OLEH :
IRWANTO
NIM : 11621071
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian......................................................................................10
BAB II...................................................................................................................11
TINJAUN PUSTAKA..........................................................................................11
1. Kajian Teori................................................................................................11
a. Kebijakan Publik.....................................................................................11
b. Implementasi Kebijakan..........................................................................18
c. Pengertian Sampah..................................................................................21
d. Pengelolaan Sampah................................................................................22
e. Pengelolaan Sampah dalam Islam...........................................................23
f. Pengelolaan Sampah 3R..........................................................................24
g. Perwadahan Sampah................................................................................25
h. Pengumpulan Sampah.............................................................................26
BAB III..................................................................................................................27
METODE PENELITIAN.......................................................................................27
A. Jenis Penelitian............................................................................................27
B. Langkah-Langkah Penelitian......................................................................28
C. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................28
1. Lokasi Penelitian.....................................................................................28
2. Waktu Penelitian.....................................................................................28
D. Sumber Data................................................................................................29
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................29
F. Teknik Analisi Data....................................................................................31
G. Teknik Keabsahan Data..............................................................................32
DAFTAR FUSTAKA...........................................................................................33
ii
KATA PENGANTAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tabel 1.1
Besaran Volume dan berat timbulan sampah SNI 19-3964-1995
1
KOTA SEDANG 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
(100.00-500.000)
KOTA KECIL 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70
(20.000-100.000)
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup, 2017
Tabel 1.2
2
2017 655.432 1.802.438,0 1.802,43 1.547,00 88,33
0
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup, 2017
Tabel 1.3
Timbulan Sampah Dengan Jumlah Penduduk Perkecamatan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Pontianak Tahun 2017
3
1. Kecamatan
Pontianak 147.257 404.956,75 29 Unit
Barat
2. Kecamatan
Pontianak 93.216 256.344,00 9 Unit
Selatan
3. Kecamatan
Pontianak 123.889 340.694,75 29 Unit
Kota Pemukiman
Kecamatan 2,75
4. Pontianak 43.374 133.028,50 6 Unit
Tenggara
Kecamatan
5. Pontianak 143.176 393.734,00 10 Unit
Utara
Kecamatan
6. Pontianak 99.520 273.680,00 9 Unit
Timur
20 Unit Komersil
Jumlah 655.432 1.802.438,0 112 Unit
0
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2017
4
dengan jumlah 147.257 jiwa, hasil timbulan sampah berjumlah 404.956,75 liter
sampah setiap harinya dan jumlah TPS untuk kecamatan Pontianak Barat
berjumlah 29 unit. Kecamatan Pontianak Kota mempunyai jumlah penduduk
123.889 jiwa dan timbulan sampah yang dihasilkan sekitar 340.694,75 liter, dan
jumlah TPS berjumlah 29. Jumlah penduduk dikecamatan Pontianak utara
berjumlah 143.176 jiwa dan timbu lan sampah yang dihasIlkan berjumlah
393.734,00 dan TPS nya berjumlah 10.
Sampah terbagi menjadi tiga bagian yaitu sampah organik, sampah non
organik dan limbah. Sampah organik terdiri dari daun-daun, kulit buah-buahan
dan sisa sayuran bisa dijadikan kompos yang berfungsi sebagai penyubur tanaman
yang dapat berguna untuk memupuk taman kota dan semacamnya. Sampah non
organik terdiri dari plastik dapat dijadikan barang kerajinan yang memiliki nilai
seni dan bisa dijual, botol-botol dapat dikumpulkan untuk dijual.
5
ketika negara lain sibuk memikirkan masalah yang disebabkan oleh banyak
sampah, Swedia bahkan meminta impor sampah dari negara eropa lainnya.
6
Dengan tujuan mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang
rasional, proposional, efektif dan efisien dalam tata kerja yang jelas pada bidang
lingkungan hidup penyelenggara pemerintah Kota Pontianak dibidang lingkungan
dan kehutanan menjadi kewenangan Daerah. Adapun landasan hukum yang dibuat
oleh Pemerintah Kota Pontianak, dengan upaya mampu mengatasi masalah
Pengelolaan sampah yang terdapat di TPA Kelurahan Batu Layang, yang masih
sulit ditangani sehigga menyebabkan berbagai masalah diberbagai bidang
kehidupan.
7
Kebijakan diatas belum dapat dilakukan secara optimal, dikarenakan
masih banyak hambatan yang dialami dalam mengelola sampah khususnya
sampah yang masuk di TPA Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara.
Kecenderungan masyarakat mengganggap sampah merupakan hal yang sepele,
namun sebenarnya hal yang dianggap sepele ini ibarat bom waktu,yang dapat
menjadi masalah pelik yang sedikit demi sedikit mulai menampakkan akibatnya
kepada masyarakat luas dikota Pontianak.
Tabel 1.4
No Uraian Jumlah
1 Pendapatan 13.973.859.100,00
8
Sampah yang terdapat di TPA kelurahan Batu Layang, terjadi
penumpukan karena belum dilakukan tindakan dan dalam menangani sampah
yang masuk ke TPA masih menggunakan teknik sederhana (open dumping).
Kemudian sampah yang masuk ke TPA dalam kondisi tercampur aduk, sehingga
sulit dilakukan pemilahan, sehingga memerlukan dana yang cukup banyak, untuk
menangani sampah di TPA yang dimana memerlukan dana yang cukup banyak
sekitar 10 milyar. Namun pendapatan yang didapat pertahun nya hanya mencapai
hampir 14 Milyar, padahal keperluan (belanja) lebih besar dibanding pendapatan.
Dana yang dianggarkan yang didapat dari APBD akan dibagikan untuk
keperluan bidangnya masing-masing. Jumlah tenaga teknis dibidang Pengelolaan
Sampah yang bekerja terbilang kurang, dengan keterbatasan dana akan sulit
menambah jum lah tenaga. Pembelian sarana dan prasarana pun akan sulit
dilakukan. Hal diatas lah yang menyebabkan pengelolaan sampah dikota
khususnya pengelolaan sampah di TPA Kelurahan Batu Layang, Kecamatan
Pntianak Utara menjadi tidak optimal.
9
b. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
mengimplementasikan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan
sampah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
10
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan salah satu dimensi pokok dalam ilmu
dan praktik Administrasi Publik. Sebagai salah satu unsur penting dalam
Administrasi Publik, Kebijakan Publik dianalogikan fungsinya sama dengan
fungsi otak pada tubuh manusia karena melalui instrument ini, segala
aktivitas kehidupan bernegara, dan bermasyarakat mulai dilakukan oleh
birokrasi, plus pihak swasta dan masyarakat.
Dalam Konteks Organisasi, baik yang berukuran kecil maupun yang
berukuran besar, seperti suatu bangsa. Kebijakan public merupakan
instrument nyata yang menggambarkan hubungan yang riil antar pemerintah
dan masyarakat. Hal ini karena melalui kebijakan public inilah segala proses
penyelenggara Negara, pembangunan dan pelayanan publik akan mulai
berjalan. Kebijakan public sebagai titik awal (starting point) pengoperasian
program-program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pemerintah,
mayaraka] t dan swasta.
Menurut Pareto (Mulyadi 2016, 01) kebijakan publik merupakan
factor kritikal bagi kemajuan dan kemunduran suatu Negara-Bangsa. Dalam
11
tatanan keilmuan, Kebijakan public dapat dipandang sebagai suatu proses
yang berkesinambungan dan saling terkait yang dilakukan oleh
12
pemerintah bersama stackholders lain dalam mengatur, mengelola dan
menyelesaikan berbagai urusan publik, masalah publik dan sumber daya yang
ada untuk kepentingan Bersama. Berbagai proses tersebut meliputi formulasi,
implementasi, dan evaluasi kebijakan.
Menurut Thomas R. Dye (Widodo 2011, 12) kebijakan publik adalah
apapun yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Sependapat dengan Dye, Menurut Edward III dan Sharkansky
(Widodo 2011, 12), Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan
dan dilakukan atau tidak dilakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan
dan sasaran dari program-program pemerintah.
Menurut Anderson (Widodo 2011, 13) kebijakan publik sebagai
serangkaian Tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah
tertentu. Sedangkan Menurut Friedrich (Widodo 2011, 13) kebijakan sebagai
suatu Tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Berdasarkan definisi kebijakan publik diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan memuat kegiatan yang dibuat oleh pemerintah yang bersifat
otoriter yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Kebijakan dibuat bukan
semena-mena hanya dibuat untuk membuat masyarakat mematuhi peraturan
dan mengatur kehidupan masyarakat. Kebijakan dibuat memiliki tujuan, yang
mana tujuannya dapat menyelesaikan segala persoalan yang terjadi di
kehidupan masyarakat yang sedang terjadi.
Kebijakan dibuat pemerintah diatur oleh undang-undang maka
kebijakan berbentuk memaksa dan mengikat, sehingga kebijakan-kebijakan
yang dibuat harus ditaati oleh publik agar tercapai nya tujuan demi
kepentingan publik. Kebijakan sendiri dibuat bukan dilakukan secara asal-
asalan tentu perlu tindakan yang direncanakan dengan matang agar dapat
menyelesaikan masalah publik yang ada.
12
Memiliki nilai yang sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf
hidup, kebijakan publik yaitu sebagai arahan, petunjuk yang bersifat harus
ditaati untuk pelaksanaan tindakan pemerintahan yang membutuhkan proses,
dan tindakan seperti komunikasi yang benar dan jelas. Pada dasarnya
kebijakan publik memiliki karakteristik didalamnya, atau yang bisa disebut
sebagai ciri-ciri tertentu didalam kebijakan publik yang tidak dimiliki oleh
kebijakan jenis lainnya. Adapun ciri-ciri (karakteristik) yang sudah ada, pada
kebijakan publik berasal dari kenyataan atau fenomena yang terjadi.
kebijakan itu semestinya dipikirkan, di desain dan diatur sehigga dirumuskan
dan dapat diputuskan oleh lembaga yang memiliki wewenang dalam
kebijakan publik tersebut.
13
menetapkan keputusan, menerapkan kebijakan dan mengevaluasi
kebijakan.
14
kebijakaan atau biasa juga disebut sebagai implementasi kebijakan, untuk
tahap ini berkenaan dengan pelaksanaan kebijakan dengan segala upaya untuk
mencapai tujuan yang yang telah ditentukan. Pada tahap ini berkenaan dengan
tata cara kerja pemerintah untuk signifikasi kebijakan.
Oleh karena itu, kenyataan nya, keputusan menteri, atau surat edaran
bupati,/walikota yang Cuma menerapkan sebuah kepentingan internal
departemen tidak bisa dipandang bahwa itu kebijakan publik, melainkan
hanya sebuah perintah untuk tindakan selanjutnya. Selain itu kebijakan publik
pun berkenaan terhadap sumber daya ekonomi yang ada. Usaha dalam
mengerjakan pembangunan tapi tidak memperhatikan pemerataan dapat
mengakibatkan kesenjangan ekonomi tapi pemerataan tanpa adanya bukan
sebuah kemajuan. Oleh karena itu keduanya tidak bisa hanya berat sebelah
tetapi harus imbang agar dapat memperoleh hasil untuk kebijakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
15
Dengan pertimbangan tersebut kebijakan publik dapat dibedakan
dalam beberapa bentuk berikut:
Seperti pada era reformasi tahun 2000 an, orang asing yang memiliki
usaha atau menanam saham diindonesia lebih memiliki keuntungan
dibandingkan orang indonesia sendiri. Atau untuk golongan tingkat atas
memiliki penghasilan lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang bahkan
hampir tidak punya apa-apa. Kebijakan publik dipandang sebagai retribusi
dan realokasi artinya kebijakan publik dipandang mengacu kepada pungutan
dari daerah yang dikenakan hanya kepada pihak yang diberikan jasa tertentu
atau izin khusus untuk mengelola kekayaan daerah.
16
Hal tersebut tentu berbeda dengan pajak yang diatur secara langsung
oleh pemerintah dan dikenakan secara menyeluruh untuk masyarakatnya.
Hasil retribusi digunakan unruk pelayanan umum yang berkaitan dengan jenis
retribusi yang berkaitan.Kebijakan publik dikembangkan menjadi
pembekalan dan pemberdayaan artinya kebijakan publik difungsikan
pemerintah sebagai usaha untuk membangun sarana dan prasarana untuk
masyarakat.
17
Namun hal itu tidak hanya bisa mengharapkan dari aksi pemerintah
untuk menjalan tugas mereka berdasarkan kebijakan yang dibuat harus ada
dukungan seperti aksi masyarakat akan kesadaran nya dalam mengelola
sampah dari sumbernya, agar kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.
b. Implementasi Kebijakan
Secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai suatu
aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan peng-
gunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila pengertian implementasi
di atas dirangkaikan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi
kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau
pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan/ disetujui dengan
penggunaan sarana dan alat untuk mencapai tujuan kebijakan. Dengan
demikian, dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan adalah
tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan yang
dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.
18
Implementasi merupakan langkah yang sangat penting dalam proses
kebijakan. Banyak kebijakan yang baik mampu dibuat oleh pemerintah, tetapi
kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh apa-apa dalam kehidupan
Negara tersebut karena tidak dilaksanakan. Implementasi menyediakan sarana
untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat
terhadap sesuatu tertentu (Widodo 2011, 86).
Menurut Mazmanian dan Sabatier (Widodo 2011, 88), “Implementasi
adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berupa perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”. Lazimnya
keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,
menyebutkan tujuan atau sasaran yang ingin di capai dan berbagai cara untuk
mengstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung
setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan
pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk
pelaksanaan keputusan dalam bidang (instansi) pelaksana, kesediaan
dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok
sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki maupun yang tidak dari output
tersebut.
Sementara menurut Edward (dalam Winarno, 2005: 125)
Implementasi Kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
masyarakat yang di pengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak
mengurangi masalah yang merupakan sasaran kebijakan, maka kebijakan itu
mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan yang cemerlang
mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang di
implementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.
Imlementasi merupakan sebuah tahap yang paling krusial dalam
proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus di implementasikan
agar supaya mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan. Menurut
Wiliam. N. Dun (dalam winarno 2005:24-25) menganjurkan bahwa disetiap
19
tahapan proses kebijakan publik, termasuk tahapan implementasi kebijakan
penting dilakukan analisa. Analisa yang dimaksud tidak identik dengan
evaluasi karena dari tahapan penyusunan agenda hingga evaluasi kebijakan
(policy evaluation) sudah harus dilakukan analisis.
Mulyadi (2015:26) menyatakan, “implementasi suatu kebijakan pada
dasarnya adalah suatu perubahan atau transformasi yang bersifat
multiorganisasi, dimana perubahan yang diterapkan melalui strategi
implementasi kebijakan ini mengaitkan berbagai lapisan masyarakat”.
Kemudian Wahab (Tahir, 2014:55), mengatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah: pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin
dicapai, dan berbagai cara untuk menstruktur/mengatur proses
implementasinya.
Menurut Van Horn dan Van Meter (Mulyadi 2016, 45) Implementasi
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa
implementasi kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan
formal organisasi, yang bersifat mengikat, mengatur perilaku dengan tujuan
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Persiapan proses implementasi
kebijakan agar suatu kebijakan dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan
harus mendayagunakan sumber yang ada, melibatkan orang atau sekelompok
orang dalam implementasi, menginterprestasikan kebijakan, program yang
dilaksanakan harus direncanakan dengan manajemen yang baik. Berkaitan
dengan faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan suatu program.
Untuk mengkaji lebih baik suatu Implementasi Kebijakan Publik
maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu
diperlukan suatu model kebijakan. Terdapat banyak model yang dipakai
untuk menganalisis sebuah implementasi kebijakan, namun kali ini yang saya
20
gunakan adalah model Implementasi yang dikemukan oleh Donald S. Van
Meter dan Carl E. Van Horn (1975) menurut Meter dan Horn, ada lima
variable yang mempengaruhi kinerja implementasi yaitu :
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas
dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah
menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.
2. Sumberdaya. Impementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-
manusia (non-human resources). Dalam berbagai kasus program
pemerintah, seperti Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk
kelompok miskin dipedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas
apparat pelaksana.
3. Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, Implementasi
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.
Untuk itu, diperlukan koordinasi dan Kerjasama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen
pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semuanya itu akan memengaruhi
implementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan. Sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberi
dukungan bagi implementasi kebijakan. Karakteristik oara partisipan,
yakni mendukung atau menolak. Bagaimana sifat opini publik yang ada
dilingkungan, dan apakah elite politik mendukung implementasi
kebijakan.
6. Disposisi Implementor. Disposisi implementor mencakup tiga hal yang
penting yaitu ;
21
a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang memengaruhi
kemauanya untuk melaksanakan kebijakan.
b. Kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan.
c. Intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki
oleh implementor.
c. Pengertian Sampah
Menurut Perda Kota Pontianak Nomor 16 tahun 2015 pasal (1) ayat
53, sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan proses alam
yang berbentuk padat. menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat yang terdiri dari sampah rumah tangga maupun sampah sejenia sampah
rumah tangga.
Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan
(akhirnya dibuang) setelah suatu proses selesai atau berakhir, sehingga dapat
dinyatakan bahwa sampah adalah konsep yang ditujukan pada manusia
sekaligus konsekuensi dari adanya olah aktifitas manusia. Sampah
didefinisikan sebagai bentuk limbah padat yang berasal dari kegiatan yang
berasal dari kegiatan manusia dan hewan kemudian dibuang karena sudah
tidak bermanfaat atau keberadaannya sudah tidak diinginkan lagi.
d. Pengelolaan Sampah
Pada pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga, pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbunan
sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan penangananya dilakukan dengan pemilahan sampah,
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, dan
pemrosesan akhir sampah. UU Pengelolaan Sampah juga memuat asas dan
tujuan yaitu bahwa pengelolaan sampah harus diselenggarakan berdasarkan
asas tanggung jawab, berkelanjutan, keadilan, kesadaran, kebersamaan,
22
keselamatan, keamanan dan nilai ekonomi. Pengelolaan sampah selama ini
dilakukan menerapkan sistem kumpul, angkut, buang. Sampah yang berasal
dari masyarakat maupun kawasan hanya dikumpulkan di suatu tempat, lalu
diangkut dan langsung dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Sampah dibuang di TPA tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang bisa
menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah mengandalkan
sistem end of pipe solution yang menitikberatkan pada pengolahan sampah,
ketika sampah tersebut telah dihasilkan. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir sampah (TPA).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sisa
bekas kegiatan manusia yang sudah tidak digunakan lagi dan perlu dibuang.
Oleh karena itu, timbunan sampah perlu dikurangi dengan pengelolaan
sampah yang tepat dan benar. Supaya tidak mengakibatkan dampak buruk
serta merugikan lingkungan dan kehidupan masyarakat. Sampah merupakan
sisa dari berbagai kegiatan manusia, baik dari kegiatan rumah tangga, industri
maupun segala aktivitas2 manusia yang perlu dikelola dengan benar.
Adapun sampah yang menumpuk dikarenakan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah volume sampah yang sangat besar dibandingkan jumlah
pengelola sampah sehingga melebihi dari jumlah muatan daya tampung
tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang saat ini
terjadi dirasakan tidak mendapatkan dampak positif yang diharapkan terhadap
lingkungan, minimnya dukungan kebijakan dari pemerintah dan kurangnya
partisipasi masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah sejak dari
sumbernya.
23
sehingga merusak keindahan yang ada pada lingkungan. Pengelolaan
sampah dalam islam tertuang dalam fatwa MUI nomor 47 tahun 2014
tentang pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan yang
di sahkan pada 14 muharram 1436 H/07 November 2014. Dalam ketentuan
umum dijelaskan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematik,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan,
pemanfaatan serta menanganan sampah.
Fatwa MUI tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 18
tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Dalam Bab VI tentang
penyelenggaraan pengelolaan sampah pasal 19 dijelaskan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.
f. Pengelolaan Sampah 3R
Penerapan pengelolaan sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce
dan Recycle) dapat dijadikan solusi untuk anda dalam menjaga kelestarian
lingkungan sekitar dengan cara yang sangat mudah dan murah. Sampah yang
diolah dapat dijadikan sebagai pupuk kompos atau bahkan bisa menjadi
sumber listrik baru. Penerapan konsep 3R ini dapat diterapkan oleh siapa saja
setiap hari. Konsep ini memiliki inti yakni Reuse (Menggunakan kembali
sampah sampah yang masih bisa digunakan atau bisa berfungsi lainnya),
Reduce (Mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan atau memunculkan
sampah), Recycle (Mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu
produk atau barang yang dapat bermanfaat).
Berikut adalah Prinsip-prinsip dalam pengelolaan sampah, ini dikenal
dengan nama 3M yaitu:
1. Mengurangi (Reduce)
2. Menggunakan Kembali (Reuse)
3. Mendaur Ulang (Recycle)
24
1. Reduce (Mengurangi)
Reduce adalah upaya yang dilakukan mengurangi volume sampah
sebelum dan sesudah diproduksi. Produksi bersih yang arahnya pencegahan.
Produsen barang maupun anggota keluarga dapat berperan melakukan
teknologi ini. Reduce ini merupakan upaya mengurangi timbulan sampah
yaitu merubah kebiasaan boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi
hemat/efisien dan sedikit sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan contohnya memperbanyak
teknik isi ulang (refill) air minum, tinta, dll. Supaya mengurangi produksi
tempatnya, memperbanyak pemakaian bungkus yang mudah terurai seperti
daun, dll.
2. Reuse (Menggunakan Kembali)
adalah upaya yang dilakukan untuk menggunakan kembali bahan
atau material supaya tidak menjadi sampah secara langsung tanpa diolah
terlebih dahulu. Contohnya ember, bekas menjadi pot bunga, (ii) botol
terbuat dari plastik atau gelas menjadi tempat bumbu, (iii) koran menjadi
pembungkus, dll. Anggota keluarga dapat berperan melakukan kegiatan
ini.
3. Recycle (Mendaur Ulang)
Recycle adalah upaya yang dilakukan dalam memanfaatkan
kembali sampah melalui daur ulang setelah melalui proses pengolahan
tertentu, misalnya sampah dapur dan daun-daun diolah menjadi pupuk
kompos, pecahan beling diolah kembali menjadi gelas, piring dll.
Potongan plastik diolah menjadi ember, gayung, sandal dll, lempengan
kaleng diolah menjadidiubah menjadi pot bunga dll. Pengumpulan bahan
baku di sumbernya (on-site) dapat dilakukan oleh rumah tangga penghasil
sampah sedangkan di luar sumbernya misalnya di tempat pengumpulan
sampah sementara (TPSS) atau di tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah
dapat dilakukan oleh pemulung atau pengelola sampah. Proses daur ulang
dapat dilakukan oleh semua kalangan masyarakat.
25
Dengan penerapan metode 3R ini merupakan salah satu cara usaha
pengelolaan sampah agar sampah yang ada di sekitar tidak mengalami
penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan tetapi juga dapat
menghasilkan nilai rupiah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan
juga dapat produk – produk yang bermanfaat dan menghasilkan nilai
ekonomis sehingga dapat membantu perekonomian rumah tangga.
g. Perwadahan Sampah
Pada tahap ini, cara penampungan sampah sementara di sumbernya
baik individual maupun komunal.Wadah sampah hendaknya terjadinya upaya
daur ulang, yaitu disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah.
Menurut SNI 19-2454-2002 (dalam Faizah, 2008: 29), Dinegara maju adalah
hal yang umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari bergam jenis sesuai
sampahnya (sampah organik, sampah anorganik, dan sampah dari bahan
berbahaya).
h. Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan
sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber
timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun
pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Menurut SNI 19-2454-2002 (dalam Faizah, 2008: 29) Pola
pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola
individual dan pola komunal sebagai berikut :
1. Pola Individual
2. Pola Komunal
Dimana pola individual untuk proses mengumpulkan sampah yang
dimulai dari sumber/asal sampah lalu diangkut menuju tempat pembuangan
sampah sementara atau yang biasa disebut TPS namun masih sulit dilakukan
26
karena sudah dibudidayakan rasa malas yang diciptakan individual dari
orang-orang. Sedangkan pola komunal proses. Sampah diangkut kedalam truk
dan diangkut menuju tempat pembuangan akhir untuk dilakukan proses
pengolahan namun saat ini di TPA Batu layang Kecamatan Pontianak Utara
belum dilakukan proses pengolahan karena masih dilakukan teknik sederhana
seperti open dumping.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode eksploratif kualitatif. Menurut Bogdam dan Taylor
(Moleong 2013, 04) Penelitian Kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-
orang yang diamati. Menurut Arikunto (2010, 14) “Penelitian eksploratif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.”.
27
Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau
konsep penelitian. Peneliti akan menggali informasi lebih jauh. Sifat dari
penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap
penting sebagai sumber informasi supaya penulis dapat menggambarkan dan
menelaah untuk menilai sejauh mana yang dirancang untuk dapat menguraikan,
menjawab, dan menjabarkan kondisi serta pengelolaan sampah yang ada
berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah dalam mengelola
sampah yang di Tempat Pembuangan Akhir Kelurahan Batu Layang Kecamatan
Pontianak Utara, itu berjalan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian.
28
B. Langkah-Langkah Penelitian
Agar memperoleh data untuk kelangsungan dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan langkah-langkah guna kelangsungan dan kenyamanan peneliti. Adapun
langkah-langkah peneliti yaitu mulai dari pra survey kemudian penyusunan outline
selanjutnya penyusunan usulan penelitian, dan akan berlanjut ke seminar, penelitian
lapangan, penyusunan laporan hasil penelitian, dan ujian skripsi.
1. Pra Survey dalam melalukan penelitian ilmiah perlu mengetahui permasalahan
yang terjadi. Pengelolaan sampah yang terdapat di TPA Kelurahan Batu Layang,
yang tidak ditangani dengan baik seperti pencemaran dan penumpukan sampah
yang tidak diolah. Pengelolaan Sampah di TPA Kelurahan Batu Layang masih
menggunakan Teknik sederhana open dumping.
2. Penyusunan Outline adalah peneliti membuat kerangka atau rancangan untuk
menggambarkan bagaimana penelitian yang akan dilakukan nantinya.
3. Penyusunan usulan penelitian merupakan Langkah awal yang harus dilakukan
peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian.
4. Seminar. Selanjutnya peneliti membahas dan mempresentasikan mengenai suatu
permasalahan ilmiah yang di teliti.
5. Penelitian lapangan tahap penyeleksi data dan menguji keabsahan data
6. Membuat skripsi dan konsultasi mengenai skripsi.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPA Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara,
adapun peneliti memilih lokasi penelitian tersebut yaitu karena kebijakan pengelolaan
sampah yang terdapat di TPA Batu Layang belum berjalan seperti yang diharapkan
sesuai ketentuan dalam pelaksanaan kebijakan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dari Januari 2022
sampai juni 2022 survey sampai dengan laporan penelitian selesai. Waktu
penelitian ini dilakukan untuk mempercepat laporan penelitian ini selesai dan
untuk memudakan jalannya penelitian
29
D. Sumber Data
Upaya mendapatkan sebuah data dalam penelitian agar penelitian
tersebut lebih sempurna kesaksiannya, maka data yang akan diperoleh dengan
melakukan penelitian lapangan. Adapun sumber data yang akan digunakan
oleh peneliti yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder: 1. Data
Primer Data primer yaitu yang diperoleh seseorang penelitian langsung dari
sumbernya tanpa erantara pihak lain (langsung dari objeknya), lalu
dikumulkan dan diolah sendiri atau seseorang suatu organisasi. Contoh:
Mewawancarai langsungg pemahaman hukum masyarakat dengan berlakunya
suatu aturan. Misal dengan cara: wawancara, observasi, pengamatan, angket
dan sebagainya. (Andew Fermando Pakpahan, 2021:67) 2. Data Sekunder
Data sekunder meruaka data yang pentig untuk penelitian. Data tersebut
dikumpulkan dari sumber yang telat dipublikasi oleh 37 induvidu ataupun
lembaga/organisasi. Data sekunder di kumpulkan oleh seseorang (peneliti,
organisasi yang di akui oleh sistem, dll)untuk bertujuan pencatatan atau tujuan
tertentu lainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial
meiputi sensus, catatan organisasi, dan data kumpulan melalui metodologi
kualitatif atau penelitian kualitatif. Data sekunder dapat bersumber dari (1)
buku (2) catatan (3) biografi (4) koran (5) sensus/data statistik (6) arsip data
(7) artiker internet (8) jurnal penelitian (9)database. (Lora Ekana Naiggolan,
2021:111).
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan
dengan cara mengujukan pertanyaan-pertanyaan yang telah di atur
sebelumnya. Peneliti akan memwawancai 3-5 orang masyarakat.
Wawancara merupakan alat recheking atau pembuktian terhadap informasi
atau keteragan di peroleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
(in-deptht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cra tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan atau orang di wawancarai, dengan atau tanpa
pedoman (guide) pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama. (Pupu Saeful Rahmat,2009:8)
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan 39 amunisi
melalui teks-teks tulisan maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook,
artikel-artikeldalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip
organisasi, makalah, publikasi pemerintah dan lain-lainnya. Metode
dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari
lembaga atau organisasi maupun perorangan. Dokumentasi penelitian ini
mrupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil
penelitiam. (:Nurhadi dkk, 2021:133)
3. Observasi/ Survei
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
menghimpun bahan dan keterangan yang dilakukan melalui pengamatan
dan pencatatan secara sisematik terhadap berbagai fenomena yang menjadi
31
objek pengamatan, atau terhadap indikator-indikator dari variabel
penelitian. Observasi dapat ditujukan untuk mengamati dan mencatat fakta
apa adanya, atau mengamati dan mencatat proses terjadinya sesuatu
kejadian sesuatusebagai suatu fakta yang menjadi objek observasi. (H.
Djaali, 2020:53)
F. Teknik Analisi Data
1. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat dimaknai dengan proses
pengelolahan data yang dimulai dari editing., koding, hingga 40 tabulasi data.
Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan selengap mungkin dan memilah-
milahkan kedalam suatu konsep tertentu, atau tema tertentu. Kesepakatan hasil
reduksi data juga erlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertetu sehingga
terlihat sosoknya secara lebih utuh. Dalam kegaiatan reduksi data dilakukan
pengamatan data, penggolongan, serta memilah mana data yang di perlukan.
Selain itu mengorganisasikan data secara tepat. Kegiatan reduksi data dilakukan
dengan memperhtikan unsur-unsur yakni (1) pemilihan data memiliki relevansi
dengan kelompok data yang di perlukan (2) mengelompokan data-data yang
sejenis (3) membuat koding data yang sesuai indikator penelitian. (Sugiarti dkk,
2020:88)
2. Display Data
Display data merupakan penyajian data setelah dilakukan reduksi data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar,
bagan, hubungan antar kategori, pola dan nilai-nilai sehingga mudah dipahami
pembaca. Data telah tersusun secara sistematis akan memudahkan pembaca
memahami konsep, kategori serta hubungan dan perbedaan masing-masing pola
atau kategori. (Helaluddin & Hengki Wijaya, 2019:124) 3. Verifikasi Data
Varifikasi data dan menarik kesimpulan merupakan tahapan akhir dari analisis
data kualitatif. Proses varifikasi data merupakan proses 41 mencari bukti-bukti
tambahandari hasil kesimpulan awal disajikan pada proses sebelumnya. Hal ini
terjadi dikarenakan kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung.
Apabila kesimpulan awal tersebut telah kredibel dalam artian dapat di
32
pertanggung jawabkan dan dapat dijadika kesimpulan akhir dari penelitian.
(Pakpahan dkk., 2022:165)
33
DAFTAR FUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian :suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bungin, Burhan. 2013. Metodelogi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Dewi, Rahayu Kusuma. 2016. Studi Analisis Kebijakan. Bandung: Pustaka Setia.
Mulyadi, Dedi. 2015. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori,Proses, dan Studi Kasus. Jakarta: Buku Seru.
Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.
Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
34