Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

Implementasi Kebijakan Pemerintah dalam pengelolahan


sampah untuk meningkatkan pendapatan di Tempat
Pembuangan Akhir Kelurahan Batu Layang Kecamatan
Pontianak Utara Tahun 2021

OLEH :
IRWANTO
NIM : 11621071

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2023
Daftar Isi

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian......................................................................................10
BAB II...................................................................................................................11
TINJAUN PUSTAKA..........................................................................................11
1. Kajian Teori................................................................................................11
a. Kebijakan Publik.....................................................................................11
b. Implementasi Kebijakan..........................................................................18
c. Pengertian Sampah..................................................................................21
d. Pengelolaan Sampah................................................................................22
e. Pengelolaan Sampah dalam Islam...........................................................23
f. Pengelolaan Sampah 3R..........................................................................24
g. Perwadahan Sampah................................................................................25
h. Pengumpulan Sampah.............................................................................26
BAB III..................................................................................................................27
METODE PENELITIAN.......................................................................................27
A. Jenis Penelitian............................................................................................27
B. Langkah-Langkah Penelitian......................................................................28
C. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................28
1. Lokasi Penelitian.....................................................................................28
2. Waktu Penelitian.....................................................................................28
D. Sumber Data................................................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................29
F. Teknik Analisi Data....................................................................................31
G. Teknik Keabsahan Data..............................................................................32
DAFTAR FUSTAKA...........................................................................................33

ii
KATA PENGANTAR

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia cukup pesat, bukan


hanya terjadi dikota-kota besar, bahkan diperdesaan pun mengalami pertumbuhan
penduduk. Walaupun tidak sepesat kota-kota besar yang terkait dengan industri,
pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap jumlah timbulan sampah setiap
tahunnya. Sampah menjadi masalah yang cukup komplek yang dihadapi hampir
seluruh kota di indonesia. Salah satunya kota Pontianak, yang tidak terlepas dari
permasalahan sampah karena pertumbuhan penduduk yang pesat, sehingga
berdampak pada volume sampah yang meningkat setiap tahunnya.
Sampah bisa menimbulkan berbagai masalah yang terkait dengan
masalah ekonomi, lingkungan sosial dan lain sebagainya jika tidak diatasi dengan
baik. Namun akan membawa manfaat yang cukup banyak, untuk persoalan
diberbagai bidang jika diatasi dengan cara yang benar. Volume sampah
merupakan ukuran jumlah sampah yang bersumber dari sisa kegiatan manusia
yang dibuang dan diukur menggunakan (m3). Berikut adalah Standar Besaran
Volume dan berat timbulan sampah.

Tabel 1.1
Besaran Volume dan berat timbulan sampah SNI 19-3964-1995

KLASIFIKASI VOLUME BERAT


(JIWA) (LT/ORANG/HR) (KG/ORG/HR)

1
KOTA SEDANG 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
(100.00-500.000)
KOTA KECIL 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(20.000-100.000)
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup, 2017

Kota Pontianak merupakan salah satu kota diprovinsi Kalimantan Barat


yang memiliki penduduk dengan jumlah 655.432 jiwa. Sebuah Kota yang cukup
padat penduduk nya, sehingga rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan 2,75 Liter
per orang dalam sehari. Dalam sehari timbulan sampah bisa mencapai 300 - 400
Ton per hari, sekitar 1.593 m 3 atau setara dengan 358 ton per hari yang harus
diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebagian besar sampah yang
dihasilkan dari rumah tangga mencapai 77,4 %, sampah yang diproduksi pasar
mencapai 14,5 %, sampah yang dihasilkan dari perkantoran dan fasilitas umum
mencapai 7,9 % dan yang berasal dari penyapuan jalan sekitar 0,15 %.

Dengan volume timbulan sampah yang banyak, cukup sulit ditangani


apabila sektor pendukung tidak sesuai dengan apa yang harus disediakan akan
menjadi hambatan dalam mengelola sampah yang masuk ke TPA Batu Layang
Kecamatan Pontianak Utara. Berikut adalah data pengelola sampah yang
terangkut dan terlayani Tahun 2015 – 2017.

Tabel 1.2

Data Pengelolaan Sampah Terangkut Terlayani Tahun 2015-2017

Jumlah Penduduk 2,75 M3(1000) Angkut m3 2,75 %


Lit/hr/jiwa
2015 598.097 1.614.861,9 1.614,86 1.428,69 88,47
0
2016 653.030 1.795.832,5 1.795,83 1.547,00 86,14
0

2
2017 655.432 1.802.438,0 1.802,43 1.547,00 88,33
0
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup, 2017

Pada tahun 2015, jumlah timbulan sampah setiap harinya berjumlah


1.614,86 m3, sampah yang terangkut sekitar 1.428,69 (M3), atau sekitar 88,47
persen yang terangkut. Sedangkan yang tidak terangkut (tidak terlayani) sekitar
186,17 m3 (11,53). Pada tahun 2016 jmlah timbulan sampah perharinya
berjumlah 1.795,83 m3, sampah yang terangkut sekitar 1.547,00 m3 (86,14
persen), sedangkan yang tidak terangkut berjumlah 248,83 m3 (13,86 persen).
Pada Tahun 2017 jumlah timbulan sampah yang dihasilkan setiap harinya
berjumlah 1.802,43 m3, sampah yang terangkut sekitar 1.547,00 m3 (88,33
persen), sedangkan yang tidak terangkut 255,43 m3 (11,67 persen).

Pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat, membuat volume


timbulan sampah meningkat setiap tahunnya. setiap sampah yang terdapat di TPS
seratus persen terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), hanya saja jumlah
sampah yang dihasilkan dikota Pontianak. Berdasarkan data diatas tidak
disebutkan seratus persen hal ini, didasari data penangan sampah tidak bisa
dilakukan secara optimal dikarenakan kebiasaaan masyarakat yang membakar
sampahnya sendiri (tidak mengangkut sampah ke TPS), adapula yang membuang
sampah ke sungai atau parit ditambah lagi pekerja bebas memilah sampah yang
bisa didaur ulang kembali agar memiliki nilai guna.

Tabel 1.3
Timbulan Sampah Dengan Jumlah Penduduk Perkecamatan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Pontianak Tahun 2017

No Nama Jumlah Ltr Kapasitas Jumlah Kawasan


. Kecamatan Penduduk /Hr Sampah/Ltr TPS

3
1. Kecamatan
Pontianak 147.257 404.956,75 29 Unit
Barat
2. Kecamatan
Pontianak 93.216 256.344,00 9 Unit
Selatan
3. Kecamatan
Pontianak 123.889 340.694,75 29 Unit
Kota Pemukiman
Kecamatan 2,75
4. Pontianak 43.374 133.028,50 6 Unit
Tenggara
Kecamatan
5. Pontianak 143.176 393.734,00 10 Unit
Utara
Kecamatan
6. Pontianak 99.520 273.680,00 9 Unit
Timur

20 Unit Komersil
Jumlah 655.432 1.802.438,0 112 Unit
0
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2017

Berdasarkan data diatas, dari keterangan data Dinas Lingkungan Hidup


Kota Pontianak, setiap jumlah penduduk di Kecamatan yang ada di Kota
Pontianak, memiliki kapasitas penduduk yang berbeda dengan volume sampah
yang dihasilkan oleh setiap kecamatan yang ada di Kota Pontianak jika melihat
dari hasil sampah dan jumlah penduduk yang terdapat disetiap kecamatan bagian
kecamatan Pontianak barat memiliki jumlah penduduk yang paling banyak

4
dengan jumlah 147.257 jiwa, hasil timbulan sampah berjumlah 404.956,75 liter
sampah setiap harinya dan jumlah TPS untuk kecamatan Pontianak Barat
berjumlah 29 unit. Kecamatan Pontianak Kota mempunyai jumlah penduduk
123.889 jiwa dan timbulan sampah yang dihasilkan sekitar 340.694,75 liter, dan
jumlah TPS berjumlah 29. Jumlah penduduk dikecamatan Pontianak utara
berjumlah 143.176 jiwa dan timbu lan sampah yang dihasIlkan berjumlah
393.734,00 dan TPS nya berjumlah 10.

Padahal untuk jumlah penduduk dan timbulan sampah yang dihasilkan


lebih banyak dikecamatan Pontianak utara, dibandingkan Kecamatan Pontianak
Kota. Sampah cenderung menimbulkan dampak buruk jika tidak ditangani dengan
baik seperti pencemaran terhadap lingkungan dan berkembangnya bibit penyakit.
Adapun upaya untuk mengatasi permasalahan diatas perlu dilakukan pengambilan
kebijakan pengelolaan sampah terutama partisipasi masyarakat untuk ikut andil
dalam mengelola sampah dengan pengolahan sejk dari sumbernya, sehingga dapat
mengurangi volume timbulan sampah yang masuk ke TPA Batu Layang, dan
menjaga lingkungan agar tetap bersih. Sampah memang merupakan sisa kegiatan
manusia yang dibuang dan tidak digunakan lagi. Namun bukan berarti tidak bisa
dijadikan barang yang bernilai guna.

Sampah terbagi menjadi tiga bagian yaitu sampah organik, sampah non
organik dan limbah. Sampah organik terdiri dari daun-daun, kulit buah-buahan
dan sisa sayuran bisa dijadikan kompos yang berfungsi sebagai penyubur tanaman
yang dapat berguna untuk memupuk taman kota dan semacamnya. Sampah non
organik terdiri dari plastik dapat dijadikan barang kerajinan yang memiliki nilai
seni dan bisa dijual, botol-botol dapat dikumpulkan untuk dijual.

Kemudian limbah bisa diproduksi untuk menghasilkan gas metan yang


berguna sebagai sumber tenaga listrik dan gas elpiji untuk memasak. Negara
swedia merupakan salah satu negara terbesar dieropa sebagai salah satu negara
dengan tingkat kemakmuran dalam masyarakat. Swedia menjadikan limbah
sebagai sumber daya tenaga listrik. Dengan mengubah limbah menjadi gas metan.

5
ketika negara lain sibuk memikirkan masalah yang disebabkan oleh banyak
sampah, Swedia bahkan meminta impor sampah dari negara eropa lainnya.

Swedia terkenal akan masyarakatnya yang suka mendaur ulang sampah.


Adapun gas metan yang dihasilkan untuk menjadi sumber tenaga listrik bisa
menghasilkan tenaga listrik sebesar 1,5 Terra Watt Hour (TWH) yang melebihi
banyak pembangkit tenaga listrik di Indonesia. sampah akan memiliki manfaat
yang sangat luar biasa, apabila dapat diolah dengan baik. Belajar dari pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh Negara Swedia, sampah bisa dijadikan sebagai
bentuk pembangunan ekonomi sebagai pendapatan daerah untuk pembangunan
dikota.

Sampah yang masuk ke TPA Kelurahan Batu Layang Kecamatan


Pontianak Utara, cukup banyak dalam sehari sampah yang masuk ke TPA
mencapai 358 ton, tapi tidak dapat ditangani dengan baik sesuai dengan SOP
(standar Operasional Prosedur) yang sudah ditetapkan. Hal ini juga berpengaruh
terhadap kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah terutama Program
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yang
belum Optimal dilakukan oleh masyarakat. Karena masyarakat cenderung malas
dan kurangnya kesadaran bagi masyarakat, untuk mewujudkan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah.

Program pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan


Recycle), memfasilitasi masyarakat dikawasan permukiman padat dikota
Pontianak. Dalam melaksanakan pengelolaan sampah yang sesuai dengan tujuan
dari kebijakan. Konsep pengelolaan persampahan ini diharapkan dapat berjalan
dengan baik. Kebijakaan Pengelolaan Persampahan ini dimaksudkan untuk
pedoman pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Pemerintah serta masyarakat
yang menerima manfaat (KSM/ kelompok swadaya masyarakat) melakukan
kegiatan pengurangan sampah dari sumbernya, kemudian mengelola sampah di
TPS 3R yang telah di bangun  Pemerintah Pusat.

6
Dengan tujuan mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang
rasional, proposional, efektif dan efisien dalam tata kerja yang jelas pada bidang
lingkungan hidup penyelenggara pemerintah Kota Pontianak dibidang lingkungan
dan kehutanan menjadi kewenangan Daerah. Adapun landasan hukum yang dibuat
oleh Pemerintah Kota Pontianak, dengan upaya mampu mengatasi masalah
Pengelolaan sampah yang terdapat di TPA Kelurahan Batu Layang, yang masih
sulit ditangani sehigga menyebabkan berbagai masalah diberbagai bidang
kehidupan.

Berikut landasan hukum dalam rencana pengelolaan yang sudah diatur


melalui Peraturan Walikota Pontianak Nomor 61 Tahun 2016 pada pasal 46
susunan tugas dibidang pengelola sampah yaitu:

a. mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kepala Seksi pada


bidang pengelolaan sampah dengan membandingkan antara hasil kerja
yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mengetahui
tingkat kinerja yang dicapai;

b. melaksanakan program kerja yang berkaitan dengan angkutan, sarana dan


prasarana lingkungan hidup, kemitraan dan retribusi serta penanganan
sampah dan penyapuan jalan berdasarkan peraturan perundang-undangan
agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan secara efisien dan efektif;

c. memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan bidang angkutan, sarana dan


prasarana lingkungan hidup, kemitraan dan retribusi serta penanganan
sampah dan penyapuan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
agar pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar;

d. melaporkan kegiatan dibidang pengelolaan sampah baik secara lisan


maupun tulisan sebagai bahan pertimbangan Kepala Dinas dalam
pengambilan keputusan;

e. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang berkaitan dengan tugas pokok


dan fungsi bidang pengelolaan sampah yang diberikan oleh kepala dinas

7
Kebijakan diatas belum dapat dilakukan secara optimal, dikarenakan
masih banyak hambatan yang dialami dalam mengelola sampah khususnya
sampah yang masuk di TPA Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara.
Kecenderungan masyarakat mengganggap sampah merupakan hal yang sepele,
namun sebenarnya hal yang dianggap sepele ini ibarat bom waktu,yang dapat
menjadi masalah pelik yang sedikit demi sedikit mulai menampakkan akibatnya
kepada masyarakat luas dikota Pontianak.

Pemerintah tentu perlu mengkaji ulang kebijakan tentang sampah dan


pengolahannya, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat tentang
sampah di Indonesia masih sangat minim dan hal ini kian diperparah dengan
pembiaran yang dilakukan pemerintah terhadap sistem pengelolaan sampah dalam
masyarakat. Ada satu cara untuk menanggulangi sampah yang menggunung
masuk ke TPA Kelurahan Batun Layang Kecamatan Pontianak Utara.

Jika setiap rumah tangga memanfaatkan sampah itu sendiri dengan


proses pengelolaan 3R.  Sampah dapat dijadi potensi dari cara pemilahan yang
terdiri dari jenis sampah yang ada, dapat dijadikan diantaranya seperti pupuk
alami (kompos), menggunakan kembali sisa sampah yang terdapat dalamnya,
selanjutnya ini bisa mengurangi volume timbulan sampah yang terjadi. Selain
kurangnya pastisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah, ketersediaan
dana masih kurang, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Berikut data
dana anggaran dari Dinas Lingkungan Hidup.

Tabel 1.4

Anggaran Dinas Lingkungan Hidup Kota PontianakTahun Anggaran 2017

No Uraian Jumlah

1 Pendapatan 13.973.859.100,00

2 Belanja Tidak Langsung 7.477.504.955,00

3 Belanja Langsung 42.866.544.530,00

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2017

8
Sampah yang terdapat di TPA kelurahan Batu Layang, terjadi
penumpukan karena belum dilakukan tindakan dan dalam menangani sampah
yang masuk ke TPA masih menggunakan teknik sederhana (open dumping).
Kemudian sampah yang masuk ke TPA dalam kondisi tercampur aduk, sehingga
sulit dilakukan pemilahan, sehingga memerlukan dana yang cukup banyak, untuk
menangani sampah di TPA yang dimana memerlukan dana yang cukup banyak
sekitar 10 milyar. Namun pendapatan yang didapat pertahun nya hanya mencapai
hampir 14 Milyar, padahal keperluan (belanja) lebih besar dibanding pendapatan.

Dana yang dianggarkan yang didapat dari APBD akan dibagikan untuk
keperluan bidangnya masing-masing. Jumlah tenaga teknis dibidang Pengelolaan
Sampah yang bekerja terbilang kurang, dengan keterbatasan dana akan sulit
menambah jum lah tenaga. Pembelian sarana dan prasarana pun akan sulit
dilakukan. Hal diatas lah yang menyebabkan pengelolaan sampah dikota
khususnya pengelolaan sampah di TPA Kelurahan Batu Layang, Kecamatan
Pntianak Utara menjadi tidak optimal.

sampah yang terdapat di tempat pembuangan akhir (TPA) Kelurahan


Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara belum teratasi dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana implementasi kebijakan dalam mengelolah sampah untuk
meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat
2. Fakto-faktor apa yang menghambat dalam mengimplementasikan
kebijkan pengelolaan sampah di keluarahan batu layang
C. Tujuan Penelitian
a. Dengan adanya penelitian ini, secara umum peneliti ingin
mengungkapkan apakah pengelolahan sampah tersebut dapat
memberikan manfaat dalam meningkatkan pendapatan masayarakat
kelurahan batulayang

9
b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan
sampah.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis

hasil dari penelitian ini dapat membantu memberikan alternatif


informasi, bahan refrensi, serta bagaimana informasi awal bagi
penelitian-penelitian lainnya yang berkaitan dengan implementasi
kebijkan Kelurahan Batulayang dalam pengelolaan sampah untuk
meningkatkan pendapatan desa.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi


pemerintah kota Pontianak khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pontianak dalam pengelolaan sampah di TPA Batu Layang Kota
Pontianak, dalam menangani masalah ini demi terwujudnya peraturan
pengelolaan sampah yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan
hidup masyarakat dan menjadikan sampah sebagai sumber daya sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008.

10
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1. Kajian Teori

a. Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan salah satu dimensi pokok dalam ilmu
dan praktik Administrasi Publik. Sebagai salah satu unsur penting dalam
Administrasi Publik, Kebijakan Publik dianalogikan fungsinya sama dengan
fungsi otak pada tubuh manusia karena melalui instrument ini, segala
aktivitas kehidupan bernegara, dan bermasyarakat mulai dilakukan oleh
birokrasi, plus pihak swasta dan masyarakat.
Dalam Konteks Organisasi, baik yang berukuran kecil maupun yang
berukuran besar, seperti suatu bangsa. Kebijakan public merupakan
instrument nyata yang menggambarkan hubungan yang riil antar pemerintah
dan masyarakat. Hal ini karena melalui kebijakan public inilah segala proses
penyelenggara Negara, pembangunan dan pelayanan publik akan mulai
berjalan. Kebijakan public sebagai titik awal (starting point) pengoperasian
program-program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pemerintah,
mayaraka] t dan swasta.
Menurut Pareto (Mulyadi 2016, 01) kebijakan publik merupakan
factor kritikal bagi kemajuan dan kemunduran suatu Negara-Bangsa. Dalam

11
tatanan keilmuan, Kebijakan public dapat dipandang sebagai suatu proses
yang berkesinambungan dan saling terkait yang dilakukan oleh

12
pemerintah bersama stackholders lain dalam mengatur, mengelola dan
menyelesaikan berbagai urusan publik, masalah publik dan sumber daya yang
ada untuk kepentingan Bersama. Berbagai proses tersebut meliputi formulasi,
implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Menurut Thomas R. Dye (Widodo 2011, 12) kebijakan publik adalah
apapun yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Sependapat dengan Dye, Menurut Edward III dan Sharkansky
(Widodo 2011, 12), Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan
dan dilakukan atau tidak dilakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan
dan sasaran dari program-program pemerintah.
Menurut Anderson (Widodo 2011, 13) kebijakan publik sebagai
serangkaian Tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah
tertentu. Sedangkan Menurut Friedrich (Widodo 2011, 13) kebijakan sebagai
suatu Tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Berdasarkan definisi kebijakan publik diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan memuat kegiatan yang dibuat oleh pemerintah yang bersifat
otoriter yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Kebijakan dibuat bukan
semena-mena hanya dibuat untuk membuat masyarakat mematuhi peraturan
dan mengatur kehidupan masyarakat. Kebijakan dibuat memiliki tujuan, yang
mana tujuannya dapat menyelesaikan segala persoalan yang terjadi di
kehidupan masyarakat yang sedang terjadi.
Kebijakan dibuat pemerintah diatur oleh undang-undang maka
kebijakan berbentuk memaksa dan mengikat, sehingga kebijakan-kebijakan
yang dibuat harus ditaati oleh publik agar tercapai nya tujuan demi
kepentingan publik. Kebijakan sendiri dibuat bukan dilakukan secara asal-
asalan tentu perlu tindakan yang direncanakan dengan matang agar dapat
menyelesaikan masalah publik yang ada.

12
Memiliki nilai yang sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf
hidup, kebijakan publik yaitu sebagai arahan, petunjuk yang bersifat harus
ditaati untuk pelaksanaan tindakan pemerintahan yang membutuhkan proses,
dan tindakan seperti komunikasi yang benar dan jelas. Pada dasarnya
kebijakan publik memiliki karakteristik didalamnya, atau yang bisa disebut
sebagai ciri-ciri tertentu didalam kebijakan publik yang tidak dimiliki oleh
kebijakan jenis lainnya. Adapun ciri-ciri (karakteristik) yang sudah ada, pada
kebijakan publik berasal dari kenyataan atau fenomena yang terjadi.
kebijakan itu semestinya dipikirkan, di desain dan diatur sehigga dirumuskan
dan dapat diputuskan oleh lembaga yang memiliki wewenang dalam
kebijakan publik tersebut.

Menurut david Easton (solichin 2016: 18) disebut sebagai orang-orang


yang memiliki otoritas (public authorities) dalam sistem politik. Artinya
kebijakan publik memiliki batas wilayah dan ketentuan berdasarkan wilayah
tempat kebijakan (tergantung lokasi) beda wilayah beda juga orang atau
aspek yang memiliki otoritas dalam kebijakan yang telah diatur dan
ditentukan. Sebagai contoh daerah perdesaan yang memegang teguh hukum
adat yang memiliki wewenang untuk mengatur hukum adat tersebut adalah
ketua adat yang wajib dipatuhi oleh masyarakat didesa, dan jika dikota
sendiri yang mengatur adalah pemerintah kota yang memiliki wewenang
dalam kebijakan yang dirumuskan yang wajib dipatuhi oleh masyarakat kota.
Edi ( 2013:26) menegaskan bahwa:

Perumusan kebijakan melalui tiga tahapan yaitu, mengembangkan


ide, melakukan aksi, dan mengevaluasi hasil. Sedangkan menurut Brigman
dan Davis (2004:22), perumusan kebijakan secara kurang formal: ketiga
tahap itu bisa diformulasikan menjadi: berfikir (thinking), bertindak
(doing); dan menguji (testing). Walaupun didalam proses perumusan
kebijakan bisa saja di lewati melalui banyak langkah-langkah yang
beragam, namun kebanyakan akan dilakukan langkah awal dari
identifikasi isu, merumuskan agenda kebijakan melakukan konsultasi,

13
menetapkan keputusan, menerapkan kebijakan dan mengevaluasi
kebijakan.

Berdasarkan tahapan perumusan keijakan diatas dapat kita lihat


bahwa tahapan untuk identifikasi masalah nya berkaitan tentang mengenal
dan melihat isu-isu yang terjadi dan sedang berkembang di publik yang
memerlukan perhatian pemerintah. Oleh karena itu ketika melihat kondisi isu
yang mulai berkembang menjadi masalah, maka disaat itulah mulai adanya
kesadaran dimana masyarakat memerlukan perubahan kondisi melalui
tindakan-tindakan pemerintah.

Kemudian untuk tahap penentuan agenda, hal ini berkaitan dengan


letak penentuan masalah-masalah yang jadi fokus utama dalam proses
tahapan perumusan kebijakan. Pada tahap ini sangat penting karna berkenaan
dengan proses juga politik perumusan masalah. Dimana masalah berpengaruh
terhadap kebijakan yang akan ditetapkan maupun dilaksanakan. Kemudian
untuk tahap melakukan konsultasi kebijakan, berkenaan dengan melibatkan
sebagian besar orang (kelompok) yang memiliki wewenang terhadap rumusan
kebijakan.

Dimana memerlukan beragam konsep yang digunakan, untuk


menjelaskan antara hubungan arahan dan kontrol politik dilakukan atas
tindakan (anggota, warga negara, atau penduduk komunitas, masyarakat, dan
negara; arah urusan negara, komunitas) atau dari kelompok kepentingan (iron
triangle) dan analisis jaringan kebijakan. Untuk tahap menetapkan keputusan
sendiri berkenaan dengan pencapaian kesepakatan yang telah disepakati oleh
lembaga-lembaga yang memiliki wewenang terhadap pengambilan keputusan
kebijakan.

Dengan pemilihan secara selektif untuk solusi terhadap permasalahan


yang terjadi dipublik dengan legitimasi dari solusi yang dipilih; suatu
rancangan untuk tindakan dan langkah-langkah yang akan ditetapkan sebagai
kebijakan ataupun peraturan yang akan dirumuskan. Untuk tahap menerapkan

14
kebijakaan atau biasa juga disebut sebagai implementasi kebijakan, untuk
tahap ini berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan dengan segala upaya untuk
mencapai tujuan yang yang telah ditentukan. Pada tahap ini berkenaan dengan
tata cara kerja pemerintah untuk signifikasi kebijakan.

Tahap ini juga terdapat proses yang cukup sederhana dalam


pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu. Walaupun sederhana
namun kenyataan nya proses sederhana bisa menjadi proses yang cukup
rumit, oleh karena itu kondisi tersebut terjadi dengan upaya agar dapat
menghindari konflik dalam rumusan kebijakan.

Tahap terakhir yaitu mengevaluasi kebijakan. Artinnya tahap ini


berkenaan dengan pembahasan mengenai mplementasi keijakan yang melihat
hasil atau akibat dari proses pelaksanaan kebijakan (implementasi kebijakan),
dalam artian evaluasi kebijakan publik sendiri sebagai umpan balik bagi
penentuan keputusan untuk langkah selanjutnya, apakah kebijakan tersebut
diubah , diteruskan bahkan akan dihentikan bila tidak memiliki dampak atau
penyelesaian terhadap masalah publik. Bentuk-bentuk kebijakan publik
berbeda dengan aksi politik, artinya dimana bentuk kebijakan publik lebih
mengarah pada usaha dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingan
didalam masyarakat.

Oleh karena itu, kenyataan nya, keputusan menteri, atau surat edaran
bupati,/walikota yang Cuma menerapkan sebuah kepentingan internal
departemen tidak bisa dipandang bahwa itu kebijakan publik, melainkan
hanya sebuah perintah untuk tindakan selanjutnya. Selain itu kebijakan publik
pun berkenaan terhadap sumber daya ekonomi yang ada. Usaha dalam
mengerjakan pembangunan tapi tidak memperhatikan pemerataan dapat
mengakibatkan kesenjangan ekonomi tapi pemerataan tanpa adanya bukan
sebuah kemajuan. Oleh karena itu keduanya tidak bisa hanya berat sebelah
tetapi harus imbang agar dapat memperoleh hasil untuk kebijakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.

15
Dengan pertimbangan tersebut kebijakan publik dapat dibedakan
dalam beberapa bentuk berikut:

1. Aturan atau ketentuan yang mengatur kehidupan masyarakat


(regulasi)
2. Distribusi atau alokasi sumber daya
3. Retribusi dan realokasi
4. Pembekalan atau pemberdayaan
5. Etika

Seperti yang dipaparkan diatas pada kebijakan publik dapat kita


pahami bahwa kebijakan publik dapat menjadi aturan yang mengatur
kehidupan masyarakat. Artinya kebijakan publik bisa dipahami bahwa
kebijakan merupakan aturan seperti ketentuan dan peraturan yang dibentuk
oleh pemerintah yang patut ditaati oleh masyarakat dserta untuk mengatur
tata cara kehidupan masyrakat sebagai bentuk membawa perubahan yang
lebih baik untuk mencapai tujuan tertentu sesuai kebutuhan masyarakat
(public). Sedangkan untuk distribusi atau alokasi sumber daya dapat dipahami
sebagai bentuk bantuan daripada pemerintah untuk golongan ekonomi
kebawah dalam memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan oleh
pemerintah. Adapun hal ini bertujuan agar menghindari kesenjangan antar
golongan maupun daerah didalam negara. Kebijakan dibuat untuk
pendistribusian dan alokasi dana juga dikarenakan agar mampu
menghilangkan kesenjangan antar golongan.

Seperti pada era reformasi tahun 2000 an, orang asing yang memiliki
usaha atau menanam saham diindonesia lebih memiliki keuntungan
dibandingkan orang indonesia sendiri. Atau untuk golongan tingkat atas
memiliki penghasilan lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang bahkan
hampir tidak punya apa-apa. Kebijakan publik dipandang sebagai retribusi
dan realokasi artinya kebijakan publik dipandang mengacu kepada pungutan
dari daerah yang dikenakan hanya kepada pihak yang diberikan jasa tertentu
atau izin khusus untuk mengelola kekayaan daerah.

16
Hal tersebut tentu berbeda dengan pajak yang diatur secara langsung
oleh pemerintah dan dikenakan secara menyeluruh untuk masyarakatnya.
Hasil retribusi digunakan unruk pelayanan umum yang berkaitan dengan jenis
retribusi yang berkaitan.Kebijakan publik dikembangkan menjadi
pembekalan dan pemberdayaan artinya kebijakan publik difungsikan
pemerintah sebagai usaha untuk membangun sarana dan prasarana untuk
masyarakat.

Melalui pelatihan untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk


menjadi lebih baik dalam berkembangan dalam proses pemerataan potensial
dimana ada kegiatan yang bebas pajak dalam artian tergantung kegiatan yang
dibentuk. Kebijakan pubik sebagai etika dipahami sebagai dimana kebijakan
diakui oleh masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang dapat diterima
masyarakat, dimana kedua nya harus bisa berjalan bersama dan diterima oleh
masyrakat namun apabila kebijakan tidak dapat berjalan sesuai yang
diinginkan publik, maka kebijakan tersebut akan sulit berjalan dilingkungan
masyarakat.

Dalam kebijakan publik adanya perbedaan pandangan yang berbeda


mengenai masalah kebijakan dan berbagai upaya yang dilakukan untuk
memecahkan permasalahannya yang berkembang menjadi isu publik. Artinya
isu publik merupakan sebuah problem yang sudah menjadi topik pembicaraan
didalam kalangan masyarakat luas, yang memiliki pengaruh dan mampu
menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

Adapun masalah kebijakan yaitu kebutuhan, nilai-nilai, atau beragam


kesempatan yang tidak dapat direalisasikan, namun bisa dicapai melalui
tindakan publik. Masalah sampah bukan hanya semata isu publik, melainkan
sudah berkembang menjadi masalah yang cukup pelik dan sudah dirasakan
oleh masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan membuat
kebijakan untuk memberikan solusi dan menjalankan tugas mereka untuk
mengatasi masalah yang sedang terjadi.

17
Namun hal itu tidak hanya bisa mengharapkan dari aksi pemerintah
untuk menjalan tugas mereka berdasarkan kebijakan yang dibuat harus ada
dukungan seperti aksi masyarakat akan kesadaran nya dalam mengelola
sampah dari sumbernya, agar kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.

b. Implementasi Kebijakan
Secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai suatu
aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan peng-
gunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila pengertian implementasi
di atas dirangkaikan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi
kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau
pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan/ disetujui dengan
penggunaan sarana dan alat untuk mencapai tujuan kebijakan. Dengan
demikian, dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan adalah
tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan yang
dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.

Implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan


administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan/ disetujui. Kegiatan
ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan.
Implementasi kebijakan mengandung logika yang top-down, maksudnya
menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro
menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi
kebijakan mengandung logika bottomup, dalam arti proses ini diawali dengan
pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu
diikuti dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara pemecahannya,
kemudian diusulkan untuk ditetapkan.

18
Implementasi merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
kebijakan. Banyak kebijakan yang baik mampu dibuat oleh pemerintah, tetapi
kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan
Negara tersebut karena tidak dilaksanakan. Implementasi menyediakan sarana
untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat
terhadap sesuatu tertentu (Widodo 2011, 86).
Menurut Mazmanian dan Sabatier (Widodo 2011, 88), “Implementasi
adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berupa perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”. Lazimnya
keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,
menyebutkan tujuan atau sasaran yang ingin di capai dan berbagai cara untuk
mengstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung
setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan
pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk
pelaksanaan keputusan dalam bidang (instansi) pelaksana, kesediaan
dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok
sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki maupun yang tidak dari output
tersebut.
Sementara menurut Edward (dalam Winarno, 2005: 125)
Implementasi Kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
masyarakat yang di pengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak
mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka kebijakan itu
mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan yang cemerlang
mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang di
implementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.
Imlementasi merupakan sebuah tahap yang paling krusial dalam
proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus di implementasikan
agar supaya mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan. Menurut
Wiliam. N. Dun (dalam winarno 2005:24-25) menganjurkan bahwa disetiap

19
tahapan proses kebijakan publik, termasuk tahapan implementasi kebijakan
penting dilakukan analisa. Analisa yang dimaksud tidak identik dengan
evaluasi karena dari tahapan penyusunan agenda hingga evaluasi kebijakan
(policy evaluation) sudah harus dilakukan analisis.
Mulyadi (2015:26) menyatakan, “implementasi suatu kebijakan pada
dasarnya adalah suatu perubahan atau transformasi yang bersifat
multiorganisasi, dimana perubahan yang diterapkan melalui strategi
implementasi kebijakan ini mengaitkan berbagai lapisan masyarakat”.
Kemudian Wahab (Tahir, 2014:55), mengatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah: pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin
dicapai, dan berbagai cara untuk menstruktur/mengatur proses
implementasinya. 
Menurut Van Horn dan Van Meter (Mulyadi 2016, 45) Implementasi
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa
implementasi kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan
formal organisasi, yang bersifat mengikat, mengatur perilaku dengan tujuan
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Persiapan proses implementasi
kebijakan agar suatu kebijakan dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan
harus mendayagunakan sumber yang ada, melibatkan orang atau sekelompok
orang dalam implementasi, menginterprestasikan kebijakan, program yang
dilaksanakan harus direncanakan dengan manajemen yang baik. Berkaitan
dengan faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan suatu program.
Untuk mengkaji lebih baik suatu Implementasi Kebijakan Publik
maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu
diperlukan suatu model kebijakan. Terdapat banyak model yang dipakai
untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan, namun kali ini yang saya

20
gunakan adalah model Implementasi yang dikemukan oleh Donald S. Van
Meter dan Carl E. Van Horn (1975) menurut Meter dan Horn, ada lima
variable yang mempengaruhi kinerja implementasi yaitu :
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas
dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah
menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.
2. Sumberdaya. Impementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-
manusia (non-human resources). Dalam berbagai kasus program
pemerintah, seperti Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk
kelompok miskin dipedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas
apparat pelaksana.
3. Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, Implementasi
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.
Untuk itu, diperlukan koordinasi dan Kerjasama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen
pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semuanya itu akan memengaruhi
implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan. Sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberi
dukungan bagi implementasi kebijakan. Karakteristik oara partisipan,
yakni mendukung atau menolak. Bagaimana sifat opini publik yang ada
dilingkungan, dan apakah elite politik mendukung implementasi
kebijakan.
6. Disposisi Implementor. Disposisi implementor mencakup tiga hal yang
penting yaitu ;

21
a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang memengaruhi
kemauanya untuk melaksanakan kebijakan.
b. Kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan.
c. Intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki
oleh implementor.

c. Pengertian Sampah
Menurut Perda Kota Pontianak Nomor 16 tahun 2015 pasal (1) ayat
53, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam
yang berbentuk padat. menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat yang terdiri dari sampah rumah tangga maupun sampah sejenia sampah
rumah tangga.
Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan
(akhirnya dibuang) setelah suatu proses selesai atau berakhir, sehingga dapat
dinyatakan bahwa sampah adalah konsep yang ditujukan pada manusia
sekaligus konsekuensi dari adanya olah aktifitas manusia. Sampah
didefinisikan sebagai bentuk limbah padat yang berasal dari kegiatan yang
berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena sudah
tidak bermanfaat atau keberadaannya sudah tidak diinginkan lagi.

d. Pengelolaan Sampah
Pada pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga, pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbunan
sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan penangananya dilakukan dengan pemilahan sampah,
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, dan
pemrosesan akhir sampah. UU Pengelolaan Sampah juga memuat asas dan
tujuan yaitu bahwa pengelolaan sampah harus diselenggarakan berdasarkan
asas tanggung jawab, berkelanjutan, keadilan, kesadaran, kebersamaan,

22
keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah selama ini
dilakukan menerapkan sistem kumpul, angkut, buang. Sampah yang berasal
dari masyarakat maupun kawasan hanya dikumpulkan di suatu tempat, lalu
diangkut dan langsung dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Sampah dibuang di TPA tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang bisa
menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah mengandalkan
sistem end of pipe solution yang menitikberatkan pada pengolahan sampah,
ketika sampah tersebut telah dihasilkan. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir sampah (TPA).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sisa
bekas kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan lagi dan perlu dibuang.
Oleh karena itu, timbunan sampah perlu dikurangi dengan pengelolaan
sampah yang tepat dan benar. Supaya tidak mengakibatkan dampak buruk
serta merugikan lingkungan dan kehidupan masyarakat. Sampah merupakan
sisa dari berbagai kegiatan manusia, baik dari kegiatan rumah tangga, industri
maupun segala aktivitas2 manusia yang perlu dikelola dengan benar.
Adapun sampah yang menumpuk dikarenakan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar dibandingkan jumlah
pengelola sampah sehingga melebihi dari jumlah muatan daya tampung
tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang saat ini
terjadi dirasakan tidak mendapatkan dampak positif yang diharapkan terhadap
lingkungan, minimnya dukungan kebijakan dari pemerintah dan kurangnya
partisipasi masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah sejak dari
sumbernya.

e. Pengelolaan Sampah dalam Islam


Pengelolaan sampah menurut pandangan islam sendiri, bagaimana
sampah tersebut tidak di buang sembarngan tempat yang berakibat
menjadikan lingkungan menjadi kotor atau pencemaran di sekitar kita

23
sehingga merusak keindahan yang ada pada lingkungan. Pengelolaan
sampah dalam islam tertuang dalam fatwa MUI nomor 47 tahun 2014
tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan yang
di sahkan pada 14 muharram 1436 H/07 November 2014. Dalam ketentuan
umum dijelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematik,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan,
pemanfaatan serta menanganan sampah.
Fatwa MUI tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 18
tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Dalam Bab VI tentang
penyelenggaraan pengelolaan sampah pasal 19 dijelaskan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.

f. Pengelolaan Sampah 3R
Penerapan pengelolaan sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce
dan Recycle) dapat dijadikan solusi untuk anda dalam menjaga kelestarian
lingkungan sekitar dengan cara yang sangat mudah dan murah. Sampah yang
diolah dapat dijadikan sebagai pupuk kompos atau bahkan bisa menjadi
sumber listrik baru. Penerapan konsep 3R ini dapat diterapkan oleh siapa saja
setiap hari. Konsep ini memiliki inti yakni Reuse (Menggunakan kembali
sampah sampah yang masih bisa digunakan atau bisa berfungsi lainnya),
Reduce (Mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan atau memunculkan
sampah), Recycle (Mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu
produk atau barang yang dapat bermanfaat).
Berikut adalah Prinsip-prinsip dalam pengelolaan sampah, ini dikenal
dengan nama 3M yaitu:
1. Mengurangi (Reduce)
2. Menggunakan Kembali (Reuse)
3. Mendaur Ulang (Recycle)

24
1. Reduce (Mengurangi)
Reduce adalah upaya yang dilakukan mengurangi volume sampah
sebelum dan sesudah diproduksi. Produksi bersih yang arahnya pencegahan.
Produsen barang maupun anggota keluarga dapat berperan melakukan
teknologi ini. Reduce ini merupakan upaya mengurangi timbulan sampah
yaitu merubah kebiasaan boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi
hemat/efisien dan sedikit sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan contohnya memperbanyak
teknik isi ulang (refill) air minum, tinta, dll. Supaya mengurangi produksi
tempatnya, memperbanyak pemakaian bungkus yang mudah terurai seperti
daun, dll.
2. Reuse (Menggunakan Kembali)
adalah upaya yang dilakukan untuk menggunakan kembali bahan
atau material supaya tidak menjadi sampah secara langsung tanpa diolah
terlebih dahulu. Contohnya ember, bekas menjadi pot bunga, (ii) botol
terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu, (iii) koran menjadi
pembungkus, dll. Anggota keluarga dapat berperan melakukan kegiatan
ini.
3. Recycle (Mendaur Ulang)
Recycle adalah upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan
kembali sampah melalui daur ulang setelah melalui proses pengolahan
tertentu, misalnya sampah dapur dan daun-daun diolah menjadi pupuk
kompos, pecahan beling diolah kembali menjadi gelas, piring dll.
Potongan plastik diolah menjadi ember, gayung, sandal dll, lempengan
kaleng diolah menjadidiubah menjadi pot bunga dll. Pengumpulan bahan
baku di sumbernya (on-site) dapat dilakukan oleh rumah tangga penghasil
sampah sedangkan di luar sumbernya misalnya di tempat pengumpulan
sampah sementara (TPSS) atau di tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah
dapat dilakukan oleh pemulung atau pengelola sampah. Proses daur ulang
dapat dilakukan oleh semua kalangan masyarakat.

25
Dengan penerapan metode 3R ini merupakan salah satu cara usaha
pengelolaan sampah agar sampah yang ada di sekitar tidak mengalami
penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan tetapi juga dapat
menghasilkan nilai rupiah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan
juga dapat produk – produk yang bermanfaat dan menghasilkan nilai
ekonomis sehingga dapat membantu perekonomian rumah tangga.

g. Perwadahan Sampah
Pada tahap ini, cara penampungan sampah sementara di sumbernya
baik individual maupun komunal.Wadah sampah hendaknya terjadinya upaya
daur ulang, yaitu disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah.
Menurut SNI 19-2454-2002 (dalam Faizah, 2008: 29), Dinegara maju adalah
hal yang umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari bergam jenis sesuai
sampahnya (sampah organik, sampah anorganik, dan sampah dari bahan
berbahaya).

h. Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan
sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber
timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun
pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Menurut SNI 19-2454-2002 (dalam Faizah, 2008: 29) Pola
pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola
individual dan pola komunal sebagai berikut :
1. Pola Individual
2. Pola Komunal
Dimana pola individual untuk proses mengumpulkan sampah yang
dimulai dari sumber/asal sampah lalu diangkut menuju tempat pembuangan
sampah sementara atau yang biasa disebut TPS namun masih sulit dilakukan

26
karena sudah dibudidayakan rasa malas yang diciptakan individual dari
orang-orang. Sedangkan pola komunal proses. Sampah diangkut kedalam truk
dan diangkut menuju tempat pembuangan akhir untuk dilakukan proses
pengolahan namun saat ini di TPA Batu layang Kecamatan Pontianak Utara
belum dilakukan proses pengolahan karena masih dilakukan teknik sederhana
seperti open dumping.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode eksploratif kualitatif. Menurut Bogdam dan Taylor
(Moleong 2013, 04) Penelitian Kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-
orang yang diamati. Menurut Arikunto (2010, 14) “Penelitian eksploratif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.”.

27
Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau
konsep penelitian. Peneliti akan menggali informasi lebih jauh. Sifat dari
penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap
penting sebagai sumber informasi supaya penulis dapat menggambarkan dan
menelaah untuk menilai sejauh mana yang dirancang untuk dapat menguraikan,
menjawab, dan menjabarkan kondisi serta pengelolaan sampah yang ada
berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah dalam mengelola
sampah yang di Tempat Pembuangan Akhir Kelurahan Batu Layang Kecamatan
Pontianak Utara, itu berjalan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian.

28
B. Langkah-Langkah Penelitian
Agar memperoleh data untuk kelangsungan dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan langkah-langkah guna kelangsungan dan kenyamanan peneliti. Adapun
langkah-langkah peneliti yaitu mulai dari pra survey kemudian penyusunan outline
selanjutnya penyusunan usulan penelitian, dan akan berlanjut ke seminar, penelitian
lapangan, penyusunan laporan hasil penelitian, dan ujian skripsi.
1. Pra Survey dalam melalukan penelitian ilmiah perlu mengetahui permasalahan
yang terjadi. Pengelolaan sampah yang terdapat di TPA Kelurahan Batu Layang,
yang tidak ditangani dengan baik seperti pencemaran dan penumpukan sampah
yang tidak diolah. Pengelolaan Sampah di TPA Kelurahan Batu Layang masih
menggunakan Teknik sederhana open dumping.
2. Penyusunan Outline adalah peneliti membuat kerangka atau rancangan untuk
menggambarkan bagaimana penelitian yang akan dilakukan nantinya.
3. Penyusunan usulan penelitian merupakan Langkah awal yang harus dilakukan
peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian.
4. Seminar. Selanjutnya peneliti membahas dan mempresentasikan mengenai suatu
permasalahan ilmiah yang di teliti.
5. Penelitian lapangan tahap penyeleksi data dan menguji keabsahan data
6. Membuat skripsi dan konsultasi mengenai skripsi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPA Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara,
adapun peneliti memilih lokasi penelitian tersebut yaitu karena kebijakan pengelolaan
sampah yang terdapat di TPA Batu Layang belum berjalan seperti yang diharapkan
sesuai ketentuan dalam pelaksanaan kebijakan.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dari Januari 2022
sampai juni 2022 survey sampai dengan laporan penelitian selesai. Waktu
penelitian ini dilakukan untuk mempercepat laporan penelitian ini selesai dan
untuk memudakan jalannya penelitian

29
D. Sumber Data
Upaya mendapatkan sebuah data dalam penelitian agar penelitian
tersebut lebih sempurna kesaksiannya, maka data yang akan diperoleh dengan
melakukan penelitian lapangan. Adapun sumber data yang akan digunakan
oleh peneliti yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder: 1. Data
Primer Data primer yaitu yang diperoleh seseorang penelitian langsung dari
sumbernya tanpa erantara pihak lain (langsung dari objeknya), lalu
dikumulkan dan diolah sendiri atau seseorang suatu organisasi. Contoh:
Mewawancarai langsungg pemahaman hukum masyarakat dengan berlakunya
suatu aturan. Misal dengan cara: wawancara, observasi, pengamatan, angket
dan sebagainya. (Andew Fermando Pakpahan, 2021:67) 2. Data Sekunder
Data sekunder meruaka data yang pentig untuk penelitian. Data tersebut
dikumpulkan dari sumber yang telat dipublikasi oleh 37 induvidu ataupun
lembaga/organisasi. Data sekunder di kumpulkan oleh seseorang (peneliti,
organisasi yang di akui oleh sistem, dll)untuk bertujuan pencatatan atau tujuan
tertentu lainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial
meiputi sensus, catatan organisasi, dan data kumpulan melalui metodologi
kualitatif atau penelitian kualitatif. Data sekunder dapat bersumber dari (1)
buku (2) catatan (3) biografi (4) koran (5) sensus/data statistik (6) arsip data
(7) artiker internet (8) jurnal penelitian (9)database. (Lora Ekana Naiggolan,
2021:111).

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Artinya, teknik
pengumpulan data memerlukan langkah yang strategis dan juga sistematis
untuk mendapatkan data yang valid dan juga sesuai dengan kenyataannya. Eko
Sudarmanto memaknai teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, informasi, serta fakta
pendukung yang ada di lapangan untuk keperluan penelitian. Sebagai
tambahan dalam memperoleh informasi, selain melalui wawancara dan
observasi, seseorang pembimbing masyarakat juga dapat mengunakan
30
berbagai dokumen. Sebelum mengali informasi berbagai dokumen,
pembimbing masyarakat harus menanyakan beberapa hal, 38 seperti:
informasi apa yang dibutuhkan? Siapa yang mempunyai informasi? Darimana
informasi itu diperoleh? Bagaimana cara mengumpulkan informasi tersebut?
Hasil analisis dokumen dapat dirangkum dalam bentuk naratif. Dokumen yang
diperiksa meliputi bahan yang diambil dari internet, catatan pribadi dan
publik, dan instrumen. (Muhammad Ali Equatora, 2021:8).

1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan
dengan cara mengujukan pertanyaan-pertanyaan yang telah di atur
sebelumnya. Peneliti akan memwawancai 3-5 orang masyarakat.
Wawancara merupakan alat recheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keteragan di peroleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
(in-deptht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cra tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan atau orang di wawancarai, dengan atau tanpa
pedoman (guide) pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama. (Pupu Saeful Rahmat,2009:8)
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan 39 amunisi
melalui teks-teks tulisan maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook,
artikel-artikeldalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip
organisasi, makalah, publikasi pemerintah dan lain-lainnya. Metode
dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari
lembaga atau organisasi maupun perorangan. Dokumentasi penelitian ini
mrupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil
penelitiam. (:Nurhadi dkk, 2021:133)
3. Observasi/ Survei
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
menghimpun bahan dan keterangan yang dilakukan melalui pengamatan
dan pencatatan secara sisematik terhadap berbagai fenomena yang menjadi
31
objek pengamatan, atau terhadap indikator-indikator dari variabel
penelitian. Observasi dapat ditujukan untuk mengamati dan mencatat fakta
apa adanya, atau mengamati dan mencatat proses terjadinya sesuatu
kejadian sesuatusebagai suatu fakta yang menjadi objek observasi. (H.
Djaali, 2020:53)
F. Teknik Analisi Data
1. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat dimaknai dengan proses
pengelolahan data yang dimulai dari editing., koding, hingga 40 tabulasi data.
Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan selengap mungkin dan memilah-
milahkan kedalam suatu konsep tertentu, atau tema tertentu. Kesepakatan hasil
reduksi data juga erlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertetu sehingga
terlihat sosoknya secara lebih utuh. Dalam kegaiatan reduksi data dilakukan
pengamatan data, penggolongan, serta memilah mana data yang di perlukan.
Selain itu mengorganisasikan data secara tepat. Kegiatan reduksi data dilakukan
dengan memperhtikan unsur-unsur yakni (1) pemilihan data memiliki relevansi
dengan kelompok data yang di perlukan (2) mengelompokan data-data yang
sejenis (3) membuat koding data yang sesuai indikator penelitian. (Sugiarti dkk,
2020:88)
2. Display Data
Display data merupakan penyajian data setelah dilakukan reduksi data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar,
bagan, hubungan antar kategori, pola dan nilai-nilai sehingga mudah dipahami
pembaca. Data telah tersusun secara sistematis akan memudahkan pembaca
memahami konsep, kategori serta hubungan dan perbedaan masing-masing pola
atau kategori. (Helaluddin & Hengki Wijaya, 2019:124) 3. Verifikasi Data
Varifikasi data dan menarik kesimpulan merupakan tahapan akhir dari analisis
data kualitatif. Proses varifikasi data merupakan proses 41 mencari bukti-bukti
tambahandari hasil kesimpulan awal disajikan pada proses sebelumnya. Hal ini
terjadi dikarenakan kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung.
Apabila kesimpulan awal tersebut telah kredibel dalam artian dapat di

32
pertanggung jawabkan dan dapat dijadika kesimpulan akhir dari penelitian.
(Pakpahan dkk., 2022:165)

G. Teknik Keabsahan Data


1. Trigulasi
Trigulasi adalah tehnik keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang
lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembandingan. Trigulasi
sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
(Mimik, 2015:117)
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan yang di peroleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuan member check adalah mengetahui seberapa jauh data
yang di peroleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain
itu tujuan member check adalah informasi yang di peroleh dan akan digunakan
dalam penulisan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Agar informasi yang di peroleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan 42 yang dimaksud sumber dataa atau informan. (Albi Angito
2018:228)

33
DAFTAR FUSTAKA

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian :suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.

Bungin, Burhan. 2013. Metodelogi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia
Group.

Dewi, Rahayu Kusuma. 2016. Studi Analisis Kebijakan. Bandung: Pustaka Setia.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Mulyadi, Dedi. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.

Mulyadi, Dedi. 2016. Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Tersiana, Andra. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Yogyakarta.

Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori,Proses, dan Studi Kasus. Jakarta: Buku Seru.

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.

Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

34

Anda mungkin juga menyukai