I. PENDAHULUAN
Akuntabilitas maksudnya adalah menunjuk pada institusi dan proses checks and balances
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Selanjutnya adalah transparansi, diutamakan
pada pengelolaan kebijakan, keuangan dan pelayanan masyarakat(publik). Kemudian
responsivitas berkaitan dengan daya tanggap pemerintah desa dan BPD dalam menyerap
aspirasi-aspirasi masyarakat yang kemudian dijadikan landasan dalam pembentukan
peraturan desa, serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan desa.13
Selain itu juga, dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah desa yang
dimaksudkan disini adalah kepala desa sekaligus keseluruhan perangkat desa termasuk
BPD, tentunya tidak mesti berpijak pada tiga hal tadi. Menurut Prajudi dalam bukunya
menerangkan ada beberapa hal yang juga perlu adalah diantaranya. efektifitas, artinya
kegiatan harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan, moralitas yaitu salah satu syarat
yang paling diperhatikan oleh masyarakat dan etika umum maupun etika kedinasan wajib
dijunjung tinggi14
Adapun mengenai dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang
telah di uraikan di atas adalah Undang-Undang no.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, serta PP RI no. 72 tahun 2005 Tentang Desa. Selanjutnya pengaturan lebih lanjut
mengenai desa diatur dengan Perda masing-masing daerah.
Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disebut BPD, adalah satu badan
yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang berfungsi menetapkan Peraturan
Desa, bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.15
Dalam rangka melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemerintah Desa
yang memiliki kedudukan yang sejajar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun Menurut H.A.W Widjaja beliau mengemukakan fungsi dari Badan
Permusayawaratan Desa adalah menetapkan peraturan bersama kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.16
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dapat membuat Rancangan Peraturan Desa
yang secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Dalam
hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol
terhadap implementasi peraturan desa serta anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDes).17
Telah begitu banyak peraturan yang mengatur tentang Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang belum sepenuhnya menjadikan aspirasi masyarakat sebagai acuan dalam
pembuatan peraturan Desa, menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya kinerja BPD itu, apakah benar-benar membantu pemerintah desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau hanya menjadi simbol demokrasi tanpa implementasi,
atau malah menimbulkan masalah yang tidak perlu, yang hanya akan menghabiskan energi
yang sesungguhnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk melepaskan diri dari
jerat kemiskinan dan krisis ekonomi. Berdasarkan pengamatan awal dan informasi yang
didapatkan oleh peneliti bahwa kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) telah berjalan
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: 1) Bagaimana
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa?; 2) Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi (BPD).
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat
Parak, Desa Gapura, Desa pengengat, Desa Teruwai dan di Kantor Camat Pujut
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Agar tidak menyimpang jauh dari rumusan masalah dan judul dalam penelitian ini
maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah efektifitas peranan BPD sebagai mitra
kerja pemerintah Desa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam hal
pembuatan peraturan bersama-sama Kepala Desa, dalam hal ini efektif bermakna bahwa
BPD dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mampu menampung dan
menyalurkan aspirasi dari masyarakat kepada Pemerintah Desa berhubungan dengan
pembentukan peraturan serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan Desa. Adapun
dalam penelitian ini materinya merujuk pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Permendagri No. 35 tahun 2007 Pedoman Umum Tata Cara
Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan PP. No. 72
tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa.
Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini antara lain : 1) Secara teoritis,
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan,
khususnya dalam kajian ilmu pemerintahan. 2) secara praktis hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi anggota BPD dan Kepala Desa
untuk saling memberi ruang gerak berdasarkan fungsi dan perannya masing-masing.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif empiris,
dengan menggunakan Pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kajian hukum
sosiologis.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data tersebut kemudian di olah dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yang artinya menerangkan data yang diperoleh setelah diseleksi dan dilihat
kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku kemudian disimpulkan untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan yang diteliti.
II. PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Badan Permusyawaratan Desa di lokasi penelitian pemeliti menemukan BPD
melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dengan baik meski belum
sepenuhnya terlaksana. Karena jika kita melihat ukuran efektifitas ini ada beberapa
hal diantaranya, aturan, aparat penegak hokum, kesadaran masyarakat, dan fasilitas
atau sarana dan prasarana yang mendukung sehingga tugas tersebut bisa terlaksana
dengan baik tentunya dalam hal ini berkaitan dengan tupoksi anggota BPD. 2) Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa, yaitu : masyarakat, masyarakat yang baik adalah masyarakat