Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN DESA,


KETERWAKILAN PEREMPUAN, PP NOMOR 43 TAHUN
2014, KONSEP FEMINISME DI DUNIA, FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPAT DR. YUSUF
QARADHAWI DAN DR. QURAISH SHIHAB

A. Pemerintahan Desa
Pemerintahan desa adalah sebuah gabungan kata yang
memiliki makna tersendiri. Frasa pemerintahan jika dilihat dari
pendekatan Bahasa frasa “Pemerintahan” berasal dari kata perintah
yang berarti sesuatu yang wajib dilaksanakan , di dalam kata
tersebut terdapat beberapa unsur yang menjadi ciri khas dari frasa
“Perintah”. 8
1. Perintah itu untuk melakukan sesuatu hal;
2. Perintah itu sifatnya harus, yang berarti berimplikasi
kepada kewajiban untuk melaksanakan yang
diperintahkan;
3. Adanya hubungan fungsional / kerja antara yang memberi
dan menerima perintah; dan
4. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memberi
perintah.
Perintah atau pemerintahan dalam Bahasa inggris disebut
“government” kata yang berasal dari suku kata “to govern” .
Namun, frasa perintah tidak diturunkan ke “to govern” melainkan
dituliskan “to order” atau “to command”. Keduanya bersal dari
perkataan Latih “Gubernacalum”. Sedangkan dalam Bahasa Arab

8
Abdul Rachmad Budiono, “Makna “Perintah” sebagai salah satu
unsur hubungan kerja menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan”, dalam Jurnal Arena Hukum, Vol. 6 No.2,
(Agustus 2012), 145, diakses 18 September 2022,
https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2012.00502.7
11
12

disebut “Hukumat”. Dalam Bahasa Belanda diartikan “Regering”


yang berarti penggunaan kekuasaan negara oleh yang berwenang
untuk menentuka keputusan dan kebijaksanaan dalam rangka
mewujudkan tujuan negara sebagai pemguasa menetapkan
perintah perintah. 9 Dari keempat unsur yang telah disebutkan
diatas perintah mempunyai makna keharusan yang berarti dalam
tatanan hukum Indonesia dituangkan di dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, kemudian adanya wewenang berarti
menunjukkan adanya perintah sah yang diberikan, karena
logikanya tanpa wewenang maka perintah itu tidak lah berlaku.
Wewenang di dalam tatanan hukum Indonesia terdapat di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan “ wewenang adalah hak yang
dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggaraan negara lainnya untuk mengambil keputusan
dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintah” 10
Menurut Wirjono Prodjodikoro pemerintahan dapat dibagi
menjadi dua arti luas dan arti sempit. Pemerintahan dalam arti luas
adalah seluruh urusan yang dilakukan oleh suatu negara dalam
rangka penyelenggaraan kesejahteraan rakyat dan kepentingan
Negara, sedangkan dalam arti sempit adalah menjalankan tugas
eskekutif saja. 11 sedangkan dalam ilmu hukum, pemerintahan
adalah alat atau sarana yang digunakan pemerintah atau
administrasi negara dalam menjalankan tugasnya.12

9
Rahman Mulyawan, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Bandung :
UNPAD Press, 2015), 7
10
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan, Lembar Negara 2014 Nomor 292, Tambahan Lembar
Negara Nomor 5601
11
Munaf Yusri, Hukum Administrasi Negara, ( Pekanbaru :
Marpoyan Tujuh, 2016), 77
12
Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara, ( Pusaka Setia :
Bandung , 2018), 183
13

Budiarjo, di dalam buku dasar-dasar ilmu politik menyatakan


bahwa Pemerintahan adalah segala kegiatan yang terorganisir yang
bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan. Belandaskan atas
Negara. Rakyat atau penduduk dan wilayah suatu Negara memiliki
tujuan untuk mewujudkan Negara berdasarkan konsep Negara
tersebut.13 Konsep suatu pemerintahan pada umum nya memuat
struktur organisasi dan fungsi pemerintahan. Kopstein dan
Lichbach menyatakan bahwa bentuk pemerintahan adalah suatu
istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian instituisi
politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara
untuk menegakkan kekuasaanyya atas suatu komunitas politik dan
pemerintahan berkaitan erat dengan pemerintah.
Sedangkan istilah pemerintah menurut Finer dalam Kuper
memiliki empat pokok makna pertama, pemerintah merujuk pada
suatu proses pemerintahan, dimana secara loyalitas kekuasaan
dipegang oleh seseorang yang berhak secara sah. Kedua
pemerintahan merujuk kepada keberadaan di mana proses
pemerintahan tersebut berlangsung. Ketiga, pemerintah
menunjukkan secara langsung orang yang menduduki jabatan
pemerintahan sebagai pelaksana kekuasaan. Dan Keempat,
pemerintah mengacu kepada aspek bentuk, metode atau sistem
pemerintahan dalam suatu masyarakat, yaitu struktur dan
pengelolaan badan pemerintah serta hubungan antara yang
memerintah dan yang diberi perintah. 14

13
Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, ( Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2007),21
14
Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian,
Teori, Konsep dan Pengembangannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2014), 17-18
14

Desa berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Deca yang berarti


tanah asal, tanah kelahiran, tanah asal.15 Umumnya frasa desa
hanya digunakan di daerah jawa, Madura dan Bali dan pada daerah
lainnya digunakan istilah-istilah lain yang memiliki pengertian
yang sama seperti di daerah sumatera Selatan Desa itu sendiri
sering kali disebut dengan Dusun. Oleh karena itu jika ditinjau dari
berbagai segi pengertian desa itu sendiri cenderung tidak sama.
Menurut Soetardjo, Desa berasal dari Bahasa india yang
berarti “Swadesi” yaitu satu kesatuan hidup dengan satu kesatuan
norma, serta memiliki batas yang cukup jelas. Sedangkan menurut
Bintarto Desa adalah suatu hasil perwujudan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan
itu adalah suatu wujud di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-
unsur fisiografi, unsur sosial ekonomis, politis, dan kultural yang
saling berinteraksi. 16
Desa menurut H.A.W Widjaja dalam bukunya yang berjudul
“Otonomi Desa”. Desa adalah kesatuan masyarakat Hukum yang
mempunyai susunan asliberdasarkan hak asal-usul yang istimewa.
Landasan dari pemikiran mengenai pemerintah desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Menurut Nur Cholis, Desa adalah kesatuan masyarakat
Hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu badan hukum dan
ada pula badan pemerintahan, yang merupakan bagian wilayah
kecamatan atau wilayah yang melingkupnya. Berdasarkan apa
yang disampaikan oleh Nurcholis menurut Soetardjo Desa
cenderung identik dengan Masyrakat Hukum adat yang mana hal
tersebut memberikan defisini daripada desa itu sendiri yaitu “desa

15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Medan :Bitra Indonesia, 2013 hal
2
16
R. Binarto, Desa Kota, ( Bandung : Alumni, 2010), 6
15

adalah lembaga asli pribumi yang mempunyai mengatur rumah


tangganya sendiri berdasarkan hukum adat. Dalam bentuk aslinya,
otonomi desa (hak mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan
hukum adat”.17
Sedangkan menurut Unang Sunardjo dalam Wasistiono dan
Tahir, Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan
adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu
batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat ,
baik karena unsur keturunan maupun karena sama-sama memiliki
kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, memiliki
susunan kepengurusan yang dipilih Bersama, memiliki kekayaan
dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan rumah tangga
sendiri.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014,
Desa adalah kesaturan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat hak asal usul dana tau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. 18
Berdasarkan beberapa pendapat, pandangan dan uraian
diatasm maka dapat diambil kesimpulan bahwa desa adalah suatu
kesatuan masyarakat hukum yang didiami atau dihuni oleh
sekelompok orang yang saling mengenal satu sama lain, memiliki
batas-batas wilayah tertentu, dan sangat identik dengan hak dan
wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dan
masyarakatnya sendiri.

17
Rahyunir Rauf, Sri Maulidiah, Pemerintahan Desa, (Zafana :
Pekanbaru, 2015), 11
18
Lembar Negara 2014 No. 7 , Tambahan Lembar Negara No. 5495
pasal 1 ayat (12)
16

Berdasarkan hal tersebut, maka terkait dengan desa ada beberapa


hal yang perlu dipahami, yaitu :19
1. Desa dapat disebut dengan istilah lain;
2. Desa meruakan kesatuan masyarakat umum;
3. Desa memiliki batas-batas wilayah;
4. Desa berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya sendiri;
5. Pengaturan desa berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat;
6. Diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI
Oleh sebab itu, pemerintahan desa adalah suatu pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang kepala desa, kepala desa dipilih secara
langsung oleh dan dari penduduk desa setempat yang telah
memenuhi persyaratan dengan masa jabatan enam tahun terhitung
sejak tanggal pelantikan. Kepala desa dapat menjabat sebanyak
tiga periode secara berturut-turut.
Dasar Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 merupakan produk hukum yang dikeluarkan
oleh Indonesia sebagai Regulasi yang mengatur tentang Desa, dan
untuk ketiga kalinya desa kembali diatur dengan Undang-undang
secara ekslusif. Pertama kali Undang-undang tentang desa di atur
di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
1965 tentang Desa Pratu dan yang kedua Desa itu sendiri diatur di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1979
tentang Pemerintahan Desa.20
Hal demikian menunjukkan bahwasannya kedudukan Desa
yang merupakan bagian dari NKRI senantiasa mendapatkan
perhatian yang cukup serius dari kalangan masyarakat, sehingga

19
Rahyunir Rauf, Sri Maulidiah, Pemerintahan…., 16
20
Yusnani Hasjimzoem, “Dinamika Hukum Pemerintahan Desa”,
dalam Jurnal Ilmu Hukum. Vo. 8 No.3 , (Juli-September 2014) , 466,
diakses 21 Agustus 2022, https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v8no3.312
17

regulasi hukum tentang desa senantiasa dilakukan pembaharuan.


Lantaran selama ini pengaturan tentang desa ini sendiri
digabungkan dengan pengaturan daerah yang menimbulkan sebuah
titik kelemahan dan kekurangan dalam mengatur,
menyelenggarakan dinamika dan perkembangan desa.
Pemerintah Desa yang dipimpin oleh kepala desa, dibantu oleh
sekretaris desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas
kepala-kepala urusan, yaitu pelaksana urusan dan kepala dusun.
Kepala urusan membantu sekretaris desa menyediakan data
informasi dan memberikan pelayanan. Pelaksanaan urusan adalah
pejabat yang melaksanakan urusan rumah tangga desa di lapangan.
Kepala dusun adalah wakil kepala desa di wilayahnya. Urusan
rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus
oleh pemerintah desa. Untuk mengatur, mengurus, dan pengurusan
urusannya, pemerintah desa dibuat oleh kepala desa bersama
dengan BPD selanjutnya disingkat BPD. Peraturan desa
dilaksanakan oleh kepala desa dan dipertanggungjawabkan kepada
rakyat melalui BPD. 21
Berdasarkan Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 tentang
susunan organisasi dan tata kerja (SOT) pemerintah desa, Adapun
tugas dan fungsi dari pemerintahan desa adalah sebagai berikut :
1. Tugas dan Fungsi Kepala Desa22
Dalam menjalankan pemerintahan desa, kepala desa
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata
pratu pemerintahan, penetapan peraturan di desa
pembinaan masalah pertanahan, pembina ketentraman

21
Sugiman, “ Pemerintahan Desa”, dalam Jurnal Binamulia Hukum,
Vol. 7 No.1 Juli 2018, 86, diakses 24 Juli 2022,
https://doi.org/10.37893/jbh.v7i1.16
22
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan desa, No.1302, Pasal 6
18

dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan


masyarakat, administrasi kependudukan dan penataan
dan pengeloaan wilayah;
b. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan
sarana prasarana perdesaan dan pembangunan bidang
Pendidikan Kesehatan;
c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak
dan kewajiban masyarakat di bidang sosial budaya
masyarakat, keagamaan dan ketenagakerjaan;
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi
dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi,
politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga,
pemuda olahraga dan karang taruna; dan
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan Lembaga
masyarakat dan Lembaga lainnya.

2. Tugas dan Fungsi Sekretaris Desa23


Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan
sekretariat desa yang mengemban tugas membantu kepada
desa dalam bidang administrasi pemerintahan, berikut
adalah tugas dan fungsi dari sekretaris Desa.
a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata
naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan
ekspedisi;
b. Melaksanakan urusan umum seperti penataan
administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana
perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian asset, inventariasi, perjalanan
dinas, dan pelayanan umum;

23
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan desa, No.1302, Pasal 7
19

c. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan


administrasi keuangan, administrasi sumber-sumber
pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi
keuangan, dan administrasi penghasilan kepala desa,
perangkat desa, BPD, dan Lembaga pemerintahan
desa lainnya; dan
d. Melaksanakan urusan perencanaan, seperti Menyusun
rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,
menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi
program, serta penyusunan laporan.

3. Tugas dan fungsi kepala urusan 24


Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf secretariat
dan keoala urusan bertugas untuk membantu sekretaris
desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Diantaranya
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Kepala urusan tata usaha dan umum : melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, surat
menyurat, arsip dan lain sebagainya;
b. Kepala urusan keuangan : melaksanakan urusan
keuangan , seperti pengurusan administrasi keuangan,
sumber-sumber pendapatan desa, dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan keuangan desa; dan
c. Kepala urusan perencanaan : melaksanakan urusan
perencanaan seperti perencanaan anggaran belanja
desa, menginventarisir data-data pembangunan desa

24
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan desa, No.1302, Pasal 8
20

dan melakukan monitoring , evaluasi program serta


penyusunan laporan.

4. Tugas dan fungsi kepala seksi25


Kepala seksi berkedudukan sebagai unsur pelaksana
teknis. Kepala seksi bertugas membantu kepala desa
sebagai pelaksana tugas operasional. Diantaranya
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi
melaksanakan manajemen tata pratu pemerintahan,
Menyusun rancangan regulasi desa, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan desa;
b. Kepala seksi kesejahteraan mempunyai tugas
melaksanakan pembangunan sarana prasarana
pedesaan, pembangunan bidang Pendidikan,
Kesehatan dan tugas sosialisasi dalam bidang budaya,
ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan
keluarga, pemuda olahraga, dan karang taruna; dan
c. Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan
penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak
dan kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.

5. Tugas dan fungsi kepala kewilayah26


Kepala kewilayahan bertugas membantu kepala desa
dalam pelaksanaan tugas diwilayahnya, diantaranya
memiliki fungsi sebagai berikut :

25
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan desa, No.1302, Pasal 9
26
Permendagri Nomor 84 Tahun 2015, tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan desa, No.1302, Pasal 10
21

a. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan


upaya perlindungan masyarakat, mobilitas
kependudukan, serta penataan dan pengelolaan
wilayah;
b. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya;
c. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dan
meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat
dalam menjaga lingkungannya; dan
d. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan.
Fungsi pemerintahan atau yang sering dikenal dengan istilah
kewenangan desa, yang diselenggarakan oleh desa, dapat
dibedakan kedalam “inherent functions (fungsi bawaan), residuary
function (fungsi sisa), dan assigned function (Fungsi yang
ditugaskan) ”. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh kepala
desa, maka secara legalitas memiliki tanggung jawab yang besar,
maka dari itu efektif harus ada pendelegasian kewenangan kepada
para pembantunya atau memberikan mandat. Agar kepala desa
tidak “terjebak pada pelanggaran hukum” maka kepala desa
diberikan larangan sebagaimana ditegaskan, pasal 29 Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, sebagai berikut :
merugikan kepentingan umum, membuat keputusan yang
menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak lain, dan/atau
kewajibannya, melakukan Tindakan diskriminatif terhadap warga
dan/atau golongan masyarakat tertentu, melakukan Tindakan
meresahkan sekelompok masyarakat desa, melakukan kolusi,
korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari
pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau Tindakan
yang akan dilakukannya, menjadi pengurus partai politik, menjadi
anggota dan/atau anggota badan permusyawaratan desa, anggota
dewan perwakilan rakyat republik indonesia, dewan perwakilan
22

rakyat provinsi atau dewan perwakilan rakyat daerah


kabupaten/kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peratutan
perundang-undangan, ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye
pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah, melanggar
sumpah/janji jabatan; dan meninggalkan tugas selama 30 (tiga
puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan .

B. Definsi Keterwakilan Perempuan


Undang-undang No. 39 Tahun 1999 pasal 46 menyatakan
bahwa keterwakilan perempuan adalah upaya pemberian
kesempatan dan kedudukan yang sama bagi wanita untuk
melaksanakan peranannya dalam bidang eksekutif, yudikatif,
legislatif, kepartaian, dan pemilihan umum menuju keadilan dan
kesetaraan gender. Dalam pengaplikasiannya upaya meningkatkan
peran politik dan jumlah keterwakilan perempuan di parlemen
bukanlah hal yang sederhana dan hanya bergantung kepada satu
atau dua faktor saja.
Keterwakilan perempuan di dalam sebuah pemerintahan perlu
perhatian serius terutama pada posisi perempuan, sering kali yang
menjadi objek pembahasan pada saat ini adalah banyak kaum
perempuan masih tidak percaya dan tidak memilih perempuan lain
untuk menjadi perwakilannya padahal secara legal keterwakilan
perempuan harus diikutsertakan karena kaum perempuan sebagai
warganegara mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki.
Sama hal nya dengan apa yang terjadi di Negara Amerika
bukan soal kinerja akan tetapi yang membuat kurangnya dari
perwakilan perempuan dalam pencalonan adalah ketidak
percayaan diri dari seorang perempuan dalam bidang politik belum
lagi ditambah dengan urusan pribadi dari seorang perempuan serta
kaum perempuan memiliki asumsi bahwa peluang dari seorang
laki-laki lebih besar dari pada perempuan sehingga para laki-laki
23

cenderung melemahkan kinerja mereka, serta fitur structural dari


sistem politik Amerika tidak kondusif bagi representasi
perempuan.27
Keterwakilan perempuan merupakan permasalahan yang
masih membutuhkan perhatian untuk diperjuangkan oleh kaum
perempuan. Para pengamat perempuan sangat yakin dan optimis
bahwa dengan melibatkan perempuan dalam proses pengambilan
keputusan kebijakan akan sangat berdampak pada keadilan itu
sendiri karena perempuan lebih cenderung sensitif pada
kepentingan keluarga, anak, dan perempuan. Ketidaksetaraan
gender yang dialami oleh perempuan membatasi pilihan
perempuan untuk berkontribusi dalam pembangunan dan
menikmati pembangunan tersebut. Sehingga pada akhirnya
keberhasilan pembangunan terseluruh masyarakat terkecuali
perempuan.28
Namun, urgensi akan tekerwakilan perempuan di dunia
pemerintahan Indonesia banyak sekali hambatan oleh banyak
faktor. Sistem pemerintahan indonesia tidak peka sama sekali
terhadap isu gender, yang mengakibatkan persoalan yang berakitan
dengan diri perempuan sangat disepelekan. Faktor lain yang
mempertegas dari hal tersebut dan sangat berpengaruh terhadap
sistem pemerintahan di Indonesia adalah pandangan yang
menganggap perempuan hanya pantas menjadi ibu rumah tangga,
bukan pegawai pemerintahan atau yang memimpin pemerintahan

27
Deborah L. Rhode, Women And Leadership, ( New York : Oxford
University Press,2017), 38
28
Rina Antasari,dkk, “Program Theree Ends untuk mengakhiri
kesenjangan Ekonomi bagi perempuan dalam perskfektif hukum ekonomi
syari’ah”, Jurnal Muamalah Vol. 6 No. 2, ( Desember 2020), 96, diakses
8 Juli 2022, http://repository.radenfatah.ac.id/id/eprint/8117
24

tersebut.29 Pemikiran seperti ini jelas sangat membatasi kaum


perempuan untuk berperan aktif di dalam sebuah pemerintahan.
Sementara itu, Ani Widyani Soejipto menyatakan bahwa
perempuan sebagai objek dari sebuah pemerintahan, pada dasarnya
dapat berpartisipasi secara tidak langsung yaitu dengan cara
memilih wakil kelompok perempuan yang bisa mengapresiasikan
kepentingan kaum perempuan. Keterwakilan perepuan dalam
artian ini adalah untuk menyuarakan kepentingan seluruh
perempuan melalui beberapa perempuan yang dianggap mampu
untuk mengemban tanggung jawab tersebut.
Proporsional antara yang mewakili dan diwakili. Tingkat
keterwakilan ini bisa dirincikan kembali menjadi keterwakilan dari
sisi fungsionalisme (kesamaan pekerjaan atau fungsi sosial
dimasyarakat ) dan disisi sosial meliputi aspek suku, gender, etnis,
dan kelas sosial. Jenis keterwakilan deskriptif adalah keterwakilan
yang sering dijadikan sebagai acuan. Keterwakilan perempuan ini
bersifat representasi dimana orang yang menjadi wakil harus
bertindak dan memperjuangkan kepentingan orang yang mereka
wakili. Wujud keterwakilan perempuan ini harus dicerminkan
dalam sebuah kebijakan atau regulasi hukum yang sejalan dengan
kepentingan mandat. Menurut Anne Philips dalam bukunya, bahwa
jika keterwakilan perempuan secara desktiptif (jumlah
keterwakilan perempuan) meningkat, maka kepentingan
perempuan pun akan semakin disuarakan di dalam sebuah
keputusan publik. 30

29
Loura Hardjaloka, “Potret Keterwakilan Perempuan dalam Wajah
Politik Indonesia Perspektif Regulasi dan Implementasi”, dalam Jurnal
Konstitusi, Vol. 9 No. 2, 16 Agustus 2022, https://doi.org/10.31078/jk928
30
Ella Syafputri, Keterwakilan Perempuan di Parlemen Komparasi
Indonesia dan Korea Selatan, dalam Jurnal Indonesian Journal of
International Studies, Vol.1 No.2 Desember 2014, 167, diakses 30
Agustus 2022, https://doi.org/10.22146/globalsouth.28839
25

Sebagai bagian Gerakan demokrasi, perjuangan perempuan


untuk meningkatkan jumlah perempuan di pemerintahan harus
dilakukan dengan cara demokratis, yakni melalui pemilihan yang
jujur dan adil. Disinilah perlunya Gerakan peningkatan
keterwakilan perempuan memilih sistem pemilihan yang
memberikan kesempatan lebih terbuka bagi para calon perempuan
untuk memasuki pemerintahan. Dalam pemilihan sistem pemilu,
secara legalitas sesungguhnya sudah berpihak kepada perempuan,
tinggal mengaplikasikannya saja dalam bentuk nyata ke
kehidupan.31 Menurut Ruth Roded, Keterlibatan perempuan itu
tidak secara langsung akan tetapi pengaruhnya sangat besar dalam
sebuah pemerintahan, sebuah ikhtisar mengenai berbagai dimensi
dari fenomena yang menempatkan setiap wanita yang memiliki
kekuasaan politik yang tertulis dalam sejarah.32

C. Tinjauan PP Nomor 43 Tahun 2014 mengenai


Keterwakilan Perempuan
Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merupakan terdiri dari daerah-daerah provinsi, daerah provinsi
tersebut dibagi atas kabupaten/kota, dan kota itu dibagi lagi atas
kecamatan dan kecamatan dibagi lagi atas kelurahan/desa itu
mempunyai pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang-
undang.33

31
Utama Sandjaja, Meningkatkan Keterwakilan Perempuan
Penguatan Kebijakan Afirmasi, (Jakarta : Kemitraan bagi Pembaruan
Tata Pemerintahan,), 5
32
Abdul Hadi, Posisi Wanita dalam Sistem Politik Islam Perspektif
Fenomelogi, Jurnal An Nisa jurnal kajian Gender dan Anak, Vol. 12 No.
01 ( Juni : 2017 ), 15, diakses 27 September 2022,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa
33
Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
26

Berdasarkan keadaan empiris, Indonesia secara historis


terdapat desa yang merupakan cikal bakal terbentuknya masyrakat
dan pemerintah di Indonesia jauh sebelum bangsa negara modern
terbentuk, kelompok sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan
lain sebagainya, telah menjadi bagian yang terpenting dalam suatu
tatanan negara.34
PP Nomor 43 Tahun 2014 adalah Peraturan pelaksanaan dari
Undang-undang Nomor 6 tentang Desa. Di dalam PP Nomor 43
Tahun 2014 memuat Frasa tentang Perempuan sebanyak tiga kali,
Pertama tersebar pada bagian Pengisian Keanggotaan
Permusyawaratan Desa, Musyawarah Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Misalnya, adalam pasal 72 ayat 1 “Pengisian
keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan secara
Demokratis melalui Proses Pemilihan Secara Langsung atau
musyawarah perwakilan dengan menjamin keterwakilan
perempuan”.
Pasal tersebut menyatakan bahwasannya pemilihan Badan
Permusyawaratan Desa harus dilaksanakan secara demokrasi dan
harus menyertakan perempuan dalam kegiatan tersebut, secara
terang-terangan pasal tersebut mendukung perempuan untuk
terlibat aktif di dalam sebuah pemilihan BPD desa. Peningkatan
dari keterwakilan perempuan dalam pemerintahan desa , tersebut
dalam praktiknya tidak lah terjadi secara menyeluruh, namun
karena perjuangan terus menerus untuk mewujudkan hak setiap
orang untuk mencapai persamaan dan keadilan. Salah satunya
adalah dengan mewujudkan peraturan perundang-undangan yang
memiliki keberpihakan dan afirmatif terhadap peningkatan
keterwakilan perempuan.

34
Ni’matul Huda, 2014, perkembangan hukum tata negara (
perdebatan dan gagasan penyempurnaan, FH UII Press , Yogyakarta ,
361
27

Penerapan affirmatif action terhadap perempuan dalam


pemerintahan desa dan pemilihan badan keanggotaan perangkat
desa ternyata mampu meningkatkan keterwakilan perempuan dari
waktu kewaktu. Hal demikian dibuktikan dengan sudah banyak
nya perempuan yang terlibat aktif dalam sebuah pemerintahan desa
dan bahkan desa di daerah sumatera selatan sudah tidak ragu lagi
menjadikan kaum perempuan sebagai kepala desa. Jimly
Ashiddiqie menyebutkan bahwa keterwakilan perempuan
merupakan wujud dari kedaulatan rakyat, yang bertujuan untuk
memberikan peluang kepada perempuan untuk melaksanakan
peranannya dalam bidang pemerintahan untuk menuju keadilan
dan kesetaraan gender.35
Kedua, terdapat dibagian musyawarah desa , pasal 80 Ayat 3
yang berbunyi “Unsur Masyrakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas : tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh Pendidikan, perwakilan kelompok tani, perwakilan
kelompok nelayan, perwakilan kelompok perempuan, perwakilan
kelompok pemerhati dan perlindungan anak, dan perwakilan
kelompok masyarakat miskin” .
Pasal tersebut merupakan sekali lagi bentuk perhatian kepada
kaum perempuan untuk terlibat aktif dalam musyawarah desa,
frasa ketewakilan perempuan memiliki makna bahwasaanya
kehendak dari Peraturan Pemerintah ini adalah adanya seorang
perempuan yang memang cakap dan ahli dapat mewakili kaum nya
dalam menyuarakan sebuah pendapat yang dinilai adil bagi mereka
di dalam sebuah musyawarah desa. Dengan demikian pasal
tersebut juga menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia untuk terlibat

35
Jimly Ashiddiqie, pokok-pokok hukum negara Indonesia pasca
reformasi, ( Jakarta : buana ilmu popular, 2007), 154
28

dalam sebuah pemerintahan baik secara langsung atau tidak


langsung. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM 36:
1. Setiap orang berkah turut serta dalam pemerintahan
negerinya, secara langsung atau melalui wakil-wakil yang
dipilih bebas.
2. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk
diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya.
Ketiga, terdapat di bagian Ketiga mengenai Pemberdayaan
Masyarakat dan Pendampingan Masyarakat Desa pasal 127 ayat
(2) huruf d “Menyusun perencanaan dan penganggaran yang
berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas ,
perempuan, anak, dan kelompok marginal.” Pada pasal ini
menyatakan bahwa kepentingan perempuan sangat diperhatikan
dan sangat diperhitungkan dalam menetapkan suatu perencanaan
anggaran.
Berdasarkan uraian diatas, keterwakilan perempuan dalam
pemerintahan desa adalah sebuah keharusan karena secara tegas
telah dituangkan di dalam PP Nomor 43 tahun 2014, dengan
demikian melibatkan perempuan kedalam sebuah pemerintahan
desa adalah suatu hal yang wajib. Serta mengenai perempuan yang
mewakili kaumnnya hingga sampai menjadi seorang pemimpin
desa (Kepala Desa) menurut Peraturan Pemerintah tersebut jelas
diperbolehkan karena di dalam PP tersebut tidak ada pasal yang
melarang hal demikian.

D. Konsep Feminisme di Dunia


Feminisme berasal dari bahasa latin, Femina atau feminus
yang merupakan kombinasi dari kata fe berarti iman dan mina atau
minus yang artinya kurang, jadi femina artinya kurang iman.

36
Lembar Negara No, 3886, Republik Indonesia, Undang-undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dalam Pasal 5-6
29

Penamaan ini membuktikan bahwa di Barat perempuan dianggap


sebagai makhluk yang kurang iman, dalam pengertian makhluk
sekunder atau kedua setelah laki-laki.
Dan kata isme berasal dari bahasa Yunani ismos yang
menandakan suatu paham atau ajaran atau kepercayaan.
Sedangkan pengertian Feminisme adalah sebuah gerakan yang
dilakukan oleh kaum perempuan yang menuntut emansipasi atau
kesamaan dan keadilan yang setara dengan para lelaki. 37 Istilah
feminisme pertama kali digunakan dalam literatur barat pada tahun
1880 yang secara tegas menuntut kesetraan hukum dan politik
dengan laki-laki. Istilah ini masih diperdebatkan, namun secara
umum biasa dipakai untuk menggambarkan ketimpangan gender,
subordinasi, dan penindasan terhadap perempuan. 38
Persoalan perempuan merupakan hal yang selalu menarik dan
aktual untuk dikaji dan telah berlangsung hampir seusia dengan
lahirnya kebudayaan Islam. Para kaum feminis Indonesia lebih
suka menggunakan kata perempuan daripada wanita. Dalam
prasasti Gandasuli disebutkan bahwa asal kata perempuan adalah
Parpuanta yang memiliki arti yang dipertuankan atau dihormati,
Empu dalam pengertian ini merupakan sebuah gelar kehormatan
yang berarti tuan. Namun menurut William Shakespeare (seorang
pujangga Inggris) apa pun namanya wanita atau perempuan sama
saja, yaitu satu jenis makhluk manusia yang paling berjasa terhadap

37
Joko Kurniawan, “Feminisme dalam Pandangan Islam, Analisis
Gerakan Feminisme”, Universitas Darussalam Gontor, diakses 4
agustus 2022, Https://afi.unida.gontor.ac.id/2019/04/12/feminisme-
dalam-pandanfan-Islam-analisis-gerakan-feminisme/.
38
Ashabul Fadhli, “Tinjauan Kepemimpinan Perempuan dalam
Politik Perspektif Feminisme” dalam Jurnal Islam dan Demokrasi, Vol.1
No.4 September 2014, 86, diakses 29 Juli 2022,
https://www.academia.edu/31042230/TINJAUAN_KEPEMIMPINAN_
PEREMPUAN_DALAM_POLITIK_PERSPEKTIF_FEMINISME
30

spesiesnya secara biologis yang memungkinkan manusia bisa lebih


banyak dan silih berganti dari generasi ke generasi.
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis
kelamin (sex). Atau kesetaraan gender dikenal dengan
gender equality, yang bermakna persamaan gender. Akan tetapi
menurut Nasaruddin Umar makna sex kurang tepat jika disamakan
dengan jenis kelamin, karena kosa kata ini terbilang baru, sehingga
tidak ditemukan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia. Pada
awalnya kedua kata tersebut (Gender dan Sex) digunakan secara
rancu. Beberapa tahun terakhir di tengah maraknya gerakan
feminis, kedua kata tersebut didefinisikan secara berbeda.
Perbedaan konseptual antara gender dan sex bermula dikenalkan
oleh Ann Oakley. Sex adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu yang tidak dapat dipertukarkan atau bahkan dirubah secara
permanen, serta merupakan ketentuan biologis atau ketentuan
Tuhan (Kodrat). Sedangkan konsep gender adalah pembagian
laki-laki dan perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun
kultural bukan termasuk kedalam kodrati atau non-biologis, karena
tidak abadi dan dapat dipertukarkan. 39
Hal inilah yang dijadikan sebagai landasan kaum feminis dalam
melancarkan idiologi mereka, bahwasanya gerakan gender tidak
mempermasalahkan perbedaan identitas antara laki-laki dan
perempuan dari segi anatomi biologis atau jenis kelamin, akan
tetapi mengkaji aspek sosial, budaya, psikologis dan aspek-aspek
non-biologis lainnya, hal tersebut senada dengan pernyataan
Nasaruddin Umar yang mengatakan bahwa gender merupakan
suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan

39
Nassarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender, (Jakarta : Dian
Rakyar, 2010), 29-30
31

antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi aspek konstruk


sosial-budaya.
Secara istilah, gender mempunyai beberapa pengertian. Helen
Tierney misalnya, mengartikan gender sebagai sebuah konsep
kultural yang berusaha membuat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik
emosional dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Menurut H.T
Wilson, gender merupakan suatu dasar untuk menentukan
perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan
dan kehidupan kolektif sehingga berakibat mereka menjadi laki-
laki dan perempuan. Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai
harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Dari
beberapa pengertian diatas, gender dapat dipahami sebagai suatu
konsep yang dipakai untuk membedakan identitas laki-laki dan
perempuan dari segi sosial dan budaya. Berbeda dengan
konsep sex yang secara umum digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis
manusia. 40
Asumsi dasar kesetaraan gender yang dibawa oleh feminisme
berangkat dari teori nurture. Menurut mereka, peran gender hanya
berasal dari kontruksi sosial (Nurture) semata dan bukan alamiah
atau kodrati (Nature), sehingga dapat dipertukarkan. Dengan
demikian peran gender pada hakikatnya adalah netral, setara, sama
dan dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Tidak ada
perbedaan antara keduanya, semuanya adalah sama.
Hal semacam inilah yang di gagas oleh para kaum feminis
dimana kesamaan atau netral atas kondisi ideal laki-laki dan
perempuan. Jika kenetralan ini dilanggar, maka dalam pandangan

40
Ade Kartini “Redefinsi Gender dan Seks”, dalam jurnal kajian
Perempuan dan keIslaman Vol.12 No.2 Oktober 2019, Institute Agama
Islam Cipayunng Tasikmalaya, 222-223, diakses 18 September 2022
https://doi.org/10.35719/annisa.v12i2.18
32

mereka akan menimbulkan ketimpangan sosial, yakni diskriminasi


terhadap kaum perempuan. Pada umumnya kaum feminis memakai
ukuran kuantitatif dalam menentukan apakah terjadi ketimpangan
seperti melihat out come, lot atau keberhasilan yang telah dicapai
laki-laki dan perempuan di dunia publik.
Hak memilih dan dipilih merupakan titik pusat dari Gerakan
feminisme, mulai dari abad ke-19 hingga dekade pertama abad ke-
20, suffagarisme menjadi wajah publik dari klaim feminis. Hal
demikian dibuktikan dengan hak tersebut telat mendapatkan
pengakan oleh masyarakat dan Negara bahwasannya perempuan
memiliki kondisi setara dengan laki-laki untuk mengelola
kehidupan kolektif.41
Namun meskipun demikian problematika yang dihadapi oleh
kaum perempuan sendiri, dan hampir selalu melahirkan pro-kontra
yang sangat luar biasa, bahwa perempuan kurang dan bahkan tidak
dapat memainkan peran independen dalam tataran domestik dan
publik. Perjuangan perempuan untuk memperoleh keadilan atas
hak-hak kemanusiaannya hingga hari ini masih terus menghadapi
halangan-halangan yang serius, antara lain dari pandangan
keagamaan. Sehingga hari ini pendapat mainstream yang dipakai
untuk menafsirkan, baik dari al-Qur’an sendiri maupun hadis,
menilai dan memproduksi pengetahuan adalah suatu hujjah
keagamaan tekstual yang dihasilkan zaman stagnasi (ketandusan
atau kebantutan) pemikiran Islam pada abad pertengahan. 42
Berdasarkan pengertian gender diatas , feminisme menurut
Manggi Humin adalah sebuah ideologi dari perempuan yang
mengalami sebuah tindak ketidakadilan di dalam kehidupan

41
Luis Felipe Miguel, Flavia Biroli, Feminismo e Politica,, ( Portugis
: Boitempo Editorial, 2014 ), 60
42
Heri Junaidi dan Abdul Hadi, “Gender dan Feminisme dalam
Islam”, dalam Jurnal Muwazah Vol.2 No.2 (Desember) , 426, diakses 15
Agustus 2022, https://doi.org/10.28918/muwazah.v2i2.326
33

dikarenakan jenis kelamin, sedangkan menurut Mansor Fakih,


Feminisme adalah Gerakan dan kesadaran dari asumsi bahwa
perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta melalui
Gerakan ini diharapkan dapat mengakhiri penindasan dan
eksploitasi tersebut.
Sarah Gamble memberikan definisi umum, feminisme sebagai
“that believe that, women, purely and simply because they are
treated inequitably withina society wich is organized to priorities
male viewpoints and cocnerns”. Feminisme merupakan paham,
kajian, dan Gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah status
subordinat perempuan dalam masyarakat yang mengutamakan
laki-laki diatas kepentingan perempuan .43
Dengan demikian, konsep relasi gender dalam Islam yaitu suatu
keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-sama menikmati
status, kondisi atau kedudukan yang setara sehingga terwujudnya
secara penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan segala
aspek kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara. Islam
sendiri mengedepankan konsep keseimbangan, keserasian,
keselarasan, keutuhan, baik sesame umat manysia maupun dengan
lingkungan alamnya.44
Dapat disimpulkan bahwasannya Feminisme adalah bentuk
teori dari Gerakan pembebasan perempuan yang lahir dari sebuah
ide yang diantaranya berusaha melakukan pembangunan kembali
terhadap penindasan atas nama gender, mencari akar dari sebuah

43
Nila Sastrawati, Laki-laki dan Perempuan Identitas yang Berbeda
: Analisis Gender dan Politik Perspektif Post-Feminisme, (Makassar :
Alauddin Press, 2018), 44
44
Heri Junaidi, Ibu Rumah Tangga : Streotype Perempuan
Pengangguran, Jurnal An Nisa , Vol.12 No.1 , ( Juni : 2017 ), 79, diakses
26 Juli 2022, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa
34

ketertindasan perempuan, hingga penciptaan pembebasan


perempuan secara hierarki.45
Gerakan feminisme dipandang sebagai hasil dari kontruksi
sosial, dalam kajian feminisme terdapat beberapa tipologi yang
membagi Gerakan feminisme tersebut dalam beberapa kelompok
yang satu sama lain memiliki karakterstik nya masing-masing,
diantaranya sebagai berikut :
1. Feminisme Kultural
Feminisme ini berkaitan dengan peningkatan nilai-nilai
perbedaan perempuan dibandingkan menjelaskan asal-
usulnya. Para teoritis feminisme ini seperti Margareth
Fuller, Frances Willard, Charlote Perkins Filman
memandang bahwa dalam mengatur Negara, masyarakat
memerlukan nilai-nilai perempuan seperti kerjasama,
perhatian, pasifisme, dan penyelesaian konflik tanpa
menggunakan kekerasan. Feminisme kultural ini
menjelaskan bahwa cara perempuan dalam menjalani
hidup dan mendapatkan kehidupan dapat menjadi model
yang lebih baik untuk menghasilkan masyarakat yang
lebih baik ketimbang preferensi tradisional dari kultur
androsentris pria.46
2. Feminisme Liberal
Feminisme Liberal berkembang di Barat sejak abad
ke-18 yang diiringi dengan arus pemikiran baru “zaman
pencerahan” (enlighment atau age of reason). Dasar yang
menjadi acuan dari teori ini adalah doktrin dari John Lock
tentang natural rights (hak asasi manusia) bahwa, setiap
manusia mempunyai hak asasi manusia yaitu kebahagiaan.

45
Nurhayati, “Feminisme dalam Kepemimpinan”, dalam Jurnal
Istinbath No. 16 Juni 2015, 162-163
46
Nila Sastrawati, Laki-laki….,50-51
35

Namun dalam perjalanan sejarahnya di Barat, pemenuhan


hak asasi manusia tersebut lebih berpihak kepada kaum
laki-laki. Pada zaman tersebut perempuan dinilai makhluk
yang tidak/kurang memiliki daya rasionalitas sehingga
tidak diberikan hak-hak yang sama sebagai warga negara
dibandingkan dengan kaum laki-laki.47
Feminisme liberal pada hakikatnya adalah sebuah
bentuk rekontruksi dalam filsafat feminisme yang didasari
oleh kelompok kebebasan dalam pemikiran politik yang
menekankan perlu adanya sikap rasional dan kebebasan
manusia. Pada metode nya aliran ini menekannkan bahwa
laki-laki dan perempuan adalah makhluk rasional,
sehingga keduanya harus diberikan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam bidang kehidupan yang ada.
Diantaranya ada beberapa tokoh penting dalam periode ini
diantaranya : Mary Wollstonecraft (1759-1979), J.S. Mill
(1806-1873), Harriet Taylor Mill (1807-1858), Elizabeth
Stanton (1815-1902), dan lain sebagainya.48
3. Feminisme Marxian
Teori feminisme markis adalah teori yang dilandasi
oleh teori Engel yang beranggapan bahwa yang menjadi
kemunduran bagi perempuan adalah hal yang terjadi
disebabkan oleh kebebasan individu dan kapitalisme
sehingga hal tersebut hanya bereda dikalangan laki-laki,
sedangkan perempuan menjadi bagian dari nilai
kapitalisme tersebut.
Adapun ciri-ciri dari teori ini adalah memandang kaum
laki-laki sebagai sektor publik dan perempuan sebagai

47
Nursyamsiah, Relasi Gender dan Kekuasaan, (Makassar: Alauddin
University Press), 35
48
Saidul Amin, Filsasat Feminisme, ( Pekan Baru : CV. Mulia Indah
Kemala, 2015), 80
36

sektor privat, sebagaimana yang terhadu dalam sistem


kapitalis. Pandangan tersebut tidak sesuai dengan realita
yang ada, dimana relasi yang terjadi dalam keluarga
merupakan relasi yang didasari oleh cinta kasih.
Dengan demikian secara ekonomi perempuan harus
merdeka dari kaum laki-laki karena kunci dari kesetaraan
hidup diantara dua jenis kelamin yang berbeda ini. Karena
tujuan dari teori ini adalah tatanan masyarakat tanpa kelas,
tanpa pembedaan gender. 49
4. Feminisme Radikal
Feminisme radikal adalah isu mengenai penindasan
perempuan. Mereka mencurifai bahwasannya penindasan
tersebut disebabkan oleh adanya pemisah antara
lingkungan hidup privat dan lingkungan hidup publik,
yang berarti lingkup privat dinilai lebih rendah dari pada
lingkup publik, dimana kondisi ini memungkinkan tumbuh
suburnya patriarki.
Dalam konsep feminisme radikal, tubuh dan
seksualitas memegang esensi yang sangat penting. Hal ini
terkait dengan pemahaman bahwa penindasan diawali
melalui dominasi atas seksualitas perempuan dalam
lingkup privat. Kaum feminis radikal meneriakkan slogan
bahwa “yang pribadi adalah politis”, yang berarti
penindasan dalam lingkup privat adalah merupakan
penindasan dalam lingkup publik. Feminis radikal
memberikan prioritas pada upaya untuk memenangkan
isu-isu tentang kesehatan, misalnya perdebatan mengenai
aborsi dan penggunaan alat kontrasepsi yang aman.
Mereka ingin menyadarkan perempuan bahwa
“perempuan adalah pemilik atas tubuh mereka sendiri”,

49
Nila Sastrawati, Laki-laki….,55
37

mereka memiliki hak untuk memutuskan segala sesuatu


yang berkaitan dengan tubuh mereka, termasuk dalam hal
kesehatan dan reproduksi.
Para feminis radikal juga memberi perhatian khusus
pada isu tentang kekerasan laki-laki terhadap perempuan.
Dominasi laki-laki dalam sistem patriarki membuat
kekerasan yang menimpa perempuan, seperti
pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, pornografi,
pelecehan seksual, menjadi tampak alami dan “layak”.
Sejalan dengan pemahaman ini, tercipta pula dikotomi
mengenai good girls dan bad girls. Apabila seorang
perempuan berperilaku baik, terhormat, dan patuh, maka
ia tidak akan dicelakai.
Mengingat bahwa dalam sistem patriarkhi laki-lakilah
yang memegang kendali kekuasaan dan dominasi, maka
adalah juga laki-laki yang berhak memberikan definisi
mengenai perilaku yang “dapat diterima” dan “pantas”,
atau dengan kata lain, seorang perempuan harus bertindak
tanduk dalam suatu pola perilaku untuk memenuhi cita
rasa laki-laki dan untuk menyenangkan mereka agar
memperoleh posisi yang aman dan nyaman. Dalam
hubungan laki-laki dan perempuan yang demikian,
terdapat suatu pola superordinat - subordinat, pengampu-
diampu, suatu target yang sangat ingin dihapuskan oleh
feminis radikal.
Selanjutnya, terdapat perpecahan dalam feminis
radikal, yaitu radikal libertarian dan radikal kultural.
Feminisme radikal libertarian memberikan perhatian lebih
pada konsep isu-isu feminin, pada hak-hak reproduksi dan
peran seksual. Menurut kelompok ini, solusi atas masalah
ini adalah dengan mengembangkan ide androgini, yaitu
sebuah model yang mempromosikan pembentukan
38

manusia seutuhnya dengan karateristik maskulin -


feminim.
Di lain pihak, feminis radikal kultural bersikeras pada
proporsisi yang menyatakan bahwa perempuan seharusnya
tidak seperti laki-laki, dan tidak perlu bagi perempuan
untuk berperilaku seperti laki-laki. Kaum feminis radikal
kultural mencegah penerapan nilai-nilai maskulin yang
secara kultural dikenakan pada pria, misalnya kebebasan,
otonomi, intelektual, kehendak, kirarki, dominasi, budaya,
transendensi, perang dan kematian.
Perbedaan antara feminisme radikal libertarian
dengan feminisme radikal kultural mengungkapkan
adanya perbedaan sudut pandang yang tajam antara
keduanya mengenai reproduksi. Dimana pertentangannya
memperdebatkan apakah reproduksi merupakan sumber
“penindasan perempuan atau “kekuatan perempuan”.
Meskipun demikian, terdapat satu hal yang mengikat ide
radikal feminisme, yaitu pada pemahaman dasar bahwa
sistem gender adalah basis dari penindasan perempuan.
Feminis mengangkat isu-isu tentang seksisme, patriarkhi,
hak-hak reproduksi, kekuatan hubungan laki-laki dan
perempuan, dikotomi antara ranah privat dan ranah publik.
Singkatnya, feminisme radikal ini adalah teori yang
beranggapan bahwa pada dasarnya perempuan itu lebih
baik daripada laki-laki. 50
5. Feminisme Sosialis
Menurut pendapat beberapa pakar ilmu feminisme,
mereka menyatakan bahwa feminisme adalah bentuk

50
Fajar Apriani, “Berbagai Pandangan Mengenai Gender dan
Feminisme”, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman, 13
39

krtitiksn terhadap feminisme marx yang selalu


memojokkan kapitalis sebagai penyebab timbulnya
diskriminasi sosial terhadap perempuan. Bagi teori ini,
permasalahan diskriminasi perempuan sudah ada sebelum
adanya teori kapitalis, oleh karena itu mengkambing hitam
kan kapitalis adalah sesuatu yang keliru. Untuk itu teori ini
berpendapat bahwa kebebasan mutlak dari seorang
perempuan adalah apabila bisa lepas dari ketergantungan
ekonomi laki-laki.51
Sebuah paham yang berpendapat “tidak akan ada
sosialisme tanpa pembebasan perempuan”. Tidak aka nada
pembebasan perempuan tanpa sosialisme. Feminisme
sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan.
Lembaga perkawinan yang melegalisir kepemilikan pria
atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti
ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa
kelas, tanpa pembedaan gender, dan lain sebagainya. 52
Diantaranya tokoh-tokoh penting dalam aliran feminisme
ini adalah Charlotte Perkins Gilman (1860-1935) dan
Juliet Mitchell (1940)
Ciri-ciri umum aliran feminisme sosialis yaitu :
a. Perempuan dan Laki-laki sama-sama memiliki
peranan yang sangat penting dalam memelihara
keluarga;
b. Menentang dominasi laki-laki terhadap perempuan
dalam hal akumulasi kekayaan yang menyebabkan
ketergantungan perempuan dalam hal ekonomi

51
Saidul Amin, Filsasat…,83
52
Sri Hariati, “Aliran Feminisme Modern dan Aliran Feminisme
Menurut Islam”, dalam Jurnal Hukum Jatiswara, 148, diakses 19 Juli
2022, https://www.jatiswara.unram.ac.id/index.php/js/article/view/40
40

sehingga muncul eksploitasi terhadap kaum


perempuan;
c. Membahas persoalan yang berhubungan dengan
penindasan dalam bidang ekonomi seperti
diskriminasi hak gaji perempuan dan buaya patriarki;
d. Sistem kelas dan gender menjadi persoalan utama
yang harus diselesaikan; dan
e. Tidak membedakan wilayah privat dan wilayah
publik.
6. Feminisme Eksistensialis
Aliran ini berargumen bahwa perempuan selalu
diturunkan sebagai sosok yang menduduki posisi kedua,
tidak di pungkiri lagi bahwa posisinya tidak jauh lebih
penting dibandingkan laki-laki. Pernikahan sesungguhnya
telah merampas kebebasan wanita. Kemampuan mereka
melahirkan dan mendidik anak adalah sumber penindasan.
Bahkan pilihan hidup sebagai seorang istri lebih hina dari
seorang pelacur, karena pelacur mendapatkan bayaran atas
pelayanan yang diberikannya sedangkan seorang istri
cenderung hanya menjadikan perempuan sebagai pelayan
suami.
Maka tokoh penggerak aliran ini De Beauvoir (1908-
1986) menginginkan para perempuan untuk aktif didunia
karir agar terhindar dari perangkap istri dan ibu. De
Beauvoir mempunyai ungkapan yang paling radikal dalam
sejarah feminisme “ On ne sait pas femme, on ledevient,
(One is nor born but rather becomes a women)” hal
demikian diungkapan dengan tujuan menolak kelompok
essentialisme yang menyatakan “Women are born
feminime” baginya tidak ada beda laki-laki dan
41

perempuan, yang menjadi pembeda hanyala sebuah faktor


kodrat yang tidak bisa di hindarkan. 53
7. Feminisme Psikoanalisis
Feminisme psikoanalisis tidak terlepas dari
pandangan-pandangan Simund Freud yang melihat tingkat
perkembangan superego perempuan sangat jauh berbeda
dengan laki-laki. Perempuan ditampilkan sebagai sosok
yang kurang peka terhadap keadilan dan perasaan lebih
mendominasi dibandingkan rasionalitas. Singkatnya,
feminisme psikoanalisis mencoba membaca mengapa
perempuan “menjadi” perempuan melalui psyche atau
kesadaran dan ketidaksadaran. Feminisme melihat bahwa
perempuan memiliki cara kerja moral yang tidak di hargai
oleh dunia patriarkal. Tokoh penting dalam aliran ini
diantaranya Alfres Adler (1870-1937), Clara Thomson
(1893-2958) dan Juliet Mitchel (1940).
8. Feminisme Postmodern
Ide post-mo menurut anggapan mereka adalah ide
absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan
pemilahan secara berbeda tiap femonmena sosial karena
penentangannya pada penguniversalan pengetahuan
ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender
tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
Aliran feminisme postmodern ini berjalan di antara
feminisme radikal dan feminisme liberal, inti dari
feminisme ini adalah penolakan dikotomi di antara
identitas laki-laki dan perempuan. Bagi kelompok ini
pengetahuan tentang laki-laki dan perempuan

53
Ni Putu Laksmi, Dkk, “Feminisme Eksistensial Simone de
Beauvoir : Perjuangan Perempuan di Ranah Domestik”, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana,, 4-6
42

sesungguhnya berada pada dataran tekstual. Oleh sebab itu


perlu ada rekontrusksi teks-teks yang buram atas gender.
Aliran ini menyatakan bahwa yang membuat perempuan
termajinalkan disebabkan oleh narasi narasi besar budaya
yang dibangun oleh Bahasa laki-laki, dimana perempuan
sering kali dianggap tidak memiliki peran.
9. Feminisme Gender (Neo Markis) 54
Feminisme gender adalah aliran yang menolak semua
bentuk “patriarchal oppressive system”. Secara umum
aliran ini sejalan dengan feminisme radikal yang berupaya
menghapuskan reproduksi bioloho dan keluarga bilogi dan
berpendapat bahwa pernikahan heteroseksual dan menjadi
ibu adalah tindakan politik, selanjutnya mereka
menyatakan bahwa semua bentuk penyimpangan sesksual
seperti homoseksual, lesibian, dan transeksual mesti
diterima. semua alat buatan reproduksi harus di
promosikan dan kehidupan seks harus dipisahkan dari
sebuah pernikahan dan reproduksi, serta tindak aborsi
adalah sesuatu yang diperbilehkan agar perempuan dapat
menikmati kehidupannya. Tokoh aliran ini adalah Judith
Butler (1956).
10. Feminisme Multikulturalisme dan Global55
Feminisme ini adalah aliran yang menekankan pada
perbedaan dalam menangani permasalahan perempuan.
Munculnya teori feminsme multicultural ini karena
disadari adanya sekalahan dalam melihat persoalan
perempuan, yang mengatasinya dengan memberikan
kesamaan dan solusinya. mengutip pendapat Elizabeth
Spelman bahwa kegagalan teori feminisme tradisional

54
Saidul Amin, Filsasat….,80
55
Ni Putu Laksmi, Dkk, “Feminisme…,4-6
43

adalah keinginan mereka untuk melihat adanya persamaan


pada setiap perempuan.
Feminisme ini juga menolak kebijakan di negra-
negara tertentu yang bisa berdampak pada peminggiran
perempuan dinegara lain harus ditolak, seperti kebijakan
negara-negara manju dalam menjalankan kebijakan
negaranya yang dapat merugikan peremuan di negara lain
harus dihentikan. Oleh sebab itu semua bentuk penjajahan
harus diberhentikan karena selalu berimbas kepada
kebahagiaan perempuan. Disisi lain pendekatan
multicultural mengakui bahwasannya setiap bangsa
memiliki kultur dan ciri khas tersendiri.
11. Eco-Feminisme
Aliran ini dianggap sebagai Gerakan kekinian dalam
Gerakan feminisme yang memandang hubungan laki-laki
dan perempuan dalam bentuk kecenderungan manusia
untuk mendiminasi alam. Dalam hal ini perempuan yang
selalu pada posisi terdominasi diposisikan sebagai bagian
dari alam. Ecofeminisme dan ekologi. Teori ini muncul
karena ketidakpuasan akan arah perkembangan ekologi
dunia yang semakin bobrok. Teori ini mempunyai sebuah
konsepan yaitu melihat individu secara komprehensif,
yaitu sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
12. Feminisme Muslim/Islam56
Qasim Amin adalah salah salah satu tokoh feminis
Islam yang pertama kali memunculkan gagasan tentang
emansipasi perempuan muslim melalui karya-karyanya.
Adapun landasan beliau memunculkan gagasan tersebut
didasari oleh keterbelakangan umat Islam yang

56
Sri Hariati, “Aliran Feminisme…,148
44

menurutnya disebabkan oleh persepsi dan perlakuan yang


salah terhadap perempuan. Ide emansipasi perempuan
Qasim Amin bertujuan untuk membebaskan kaum
perempuan sehingga mereka memiliki keleluasaan dalam
berpikir, berkehendak, dan berakticitas sebatas yang
dibenarkan oleh ajaran Islam serta mampu memelihara
standar moral masyarakat.
Munculnya pandangan miring yang seakan-akan
membatasi peran perempuan serta mengaburkan
keistimewaan dan memerosotkan kedudukan perempuan
antara lain disebabkan karena kedangkalan pengetahuan
keagamaan dan kesalahan penafsiran teks atau nash
keagamaan, sehingga sering kali agama dijadikan alat
untuk membenarkan pandangan yang salah ini.
Keterikatan yang sangat kuat dengan adat dan tradisi juga
ikut menyumbang lahirnya distorsi pemahaman terhadap
peran dan kedudukan perempuan dalam masyarakat. Jadi,
agama Islam yang semula lahir dengan membawa misi
liberasi, membebaskan perempuan dari keterkekangan
dan ketertindasan dan mendudukannya pada posisi
terhormat, lambat laun berubah justru menjadi alat
justifikasi bagi terulangnya pemasungan hak-hak
perempuan akibat dari keterbatasan pengetahuan
agama dan misi interpretasi terhadap teks-teks kitab
sucinya. Oleh karena itu Islam membagi kedudukan
perempuan dalam Islam menjadi lima bagian, diantaranya
sebagai berikut :
a. Kedudukan Perempuan sebagai Istri
Allah memerintahkan kepada para suami untuk
memperlakukan istrinya dengan baik seperti
dijelaskan dalam Surah An nisa ayat 19 :
ِ‫عاش ُِروه َُّن بِ ۡٱل َمعۡ ُروف‬
َ ‫َو‬
45

Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka (para


istri) dengan cara yang baik”.
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
menjelaskan bahwa pergaulan yang disebutkan
dalam ayat diatas mencakup ucapan dan perbuatan.
Oleh sebab itu sebaiknya para suami hendaknya
senantiasa menjaga ucapan dan perbuatannya
kepada istri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Suami juga harus bisa melindungi istri
dan keluarganya dan mencukupi nafkah baik secara
materi maupun non materi. Demikian pula jika
mereka berpisah dan sering suami menjatuhkan
talak pada istrinya, ia harus melakukannya secara
baik-baik.
Melalui ayat Al-Qur’an, Allah menyatakan
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran yang
sama. Dimana seorang suami diberikan peran
sebagai pemimpin rumah tangga, serta melindungi
dan memberi nafkah kepada kelurga. Sedangkan istri
berperan sebagai pengatur rumah tangga yang
betanggung jawab yang dipimpin oleh suami.
57
Selain itu, ketika beban istri sangat banyak dan
berat, sehingga istri tidak sanggup mengerjakan
seperti: mengasuh anak, mencuci, memasak, dan
lain-lain, maka bukan berarti seorang istri tetap
mengerjakan semua, dalam hal ini suami
berkewajiban untuk membantu sang istri. Maka
kalau dia pandai dan bisa memimpin rumah tangga,
nama selaku kehormatan atas dirinya tentu diberikan

57
Sutrisno Hadi, Tafsir Ayat Ahkam, (Palembang : Rafah Press,
2022), 141
46

oleh suaminya, yang selanjutnya oleh pergaulan


58
dalam lingkungan masyarakat. Dalam ayat Al-
Qur’an Allah Swt. Berfirman :
‫اس لَّ ُه َّن‬
ٞ َ‫اس لَّكُمۡ َوأَنتُمۡ ِلب‬
ٞ َ‫ه َُّن ِلب‬
Artinya: “Mereka, isteri-isteri kamu; mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka .” (Al-Baqarah :187)
Salah satu fungsi pakaian adalah menutup
aurat/hal yang rawan serta kekurangan-kekurangan.
Ini berarti masing-masing memiliki kekurangan yang
tidak dapat ditutupi kecuali dengan bantuan lawan
jenisnya.59 Perempuan diciptakan Allah untuk
mendampingi lelaki, perempuan dan lelaki diciptakan
sama-sama saling membutuhkan dan saling
melengkapi, perempuan dan laki-laki saling menjaga
satu sama lain untuk keharmonisan keluarganya.
Begitulah istri yang cantik perangai nya, akan
menjadikan suami yang baik budi pekertinya, Islam
memberikan status dan peran utama bagi wanita
bukanlah sebagai pemasok keuangan dan
bertanggung jawab terhadap keluarga. Tetapi Islam
mengajarkan kewajiban itu dibebankan kepada kaum
lelaki, baik sebagai suami atau sebagai saudra dalam
keturunan. Allah SWT. Berfirman :

58
Ratna Dewi, “Kedudukan Perempuan dalam Islam dan Problem
Ketidakadilan Gender”, dalam jurnal Kajian Gender dan Anak, Vol.4
No.1 Tahun 2020, 5, 8 Juli 2022,
https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/nidaquran/article/view/17
59
M. Dr. Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati,
2005),33
47

‫علَ ۡي ِه ِر ۡزقُ ۥهُ فَ ۡليُن ِف ۡق‬َ ‫س َع ِت ِۖۦه َو َمن قُد َِر‬ َ ‫س َع ٖة ِمن‬ َ ‫ِليُن ِف ۡق ذُو‬
ُ َّ ‫سيَ ۡج َع ُل‬
‫ٱّلل‬ َ ‫ٱّللُ ن َۡف ًسا إِ ََّل َما ٓ َءات ََٰى َها‬
َّ ‫ف‬ ُ ‫ٱّللُ ََل يُ َك ِل‬
َّ ُ‫ِم َّما ٓ َءات ََٰىه‬
‫بَعۡ دَ عُسۡ ٖر يُسۡ ٗرا‬
Artinya:“Hendaklah orang yang mampu
memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.”(QS. At-Thalaq: 7).
Wanita dan laki-laki diinginkan Allah bekerja
sama dalam melaksanakan amar makruf nahi munkar
sebagai tanggung jawab mereka dalam membina
kehidupan, termasuk dalam keluarga sebagai
kelompok terkecil dalam masyarakat. Akan tetapi
kewajiban ini bukan berarti wanita dalam hal ini tidak
disamakan sepenuhnya dengan pria. Wanita
melaksanakan kewajiban itu sesuai dengan dunia
kewanitaannya.
b. Kedudukan Perempuan sebagai Seorang Anak
Bahwa peranan perempuan tidak bisa dipisahkan
dengan peran dan kedudukan mereka dalam bekerja.
Pembagian kerja laki-laki dan perempuan dapat
dilihat pada aktivitas fisik. Permasalahan yang
muncul kemudian adalah pekerjaan rumah tangga
sebagai bagian dari Kedudukan seorang anak pada
umumnya memiliki posisi yang cukup penting dalam
tiap kehidupan berkeluarga dan bernegara karena
bagaimanapun juga seperti yang dikatakan oleh
Darwan Prinst, SH bahwa “anak adalah merupakan
48

bagian dari generasi muda.


Perempuan dalam statusnya sebagai anak berhak
mendapat-kan nafkah, pendidikan dan pengasuhan
sampai menikah. Anak adalah karunia Allah SWT
pada setiap orang tua oleh karena itu mereka tidak
diperbolehkan untuk menyia-nyiakan anak laki-laki
maupun perempuan. Orangtua hendak menerima
anak dengan ikhlas sehingga tidak boleh menyia-
nyiakannya 60sebagaimana yang tercantum dalam
firman Allah SWT :
‫شا ٓ ُء ِإ َٰنَ ٗثا‬ ُ ‫شا ٓ ُء َي َه‬
َ ‫ب ِل َمن َي‬ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
َ ‫ض َي ۡخلُقُ َما َي‬ َّ ‫ّلل ُم ۡلكُ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ِ َّ ِ
َ ُ‫شا ٓ ُء ٱلذُّك‬
‫ور‬ َ َ‫ب ِل َمن ي‬ ُ ‫َو َي َه‬
Artinya : “Kepunyaan Allahlah peratuan langit
dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Dia memberikan anak-anak perempuan kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak
laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan Dia
menjadikan mandul kepada siapa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa”. (Q.S asy-Syuro : 49)
Dalam ayat diatas, Allah menyebut anak
perempuan terlebih dahulu sebelum laki-laki untuk
menghibur anak perempuan karena umumnya para
orang tua merasa berat hati dengan kelahirannya.
Kehadiran anak perempuan dalam keluarga harus
diterima sebagaimana kehadiran anak laki-laki, tidak
seperti perilaku masyarakat jahiliyah yang gemar

60
Wibowo, Dwi Edi. "Peran Ganda Perempuan dan Kesetaraan
Gender." Jurnal Muwazah, Vol. 3. No. 1 (2011), 356-364, diakses 12
Agustus 2022, http://repository.unikal.ac.id/id/eprint/388
49

mengubur anak perempuannya yang baru dilahirkan.


c. Kedudukan Perempuan sebagai Seorang Ibu
Perempuan memiliki tugas dan peran yang luar
biasa terkait kedudukannya sebagai ibu Perempuan
sebagai ibu dalam pandangan Islam, punya
kedudukan yang mulia, sebagaimana sabda
Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dari
al Qudhâ’î yang berbunyi: “Surga itu ada di bawah
telapak kaki ibu ”. Berdasarkan Hadis ini, seorang
muslim wajib menghormati ibunya, sebagai rasa
terima kasih atas kesusah payahan yang pernah
diderita ibu ketika mengandung, melahirkan,
menyusui, mengasuh dan mendidiknya. Seorang ibu
harus memahami bahwa pendidikan merupakan hal
yang penting dalam kehidupan anak agar menjadi
anak yang shalih dan shalihah, serta memiliki masa
depan yang cerah ketika dewasa kelak. Dan
pendidikan pertama kali yang akan di dapat oleh
seorang anak ialah dari lingkungan keluarga terutama
ibu.61
Islam memuliakan perempuan baik di saat ia
anak-anak, remaja, dan saat ia menjadi seorang ibu.
Islam mewajibkan umatnya terutama seorang anak
untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang
tuanya, ayah dan ibu . Bahkan Rasulullah SAW
menyebutkan bahwa kedudukan ibu lebih mulia dari
pada ayahnya. Dalam sebuah hadits, seorang sahabat

61
Arisandy, Nelsi. "Pendidikan dan Karir Perempuan dalam Perspektif
Islam." Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender, Vol. 15. No. 2,
(2016): 125-135, diakses 8 Juli 2022,
http://dx.doi.org/10.24014/marwah.v15i2.2643
50

bertanya tentang orang yang paling berhak untuk


mendapatkan perlakuan baik,
“Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia
yang paling berhak untuk aku berbuat baik
kepadanya? Rasulullah menjawab; ‘Ibumu’,
kemudian siapa? ‘Ibumu’, jawab beliau. Kembali
orang itu bertanya, kemudian siapa? ‘Ibumu’,
kemudian siapa, tanya orang itu lagi, ‘kemudian
ayahmu’, jawab beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sehingga seorang ibu memiliki kedudukan mulia
karena ia adalah orang yang mengandung,
membesarkan dan mendidik anaknya sejak dalam
kandungan yaitu:
a. Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak
b. Ibu sebagai model atau teladan
c. Ibu sebagi pemberi stimuli bagi perkembangan
anaknya
d. Kedudukan perempuan sebagai Individu
Sebagai seorang individu seorang wanita
memiliki hak yang sama dengan laki-laki meskipun
bagian dan kadarnya tidak sama seperti halnya dalam
memperoleh hak waris. Sebelum Islam datang,
seorang wanita tidak pernah mendapatkan warisan.
Sebagaiman Allah SWT. Berfirman :
‫يب ِم َّما‬ ِ ‫سآءِ ن‬
ٞ ‫َص‬ ِ َ‫يب ِم َّما ت ََركَ ۡٱل َٰ َو ِلد‬
َ ِ‫ان َو ۡٱۡل َ ۡق َربُونَ َولِلن‬ ٞ ‫َص‬ِ ‫ل ِِلر َجا ِل ن‬
ۡ
ِ ‫ان َوٱۡل َ ۡق َربُونَ مِ َّما قَلَّ م ِۡنهُ أ َ ۡو َكث ُ َر ن‬
‫َصيبٗ ا َّم ۡف ُروضٗ ا‬ ِ َ‫ت ََركَ ۡٱل َٰ َو ِلد‬
Artinya : “Bagi orang laki-laki ada hak bagian
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan. (Q.S an – Nisa : 7)
51

Seorang perempuan juga memiliki hak dan


kewajiban yang sama dalam menuntut ilmu. Mereka
dapat menimba ilmu sedalam-dalamnya
sebagaimana kaum lelaki. Hal ini dikarenakan
seorang wanita akan menjadi ibu bagi anak-anaknya
dan mereka memiliki kewajiban untuk mendidik
anaknya kelak. Ilmu sangatlah penting firman Allah
SWT. Berfriman :
ْ‫اجدٗا َوقَآئ ِٗما َي ۡحذَ ُر ۡٱۡلٓخِ َرة َ َويَ ۡر ُجوا‬ ِ ‫س‬ َ ‫أ َ َّم ۡن ه َُو َٰقَنِتٌ َءانَا ٓ َء ٱلَّ ۡي ِل‬
ۗ ‫َر ۡح َمةَ َربِ ِۗۦه قُ ۡل ه َۡل يَ ۡست َ ِوي ٱلَّذِينَ يَعۡ لَ ُمونَ َوٱلَّذِينَ ََل يَعۡ لَ ُم‬
‫ونَ ِإنَّ َما‬
ِ َ‫يَتَذَ َّك ُر أ ُ ْولُواْ ۡٱۡل َۡل َٰب‬
‫ب‬
Artinya : “Katakanlah: adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang
barakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S
az – Zumar : 9)
Ayat tersebut bersifat umum sehingga baik
wanita maupun laki-laki berkewajiban menegakkan
amar ma’ruf nahi mungkar sehingga jelaslah bahwa
dalam Islam kedudukan wanita setara dengan kaum
pria.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapat


Dr. Yusuf Qaradhawi dan Dr. Quraish Shihab
Setiap produk pemikiran hukum mempunyai karakteristiknya
tersendiri . kitab kitab fiqh sebagai salah satu sumber hukum Islam
pada masa sekarang yang sifatnya menyeluruh dan meliputi segala
aspek hukum Islam yang kemudian merupakan hasil kodifikasi
dari kitab fiqh terdahulu yang menyesuaikan keadaan disuatu
tempat, hal demikian menyatakan bahwasanya bisa saja suatu
produk hukum itu hanya relevan disuatu tempat saja, sehingga
sudah lumrah jika terjadinya suatu perbedaan pendapat antara
52

ulama yang sama-sama hidup di era masa kini namun berbeda


lokasi.
Dr. Yusuf Qaradhawi dan Dr. Quraish Shihab adalah salah
satu contoh dua ulama cendekia pada masa modern saat ini, beliau
sama-sama hidup di dalam era perkembangan 2.0 serta sumbangsi
pemikirannya dalam Islam sudah tidak diragukan lagi, sudah
banyak karya-karya mereka yang menjadi acuan dalam
berkehidupan sehari-hari. Meskipun keduanya merupakan ulama
yang hidup pada masa saat ini, keduanya dalam memberikan
pemikirannya dalam sebuah konsepan Islam cenderung sedikit
berbeda, salah satu perbedaan pemikiran mereka yaitu dalam hal
menanggapi bagaimana pandangan Islam mengenai perempuan
yang terlibat aktif dalam sebuah pemerintahan. Ada beberapa
faktor yang mendasari dari sebuah perbedaan pendapat diantara
dua ulama tersebut :62
1. Faktor Geografis
Salah satu penyebab perbedaan pendapat yang paling
signifikan adalah geografis atau lokasi, tingkat urbanisme
suatu masyarakat berpengaruh pada lahirnya suatu
pemikiran Islam. Dr. Yusuf Qaradhawi adalah ulama yang
berasal dari Mesir, sudah banyak karya karya beliau yang
sifatnya menyesuaikan dengan keadaan di Mesir. Mesir
merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, sehingga perkembangan pemikiran Islam sangat
berkembang pesat. Dalam hal perempuan negara mesir
memberikan batasan kontak fisik antara perempuan dan
laki-laki hal demikian dilakukan dengan cara mewajibkan
cadar dan pemisahan gender diberbagai tempat, selain itu,

62
Saidah, “Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Produk
Pemikiran Hukum Islam”, dalam jurnal Hukum Diktum, Vol. 12 No.2 (
Desember 2016 ), 215, diakses 23 September 2022,
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/diktum/article/view/234
53

keluarga kelas bawah, cenderung memberhentikan sekolah


anak perempuannya saat mencapai pubertas untuk
meminimalkan interaksi mereka dengan laki-laki karena
sudah menjadi tradisi laki-laki disana cenderung menikahi
perempuan yang telah diasingkan daripada perempuan yang
pernah bekerja atau bersekolah di sekolah menengah. 63
Berbeda dengan Dr. Quraish Shihab yang berasal dari
Indonesia dan merupakan salah satu ulama yang pernah
belajar di mesir namun hal demikian tidak menyerta beliau
menerapkan pemikiran Islam yang sama seperti Dr. Yusuf
Qaradhawi, pemikiran Dr. Quraish Shihab tetap
menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia karena
secara geografis negara Indonesia memiliki beragaman
suku, agama dan budaya sehingga jika menerapkan
pemikiran ulama yang bukan dari Indonesia rasanya kurang
tepat, namun pemikiran ulama dari luar Indonesia tetap
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan suatu
produk hukum Islam.
Berkaitan dengan perempuan negara Indonesia
memberikan peluang yang bebas bagi perempuan maupun
laki-laki untuk berinteraksi sosial asalkan berada dalam
batas yang diatur dalam norma, berbeda jauh dengan Mesir
di Indonesia Pendidikan merupakan acuan terpenting dalam
ajang pencarian jodoh, karena umum nya laki-laki Indonesia
yang sukses akan mencari perempuan yang memiliki
pendidikan bagus atau dalam artian paling rendahnya
perempuan yang tamatan SMA. Dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya perempuan di Mesir sudah terbiasa hidup

63
“Women in Egypt”, diakses 30 November 2022 . Google,
https://en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/women_in_Egypt?_x_tr_pto=tc,sc
54

diasingkan dari lingkungan sekitar sehingga jika seorang


perempuan itu bekerja atau melanjutkan pendidikan nya
hingga ke jenjang tinggi maka kerap dianggap sebuah
kejanggalan oleh Masyarakat Mesir, berbeda dengan di
Indonesia banyak sekali perempuan yang berkerja dan
berpendidikan tinggi, karena di Indonesia sendiri semakin
mandiri nya seorang perempuan dan semakin tingginya
pendidikan dari seorang perempuan maka akan semakin di
hargai pula perempuan tersebut di masyarakat Indonesia.64
2. Faktor Sosial Budaya dan Peraturan Perundang-undangan
Kedudukan perempuan dalam tatanan perundang-
undangan Mesir setelah masa revolusi pada tahun 2011
meresmikan hukum Islam sebagai landasan utama untuk
hukum negara, sehingga berimplikasi terhadap peranan
perempuan yang dibatasi dan hal demikian tidak sejalan
dengan hukum internasional yang mengatur hak hak dasar
mengenai kebebasan perempuan. 65 Dr. Yusuf Qaradhawi
sepakat dengan hal tersebut karena beliau menyatakan
bahwa hukum Agama lebih tinggi deratutnya dari pada
hukum Negara (dunia), sehingga dalam menanggapi
konsensus tersebut menciptakan sebuah pergerakan yang
membatasi kaum perempuan, akan tetapi hal demikian
dilakukan bukan semata-mata untuk menurunkan harta
martabat perempuan, akan tetapi hal tersebut dilakukan
untuk melindungi hak-hak sejatinya dari seorang
perempuan. Teruntuk perempuan jangan pernah khawatir

64
Syifa Evania, “Peran Perempuan dalam Pendidikan di Indonesia
pada Zaman Modern”, dalam Jurnal Ilmu Politik, Vol. 1 No. 2, (2021), 4,
diakses 12 September 2022, https://osf.io/jvesy/download
65
Kondisi dan Hak-hak Perempuan di Mesir Sebelum dan Sesudah
Revolusi Mesir 2011, Google, diakses pada 1 Desember 2022,
https://repository.umy.ac.id
55

terhadap hak duniawi yang terhalang karena sesungguhnya


jika dia lolos dari hukum dunia belum tentu dia lolos dari
hukum akhirat karena tujuan dari hukum agama membentuk
penjagaan dari dalam diri yang mencegahnya dari
pelanggaran Syariah.66 Sedangkan di Indonesia, perempuan
memiliki hak-hak yang sama sebagaimana selayaknya
warga negara tanpa diskriminasi gender, seperti hak untuk
dipimpin dan memimpin, hak dipilih dan untuk memilih, hak
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari negara. Selain
itu di Indonesia sendiri memakai UUD 1945 sebagai sumber
hukum pokok tertinggi yang isinya disesuaikan dengan
agama-agama lainnya, akan tetapi terkhususnya agama
Islam terdapat Undang-undang tersendiri yang
menyesuaikan ajaran agama Islam atau yang disebut dengan
Kompilasi Hukum Islam. Kedudukan perempuan di
Indonesia sangatlah di perhatikan dibuktikan dengan adanya
undang-undang yang mewajibkan untuk mensertakan
perempuan dalam sebuah kegiatan, makna nya keikutsertaan
dari seorang perempuan di Indonesia telah memiliki legal
standing yang harus dipatuhi dan dipenuhi sebagai warga
negara yang baik. Sehingga Dr. Quraish Shihab jika
memberikan suatu pemikiran harus menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia itu sendiri.
3. Faktor Corak Pemikiran
Dalam menetapkan suatu pemikiran Islam Dr. Yusuf
Qaradhawi memposisikan dirinya sebagai orang yang berada
di jalan tengah, maksudnya tidak fanatik dan tidak pula
taqlid, serta beliau mempunyai prinsip berpikir bahwasannya
kemudahan dan keringanan harus mengalahkan kesulitan dan

66
Yusuf Qaradhawi, al Fiqhul Islamiy Bainal Asholati Wa Tajdid,
(Maktabah roi’ah : Misroh, 1949, 8-9
56

keadaan yang memberatkan , selain itu beliau dikenal sebagai


ulama yang memperbolehkan namun memperketat
keadaannya sehingga pemikiran yang beliau sumbangkan
sering kali bersifat konservatif. Sedangkan Dr. Quraish
Shihab, dalam menyampaikan sebuah pemikiran Islam beliau
menjawab secara rinci dan jelas dari ke empat imam mazhab
yang ada, hal demikian dilakukannya karena menurut beliau,
masyarakat terkadang tidak puas hanya dengan satu jawaban
sehingga dengan memberikan penjelasan dari ke empat
pendapat imam mazhab secara tidak langsung beliau
memberikan pilihan terhadap pendengar/pembaca, serta
sering kali beliau menggunakan pendapat beliau sendiri yang
bahkan bertolak belakang dengan ke empat imam mazhab
karena alasan kerelevanan dari pada pendapat tersebut namun
pendapat yang dikemukakan beliau tetaplah sejalan dengan
nash al-Qur’an atau Hadits yang ada.

Anda mungkin juga menyukai