya tetapi bus itu terlalu cepat pergi dan
saya kehilangan kesempatan bertemu d ia.

K ejadian itu sungguh membuat hati saya


bergetar, saya m erasa saya jatuh cinta. Benar-benar
jatuh cinta. G a ra - g a ra peristiwa itu saya memutuskan
hubungan dengan kekasih sa y a , saya m erasa tidak
bisa menikah dengannya selam a saya masih terus
memikirkan Yin. Tidak ad il buat d ia. O rang tua saya
sangat kecewa dengan sikap saya dan menganggap
saya membuang kesempatan terbaik di dalam hidup
saya.

Sepuluh tahun berlalu, saya tidak pernah me­


lihat Yin. Setiap hari ingatan saya akan dia membuat
hati saya tertutup untuk orang lain.

Usia saya sudah 4 0 tahun lebih dan semua


orang mengira saya tidak menikah karena saya patah
hati ditinggal kekasih saya dulu. M ereka tidak ad a
yang tahu kalau di hati saya cuma a d a Yin.

Sering saya mencoba mencari Yin, d a ri buku


telepon sam pai saya datangi kampung saya dulu untuk
138
tanya di mana keb erad aan keluarga Yin. A d a yang

< OC
22:44 ... 0,2KB/d '0' .illl ^

bilang pindah ke Hanoi, a d a yang bilang di Phnom


Penh, semua serba simpang siur.

Di ulang tahun saya yang ke 4 8 , saya melihat


iklan baris di surat k ab ar. A d a seorang Yin mencari
surat-surat yang hilang dan meminta yang me­
nemukannya untuk mengirimkan ke Hanoi dan akan
diberi im balan.

S a y a tidak berpikir panjang, ini pasti Yin saya!


S a y a berang kat ke Hanoi b e b era p a hari kemudian
dan menemui Yin.

Sayangnya dia bukan Yin yang saya cari. Yin


lain, bukan Yin saya. Teman-teman saya sudah me­
nasihati lebih baik telepon dulu sebelum berang kat,
tetapi saya tidak tahu bag aim ana memulai pem b icara­
an di telepon dan saya terlalu yakin kalau itu pasti Yin
yang saya cari.

Surat k a b a r itu sam pai sekarang masih saya


simpan seb ag ai kenang-kenangan. Tetapi semua itu
tidak sia-sia. D ari ide iklan baris itu, saya memasang
iklan di koran Hanoi, iklan saya singkat:

Yin yang dari Siem Reap, hubungi Phang.

< OC
22:44 0,3KB/d '©' -.il w m

S a y a memasang iklan itu 3 kali tetapi tidak ad a


orang yang menghubungi sa y a . Kali yang keem pat,
saya memutuskan untuk mencoba pasang iklan di koran
Phnom Penh, tidak lagi di Hanoi.

Dalam perjalanan ke agen iklan saya dikejutkan


oleh Yin. S a y a ketemu dia di jalanl Dia keluar d ari taksi
yang hendak saya tumpangi.

“ Yin, ini aku! Kamu tahu siap a aku?” begitu


kata-kata saya pertam a kali. Jodoh di tangan Tuhan,
ternyata Yin sangat mengenal saya. Bahkan di
pertemuan saa t itu, dia mengeluarkan foto d a ri masa
kecil kami, foto dengan p ara tetangga di Siem Reap.

Dia sudah jatuh cinta dengan saya sejak dia


masih 10 tahun. Katanya dia sering melihat saya
tetapi takut untuk m enyapa karena dia masih kecil
dan saya terlihat sangat d ew asa. Dan yang lebih
m enggem birakan lag i, ia belum menikah!

Pertemuan itu ad alah aw ai hubungan percintaan


kami. Ternyata Yin selama itu tinggal di Hanoi, meski ia
pernah bertugas beb erap a bulan di Siem Reap. Dia
bekerja di perusahaan Vietnam yang punya cabang
di Kam boja. Karena itu kami bertemu setiap b eb erap a
140
bulan sekali dan merencanakan untuk segera menikah.

< OC
22:44 ... 0,3KB/d '0' .illl ^

Tetapi perjalanan kasih kami tidak mulus,


ayah Yin harus m enjalani transplantasi jantung dan
harus d ib aw a ke C a n a d a . Yin harus pindah ke sana
bersam a-sam a dengan keluarganya dan kami hanya
bisa berhubungan lew at email dan chat.

Lima tahun Yin di sana sam pai ayahnya


meninggal, kemudian balik ke Hanoi. Hanya sekali saya
mengunjunginya di Toronto, C a n a d a , itupun dengan
m enghabiskan semua tabungan yang saya kumpulkan
bertahun-tahun.

Sebenarnya saya ingin segera menikahinya


tetapi keluarga Yin belum mengizinkan kami karena
ayahnya yang sedang sakit. M ereka p ercaya bahwa
tidak tep at menikah di saa t salah satu anggota
keluarga dekat sakit keras.

Sepulang Yin d a ri Toronto, usia saya sudah 55


tahun. S a y a tidak berpikir panjang, saya akan segera
menikahinya.

Sekali lagi perjalanan kasih kami tidak mulus,


dalam perjalanan ke Hanoi untuk m elam ar Yin dengan
kedua orang tua sa y a , Ayah saya terkena stroke dan
meninggal di p e rjalanan. Kami sangat terpukul dengan
kejadian itu, dan lebih-lebih b e b era p a bulan kemudian
Ibu saya menyusul Ayah.

< OC
Ayah saya meninggal di bulan Desember, Ibu
menyusul b e b era p a bulan kemudian di bulan M aret.
Praktis tahun itu kami tidak bisa menikah karena
k ep ercayaan yang tidak menyarankan pernikahan di
tahun yang sama dengan kematian orang tua.

Usia saya 5 7 tahun ketika saya menikahi Yin.


Dia masih muda, belum 5 0 tahun, terpaut 8 tahun
dibanding saya. Sejak hari itu, kami seperti pangeran
dan putri karangan HC Andersen, live happily ever after.
Sa y a sangat mencintainya, setiap hari seperti pacaran
tanpa a d a habisnya, inilah true love, cinta sejati kami.

Puluhan tahun kami jatuh cinta, tap i tidak bisa


sam a-sam a. Kami selalu terkenang dengan semua
kisah hidup kami. Sering kami masih komunikasi
menggunakan email dan chat, karena Yin sedang di
kam ar mandi dan Phang di meja m akan.

Cinta sejati selalu a d a . Ketulusan dan kesetiaan


akan berbuah manis karena ad an ya kesab aran ,
ketabahan untuk memperjuangkan cinta itu sendiri.
22:45 ... 0,4KB/d '©' .illl ^ C ID

Zs'tLcvyy cr^ cvi*,cy yoc^t^i^cv o ii^ 't c v

tc v k b is c v b c r lv c r ^ J '. £ Jc v c v t Iv c v tL b is cv

y ccy cc^ ’t & i A s 't c V f ^ c y o if^ ic v ycvw cy c v c tc v ,

ccv s& LcvLu r b e ,\ s L 4 * $ c v t v c v

c tc v t^ v

o c i^ 'tc v i^cviAsc^ cLcyyes^ytvcviAscykcvtA sf

c v c L c v L c v lv S & b c c c v lv k & b c v lv c v c y c c v c v v ^ ‘t c v f c ,

' t e , ‘v ( A , L L c v L
22:45

o c
Cinta Pertama Sarv
^erakfur K.ekasif\
van<£ terlam b at

ebut saja namaku Puput, aku berusia 24 tahun

§ saat kisah ini te rja d i. Kisahku mungkin klise, aku


jatuh cinta p a d a seorang pemuda bernam a
D irga. Dia a d alah kakak kelasku saat kami masih
sekolah di SMA yang sam a.

S a a t kelas tig a, dia pindah ke kota lain. Tetapi


takd ir mempertemukan kami kem bali di kampus yang
sam a, saa t kami menempuh kuliah S2.

A d a satu hal yang selalu aku simpan dalam


hatiku, aku jatuh cinta p ad an ya. Ini a d alah perasaan
jatuh cinta yang aku alam i untuk pertam a kalinya.
Sejak masih duduk di bangku SM A, aku selalu curi-curi
22:45 0,8KB/d '©' -.il tm

pandang ketika jam istirahat. K adang aku sengaja


pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bermain basket
saa t kelasnya a d a p e la jaran o lah rag a. W alaupun
hanya m enatapnya selam a 5 menit, rasanya ke­
bahag iaanku penuh sepanjang hari.

Remaja selalu malu-malu mengungkapkan isi


hatinya, a p a la g i aku yang memang punya sifat pemalu.
Hampir tidak a d a sinyal cinta yang aku kirim p ad an ya.

Aku tidak seberani teman-temanku yang bisa


titip salam atau terang-terangan m engatakan suka
p a d a cowok yang m ereka suka.

Jad ilah aku memendam perasaanku. Mungkin


ini masih cinta monyet, yang akan memudar seiring
berjalannya waktu. Dan suatu saat kelak, aku akan
benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius
dengan pria lain.

N yatanya perkiraanku salah. W alaupun saat


kuliah S I aku sempat b erp acaran dengan pria lain,
namun aku tetap m eletakkan kenangan akan Dirga
dalam hatiku. Singkat cerita, saa t aku mengambil S 2,
aku bertemu lagi dengan Dirga.

146 Takdir tersebut membawaku pada rahasia


yang terpendam . Hatiku kem bali b erd etak, kembali

< OC
22:45 0,8KB/d '©' -.il <5


« C -

m erasakan indahnya jatuh cinta hanya dengan me­


natap kedua m atanya.

Perasaan yang tidak pernah aku rasakan


dengan Yanuar.

B eb erap a kali kami b e ra d a di kelas yang


sam a. Dia masih Dirga yang ramah dan suka b ercanda.

Hubungan kami tetap dekat, tapi tetap sa ja ,


tidak ada keberanian untuk mengungkapkan rasa
cintaku p ad an ya. Bagaim ana aku bisa menyatakan
perasaanku, a d a Yanuar yang masih menjadi pacarku.
Egois memang, aku bahkan sering m erasa bersalah
p ad a Yanuar, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku.

Jika saja Dirga mengajakku untuk jadi


kekasihnya, atau bahkan istrinya, aku tidak akan
menolak.

Sayan g n ya, takd ir yang mempertemukan kami


harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan
di akhir bulan Desember, Dirga mengalami kecelakaan .
Dua hari dia diraw at di UG D, tetapi nyaw anya tidak
tertolong. Dia pergi selam a-lam anya.

Rasanya kiam at. Duniaku hancur, setiap inci


147
tubuhku menjerit akan kepergiannya, aku bahkan tidak

< OC
22:45 2,0KB/d '©' -.il

bisa lagi m erasakan sakitnya hatiku, seolah a d a bagian


tubuhku yang hilang, jika d iib aratkan , aku b a g a i guci
yang pecah berkeping-keping.

Aku hadir dalam pem akam annya. Aku hadir


dalam setiap a c a ra doa yang dilakukan keluarganya
setiap malam.

Masih dalam suasana duka yang teram at


sangat, ibu Dirga memintaku untuk menemaninya,
setelah p a ra tamu pulang.

“M bak, ini temannya Dirga yang nam anya


Puput, kan?” ujar wanita tua itu.

Aku bisa melihat a d a duka mendalam di


balik senyumnya. Aku mengangguk, lalu wanita itu
mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya
a d alah kam ar D irga.

W anita itu menceritakan sebuah rahasia yang


tidak aku ketahui. “Anak Ibu.. D irga, dia pernah bilang
bahw a dia suka dengan Puput, cinta sama Puput,”
lanjutnya.

Rasanya hatiku terg etar hebat. Detik demi


detik berlalu, aku m endengarkan pengakuan Ibu Dirga
148
bahw a putranya ternyata memendam rah asia.

< OC
22:45 ... 0,2KB/d '0' ..ill ^

Ternyata selam a ini Dirga melakukan hal


yang sama denganku, diam-diam m erahasiakan
p erasaan n ya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.

“W aktu itu Dirga pernah bilang, sekarang


Puput sudah punya p acar, mungkin harus menunggu
N ak Puput putus dulu, baru dia berani jujur. Cinta
pertam a dan terakhirnya a d alah Nak Puput,” lanjut
Ibu Dirga dengan a ir mata yang jatuh d a ri pelupuk
m atanya.

Aku tidak bisa menahan a ir m ataku, aku


menangis di dalam pelukan Ibu D irga. Aku menangis
hingga dadaku terasa ingin m eledak.

Aku tidak sempat m engatakan b agaim ana


perasaanku p ad an ya. Hingga detik ini, penyesalan
itu masih a d a , susah untuk aku hilangkan kenangan
bersam anya.

Masih m engganjal di dalam lubuk hatiku


yang terdalam . Rasanya bahkan jauh lebih berat
dibandingkan saat Dirga masih hidup.

Semoga kau bisa mendengar doa-doaku tiap


m alam , Dirga.

Cintaku masih a d a untukmu, selalu.

< OC
22:45 ... 0,3KB/d '©' -.il ^ CID

’t e ' ^ y i & f ' i ' c L c v t v y , c v k c v t A ,

i,L w \ ,b c c L y ic v c L c v S c v c v 't t A s iy c v ,

$ e , \ , i t ^ c ^ k c v L i ' ’t & ^ L c v n ^ b c v t c tc v i^ b & 'v c v k lv L 'i'

S & S c v L ' L i c v c t c v 't c v ^ c v k e , { , c k , c v S & y ic v S c v t^ c ^

n ^ c v f ^ c c s i c v b c v t s t c y iU st^ i^ cv

ii't v it ic k

y c w v c y c v f^ L c v lv ^ v e ^ v e ^ v ^ < t^ v

o c w t c ’v c t& ^ c y c v tA s

b c r c v ^ c $ & b C sLi^ n ^ ,

< o c
Cirvta 'CerKalarv^
PerarvS Durvia

asangan ini jatuh cinta ketika masih rem aja,

P puluhan tahun yang lalu. Sayang sekali, perang


dunia kedua membuat keduanya terpisah
dalam waktu yang sangat lam a. Teknologi di masa itu
belum maju, sehingga m ereka kehilangan kontak dan
tidak pernah berhubungan sama sekali. Tetapi inilah
kekuatan takdir, cinta membawa kedua pasangan ini
bertemu kem bali, dan menikah setelah berpisah 7 0
tahun.
^ Prajurit Tampan dan Qagah

Kisah cinta Bob Humphries (89 tahun) dan


Bernie Bluett (8 7 tahun) menjadi perhatian manis dunia.
Setelah hampir 7 0 tahun berpisah, akhirnya mereka
menikah, saling mengucap janji setia. Tidak a d a kata
terlam b at untuk m erayakan cinta yang suci, bahkan
perang dunia kedua tidak melunturkan cinta yang
pernah tumbuh puluhan tahun lalu.

Pasangan romantis ini jatuh cinta pertam a kali


saa t masih rem aja. S a a t itu m ereka bertemu saat
liburan saling mengirim surat cinta, manis sekali bukan?

“ Ketika itu saya berusia 17 tahun, dan dia 18


tahun,” ujar sang pengantin w anita.

“ Dia a d alah tentara tam pan yang suka


m em akai celana kaki dan berjalan dengan gagah.
Sa y a pikir akan menikah dengan pria itu suatu hari
nanti,” lanjutnya.
22:45 ... 0,5KB/d '0' .illl ^


« C -

^ Perang Dunia Pemisah Cinta Mereka

H arap an tinggal h arap an . Pada masa itu,


perang dunia kedua sedang memanas, Tuan Bob
muda yang m erupakan prajurit Angkatan D arat harus
berpisah dengan Nyonya Bernie. Surat-surat cinta yang
dikirim harus berakhir karena keduanya sam a-sam a
m elayani negara untuk perang dunia kedua.

Kehilangan kontak membuat cinta yang tumbuh


harus layu sebelum memasuki jenjang pernikahan.
Nyonya Bernie menikah dengan seorang pilot dan
memulai kehidupan baru di Seland ia Baru. Sebelas
tahun yang lalu, suami Nyonya Bernie meninggal. Tuan
Bob juga menikah dengan wanita lain, tahun lalu, istri
beliau meninggal dunia.

^ Kami Merasa Muda Kembal i

Dengan kondisi sudah sendiri, putri Nyonya


Bernet yang tahu kisah cinta Ibunya saa t rem aja mencari
k eb erad aan Tuan Bob secara online. Tidak a d a yang
bisa memisahkan kekuatan cinta, putri Nyonya Bernet
153
menemukan berita tentang kisah perjuangan Tuan Bob

< oc
22:45 ... 0,6KB/d '0' ..ill ^

di koran lokal. Singkat cerita, akhirnya Tuan Bob dan


Nyonya Bernet bertemu kem bali setelah puluhan tahun
berpisah.

“ S a a t saya bertemu dengannya lag i, saya


melihat seorang prajurit muda. Kami berdua sama-
sama m erasa muda kem bali,” ujar Nyonya Bernet yang
sedang b e rb a h a g ia.

“ Rasanya seperti kem bali ke masa muda kami


yang penuh cinta,” ujar Tuan Bob. “ Kisah seperti ini akan
menjadi cinta yang tidak akan pernah kalian lupakan,”
lanjutnya.

Impian Nyonya Bernet saa t muda terkab ul, dia


menikah dengan prajurit tam pan yang selalu menjadi
cinta sejatinya. Pernikahan m ereka berlangsung
sederhana, dipenuhi senyum b ah ag ia anak dan cucu-
cucu m ereka. Jika m ereka bisa b e rb a h a g ia karena
cinta, Anda juga bisa.

“ Bernie a d alah cinta pertam a dan terakhir


s a y a ,” ujar Tuan Bob.

154

< OC
$e,ycvtc
cLc^^c c-ct^€(X ^et^Aovrt. ycvrny ie-'vcc6
i-ccw cb ti-iv ct(\-vc b e .^ k e .r w b c Y n ,tp IvLt^-cp-cycv

wce.wycvcLi oof^tc^ j5ev<v£^-^v.


c\-ct(^ bc6c\- hcvia-rctp'i
oit^€cv y.cvwc^ c\,Lcvn^i i&tsU-A n*,e-wyc\-Lc\,’tsL-
$e,ycvtc
cCc^'l-c oc(^€(X ^et^Aovrt. ycvrny ie-'vt^6
i-ccw^bti-iv ctcvt^ be,^ke-rwbcvn,tp IvLt^-cp-cycv
t^e.t^ycvcCi oof^tc^ a5ev<v£^-^v.
c\-ct(^ bc6c\- hci'La-t^tp'i i>e,bu^c\,lv
oit^€cv y.cvwc^ c\,Lcvn^i i&tsU-A n*,e-wyc\-Lc\,’tsL-
22:46

o c
Cirvtafcu 3ic)ac)ari
Pervtfhurvi <Sur6a
4

striku a d alah cinta pertam a dan terakhirku yang

I kenangannya akan terus tumbuh dan bersemi di


dalam hatiku untuk selam anya.

S a a t itu, tiba-tiba HP-ku berdering, setelah


m enjawab salam suara di seberang telepon yang
tam pak panik.

“A yah.. Bunda mimisan.”

Bisa kumaklumi kepanikan istriku saat itu karena


belum pernah dia mengalami mimisan. Memang cuaca
di bulan M aret 2 0 0 9 siang itu begitu teriknya. Aku pikir
ini ak ib at cuaca yang terik itu. Kemudian aku sarankan
dia untuk segera ke dokter.
22:46 0,3KB/d '©' -.il

B eb erap a hari kemudian istriku sakit pilek.


Seperti biasanya kalau sakit ia hanya minum obat
warung dan jarang sekali mau periksa ke dokter.

“ Sayang, ke dokter a ja kok takut,” ledekku. Dan


kusorong pipi kenyalnya dengan ujung jari, ia merajuk
bibirnya maju 2 centi, lucu melihatnya seperti itu.

Aku senang sekali, wajah cantik itu masih secantik


waktu aku bertekuk lutut saat m erasakan getar-getar
cinta untuk pertam a kalinya, dan memastikan bahwa dia
ad alah belahan jiwa yang dikirimkan Tuhan kepadaku.

Dua minggu berselang tapi pileknya belum juga


hilang. M alah katanya ad a yang terasa menyumbat
di saluran hidungnya, rasanya tak nyaman dan susah
bernapas.

“ Bun, besok kita ke Rumah Sakit ya! Ayah izin


masuk siang,” rayuku a g a r ia mau ke rumah sakit.

Keesokan harinya saya a ja k ia ke sebuah rumah


sakit swasta yang bagus.

S a a t itu dokter THT bilang istriku alerg i


p a d a debu dan juga bulu-bulu binatang. Tapi sam pai
obatnya habis, pileknya belum juga a d a tanda-tanda
158
kesembuhan.

< OC
22:46 ... 0,2KB/d '0' ..ill ^

Anehnya yang sering keluar lendir hanya hidung


sebelah kiri sa ja . Bahkan istriku mulai susah b ernapas
melalui hidung, ia hanya bisa bern ap as melalui mulut.
Dan ketika saya m em bawanya periksa untuk kedua
kalinya dokter m enyarankan untuk rontgen. Namun, dari
hasil rontgen tidak terlihat ad an ya kelainan apapun di
hidung istriku.

Perjuangan pun dimulai. Aku ingin dia sehat


kem bali. Aku m engajaknya periksa ke RS lain di
Ja k a rta , karena menurut informasi di sini peralatannya
lebih lengkap. Ternyata benar, dengan a la t penyedot
dokter mengeluarkan lendir d a ri dalam hidung istriku.
Senang rasanya melihat ia d a p a t bernapas dengan
leg a. “ Alhamdulillah...” kami sangat bersyukur.

Namun ternyata, b e b erap a hari kemudian


sumbatan itu kem bali muncul.

“ Bunda? Kita harus ke dokter lag i.”

Kontrol kedua ke rumah sakit masih saja dokter


belum bisa menyam paikan penyakit a p a yang dialam i
istriku ini. Dokter memasukkan kap as basah ke hidung
istriku (ternyata itu a d alah bius lokal), b e b erap a saat
kemudian sebuah gunting kecil dimasukkan ke dalam
hidung dan rasanya tidak tega melihat potongan daging

< OC
kecil diam bil. Belakangan baru aku tahu tindakan inilah
yang dinam akan biopsi. Tak a d a yang disam paikan
k ep a d a kami. Dokter m enyarankan dilakukan CT Scan.
Kemudian kami menuju ke RSCM untuk CT Scan.

Keesokan harinya hasil CT Scan aku baw a


kem bali ke dokter. Setelah melihat hasil Scan, Dokter
pun menyam paikan hasilnya dan juga hasil biopsi dari
laboratorium .

“ Ini Ibu positif,” kata dokter sambil menunjukkan


foto CT Scan. N am pak ad a sebuah massa dian tara
belakang hidung dan tenggorokan istriku. Cukup besar
seukuran kepalan tangan. Aku masih belum mengerti
maksud kata-katan ya dan memang sama sekali tak
ad a pikiran yang aneh, aku coba b ertanya, “Maksud-
nya a p a Dok?”

“ Ibu positif kanker, Pak!”

Rasanya dunia terguncang hebat. M ataku


panas, seolah detak jantungku berhenti “ K anek... Dok?”

Tiba-tiba mataku jad i gelap, sebuah beban


berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa
be rkata a p a -a p a , lam a aku terdiam .
22:46 ... 1,4KB/d'0' ,iill ^

“ Kanker?” tanyaku, tap i kalim at itu tak mampu


terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit
yang selam a ini hanya aku kenal lew at informasi dan
berita-b erita, kini penyakit itupun menghampiri orang
terdekatku orang yang paling aku sayangi. Penyakit
yang menakutkan itu menyerang istriku.

Kutatap w ajah cantik istriku yang dibalut jilbab


putih, tenang, teduh, tak a d a ekspresi a p a - a p a , aku
makin bingung.

“ Bunda betap a kau ta b ah .”

“ Sekarang Bap ak ke RSCM ke bagian Radiologi,


kita harus bertindak ce p at,” tiba-tiba aku te rsa d ar
ucapan dokter. Segera kuambil surat pengantar dokter
dan menuju RSCM.

Sedih, bingung. Sungguh tak pernah terpikir­


kan sedikitpun sebelumnya, kini kami b e ra d a dalam
deretan orang-orang penderita kanker di ruang
tunggu spesialis Radiologi ini.

Aura kecemasan bahkan keputusasaan ter­


gam b ar di wajah m ereka. Aku sangat cemas, takut
namun tak ingin m enam pakkan semuanya itu kep ad a
istriku.

< OC
22:46 0,8KB/d '©' -.il

Di h adapan dokter Radiologi aku b ertanya,


“ Sebenarnya istri saya kena kanker a p a , Dok?”

“ Kanker nasofaring,” jaw ab dokter singkat.

Ya Allah, kanker a p a ini? Istilahnya saja aneh


bagiku. K enap a harus istriku yang m engalaminya?

“Tapi Insya Allah masih bisa disembuhkan


dengan pengobatan sinar radiasi dan kem oterapi,”
dokter mencoba menenangkanku.

“ Nanti Ibu harus menjalani pengobatan radiasi


selam a 25 kali.”

Terbayang sudah b etap a beratnya derita dan


kelelahan yang harus dialam i istriku. Belum lagi dengan
kombinasi pengobatan kem oterapi yang melemahkan
flsik.

Keluar dari ruang radiologi seolah semuanya


jad i gelap , rasanya aku tak kuat menahan segala
beban ini.

Segera aku SMS family dan teman-teman


dekatku, aku kab arkan kea d aa n istriku dan kuminta-
kan doa dari m ereka. Tak terasa bulir-bulir bening air
162 mata bermunculan di sudut mataku.

< OC
22:46 ... 0,2KB/d '0' .<lll ^

“Ayah kenapa? Nangis y a ? ” dengan polos


pertanyaan itu keluar d ari bibir istriku.

“ Iya, Ayah say aa an g sama Bunda,” suaraku


gemetar.

Kuusap lembut kep a la istriku. Kutepis perlahan


tangannya yang mencoba mengusap a ir mataku,
kugengggam kuat ja ri-ja ri lemahnya.

Hatiku berbisik, “Kenapa tak ada kesedihan di


wajahmu Bunda? Apakah Bunda gak tau penyakit ini
begitu berbahaya? Atau Allah telah memberitahukan ini
semua kepadamu?Betapa kuatnya engkau bidadariku."

“Tenang saja Yah, Bunda b iasa a ja kok,”


jaw abannya malah makin membuatku tak bisa
b ernapas, a ir mataku menetes lag i, aku menangis
melihat ketegarannya.

Kususuri lorong-lorong RSCM dengan langkah


lemas tak bertenaga seolah aku m elayang, tulang-
tulang terasa tak mampu m enyangga badanku yang
kecil ini.

H ari-hari m enegangkan, m elelahkan dimulai.


M ulai hari itu istriku harus diraw at inap di rumah sakit.
Semua persiapanpun dilakukan mulai d a ri U SG , Bond

< OC
22:46 0,5KB/d '©' -.il

Scan dll. Hasilnya rahim masih bersih dan tulang pun


normal, artinya kankernya belum m enjalar ke bagian
lain, Alhamdulillah, sempat kuucap kata syukur itu.

H ari ke tig a. Sore itu aku dipanggil ke ruang


dokter yang akan melakukan kem oterapi. Dikatakan
bahw a kanker istriku stadium 2A dan Insya Allah masih
bisa diobati.

Istriku pun siap untuk menjalani pengobatan


dengan kem oterapi. Kemudian kami minta izin ke Dokter
untuk diperbolehkan pulang sambil m em persiapkan
segala sesuatunya.

M alam hari ketika kami di rumah, kami minta


p end ap at d a ri pihak keluarga tentang pengobatan
yang akan kami lakukan.

Dengan b e rb a g a i pertim bangan dan alasan


pihak keluarga m enyarankan ag ar kami tidak
menempuh jalan kemo dan rad iasi. Kami disarankan
untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif
dan pengobatan herbal.

Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar


pengobatan dengan cara alternatif dan minum obat-
164 obat herbal. Karena saa t itu istriku sudah susah untuk

< OC
22:46 ... 0,7KB/d '0' ,.ill ^

menelan, m aka obat herbal yang diberikan tidak


berupa kapsul, melainkan berupa rebusan.

Setiap hari istriku harus minum ramuan dan


rebusan obat-obat herbal yang baunya sangat me­
nyengat. Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sab a r
rutin minum semua obat-obatan itu.

Sem angatnya untuk sembuh begitu besar. Doa


pun tiad a henti kupanjatkan siang dan malam. Dan
malam-malamku selalu kuhabiskan dengan tahajud
dan hajat.

Aku mulai rajin mencari semua informasi yang


berhubungan dengan kanker nasofaring, mulai dari
m akanan, ca ra pengobatan, bahkan alam at klinik
pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari
melalui internet, koran dan d a ri rekan-rekan kerja.

Tiga bulan pengobatan, tap i Allah sepertinya


belum memberi jalan kesembuhan dengan cara
ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan
pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1
bulan pertam a karena aku ragu.

B eb erap a keluarga istri mulai putus asa . M alah


a d a yang b erang gapan penyakit ini a d a la h kiriman
dari orang. Tapi aku bantah semuanya, sempat a d a

< OC
22:46 0,1 KB/d'©' ..lll m

pertentangan di an tara kami. Aku yakinkan istriku


bahw a ini a d alah memang ujian dari Allah.

“ Bun.. semuanya atas kehendak A llah, bahkan


jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takd ir ini, usia segini
Bunda sakit, berobat ke sana-sini itu semua sudah ad a
dalam catatan Allah, Bun. Yang penting sekarang kita
jangan telah berihtiar dan Bunda tetep harus semangat
untuk sembuh.” ia mengangguk perlahan.

Berat bad an istriku mulai turun drastis karena


tak ad a asupan m akanan, sebelum sakit beratnya 55
Kg kini tinggal 33 Kg.

Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika


aku lihat mata kirinya sudah tak fokus. C a ra ia melihat
seperti orang juling. Menurut Dokter herbal yang me­
nangani istriku inilah rangkaian perjalanan kanker
tersebut yang lama kelam aan akan menyerang otak.
Dokter menganjurkan untuk segera dibaw a ke rumah
sakit.

Akhirnya aku kem bali m em bawanya ke Rumah


Sakit. Kali ini aku m em bawanya ke RS. Husni Thamrin.
Istriku ditangani oleh team yang terdiri Dokter THT,
Dokter Internis dan Dokter spesialis ahli kem oterapy,
166
Kebetulan Dokter Sugiono ahli kem oterapy yang dulu

< OC
22:47 ... 0,3KB/d '0' .illl ^

m eraw at istriku di RS. Proklamasi juga praktek di sini.


Dan kini Dokter Sugiyono kem bali menangani istriku.

Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya.


Dokter menjelaskan stadium kanker istriku sudah
menjadi 4 C , dan kankernya sudah mulai menggerogoti
tulang tengkorak penyangga otak. M elihat hasil CT
Scan-nya aku merinding, terlihat jelas tulang-tulang
tengkorak itu keropos layaknya daun term akan ulat.

Aku ingin menjerit, “ Ya A llah ... begitu b erat


cobaan ini Kau tim pakan p ad a kam i”

“M aafkan Ayah Bun, Ayah tak mampu m enjaga


Bunda...!”

Yang lebih m engagetkan ketika dokter


m engatakan, “ Kita hanya bisa m em perlam bat per­
tumbuhan kankernya bukan m engobati.”

Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai.


Aku limbung dan hampir tak sad arkan diri, sekuat
tenaga aku mencoba untuk tetap tegar. Dengan
dip ap ah ad ik, aku keluar d ari ruang dokter.

Seg era aku menuju Mushola, kuambil a ir wudu


dan kujalankan salat. Entah salat a p a yang kujalan-
kan ini.

< OC
22:47 0,7KB/d '©' -.il ^ w m

“Aku ingin ketenangan, aku butuh pertolongan-


Mu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini di
hadapan-M u ya a Allah. Bisa saja dokter memfonis
dengan an alisan ya, tap i Engkaulah Yang M aha Kuasa
atas segala sesuatunya. Engkau M aha Hidup, pemilik
takdir, sakit ini dari-Mu ya Allah dan pada-M u juga
aku mohon obat dan kesembuhannya.”

Segala ikhtiar dan doa tiad a lelah kulakukan


tuk kesembuhan istriku. Malam-malamku kulalui dengan
sujud panjang di samping bangsal rumah sakit.

Kubenamkan wajahku di atas sajad ah lebih


dalam lag i, tiba-tiba aku m erasa tak memiliki
kekuatan apapun, aku b e ra d a dalam kepasrahan dan
pengham baan yang lemah.

“ Robb... Engkau M aha Mengetahui, b etapa


segala ikhtiar telah kami lakukan. T iad a menyerah
kami m elawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya
pada-M u, tidak ada kekuatan yang sanggup
m engalahkan kekuatan-Mu y a a ... Robb, Tunjukkan
pertolongan-Mu, beri kesembuhan p a d a istriku Ya..
A llah.”

S a a t itu istriku masih bisa bicara meski dengan


168
suara kurang jelas. K arena tenggorokannya pun sudah

< OC
22:47 ... 0,5KB/d '0' .illl

menyempit tersumbat kanker, ia sangat kesulitan


dalam bernapas.

Untuk mengantisipasi ag ar tidak tersumbat


saluran napasnya, dokter m enyarankan a g a r dipasang
ventilator di leher istriku. Aku pun menyetujuinya meski­
pun aku tak te g a, tap i ini risiko terkecil yang bisa
diam bil.

Istriku pasrah, dia minta aku menemaninya ke


ruang operasi. Aku sangat mengerti ia sangat takut
dengan peralatan medis di ruang operasi. Kemudian
aku mendampinginya ke dalam ruang operasi untuk
pem asangan Ventilator. Aku melihat dengan jelas
leher istriku disayat kemudian dimasukkan a la t bantu
pernapasan itu.

“ Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini


Bunda, tap i inilah yang terb aik untukmu saa t ini.”

Selesai pem asangan ventilator b icaranya sudah


tak bersuara lag i. Sejak saa t itu praktis komunikasi
kami hanya dengan isyarat atau terkad an g istriku
menulisnya p a d a lem bar-lem bar catatan kecil yang
sengaja aku siapkan. Tentu saja hal ini terasa capek
bag inya. Namun sekali lag i, ia terlihat te g a r tak
pernah aku m endengar ia mengeluh.

< OC
22:47 ... 0,8KB/d '0' ,.ill ^

Akhirnya dengan b e rb a g ai pertim bangan, aku


pun menyetujui untuk dilakukan kem oterapi terhad ap
istriku.

Kira-kira jam 1 2 siang kemo tahap pertam a


dilakukan. Dengan p erasaan tak menentu aku melihat
dokter meracik obat dengan p erlengkap an pengaman
yang lengkap. Karena menurut dokter obat ini memang
keras.

“ Ya Allah beri kekuatan p a d a istriku... Beri


kesembuhan melalui ikhtiar obat ini ya A llah ..!”

Sepanjang proses pengobatan tak hentinya


kupanjatkan doa dan zikir dibantu dengan b eb erap a
anggota keluarga.

Menurut Dokter kemo ini dilakukan dalam 3


sam pai 5 tahap. Satu tahap an kemo memakan waktu
5 hari kemudian jed a 3 minggu untuk dilanjutkan ke
tahap berikutnya.

H ari kedua setelah kemo kurang lebih jam 9


m alam , istriku mulai m erasa muai dan muntah. Hari
ketiga jam 1 2 malam mulai keluar mimisan dengan
darah hitam mengental. H ari ke em pat jam 8 pagi
ketika saya memandikan dan membersihkan mulutnya

< OC
22:47 ... 0,4KB/d '0' .illl ^

yang terus menerus m engeluarkan lendir, te rd ap a t


lendir bercampur darah hitam pekat dan mengental.

Menurut dokter ini a d alah tanda kankernya


sudah mulai hancur. M alam harinya istriku tidur sangat
nyenyak dan tidak banyak batuk berd ahak seperti
hari-hari sebelumnya.

Alhamdulillah kemo tahap pertam a selesai.


Dokter bilang jika kondisi istriku m embaik, m aka tiga
hari lagi boleh pulang.

Terlihat w ajah cerah istriku ketika mendengar


k a b a r ini.

“ Nanti kalau pulang mau ke mana Bun ke rumah


kita a p a ke rumah Ibu?”

“ Ke rumah kita a ja ,” jaw ab nya melalui secarik


kertas.

Namun ternyata, dua hari kemudian ia me­


ngalam i d iare yang hebat, ini a d alah efek samping
d a ri o bat kemo, sehingga kondisinya kem bali lemas.

Rencana pulangpun harus ditunda menunggu


kondisinya membaik. Tetapi makin hari kondisi istriku
makin drop. Hingga menjelang kemo tahap kedua \ 171
malah albumin dalam darahnya menurun.

< OC
22:47 ... 0,3KB/d '0' .illl ^

Selam a d iraw at istriku meminta agar saya


sendiri yang memandikannya, bahkan aku juga yang
membersihkan kotorannya. Semuanya saya kerjakan
dengan telaten karena aku m erasa sekarang saatnya
untuk membalas semua kebaikan yang telah dilakukan­
nya kepadaku selama ini. Ketika istriku sehat dialah yang
selalu merawatku, menemaniku dan selalu menyiapkan
semua kebutuhanku.

Selam a hampir satu bulan di Rumah Sakit, kami


m erasa menemukan keluarga baru. K ea krab an terjalin
antara kami dengan team dokter, dengan p a ra suster
bahkan juga dengan cleaning Service yang tiap hari
membersihkan kam ar istriku.

S a y a m erasa senang ketika suatu hari istriku


d a p a t te rtaw a riang b ercanda dengan p ara suster
meski taw anya tanpa suara.

Kemo tahap ke 2 dilakukan. Sepertinya Allah


benar-benar menguji kesabaranku. Ketika hendak
dilakukan kemo, tabung infus 1 OOOcc yang digunakan
untuk campuran obat kemo ternyata tidak ada.
Rumah sakit kehabisan stock, dan ini a d alah sebuah
kecorobohan yang mestinya tidak te rjad i.
172

< OC
22:47 ... 0,3KB/d '0' .illl ^

Karena tentunya pihak rumah sakit telah


mengetahui jadw al pelaksanaan kemo ini. Dokter pun
marah. Kemudian Dokter menyarankan saya untuk
segera membeli sendiri tabung infus di tempat lain.
Tujuan saya ad alah RSCM sebagai rumah sakit ter­
dekat, namun jika menuju RSCM menggunakan
kendaraan akan memakan waktu lama karena jalan-
nya memutar. Saya pun berlari di tengah terik matahari
pukul 1 2 siang menuju RSCM. Namun, di sana pun tidak
tersedia, kemudian saya berlari lagi menuju RS Sant
Carolus, di sini pun nihil.

Begitu juga ketika saya ke Apotik M elaw ai tak


bisa m endapatkannya. Akhirnya saya m endapatkan
tabung infus tersebut di Apotik Titimurni RS. Kram at.
Akhirnya kemo tahap ke 2 pun d a p a t dilakukan.

Lima hari kemudian, Dita anak kami yang


kecil ulang tahun ke 4. Perhatian dan kecintaan istriku
p ad a anaknya tak pernah berkurang. D ibatas ketidak
berd ayaan nya dia menuliskan sesuatu, “Ayah tolong
beliin hadiah buat Dita, Ayah beliin jaket nanti Bunda
titip mukena, kasihan mukena Dede sudah jelek. Bilang
ke Dede ini mukena d a ri Bunda.”

173

< OC
22:47 ... 0,2KB/d '0' .illl ^

Atas permintaan istriku siang itu sebagai


tanda syukur kami memotong 2 buah kue ulang tahun
yang salah satunya untuk dibag ikan ke suster-suster
yang ja g a . Kemudian istriku minta dibantu turun dari
tem pat tidur, katanya ingin duduk bareng dekat
Dita. la mencoba memberikan senyum b ah ag ia p ad a
Dita dan menyembunyikan rasa sakitnya. Sementara
Dinda nam pak b ah ag ia dipangku Bundanya, mungkin
ia mengira Bundanya hanya sakit b iasa sa ja . Lagu
“ Selam at ulang tahun” yang kami nyanyikan terdengar
getir di telingaku. Terasa pilu aku m enatap m ereka.

M alam berikutnya, b iasanya jika istriku


menginginkan sesuatu ia akan membangunkan saya
dengan mengetuk besi tem pat tidurnya. Namun malam
itu, saya m erasa sangat ngantuk dan lelah, saya menulis
pesan p a d a istriku, “ Bun.. nanti kalo perlu a p a -a p a
panggil suster a ja ya! Ayah ngantuk dan cap e, jangan
bangunin Ayah y a !”

Dengan isyarat lemah ia mengiyakan per­


mintaanku, ia mengusap tanganku kemudian menulis­
kan sesuatu, “Ayah tidur a ja g a p a p a kok, Bunda juga
mau istirahat.”

174

< OC
Entah m engapa pag i ini aku sangat ingin
m eraw atnya. Ketika ia kem bali diserang d iare berkali-
kali yang sangat hebat aku sendiri yang membersihkan
semuanya. Kemudian memandikannya dan mengganti
pakaiann ya. Pagi itu aku minta Nina anak sulung
kami yang masih duduk di kelas 5 SD untuk m enjaga
Bundanya, sebelum kemudian aku tinggal berangkat
kerja.

Siang pukul 10 Nina menelepon, “A yah, Bunda


pingsan, napasnya cepet banget.”

Aku kaget dan sangat khawatir. Selang 15


menit Nina SMS “ Bunda sekarang a d a di ruang ICU.”

Astaghfirullah haladziim, a p a yang te rja d i p ad a


istriku. Segera aku minta izin meninggalkan kantor. Di
rumah sakit aku d a p ati Nina menangis sesegukan tak
berhenti.

“ Bunda Yah, tolongin Bunda Yah!”

Kuhampiri istriku yang tergolek tak sad arkan


diri. Peraw at memasang semua p e ralatan p ad a
tubuh istriku, entah a la t a p a saja ini. Kuusap perlahan
keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinya pun
sangat dingin. Hingga menjelang m agrib aku tak
22:47 ... 0,2KB/d '0' .illl

beranjak d a ri sam pingnya. Tak hentinya mulut ini


memanjatkan doa. Sem entara di luar ruang ICU sudah
banyak k erab at berd atangan.

Tekanan darahnya sangat rendah di baw ah


7 0 . Dokter memberikan o bat penguat tekanan darah
dengan dosis tinggi. Tekanan darahnya sempat naik,
namun masih dikisaran 7 5 -8 0 , sangat rendah. Berkali-
kali dokter menyuntikkan o bat perangsang, namun
hasilnya tetap sam a tak berubah. Dokter memanggilku,
perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara
cemas, bimbang dan ketakutan yang am at sangat.
Dugaanku benar, Dokter pun menyerah.

Melihat kondisinya yang terus menurun ia


menyarankan a g a r semua a la t bantu dilepas sa ja .

“M aksudnya Dok..?” aku menodong penjelasan.

“ Secara medis kondisi ibu sudah tidak d a p a t


ditolong lag i, lebih baik kita doakan sa ja .”

Aku benar-benar lemas m endengarnya seluruh


badanku gem etar merinding, benarkah tak a d a lagi
harapan?

Tiba-tiba aku m erasakan ketakutan yang luar


biasa . Aku tak mau menyerah, aku meminta a g a r semua

< OC
22:47 . . . 28,7KB/d '0' .illl ^

a la t bantu itu tetap terpasang p a d a tubuh istriku,


sambil menunggu keputusan team dokter besok pag i.

“Aku tak mau kehilanganmu Bunda.” kupegang


kuat jem arinya, “ Buka matamu Bunda sebentar sa ja ,
Ayah ingin m enatap mata bening Bunda untuk terakhir
kalin ya,” kubisikan lembut di telinganya.

Pukul 2 3 .0 0 , aku disodori surat pernyataan,


tak sempat aku b a c a , kata suster ini a d alah surat
persetujuan untuk m elepas semua a la t bantu d a ri tubuh
istriku.

“Tak sanggup aku melakukan ini Bun, aku


ingin tetap m enatap wajahmu, aku ingin tetap men­
dampingimu meski dalam ketidakb erdayaanm u.”

Akhirnya adikku yang m enandatanganinya.


Aku tak ingin selalu dihinggapi rasa bersalah jika
m enandatangani surat itu. Kemudian semua a la t bantu
dilepas dari tubuh istriku, tinggal tersisa a la t pen­
deteksi detak jantung.

“ Bunda, inilah yang terb aik yang diberikan


Allah buat kita, m aafkan Ayah Bun, Ayah tak bisa
m enjaga Bunda. Ayah ikhlas Bunda pergi, Ayah terima
semua dengan ihklas Bun. Jangan khaw atir Bun, Ayah

< OC
22:47 ... 7,5KB/d '0' ..ill ^

akan m enjaga dan m eraw at an ak-an ak kita,” kubisi-


kan lirih di telinga istriku.

Kutemui Nina yang menunggu di luar ruang


ICU, kubelai rambutnya penuh sayang. la menangis
keras sejad i-jad inya, mungkin ia paham a p a yang
kumaksudkan.

“ Bundaa... Nina ga mau kehilangan Bunda,


jangan tinggalin Nina Bundaa.I” tangisnya pecah,
merebut perhatian semua orang di ruang tunggu ICU
ini. Semua mata m enatap kami tapi m ereka diam
seolah mahfum dengan kea d aa n kami.

Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku


mengucapkan k ata -kata menyerah, “ Kalo memang
hendak Engkau ambil m aka mudahkan,” tak pernah aku
menyebut k ata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan,
kesembuhan karena aku memang menginginkan istriku
benar-benar sembuh.

Sepertinya kini aku harus menyerah dan


pasrah.

“ Ya. Robb jika memang Engkau menentukan


jalan lain, aku ikhlas ya A llah ..., mudahkan jalan istriku
untuk menghadap-Mu dengan khusnul khotimah.”

< OC
22:47 ... 1,9KB/d'0' .dll ^

Menurut suster dalam kondisi seperti ini pasien


masih bisa mendengar. Kubimbing istriku menyebut
kalim at “ LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR
ROSULULLAH.” perlahan aku membimbingnya.

Rasanya aku mengerti betul setiap helaan


napasnya, rag a kami b a g a i menyatu. Kuulang hingga
berkali-kali dengan helaan napas yang teriram a
pelan. Dua bulir bening tersembul d ari sudut m atanya.
Aku m erasakan ia sanggup mengikuti kalim at ini,
terim akasih ya Allah!

Keesokannya, aku terbangun ketika tiba-


tiba seorang suster memanggil, “ K eluarga ibu Sita
Nurjanah!”

Aku berg egas masuk ke ruang ICU, jam


menunjuk pukul 0 6 .1 5 , masih pag i dengan haw a dingin
yang menyusup tulang.

“M a a f Pak, Ibu sudah tidak a d a ,” ujar suster


tad i singkat. Meski aku tahu maksudnya tap i aku masih
tak p e rca ya . Kutengok la y a r monitor yang terhubung
ke tubuh istriku. Tak a d a lagi yang berg erak di sana.

B ag ai tersam bar petir, kudekap tubuh lemas


istriku. Bibirnya nam pak tersenyum, “ INNA LILLAAHI
W A IN N A ILAIHI RO JIU U N .”

< OC
Aku lunglai terduduk di sampingnya tap i tak
a d a lagi a ir mata yang keluar. Aku ikhlas m engantar
kepergiannya. Selam at jalan untuk menuju surga Tuhan
cinta sejatiku.

y x v c tc \ -

c ^ k c v c to ctcv i^ c v ic v (c& ’t i i c c v

b e-t-cvicvt. cCcvt^, k e .n ^ b c v L l k,e,y3 cvct(\--

7 \
Perginya Cinta
c)ari Pangkuan

isah ini mungkin sudah berlalu sangat lama

K kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Tapi


semua itu masih lekat tersimpan dalam benak
sa y a . Betapa saa t itu saya melihat seorang wanita
dengan sangat tabah dan teg ar m engantar kepergian
sang suami tercinta ke pangkuan Allah.

Terbayang dalam benakku peristiwa lima


tahun lalu, gam baran keceriaan seorang istri yang baru
saja mengetahui dirinya hamil. D ialah Ina W u lan d ari.
Yah, saya masih ingat.. peristiwa ini te rja d i sebelum
kepergian suaminya, di bulan April 2 0 0 8 . \ 181
22:48 ... 0,3KB/d '0' ..ill ^

Dibonceng suaminya yang m engendarai motor,


Ina memberi k a b a r gem bira k ep a d a ibunya, “ Ibu.
Alhamdulillah saya hamil”, katanya di sela-sela deruan
motor.

Tak sempat berhenti, k a b a r inipun disambut


gem bira sang ibu dengan memberi isyarat acungan
jempol. Ternyata pasangan muda itu baru saja pulang
dari pem eriksaan bidan.

Kebetulan di tengah jalan bertemu ibunya Ina


yang sedang b e lan ja. Alham dulillah, k a b a r gembira
itu pun tersebar di kalangan keluarga besar, tak lupa
pula m ereka menyam paikan k a b a r ini kep ad a kedua
anaknya di rumah.

H ari-hari selanjutnya a d alah hari-hari yang


terw arn ai muai dan pusing, sam pai akhirnya Ina harus
diraw at di rumah sakit.

“ Ibu diopname saja ya , harus diinfus,” dokter


menjelaskan pentingnya diraw at di rumah sakit.
Seb ab , Ina terlalu sering muntah sehingga kekurangan
cairan , sementara asupan m akanan tidak sebanding.

Setelah peraw atan di rumah sakit selam a satu


minggu, kondisi Ina semakin membaik. S a a t itu janin

< OC
22:48 ... 0,3KB/d '0' ..ill ^

dalam kandungannya sudah memasuki em pat bulan.


H ari-hari di rumah kem bali ceria bersam a anak dan
suami.

Namun ternyata, perjuangan Ina belum ber­


akhir. Tiba-tiba kondisi kesehatan suaminya menurun
drastis.

Rambutnya mulai rontok, nafsu makan ber­


kurang dan tubuhnya semakin kurus. Ina heran,
m engapa hal ini cep at te rja d i. Tanpa Ina ketahui,
sebenarnya penyakit yang diderita suaminya sudah
lam a. Sejak Ina d iraw at di rumah sakit, penyakit
suaminya sudah mulai serius. Hanya karena rasa cinta
yang mendalam dan tak ingin memberatkan istri, sang
suami tak pernah mengeluh a p a la g i bercerita tentang
kondisi sebenarnya. Maklum sa ja , b iaya berobat
sangat m ahal.

Suami Ina hanya ingin mengalokasikan uang


yang terb atas untuk p eraw atan istri di rumah sakit,
sam pai-sam pai ia m engabaikan kepentingan dirinya
sendiri.

Alham dulillah Ina memiliki keluarga besar yang


ringan tangan. Salah seorang adik laki-lakinya kerap
kali menjenguk dan bahkan turut membantu keuangan

< OC
22:48 ... 0,3KB/d '0' ..ill ^

kakaknya yang sedang ditimpa musibah. Padahal


dia sendiri punya tanggungan kelu arg a, istri dan dua
orang anak yang masih kecil. Atas saran ad ik , akhirnya
Ina m embawa suaminya ke pengobatan alternatif
tradisional.

Namun, pengobatan alternatif ternyata bukan


pula solusi kesembuhan. Hanya dalam hitungan dua
minggu setelah Ina keluar dari rumah sakit, terp aksa
kini giliran Ina m engantarkan suami ke rumah sakit.
Padahal kondisi kesehatan dirinya sendiri belum lagi
pulih seperti sedia k a la .

Tak b e ra p a lama menjalani peraw atan di


rumah sakit, suaminya mengalami koma. Hati istri mana
yang tak pilu melihat suaminya dalam kondisi seperti
itu. Sambil berdoa dan mengelus-elus janin di perutnya
yang semakin membesar, Ina dengan tabahnya men­
dampingi suami di rumah sakit.

Hanya sempat diraw at dua hari, dokter yang


menangani akhirnya angkat tangan dan merujuk ke
rumah sakit yang lebih besar. A lasannya, di rumah sakit
yang lebih besar peralatann ya lebih lengkap.

“ Suami Ibu harus cuci d a ra h ,” demikian jelas


dokter yang menangani. Dokter menduga suami Ina

< OC
22:49 ... 0,4KB/d '0' ..ill ^

mengalami kerusakan ginjal sehingga meracuni otak


kecil.

Ina sempat bimbang, d a ri mana ia m endapat­


kan b iaya pengobatan yang begitu besar. Rumah
sakit yang menjadi rujukan dokter termasuk rumah
sakit yang mahal. Namun kekuatan iman membuat ia
kem bali tegar. Tak sedikitpun ia mengeluh, Ina yakin
betul semuanya a d alah cobaan d ari Allah. Dengan
mantap Ina menyetujui pindah rumah sakit. S a a t itu,
sudah tidak ad a alternatif rumah sakit lain yang murah
tap i juga dilengkapi peralatan cuci d arah .

Sesam painya di rumah sakit besar, dokter


segera bertindak. S a a t itu kakak kandung Ina-lah
yang menyelesaikan urusan administrasi.

Allah M aha Tahu b atas kemampuan hamba-


N ya dan M aha Pengabul doa seorang istri. Semua
proses administrasi berjalan mudah. Saat diminta
m enandatangani persetujuan tindakan cuci d arah,
kakak Ina sempat berterus terang, “ Dok., kami belum
punya b iaya pengobatan.”

Sam bil tersenyum, dokter m enjawab, “ Bu... saya


hanya minta tanda tangan, karena bila tidak segera
cuci d a ra h , adik ip a r Ibu akan meninggal.”

< OC
22:49 ... 0,3KB/d '0' ..ill ^

Dengan kerongkongan yang tercekat menahan


tangis si kakak menimpali, “ S a b a r y a , kalau memang
itu harus te rja d i, kan a d a Allah dan K akak yang selalu
bersam a kamu.”

Satu minggu sudah sang suami di rumah sakit


dan dalam satu minggu itu pula suaminya menjalani
tiga kali cuci d arah.

Alhamdulillah kondisinya semakin membaik dan


dokter membolehkan pulang. Itupun karena permintaan
pasien yang khawatir biaya pengobatan membengkak.

Sesam painya di rumah, mulailah Ina dengan


sa b a r dan telaten m eraw at suami dan membeli obat-
obatan. Ina menjadi tulang punggung keluarganya
sendiri, m erangkap menjadi ibu sekaligus ayah bagi
anak-anaknya. Ina tahu diri dan tak ingin selalu
merepotkan kakak maupun ad iknya. Oleh sebab itu ia
mencoba mencari penghasilan sendiri dengan menjual
barang -b arang di rumahnya.

Allah ternyata masih menguji ketabahan Ina.


Selam a peraw atan di rumah, tiba-tiba suaminya
kem bali koma dan harus segera dilarikan ke rumah
sakit untuk cuci d arah . Lagi-lagi Ina harus tabah
menyaksikan suaminya cuci d arah.

< OC
22:49 ... 0,2KB/d '0' .<lll ^

Di sela-sela ketabahannya, Ina memanjatkan


doa kep ad a Allah yang M aha Kuasa, “ Ya Allah jangan
dulu mengambil suamiku, aku belum sanggup untuk
ditinggal.”

Bulir-bulir air mata Ina, sering kali meluncur saat


melantunkan doanya. Suatu hal yang sangat manusiawi,
seorang istri tidak ingin kehilangan suaminya. Dua hari
setelah cuci darah yang ketujuh, suami Ina kembali
payah , p ad ah al sebelumnya sempat membaik.

M enyadari penderitaan suaminya yang am at


sangat, Ina terlihat begitu pasrah, b iarlah Allah
menentukan a p a yang terbaik bag i suaminya. Bahkan
menurut dokter kerusakan ginjal sudah m encapai p ad a
otak besar. Betapa pilu hati Ina melihat dan keringat
yang keluar d ari tubuh suaminya bukan lagi cairan
bening melainkan darah dan m atanya pun sudah tidak
d a p a t melihat lagi.

Dengan penuh kasih sayang Ina menyeka


buliran darah yang keluar d a ri tubuh suaminya, sambil
terus memberi semangat suami. Kesedihan hati Ina
m encapai titik puncak di saa t dia melihat suaminya
sudah tidak lagi bisa makan dan minum dengan
normal.

< OC
22:49 ... 0,4KB/d '0' ..ill ^

Pada tangg ai 2 Juni, p ag i itu si suami minta


Ina a g a r mengantarnya ke kam ar kecil untuk buang
a ir besar. Inilah terakhir kali Ina memapah dan
membersihkan suaminya setelah buang hajat. Setelah
itu suaminya memohon a g a r adik laki-laki Ina untuk
datang. Inikah tanda perpisahan semakin dekat? Hati
kecil Ina membantin. K e p ad a sang adik ip ar suami Ina
mohon diantarkan pergi menemui seorang tab ib yang
pernah m engobatinya.

Ditemani juga dengan istri dan anaknya, di


sana ia minta d ib acakan a y a t-a ya t suci Al-Q uran. S a a t
itu kondisi suami Ina sudah semakin p arah , ia sudah
tidak bisa b erg erak. Dengan mata nanar namun masih
sad ar, di atas pangkuan Ina, suaminya lam at-lam at
mengikuti lantunan a y a t suci Al-Q uran.

Inilah detik-detik perpisahan seorang suami


dengan istrinya, seorang b ap ak dengan anaknya.
Si Kecil Dini yang baru berumur lima tahun terisak
melihat Papanya m enghadapi sakaratul maut, ia tahu
Papanya akan meninggalkan dirinya untuk selama-
lam anya.

Sebelum a ja l datang menjemput, suami Ina


sempat berpesan k ep a d a adik iparnya untuk menjaga

< OC
22:49 0,5KB/d '©' -.il ^ eh


X

Ina. K e p a d a istri tercinta, ia pun sempat berpesan,


bila kelak janin yang dikandungnya lahir a d alah anak
laki-laki supaya diberi nama Lutfy.

Sebelum menghembuskan napas yang terakhir


ia berpam itan kep ad a Ina. Sedangkan Ina hanya
d a p a t b erkata tulus, “ Pergilah Pa. Ummi ikhlas kok.
Semoga ini a d alah yang terb aik buat P ap a.”

Kalim at itu begitu lancar meluncur dengan


penuh kelembutan dan ketenangan tanpa sedikitpun
menitikkan air m ata. Sekejap suasana keharuan me­
nyeruak dalam ruangan.

Pemandangan a p a lagi yang mengharukan,


yang membuat hati begitu sangat tersentuh, melihat
seorang istri yang sedang hamil lima bulan sementara
suaminya meninggal dalam pangkuannya. Tak sedikit­
pun si istri m engeluarkan air m ata, hanya kepasrahan
dan keikhlasan yang nam pak p ad a raut w ajahnya.
Sem entara si kecil Dini hanya memandang d ari jauh
sambil terisak. Dia tahu b ap akn ya telah pergi untuk
selam anya.

Allah selalu menguatkan setiap ham ba-N ya


menerima segala ujian hidup. Allah mencoba hamba-
N ya sekuat ham ba-N ya. Ina wanita tabah yang kuat

< OC
22:49 ... 0,3KB/d '0' ..ill ^

m enerim a sem u an ya, cinta p e rta m a n y a harus b e ra k h ir

d eng an k e p e rg ia n suam i te rcin ta . N am un, ia terus

m encoba ta b a h m en jalan i hidup, s e b a g a i ibu se kalig u s

A yah b a g i a n a k -a n a k n y a .

c t c c - c r \ ,'t c \ - L .

r \ / c e - i J e » v a - A o o m t c v l^ i€c\-

(< ,e,y> cvct(v a .i c v L t ^ y c v ,

f w c v k c v i>e,n^u,cv jfe v < t3 < v \,L(^ cycv(^

c tc v t^ L ^ c t t v h . ^e'fwZCofcr

(^ cia/L cv ^ y e ,y c v t i , n-<£.<v*v

ke*y>cvctcv- r x i^CV 'tcV<A,y5C\s

c tc c c y c v . Q> * w v f ^ s L L c v h , " ttv k , ( v k c v r i ,

7\ ip tv cL&t^c^evtA,

i& k c c V K - h c c tc ^ y y

190

< oc
Cirvta GacMs
Pembaioa iA>pel

ni tentang kisah Herman Rosenblat, M iam i

I Beach, Florida. Bulan Agustus 1 9 4 2 , di Piotrkow,


Polandia.

Langit mendung p ag i itu ketika kami menunggu


dengan gelisah. Semua p ria , wanita dan anak-anak
d ari perkam pungan Yahudi Piotrokow telah digiring ke
arah sebuah lapangan. Menurut k a b a r yang terdengar,
kami akan dipindahkan. Ayahku baru saja meninggal
karena penyakit tifus, yang berjangkit dengan ganas
di perkam pungan yang p a d a t ini. Ketakutanku yang
paling besar a d alah a p a b ila keluarga kami dipisahkan.
22:49 .. . 0,1 KB/d '0 '-iill ^

Isidore, kakakku yang tertua, berbisik, “Apapun


yang kamu lakukan. Jangan sebutkan umurmu yang
sebenarnya. K atakan saja kamu enam belas tahun!”

Aku termasuk anak lelaki yang tinggi untuk umur


l 1 tahun, sehingga aku d a p a t menuakan diri. Mungkin
dengan cara ini aku d ian ggap menjadi pekerja yang
berguna.

Seorang serdadu N azi menghampiriku,


d erap sepatu boot-nya menghentak di bebatuan.
la memandangku d a ri atas ke b aw ah, kemudian
menanyakan umurku.

“ Enam belas,” jaw abku.

la menyuruhku ke sisi kiri, di mana tiga kakakku


dan p ara pria lain yang sehat sudah berbaris. Ibuku
dikumpulkan di sebelah kanan bersama p ara wanita
lain, anak-anak, orang-orang sakit dan orang-orang tua.

Aku berbisik kep ad a Isidore, “ K en ap a?”

la tidak m enjawab. Aku b e rla ri ke arah Ibu dan


be rkata bahw a aku ingin ikut dengannya.

“ Jangan!” katanya dengan tegas. “ Pergilah.


Jangan mengganggu. Pergilah bersam a kakak-
kakakm u.”

< OC
Ibu tak pernah b e rkata dengan keras seperti
itu sebelumnya. Tetapi aku mengerti, la sedang me-
lindungiku. la mengasihiku sedemikian besar, sehingga
kali ini ia berpura-pura sebaliknya. Itulah kali terakhir
aku melihat ibu.

K akak-kakakku dan aku sendiri dipindahkan


dalam truk ternak ke Jerm an. Kami tiba di Kamp
Konsentrasi Buchenwald p a d a malam hari seminggu
kemudian dan kami digiring ke sebuah b ara k yang
sesak. H ari berikutnya, kami diberi p akaian seragam
dan nomor pengenal.

“ Jangan panggil aku Herman lag i,” kataku


k ep ad a kakak-kakakku.

“ Panggil saja si 9 4 9 8 3 ” .

Aku ditugaskan untuk b ekerja di bagian


krematorium di kamp itu, mengangkut jenazah ke
dalam elevator yang digerakkan tangan. Aku juga
m erasa sudah mati. Hatiku beku, aku telah menjadi
sebuah angka b e la ka .

Seg era aku dan kakak-kakakku dikirim ke


Schlieben, salah satu cabang kamp Buchenwald, dekat
Berlin.
Ibu tak pernah b e rkata dengan keras seperti
itu sebelumnya. Tetapi aku mengerti, la sedang me-
lindungiku. la mengasihiku sedemikian besar, sehingga
kali ini ia berpura-pura sebaliknya. Itulah kali terakhir
aku melihat ibu.

K akak-kakakku dan aku sendiri dipindahkan


dalam truk ternak ke Jerm an. Kami tiba di Kamp
Konsentrasi Buchenwald p a d a malam hari seminggu
kemudian dan kami digiring ke sebuah b ara k yang
sesak. H ari berikutnya, kami diberi p akaian seragam
dan nomor pengenal.

“ Jangan panggil aku Herman lag i,” kataku


k ep ad a kakak-kakakku.

“ Panggil saja si 9 4 9 8 3 ” .

Aku ditugaskan untuk b ekerja di bagian


krematorium di kamp itu, mengangkut jenazah ke
dalam elevator yang digerakkan tangan. Aku juga
m erasa sudah mati. Hatiku beku, aku telah menjadi
sebuah angka b e la ka .

Seg era aku dan kakak-kakakku dikirim ke


Schlieben, salah satu cabang kamp Buchenwald, dekat
Berlin.
22:49 .. . 0,4KB/d '0' ..ill ^

Pada suatu pagi aku pikir aku mendengar


suara Ibuku. “ N ak,” katanya dengan lembut namun jelas.

“Aku mengirimkan kepadam u seorang


m alaikat.”

Kemudian aku bangun. Cuma mimpi. Mimpi


yang indah. Namun, di tem pat seperti ini mana ad a
m alaikat? Yang a d a hanya b ekerja. Dan kelap a ra n .
Dan ketakutan.

Beberapa hari kemudian, aku sedang berjalan-


jalan keliling kamp, di belakang b ara k-b ara k, dekat
p ag ar yang beraliran listrik di mana p ara penjaga tidak
mudah melihat. Aku sendirian. Di seberang p ag ar itu, aku
melihat seseorang. Nam pak seorang gadis muda dengan
rambut ikal yang berkilauan, la setengah bersembunyi di
belakang pohon murad. Aku melihat ke sekeliling untuk
memastikan tidak ad a orang lain yang melihatku.

Aku memanggilnya pelan-pelan dalam bahasa


Jerm an. “A pakah kamu punya m akanan?” la tidak
mengerti. Aku bergeser sedikit ke arah p a g a r dan
mengulangi pertanyaan tadi dalam bahasa Polandia.

la m elangkah maju. Aku kurus kering, dengan


kain rombeng menutup sekeliling kakiku, namun gadis

< OC
22:49 .. . 0,2KB/d '0' ..ill ^

itu nam pak tidak ketakutan. Di m atanya kulihat


kehidupan, la mengambil sebutir apel d a ri jaket wolnya
dan m elem parkannya ke arah p ag ar. Aku m enangkap
buah itu, dan begitu aku akan b e rlari menjauh, aku
mendengar perkataannya yang lemah, “Aku akan
ketemu kamu lagi besok.”

Aku kem bali lagi ke tem pat yang sama


dekat pagar itu p a d a waktu yang sama setiap
hari. la selalu ada di sana dengan m akanan
buatku. Sepotong roti atau , lebih bagus lagi,
sebutir a p e l. Kami tidak berani ngobrol atau berlam a-
lam a. Kalau kami tertangkap, kami bisa mati.

Aku tidak mengenal gadis itu, ia cuma gadis


desa, kecuali bahwa ia mengerti bahasa Polandia.
Sia p a nam anya? M engapa ia mempertaruhkan nyawa-
nya bagiku? Aku selalu berh arap akan pem berian
m akanannya yang dilem parkan gadis ini d ari seberang
p ag ar, sebagai m akanan yang menyehatkan dalam
bentuk roti dan ap e l.

Hampir tujuh bulan kemudian, kakak-kakakku


dan aku dimuat ke dalam sebuah kereta batu b ara dan
dikap alkan ke kamp Theresienstadt di Cekoslovakia.

“ Jangan datang la g i,” kataku k ep a d a gadis itu.

< OC
22:49 .. . 0,2KB/d '0' ..ill ^

“ Kami akan pergi besok.”

Aku berbalik menuju b a ra k-b a ra k dan tak


menoleh ke belakang lag i, bahkan aku juga tidak
m engatakan selam at tinggal k ep a d a gadis yang aku
tak tahu nam anya, gadis pem baw a apel itu.

Kami b e ra d a di Theresienstadt selam a tiga


bulan. Perang mulai m ereda dan pasukan Sekutu mulai
m endekat, namun nasibku rupanya sudah ditentukan.

Pada tanggai 10 M ei, 1945, aku sudah


dijadw alkan untuk mati di kam ar gas p a d a jam 10
p ag i. Di dalam ketenangan fa ja r p ag i hari, aku ber­
usaha m em persiapkan diriku. Begitu sering kematian
nam paknya sudah siap menjemputku, namun agaknya
aku selalu selam at. Kini, semuanya sudah selesai. Aku
memikirkan orangtuaku. Paling tidak, aku pikir kami
akan dipertem ukan di akhirat.

Pada jam 8 pag i a d a keributan. Aku mendengar


teriakan, dan melihat orang-orang b erlarian ke segala
arah ke luar kamp. Aku pergi bersam a kakak-kakakku.

Pasukan Rusia telah membebaskan kamp ini!


Pintu kamp terbuka lebar. Setiap orang b erla rian ,
begitu juga aku.

< OC
22:50 .. . 0,4KB/d '0' .illl ^

Se cara mengherankan, semua kakak-kakakku


selam at. Aku tidak tahu bag aim ana caran ya.
Namun, aku tahu bahw a gadis pemberi apel itu telah
menjadi kunci b ag i kelangsungan hidupku. Di tem pat
yang nam paknya kejahatan m e ra ja le la, kebaikan
seseorang telah m enyelam atkan hidupku, telah
memberiku h arap an di tem pat di mana tidak a d a
h arap an . Ibuku telah berjanji mengirimkan seorang
m alaikat, dan m alaikat itu telah datang.

Akhirnya aku m encapai Inggris, di mana


aku disponsori oleh sebuah yayasan Yahudi,
diinapkan di sebuah hotel dengan p ara pemuda lain
yang telah selam at d ari Pembantaian M assal dan
dilatih di bidang elektronika. Kemudian aku pergi ke
Am erika, di mana kakakku Sam telah lebih dahulu
pindah. Aku masuk dinas ketentaraan Am erika Serikat
selam a Perang K o rea, dan kem bali ke Kota New York
setelah dua tahun.

Pada bulan Agustus 1 9 5 7 aku membuka toko


servis elektronika milikku sendiri. Aku mulai hidup
menetap.

Pada suatu hari, temanku Sid, yang aku kenal di


Inggris, meneleponku.

< OC
22:50 .. . 0,3KB/d '0' ..ill

“Aku punya teman kencan. G a d is ini punya


kenalan seorang Polandia. Yuk, kita a ja k kencan
mereka berd ua.”

Kencan buta? Tidak, bukan untukku. Namun Sid


terus mendesakku, dan b e b era p a hari kemudian kami
pergi menuju Bronx untuk menjemput teman kencannya
dan temannya Roma. Aku harus mengakui bahw a, untuk
kencan buta seperti ini tidaklah terlalu buruk. Roma
ad alah seorang p e raw at di RS Bronx. la gadis yang
baik dan cerdas. Juga cantik dengan rambut ikal yang
cokelat, dan dengan bola mata hijau seperti buah
badam yang berkilauan dengan kehidupan.

Kami berem pat pergi ke Pulau Coney.


Roma a d alah gadis yang mudah d iaja k b e rb icara,
enak d iaja k bergaul, la juga ternyata bosan dengan
kencan buta! Kami berdua hanya menolong p a ra
sah ab at kami.

Kami b erjalan-jalan di sepanjang pantai,


menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang bertiup
dari Sam udera Atlantik, dan kemudian makan malam
di pantai. Aku tak d a p a t mengingat saa t yang lebih
indah lagi.

< OC
22:50 .. . 0,3KB/d '0' ..ill ^

Kami semua bergegas menuju mobil


Syd , aku dan Roma duduk di kursi belakang.
Se b ag a i seorang Yahudi Eropa yang telah selam at
dari perang, kami m enyadari bahwa banyak hal yang
belum kami bicarakan di an tara kami.

la memulai topik itu ketika ia bertan ya, “ Di


mana kamu, ketika perang?”

“ Di kam p,” kataku, sambil mengingat


kenangan mengerikan yang masih jelas terekam ,
kehilangan keluarga yang tak terpulihkan. Aku telah
berjuang untuk m elupakannya. Namun, kita tak d a p a t
m elupakannya.

la mengangguk. “ Keluargaku bersembunyi di


sebuah peternakan di Jerm an, tak jauh d ari Berlin,”
katanya kepadaku.

“Ayahku mengenal seorang pendeta, Dan


ia memberikan kami dokumen-dokumen keturunan
Jerm an.”

Aku d a p at membayangkan b etapa ia harus


menanggung penderitaan juga, ketakutan yang selalu
menyertai. Dan sekarang di sinilah kami, berdua selamat,
di dunia yang baru. “ Di sana a d a sebuah kamp di dekat
peternakan itu.”

< OC

Roma melanjutkan. “Aku melihat seorang


anak laki-laki dan aku m elem parkan apel
kep ad an ya setiap hari.”

Kebetulan yang sangat mengherankan kalau


ia menolong anak lelaki lain.

“ Seperti a p a rupa anak lelaki itu?” tanyaku, “ la


tinggi, kurus, k elap a ra n . Aku pasti menemuinya setiap
hari selam a enam bulan.”

Hatiku berdetak kencang. Aku tak dapat


m em percayainya! Mustahil.

“A p akah ia m engatakan kepadam u p ad a


suatu hari bahw a kamu tidak perlu menemuinya
Lagi karena ia harus meninggalkan Schlieben?”

Roma menatapku dengan heran.

“ Ya.”

“ D ialah aku!”

Aku meluap dengan sukacita dan keheranan,


perasaanku berkecam uk hebat. Aku tak p e rca ya .
M alaikatku telah datang menemuiku!

200 ‘Aku tak akan membiarkanmu p e rg i,” kataku


k ep a d a Roma.

< OC
Dan di kursi b elakang mobil itu dalam suasana
kencan buta, aku m elam ar Roma. Aku tidak ingin
menunggu lagi.

“ Kamu gila y a !” katanya te rtaw a.

Namun, ia mengajakku menemui orangtuanya


dalam suatu makan malam Sabtu p ad a minggu
berikutnya.

Banyak hal yang ingin kuketahui tentang Roma,


namun hal yang paling penting aku ketahui keteguhan
hatinya, kebaikannya.

Selam a b e b era p a bulan, di dalam k ead aan


yang terburuk, ia selalu datang ke pagar dan
memberikanku pengharapan.

Sekarang aku telah menemukannya lagi,


aku tidak akan pernah m em biarkannya pergi.
Pada hari itu, ia menyetujui lam aranku.

Dan aku selalu setia p a d a janjiku.

Dialah kiranya cinta pertam a dan terakhirku.

Setelah hampir lima puluh tahun pernikahan


kami, dengan dua orang anak dan tiga cucu aku tidak
pernah m em biarkannya pergi.
22:50 .. . 30,3KB/d '0' ,.ill ^

Cintaku pad anya tak akan pernah habis ter­


makan usia dan zam an. Aku mencintainya karena Tuhan
memang sengaja mengirimnya menjadi penolongku,
dan pendampingku. Tak a d a yang tak bisa ketika Tuhan
telah berkehendak.

C' L s i r c ’t c v t > e .y t \ .t i c t i Iv tv ti

ttvt^ yotv "tcvlvu. Ictvy o tvtv c tc v tc w c c j, cL tv tv

y tv d .c . 5

( y 'c t v ^ c y y t v t v c y yyu cvc^ tv- k e . ' t u L u S t v t v c L t v t ^

k e .6 tv b c v i.c v w c t c v L c v n ^ , t w e .t ^ .e .t 'i ^ .u k t v i A .

c .L w t tv , tv ttv u ie .y t v u .lv tv y y tv y ju r v

y c v L c v w y-cvwc^ I v t V v u s c L ii e .t v c y f u l v f 'c y t v ,

Iv tv tl 't t v k , tv k t V tA , bcA cV b c r lv c r v c c y ic v tv t

c .iw tc v te .L c v lv b t- c .c v ^ tv

202

< oc
22:50 0,2KB/d '©' ,illl ^

Cirvta Pertama
Rin 66a .iAfcKir

ichard Thrimmer dan N ancy Hoke membukti­

R kan janji setia sehidup semati yang m ereka


ucap saat pernikahan suci, p a d a 1 9 5 1 . Cinta
pertam a yang bersanding
hingga napas terakhir m ereka terhembus.
begitu indah dan kuat

M ereka hidup bersam a selam a 61 tahun,


Richard menghembuskan nap as terakhir, b e b erap a
jam setelah kepergian Nancy.

Nancy meninggal saa t tengah tidur pulas


di kediam annya. Sedangkan Richard, yang tengah
22:50 .. . 0,2KB/d '0' .<lll ^

“M orbiditas dan angka kematian pasien geriatri


(pasien lanjut usia) meningkat, terutam a m ereka yang
mengalami depresi atau sedang berd uka,” kata Dr.
Richard K ap lan , seorang psikiater di North Shore Long
Island Jewish Hospital, kep ad a A BC News.

K ejadian ini mungkin memperkuat studi yang


dirilis American H eart Association bulan lalu, bahwa
risiko serangan jantung meningkat 21 kali dalam 24
jam pertam a setelah kematian orang tercinta.

Pada Mei 2 0 0 7 , studi University of G lasgo w


juga mengungkap bahw a m ereka yang sedang ber­
duka memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tak berduka.

B erd asar studi terhad ap 4 .3 9 5 pasangan


usia 4 5 -6 4 tahun, risiko kematian meningkat 30 persen
dalam enam bulan usai kematian pasangan.

Beragam studi itu tidak dalam rangka m enebar


takut. Namun, menjadi landasan b ag i pekerja medis
untuk mengembangkan penanganan depresi dalam
masa berkabung.

Terlepas p ap aran medis, kisah haru juga ter­


jad i menjelang kematian pasangan Norma dan Gordon
Yeager.

< OC
22:50 0,2KB/d '©' -.il ^


i C -

Pasangan Norma and G ordon Y eag er mem­


buktikan janji setia m ereka yang terucap saa t upacara
pernlna an suci p a d a 1 9 3 9 .

Setelah 72 tahun membangun hubungan rumah


tangga harmonis, m ereka menghembuskan napas
p ad a hari yang sam a.

Keduanya terlib at dalam sebuah kecelakaan


fa ta l. Dengan kondisi tangan masih saling b erp eg ang ­
an, m ereka d ilarikan ke unit g aw at d aru rat di sebuah
rumah sakit di Am erika Serikat.

D iraw at di ruang Intensive C a re Unit (ICU)


pegangan tangan m ereka tak lepas. M ereka d iraw at
di dua tem pat tidur yang sengaja d irap atkan. H anya,
kondisi m ereka tak kunjung membaik.

Masih memegang tangan Norm a, Gordon


akhirnya menyerah.

Pria itu berhenti b ern ap as, meski la y a r monitor


jantung masih m emperlihatkan grafik kerja jantung.

“ Pada dasarnya, karena mereka berpegangan


tangan, jadi debar jantung pasangannya masih terekam
di monitor,” kata seorang p eraw at saat melihat sejumlah
205
keluarga bingung melihat a p a yang terjadi.

< oc
22:50 .. . 0,2KB/d '0' .illl ^

Tepat satu jam kemudian, Norma pun menyerah.


Ucapan sang p e raw at terbukti karena monitor tak lagi
memperlihatkan grafik detak jantung.

“ Pasangan ini saling mencintai begitu dalam ,


sehingga seolah m ereka tak ingin terpisah,” kata Donna
Sheets, putri tertua m ereka.

K eluarga sangat terharu melihat kesetiaan


pasangan itu. M ereka memutuskan tak akan m elepas
pegangan tangan m ereka selam anya. M ereka
menempatkan jasad Norma dan Gordon dalam satu
peti yang sengaja dipesan khusus, sehingga pegangan
tangan tak lepas.

Setelah krem asi, abu jenazah m ereka juga


dicampur seb ag ai simbol cinta a b a d i.

206

< OC
22:50 0,1 KB/d '©' ,.ill ^

“ 6e,h,Lctu<y ie-rv^a-tc
c r i w i c v yy& V'tcvn^ cv ie^ bcvcycvc 6cv(^ ctcv^ cvi^

ku-c^t yc^LcVi^tAstycv Ivictu-yo


n ^ e -i^ y c v c tc k c ^ c v l v L t^ c tcv lv

tc\-A, te,'tsLu-y3c\-kc\-K'. 7^& €c\-yy*\- o l t x i c \ ,

biscv bicc%,iscv cte-tAscycs*!^ ae.t^cto'oi-i^i^cv,


cLe,*vtp-c\-ri' k,e,k,cccvtc\,rK'(*ipci-) be-^itr^n^c^

iu-twyyu-A, ^d-c^Lu-icvi^ y-cvi^ty L-cv


y3U-t^i^c\-
22:50 0,2KB/d '© ' ,illl ^ Q D

o c
22:51 0,2KB/d '©' ,illl ^

Cirvta .^Waf\
Ibu t e r k a s i h

amaku N ila dan aku memiliki sebuah kisah

N cinta yang memberikanku sebuah pengajaran


tentangnya. Sebuah a ja ra n cinta sejati dari
Ibu tercinta. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan
mengagumkan seperti dalam novel-novel romantis,
tetapi tetap bagiku ia a d alah kisah yang jauh lebih
mengagumkan d ari semua novela itu. Ini a d alah kisah
cinta Ayahku, Amir Syarifuddin dan Ibuku, Siti Rumi.

M ereka bertemu di sebuah majelis resepsi


pernikahan dan kata Ayahku dia jatuh cinta p ad a
pandangan pertam a ketika Ibuku masuk ke dalam
ruangan. S a a t itu dia tahu, inilah wanita yang akan \ 2 0 9
22:51 .. . 0,2KB/d '0' .illl ^

dinikahinya. Dan itu menjadi kenyataan. M ereka telah


menikah selam a 4 0 tahun dengan tiga orang anak.
Cinta pertam a m ereka juga sekaligus cinta terakhir
yang m em bahagiakan.

Aku anak sulung, telah menikah dan memberi­


kan m ereka dua orang cucu. Ibu Bapakku hidup
b ah ag ia dan selam a bertahun-tahun telah menjadi
ibu b a p a k yang sangat baik bagi kami, membimbing
kami dengan penuh cinta kasih dengan segala bentuk
kearifan n ya.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih


berusia belasan tahun. B eb erap a tetangga kami
m engajak Ibuku pergi ke pem bukaan p a sa ra y a yang
menjual a la t-a la t keperluan rumah tangg a. M ereka
m engatakan hari pem bukaan a d alah waktu terb aik
untuk berbelanja barang keperluan kerena barang
sangat murah dengan kualitas yang sangat bagus. Tapi
Ibuku menolaknya karena Ayahku sebentar lagi akan
pulang d a ri kerja.

K ata Ibuku, “ Ibu tak akan pernah meninggalkan


Ayahmu sendirian.”

Perkara itu yang selalu ditegaskan oleh Ibuku


kepadaku. Apapun yang te rja d i, seb ag ai seorang

< OC
w anita, aku w ajib bersikap baik terhad ap suamiku
dan selalu menemaninya dalam kea d aa n apapun, baik
miskin, k a y a , sehat maupun sakit. Seorang wanita harus
menjadi teman hidup suaminya.

Banyak orang tertaw a m endengar hal itu.


Menurut m ereka, itu hanyalah la fa z janji pernikahan,
omong kosong b e la ka . Tapi aku tetap m em percayai
nasihat Ibuku. Sam pai suatu hari, bertahun-tahun
kemudian, kami sekeluarga mengalami berita duka.
Setelah ulang tahun Ibuku yang ke-59, Ibuku terjatuh di
kam ar mandi dan menjadi lumpuh.

Dokter m engatakan kalau sa ra f tulang


belakang Ibuku tidak berfungsi lag i, dia harus meng­
habiskan sisa hidupnya di pem baringan. Ayahku,
seorang lelaki yang masih sehat di usia tuanya. Tetapi
dia tetap setia m eraw at Ibuku, m enyuapinya, bercerita
seg ala hal dan membisikkan k ata-kata cinta p a d a Ibu.
Ayahku tak pernah meninggalkannya. Selam a bertahun-
tahun, hampir setiap hari Ayahku selalu menemaninya.

Ayahku pernah memotong kuku tangan Ibuku,


dan ketika Ibuku bertan ya, “ Untuk a p a kau lakukan itu?
Aku sudah sangat tua, tidak cantik dan bodoh sekali.”
22:51 .. . 0,2KB/d '0' .illl ^

Ayahku m enjaw ab, “Aku ingin kau tetap merasa


cantik.”

Begitulah pekerjaan Ayahku sehari-hari, me­


raw at Ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang.

Suatu hari Ibu b e rkata padaku sambil


tersenyum, “ Kau tahu, N ila. Ayahmu tak akan pernah
meninggalkan aku. Kau tahu ken apa?”

Aku menggeleng, dan Ibuku b e rk a ta , “ Karena


aku tak pernah m eninggalkannya.”

Itulah kisah cinta Ayahku, Ibuku tercinta,


mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran
tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling
menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan
dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari
kehidupannya.

212

< oc
22:51 ... 0,2KB/d '0' -illl '

c t c v w c -L w ic v c v c tcv L c v h ,

y>cvi>cvwip.c\-(A, 6&isCVAo ccwtcc-k ie-btccvh


k & K 't u 'h c v r v k c v s c b , Scvycvw tp- A & ycvic-.

<^)cvLcwcy ctcvw **ve-v<v<c-<vij


o L w t c v , i>cvwccv-5cv('i^cv ,
yycvicvfvi^ 'cvw , yu-t^-cv

t w & is U - y tv k c v w k c c w o i o l w t c v y ^ t ( V t r v c \ -

bci>cv ycvcCc ocwtcv t-


»
Daftar Pu^taka

h ttp :/ / w w w .d a ily m a il.c o .u k / fe m a il/ a rtic le - 1 2 0 0 7 2 6 /

C o u p le - r e u n it e d - lo s t - lo v e - le t t e r - d is c o v e r e d -

fire p la ce -ye a rs.h tm l

h ttp ://fo ru m .k o m p a s .c o m /lo v e -ta lk /2 2 5 5 9 -c in ta -y a n g

-tak-p e rn ah -p ad am -sela m a -6 0 -ta h u n .h tm l

h t t p : / / w w w .h e a r t n s o u ls .c o m / c g i- b in / c l ic k 2 .p l? id

= c 2 9 2 & u rl= /c e rita / c /c 2 9 2 .s h tm l

h ttp ://in s p ira s ijiw a .c o m /k e k u a ta n -c in ta /

h ttp ://w w w .ru a n g h a ti.c o m / 2 0 1 1 / 0 4 / 2 5 / k is a h - c in t a -

se ja ti-ya n g -m e n yen tu h -lu b u k-h a ti-terd a la m /

h ttp :/ / s t a ff.b lo g .u i.a c .id / k u n ta rti/ 2 0 0 9 / 1 1 /1 2 /c in ta -

itu -b u tu h -k e sab aran /

h ttp :/ / w w w .r u a n g h a ti.c o m / 2 0 0 9 / 0 8 / 2 1 /k isa h -n y a ta -

c in t a - s e ja t i- s e t ia p - h a r i- b e r ik a n - m a w a r - p a d a -

istri-se la m a -6 0 -ta h u n /

h t t p :/ / w w w .t e m p o .c o / r e a d / n e w s / 2 0 1 3 / 0 3 / 1 5 /

1 1 7 4 6 7 2 1 2 / K is a h - C in t a - P e rta m a - P a u s -

Fransiskus
22:51 ... 0,2KB/d '0' .illl Q D

h t t p :/ / m e g a p o lit a n. k o m p a s .c o m / re a d / 2 0 1 3 / 0 4 /
21 / 0 3 0 7 1 5 6 2 / l r i a n a . J o k o w i . K a r t i n i . T a k .
M en ingg alkan.K o dratn ya

h ttp ://a s trid in h a .b lo g s p o t.c o m /2 0 1 3 / 0 3 /m e n c in ta i-


sekaligus-m em benci-dan-tam bah.htm l

h ttp ://k o lo m k ita .d e tik .c o m / b a c a / a rtik e l/9 / 2 5 2 2 /

h ttp ://d e tik k p m jb .u c o z .c o m /n e w s /k is a h _ k e te g a ra n _

s e o ra n g _ is tri_ s h o le h a h _ k is a h _ n y a ta / 2 0 1 0 - 0 2 -
2 4 -2 4

h ttp ://te rim a -k a s ih y a -a lla h .b lo g s p o t.c o m /2 0 1 3 / 0 1 /


kisah-cinta-inspiratif-gendong-aku.htm l

h t t p :/ / d u n ia b a c a .c o m /k is a h - y a n g - m e n y e n tu h - h a ti-
p e n g an tin -ya n g -se k a ra t-d i-h a ri-p e rn ik a h a n n y a ,
html

h ttp ://w w w .a n e h d id u n ia .c o m /201 2 /0 7 /k is a h -su a m i-


istri-yang-m engharukan.htm l

h ttp ://w w w .p ro y e k c in ta .co m /in d e x.p h p /b lo g /te n ta n g


-cinta/664-kisah-inspirasi-cinta

h ttp :// a h m ad irp an -p e juang p e n a .b lo g sp ot.co m /201 3


/01 /kisah-inspirasi-cinta-sem anis-garam .htm l
215

< oc
http://vanillasm ilem ore.blogspot.com /201 0 /0 6 /c in ta -
pertam a-dan-terakhir.htm l

h t t p :/ / s a r a h s a s h a .b lo g s p o t .c o m / 2 0 0 9 / 1 2 / c in t a -
pertam a-dan-terakhir.htm l

h t t p :/ / s u n f lo o o w .b lo g s p o t.c o m / 2 0 1 3 / 0 7 / c in t a -
pertama-terakhir.html

h ttp ://w w w .c e rita je n g d ia n .c o m /2 0 1 0 / 0 4 / jik a - in i-


cinta-pertam a-dan-terakhir.htm l

h ttp ://sh are sto ryin .b lo g sp o t.co m /201 2 / 0 5 / w a n ita -


yang-ingin-menikah-menjadi.html

http://rn.m erdeka.com /gaya/cinta-yang-m em buatnya


-tetap-hidup.html

h ttp:/ /hiburan .ko m pasian a.com /go sip/201 0 / 0 7 / 1 5 /


p a s a n g a n - h id u p - a n d a - c in t a - p e rt a m a - a n d a -
194948.htm l

http://aisyahyangslaluceria.blogspot.com /

h ttp ://y u s ro n e fe n d .b lo g s p o t.c o m /201 3 / 0 5 /c in ta -


pertam a-dan-cinta-terakhir.htm l

h ttp :/ / sejarah.kom pasian a.com / 2 0 1 3 / 0 2 / 2 3 /hitler-


m ein-giebleter-537456.html
h ttp :/ / w w w .v e m a le .c o m / r e la tio n s h ip / lo v e / 1 3 2 2 4 -
kisah-cinta-sejati-phang-dan-yin.htm l

h ttp ://id e -in s p ira s i-n a s ih a t.b lo g s p o t.c o m /2 0 1 3 / 0 2 /


kisah-nyata-sem ua-sudah-terlam b at-saat.htm l

h t t p :/ / w w w .v e m a le .c o m / in s p ir in g / le n t e r a / 2 8 2 9 8 -
c in t a - t e r h a la n g - p e r a n g - d u n ia - p a s a n g a n -ini-
akhirnya-m enikah.htm l

h t t p :/ / w w w .v e m a le .c o m / r e la t io n s h ip / lo v e / 2 7 7 4 3 -
d ig e ro g o ti-k a n k e r-w a n ita -in i-se m p a t-m e n ik a h -
sebelum-meninggal.html

h ttp ://m u k z iz a tis la m .b lo g s p o t.c o m /2 0 1 2 / 0 9 / k is a h -


nyata-m enyentuh-selam at-jalan.htm l

http ://p en g harap an .eo m /sh m ily.h tm l# m ore-l 0 9 7

h t t p s :/ / b lo g n y a f it r i.w o r d p r e s s .c o m / 2 0 1 2 / 0 6 / 1 9 /
seb uah-kisah-n yata-ketab ahan -seoran g -istri/

h ttp :/ / g r o u p s .y a h o o .c o m / g r o u p / ro h a n i/ m e s s a g e /
17157

h ttp ://n o vin in o .b lo g sp o t.c o m /2 0 1 0 / 0 6 / k a r e n a - t a k -


pernah-m eninggalkannya.htm l
0,2KB/d '©' .,ill ^

Catatan:
22:51 ... 0,3KB/d © ,.ill ^

Setiap orang memiliki dnta pertama, namun tak


semuanya bisa menggiring dnta pertama menjadi
cinta terakhirnya. Kesetiaan, ketulusan, dan kejujuran
apa yang dirasakan hatilah yang bisa <>icara pada saat
nya, menghantar '1cinta pertama m enjadi cinta sejati
hingga napas terhenti. Tak banyak orang beruntung
m endapatkan dnta pertama sekaligus bisa menjadi
dnta terakhirnya, namun saat Jodoh telah ditentukan,
dengan siapa pun cinta itu bisa menyatu tanpa
bertepuk sebelah tangan.

Meski penuh deraian air mata, namun banyak orang


yang gigih berjuang iperaih cinta sejatinya, atas nama
dnta pertama yang tak kan terlupakan dan mudah
hilang, maka cinta terakhir pun bisa dipeluk dalam
untaian doa kepada Sang Pemilik Cinta Sejati!

Anda mungkin juga menyukai