Anda di halaman 1dari 12

Kewenangan Eksekutif Berdasarkan Landasan Konstitusional

Susanti, Nurmalita Kamila, Sindi Fransiska, Ivan Novfazri

Abstract
The government process in a country is very dependent on the form of
government of the country concerned, so it has a big impact on the
preparation and implementation of State Administrative Law in that
country. The government of the Unitary State of the Republic Indonesia
adheres to a democratic system so that all authority is owned by the
people where the source of government authority is statutory regulations.
The position of the constitution is very important for a country, this is
because the constitution has a very important role or function, namely to
regulate and limit power in a country. Government authority originating
from statutory regulations is obtained through methods, namely attribution,
delegation and mandate. The authority that the government has to decide
independently or how to handle a case must not be misused so that it
becomes a decision that is detrimental to the people. The rights regulated
in the constitution are a limit that cannot be violated by state
administrators in exercising state power either as a citizen’s right or a
human right.
Keywords: Authority, Government, Attribution, Delegation, Mandate,
Constitutional Basis, 1945 Constitutional
Abstrak
Proses pemerintahan dalam suatu negara sangat bergantung pada bentuk
pemerintahan negara yang bersangkutan sehingga berdampak besar
pada penyusunan dan pelaksanaan Hukum Administrasi Negara pada
negara tersebut. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
menganut sistem demokrasi, sehingga semua kewenangan dimiliki oleh
rakyat dimana sumber kewenangan pemerintah adalah peraturan
perundang-undangan. Kedudukan konstitusi sangatlah penting bagi suatu
negara, hal ini disebabkan konstitusi memiliki peran atau fungsi yang
sangat penting yaitu untuk mengatur dan membatasi kekuasaan dalam
suatu negara. Wewenang pemerintahan yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan diperoleh melalui cara-cara yaitu atribusi, delegasi,
dan mandat. Kewenangan yang dimilki oleh pemerintah untuk
memutuskan secara mandiri atau bagaimana penanganan suatu perkara
tidak boleh disalahgunakan sehingga menjadi suatu keputusan yang
merugikan rakyat. Hak-hak yang diatur dalam konstitusi merupakan batas
yang tidak bisa dilanggar oleh penyelenggara negara dalam menjalankan
kekuasaan negara, baik sebagai hak warga negara atau hak asasi.
Kata kunci: Wewenang, Pemerintah, Atribusi, Delegasi, Mandat,
Landasan Konstitusional, UUD 1945
Pendahuluan
Latar Belakang
Kewenangan dalam Hukum Administrasi Negara adalah kekuasaan dalam
sumber daya untuk mencapai tujuan dan didefinisikan sebagai kewajiban
atau suatu pekerjaan yang wajib dikerjakan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya.1 Berdasarkan UUD 1945, negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik. Sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1)
UUD 1945, didalam penyelenggaraan pemerintahan dinyatakan bahwa
Presiden yang memegang penuh kekuasaan pemerintahan. Karena
wilayah Indonesia sangat luas, UUD 1945 beserta amandemen nya telah
menjadi landasan konstitusional terkait penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia.
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus memenuhi
landasan formal konstitusional dan landasan materiil konstitusional.
Landasan formal konstitusional bertujuan untuk memberikan legitimasi
prosedural terhadap peraturan perundang-undangan, sedangkan
landasan materiil konstitusional menjelaskan bahwa peraturan perundang-
undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari pasal-pasal yang
terdapat dalam UUD 1945.2 Legalitas formal dan legalitas material
merupakan asas yang menjadi dasar bagi sah nya suatu tindakan
pemerintahan. Legalitas formal berkaitan dengan wewenang dan prosedur
yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Sedangkan
legalitas material berkaitan dengan tujuan wewenang itu diberikan.
Dalam Hukum Administrasi Negara seluruh pejabat tata usaha negara
baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif merupakan pelaku utama dalam
menjalankan tugas dan fungsi pokok pemerintahan juga fungsi pelayanan
pemerintahan, namun dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
harus disertai dengan kewenangan yang jelas. Dalam hukum publik,
wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki makna
yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh
pejabat pemerintahan adalah kekuasaan formal. 3 Dalam banyak literatur,
disebutkan bahwa sumber kewenangan berasal dari atribusi, delegasi,
dan mandat. Sebelum mengetahui tentang makna dari atribusi, delegasi,
dan mandat, yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah mengenai apa itu
kewenangan dan wewenang.
Wewenang mengandung arti sebagai hak dan kewajiban. Dimana hak
yang berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan
tersebut. Serta kewajiban yang menjadi keharusan untuk melakukan atau
1
‘Kewenangan Pejabat Pemerintahan Dalam Hukum Administrasi Negara’, 2018.
2
‘Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan’, Jurnal Ilmiah
Galuh Justisi, 6.1 (2018), 53 <https://doi.org/10.25157/jigj.v6i1.1246>.
3
‘Hukum Administrasi Negara (Aphtn-Han)’, Mh, 50 (2021), 21–35.
tidak melakukan tindakan tertentu dalam Hukum Administrasi Negara.
Untuk menjalankan kewenangan yang luas dan besar, diperlukan control
hukum yang baik dalam rangka memberikan perlindungan dan jaminan
terhadap tindakan sewenang-wenang oleh pejabat administrasi negara.
Apalagi jika perbuatan tersebut didasarkan pada suatu kewenangan,
dimana pemegang kewenangan sering terlena dalam menggunakan
kewenangan yang dimilikinya sehingga mengedepankan kepentingan
pribadi. Ia lupa bahwa di dalam kewenangan terdapat tanggung jawab,
sehingga menganggap kewenangan yang ada diartikan sebagai kehendak
atau perintahnya.
Sebagai negara hukum, Indonesia berkewajiban untuk menjamin dan
melindungi hak-hak warga negaranya. Dalam UUD 1945 secara tegas
memuat tentang hak-hak dasar warga negara yang selanjutnya disebut
hak konstitusional.4 Karena telah disebutkan dalam konstitusi atau
undang-undang dasar 1945, maka seluruh cabang kekuasaan negara
harus menghormatinya. Hak-hak yang diatur dalam konstitusi merupakan
batas yang tidak bisa dilanggar oleh penyelenggara negara dalam
menjalankan kekuasaan negara, baik sebagai hak warga negara maupun
sebagai hak asasi.
Konstitusi bertujuan supaya tidak terjadi adanya pelanggaran HAM. Oleh
sebab itu, mencegah tindak kejahatan merupakan salah satu bentuk
upaya guna menciptakan negara yang aman, damai, dan tentram untuk
kelangsungan hidup. Konstitusi merupakan perwujudan dari hukum yang
wajib ditaati oleh semua pihak, baik pemerintah maupun para pemegang
kekuasaan atau rakyat biasa seperti kita. Kedudukan konstitusi sangatlah
penting bagi suatu negara, hal ini disebabkan karena konstitusi memiliki
peran atau fungsi yaitu untuk mengatur dan membatasi kekuasaan dalam
suatu negara.
Namun dengan adanya perkembangan zaman yang sangat signifikan
terkait urusan pemerintahan, kerap kali menimbulkan permasalahan
kompleks. Dalam perkembangannya, banyak negara kesatuan yang lebih
memilih untuk memodifikasi sistem administrasi pemerintahannya dengan
melaksanakan asas desentralisasi serta otonomi daerah. 5

Dengan demikian jelaslah bahwa desentralisasi merupakan instrument


untuk mencapai tujuan bernegara dalam kerangka kesatuan bangsa
(national unity) yang demokratis (democratic government). Dalam konteks
UUD 1945, harus diperhatikan keseimbangan antara kebutuhan untuk
menyelenggarakan sistem desentralisasi dengan kebutuhan memperkuat
kesatuan nasional.

4
‘UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional Terhadap Perlindungan Hak Warga
Negara Indonesia’, JOCER: Journal of Civic Education Research, 1.1 (2023), 24–28
<https://doi.org/10.60153/jocer.v1i1.11>.
5
‘Konsep Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
Dalam Bingkai Negara Kesatuan Dengan Corak Otonomi Luas’, PROGRESIF: Jurnal
Hukum, 12.2 (2018), 2131–45 <https://doi.org/10.33019/progresif.v12i2.976>.
Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas,


maka dibentuklah rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pemerintah memperoleh suatu wewenang?


2. Bagaimana sumber kewenangan pemerintah menurut UUD 1945?

Pembahasan

Kewenangan Pemerintah yang diperoleh Berdasarkan Atribusi,


Delegasi, dan Mandat

Kekuasaan merupakan inti dari penyelenggaraan suatu negara agar


negara tersebut dalam keadaan bergerak (de staat in beweging) sehingga
negara itu dapat berkiprah, bekerja, berkapsitas, berprestasi, dan
berkinerja dengan baik dalam melayani warganya.6 Oleh karena itu,
negara harus diberi kekuasaan. Kekuasaan menurut Miriam Budiardjo
adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk bisa mempengaruhi
tingkah laku seseorang atau kelompok lain sehingga sesuai dengan
keinginan dan tujuan dari orang atau negara.

Dengan demikian kekuasaan mempunyai dua aspek, yaitu aspek politik


dan aspek hukum. Sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum saja.
Artinya, kekuasaan tersebut bisa saja bersumber dari suatu konstitusi,
juga dapat bersumber dari luar konstitusi (inkonstitusional), misalnya
melalui kudeta atau perang. Sedangkan kewenangan jelas bersumber dari
suatu konstitusi dimana kewenangan sering disejajarkan dengan istilah
wewenang.7

Oleh karena itu, harus dibedakan antara kewenangan dengan wewenang.


Kewenangan disebut kekuasaan formal yang berasal dari kekuasaan dan
diberikan oleh undang-undang. Sedangkan wewenang hanya menjadi
sebuah bagian tertentu dari kewenangan.

Wewenang atau kewenangan berasal dari istilah Belanda “bevoegdheid”


yang berarti wewenang atau berkuasa. Wewenang merupakan bagian
yang sangat penting dalam sebuah Hukum Administrasi Negara, karena
pemerintahan baru dapat menjalankan fungsi dan tugasnya atas dasar
wewenang yang diperolehnya.8 Kewenangan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan
untuk melakukan sesuatu. Konsep kewenangan yaitu adanya kekuasaan

6
Nandang Alamsah Deliarnoor. et.al, ‘Teori & Praktek Kewenangan’, 2017, 1–100.
7
‘Hukum Administrasi Negara (Aphtn-Han)’.
8
Rafly Rilandi Puasa, Johny Lumolos, and Neni Kumayas, ‘Kewenangan Pemerintah
Desa Dalam Peningkatan Perekonomian Di Desa Mahangiang Kecamatan Tagulandang
Kabupaten Kepulauan Sitaro’, Jurnal Eksekutif, 1.1 (2018), 1–10
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/21120>.
dimana ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang dperintah
(the rule and the ruled).9

Wewenang dinilai berdasarkan dari sumbernya dibedakan menjadi dua,


yaitu wewenang personal dan wewenang ofisial. Wewenang personal,
bersumber pada intelegensi (kecerdasan), pengalaman, nilai atau norma,
serta kesanggupan untuk memimpin. Sedangkan wewenang ofisial
merupakan wewenang resmi yang diterima dari pejabat yang berada
diatasnya atau yang berpangkat lebih tinggi.

Kewenangan dianggap sebagai sebuah penentu, ketika kewenangan yang


diambil bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Maka kewenangan
tersebut akan membawa hasil yang memuaskan. Sebaliknya, ketika suatu
kewenangan yang diambil malah merugikan rakyat maka hasil yang
didapat adalah sia-sia. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih
orang yang bertanggung jawab agar wewenang dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.

Kewenangan berkaitan dengan produk hukum yang berupa peraturan


perundang-undangan.10 Kewenangan disebut kekuasaan formal, dimana
kekuasaan yang diperoleh dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh
undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Selain itu,
kewenangan biasanya terdiri dari beberapa wewenang yang berisi tentang
kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu. Wewenang pemerintahan
yang bersumber dari peraturan perundang-undangan diperoleh melalui
atribusi, delegasi, dan mandat.

Istilah atribusi berasal dari bahasa Latin yaitu ad tribuere yang artinya
memberikan kepada. Atribusi adalah pemberian kewenangan oleh
pembuat undang-undang sendiri kepada suatu lembaga pemerintahan,
baik yang sudah ada maupun yang baru sama sekali. Artinya kewenangan
tersebut bersifat melekat terhadap lembaga pemerintahan yang dituju atas
jabatan dan kewenangan yang diberikan kepada lembaga pemerintahan
tersebut. Kekuasaan yang diperoleh secara atribusi (attributie) akan dapat
menyebabkan terjadinya pembentukan kekuasaan, karena berasal dari
keadaan atau situasi yang belum ada menjadi ada yang menyebabkan
munculnya kekuasaan yang baru.

Delegasi adalah penyerahan wewenang yang dimiliki oleh suatu lembaga


pemerintahan kepada lembaga yang lain. Dalam delegasi mengandung
arti penyerahan, maksudnya kewenangan orang pertama yang kemudian
menjadi kewenangan orang kedua. Kewenangan yang telah diberikan
selanjutnya akan menjadi tanggung jawab penerima wewenang. Delegasi
adalah transfer atribusi kekuasaan dari satu kewenangan administratif ke

9
‘Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah’, SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat Dan
Komunikasi, 13.01 (2019), 1–15 <https://doi.org/10.32534/jsfk.v13i01.1453>.
10
‘Kewenangan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang’, 2014, 11.
yang lain, sehingga delegasi (tubuh yang mengakuisisi kekuatan) dapat
menjalankan kekuasaan secara independen atau atas namanya sendiri.

Delegasi terjadi apablia pelimpahan suatu wewenang yang telah ada


sebelumnya oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang telah
memperoleh wewenang pemerintahan tersebut secara atributif kepada
badan atau pejabat tata usaha negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu
didahului oleh adanya atribusi wewenang.

Mandat berasal dari kata mandare yang berarti memerintahkan. Dengan


demikian, mandat mengandung makna sebagai penugasan bukannya
pelimpahan wewenang. Dalam Hukum Administrasi Negara mandat
diartikan sebagai perintah untuk melaksanakan wewenang yang diberikan
oleh atasan, dimana kewenangan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan oleh
pemberi mandat, dan tidak terjadi peralihan tanggung jawab. Mandat
hanya dapat terjadi jika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya
dijalankanm oleh organ lain atas namanya.

Oleh karena itu, delegasi bisa diartikan sebagai pelimpahan wewenang,


sedangkan mandat diartikan sebagai penugasan. Wewenang yang
didapat melalui atribusi dan delegasi bisa dimandatkan kepada badan
atau pegawai bawahan jika pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak
sanggup untuk menjalankannya sendiri.

Menurut J. G. Brouwer, atribusi merupakan kewenangan yang diberikan


kepada suatu institusi atau lembaga negara oleh suatu badan legislatif
yang independen atau mandiri. Kewenangan tersebut bersifat asli atau
tidak diambil dari kewenangan sebelumnya. Delegasi adalah kewenangan
atribusi yang dialihkan dari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada
organ lainnya sehingga delegator (orang yang telah memberikan
kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya.
Sedangkan pada mandat, tidak ada sebuah pemindahan kewenangan
melainkan pemberi mandat memberikan kewenangan kepada orang lain
sehingga mandataris (orang yang diberikan mandat) dapat menggunakan
kewenangan tersebut untuk membuat keputusan atau mengambil suatu
tindakan atas namanya.
Oleh sebab itu, perkembangan kewenangan pemerintah akan tetap selalu
dipengaruhi oleh karakteristik tugas yang dibebankan kepadanya. Yang
mana tugas utama pemerintah Indonesia adalah mengikuti tugas negara,
yaitu menyelenggarakan tugas negara sebagai lembaga atau organisasi
kekuasaan yang resmi. Adapun kewenangan pemerintah pusat telah
diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
disebut sebagai kewenangan absolut.11

Sumber Kewenangan Pemerintah Berdasarkan UUD 1945 Sebagai


Landasan Konstitusional
11
Nyoman Gede Remaja, ‘Hukum Administrasi Negara Buku Ajar 2017’, 2017, 78.
Setiap keputusan maupun tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
dilakukan berdasarkan kewenangan yang dimiliki menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan yang
dimaksud adalah peraturan perundang-undangan yang mejadi dasar
kewenangan dan dasar bagi administrasi pemerintahan tiap menetapkan
atau memutuskan tindakan.12

Dengan adanya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan hukum,


negara Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) yang tidak hanya
berdasarkan atas kekuasaann(machtstaat).13 Pemerintah berdasarkan
atas sistem konstitusi dan tidak bersifat absolut. Secara konstitusional
telah disebutkan bahwa pemerintahan daerah mendapatkan kewenangan
berdasarkan atribusi yaitu kewenangan yang diperoleh berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.14

Atribusi merupakan terjadinya pemberian wewenang pemerintahan yang


baru yang tidak ada sebelumnya oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Atribusi kewenangan dalam peraturan perundang-
undangan adalah pemberian kewenangan dalam membentuk peraturan
perundang-undangan yang kemudian diberikan oleh UUD 1945 atau UU
kepada suatu lembaga negara atau pemerintah. Kewenangan tersebut
akan melekat secara terus-menerus dan dilaksanakan melalui prakarsa
sendiri setiap kali diperlukan.

Jabatan yang dapat memperoleh atribusi wewenang dari UUD misalnya


wewenang atribusi presiden berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUD
1945 adalah melaksanakan kekuasaan pemerintahan. Selain itu, atribusi
wewenang yang ditetapkan oleh UUD 1945 juga akan diberikan kepada
lembaga-lembaga negara lainnya. Atribusi merupakan wewenang untuk
membuat suatu keputusan (besluit) yang bersumber dari undang-undang
dalam arti materiil. Dengan begitu, atribusi merupakan cara untuk dapat
membentuk wewenang tertentu yang kemudian diberikan kepada suatu
badan atau organisasi berdasarkan peraturan perundang-undangan.15

Contohnya, UUD 1945 setelah amandemen Pasal 5 ayat (2) memberikan


kewenangan kepada presiden dalam menetapkan peraturan pemerintah
untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam Pasal
22 ayat (1) UUD 1945 memberikan kewenangan kepada presiden untuk
membentuk peraturan pengganti undang-undang jika terjadi kepentingan
memaksa. Presiden dapat mengeluarkan peraturan presiden, yang berisi
12
‘Dinamika Hukum Administrasi Indonesia’, Dinamika Hukum Administrasi Negara,
2017, 1–129.
13
‘Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 4, Oktober-Desember 2015.Pembagian
Kewenangan Pemerintah Pusat - Pemerintah Daerah Dalam Otonomi Seluas - Luasnya
Menurut UUD 1945’, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 9.4 (2015), 505–30
<http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/viewFile/613/552>.
14
‘Kewenangan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang’.
15
‘Metode Perolehan Dan Batas-Batas Wewenang Pemerintahan’, Administrative Law
and Governance Journal, 3.3 (2020), 430–41
<https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/view/9530>.
wewenang-wewenang pemerintahan kepada suatu badan atau jabatan
tata usaha negara tertentu.

Ketika UUD 1945 diamandemen, produk hukum yang berisi ketentuan


yang memuat pasal-pasal itu tetap dipertahankan. Selain dipertahankan,
dalam UUD 1945 juga terdapat dua jenis peraturan lagi yang namanya
disebut dalam UUD 1945 hasil amandemen yaitu peraturan daerah
sebagaimana dimuat dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 24A ayat (1) UUD 1945. Selain itu, dalam UUD 1945 hasil
amandemen juga dimuat ketentuan terkait delegasi pengaturan tentang
tata cara pembentukan undang-undang, yaitu dalam Pasal 22A UUD
1945. 16

Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari satu lembaga pemerintahan


kepada lembaga pemerintahan lainnya. Berdasarkan UU Administrasi
Pemerintahan, delegasi adalah pelimpahan kewenangan dari badan
dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan dan/atau
pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab atau
tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.17

Delegasi berarti sebuah kewenangan untuk membentuk suatu peraturan


perundang-undangan yang hirarkinya dibawah undang-undang yang berisi
masalah untuk mengatur ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dibuat.18

Pengertian mandat yang ada didalam asas-asas Hukum Administrasi


Negara, berbeda dengan pengertian mandataris menurut penjelasan UUD
1945 sebelum diamandemen. Menurut penjelasan UUD 1945, dimana
kewenangan atas kedaulatan rakyat telah diberikan sepenuhnya kepada
lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat. Hal ini berarti bahwa dalam
perumusan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia, rakyat
telah memberikan mandat kepada MPR. Sedangkan, untuk melaksanakan
pemerintahannya MPR berkuasa memberikan mandat kepada presiden
untuk memegang mandat dari rakyat, sehingga presiden disebut sebagai
mandataris MPR.

Berdasarkan UU Administrasi Pemerintahan, mandat adalah pelimpahan


kewenangan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi
kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan
tanggung jawab atau tanggung gugat tetap berada pada tangan pemberi
mandat. Selanjutnya menurut Pasal 14 ayat (3) badan dan/atau pejabat
pemerintahan dapat memberikan mandat kepada badan dan/atau pejabat
pemerintahan lain yang menjadi bawahannya, kecuali ditentukan lain
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Biasanya kewenangan
16
‘Konstitusi Dan Konstitusionalisme’, Jurnal Konstitusi, 7.4 (2010), 1–8.
17
‘Pelimpahan Wewenang Atribusi, Delegasi, Dan Mandat’, Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 3.April (2015), 49–58.
18
‘Hukum Administrasi Negara by Dr. Sahya Anggara, M.Si.’, 2018, 276.
yang tidak dapat dimandatkan adalah terkait kewenangan yang bersifat
prinsip seperti masalah pengangkatan pegawai, penetapan anggaran dan
lain-lain. Namun, apabila kewenangan tersebut dimandatkan maka seperti
berdasarkan Pasal 14 ayat (4) badan dan/atau pejabat pemerintahan yang
menerima mandat harus menyebutkan atas nama badan dan/atau pejabat
pemerintahan yang memberikan mandat.

Untuk kemungkinan ditariknya kembali kewenangan yang telah diberikan


oleh pemberi mandat kepada mandataris, telah ditentukan dalam Pasal 14
ayat (5) yang menegaskan bahwa badan dan/atau pejabat pemerintahan
yang memberikan mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang
telah diberikan melalui mandat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Adapun alas an penarikan kembali
kewenangan tersebut menurut ketentuan Pasal 14 ayat (6) yaitu apabila
dalam hal pelaksanaan wewenang berdasarkan mandat menimbulkan
ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan, badan dan/atau pejabat
pemerintahan yang telah memberikan mandat dapat menarik kembali
wewenang yang dimandatkan. Badan dan/atau pejabat pemerintahan
yang memperoleh wewenang melalui mandat menurut ketentuan Pasal 14
ayat (7) tidak berwenang mengambil keputusan dan/atau tindakan yang
bersifat strategis yang berdampak pada perubahan status hukum pada
aspek organisasi, kepegawaian, dan alokasi anggaran. Sedangkan
tanggung jawab kewenangan tetap berada ditangan pemberi mandat.

Dalam UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang administrasi negara bahwa ada


teori yang dikenal dengan istilah atribusi, delegasi, dan mandat. Ketiga
istilah tersebut mengandung makna yang hampir sama dimana ketiganya
merupakan kewenangan yang diberikan oleh negara untuk menjalankan
pemerintahan agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
diamanatkan oleh konstitusi.19

Kewenangan yang dimiliki oleh institusi pemerinrtahan dalam melakukan


perbuatan nyata, mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan
selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara
atribusi, delegasi, maupun mandat. Sebuah atribusi merujuk kepada
kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada kewenangan
delegasi, harus ditegaskan mengenai pelimpahan wewenang kepada
organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan
apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi yang diberi mandat
bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat
yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama
mandator (pemberi mandat).

Dari semua sikap yang berpengaruh terhadap pemerintahan adalah sikap


mengenai kesetiaan terhadap wewenang kekuasaan politik. Wewenang
dianggap sah secara penuh apabila warga negara mendukung rezim
tersebut dan tunduk kepada undang-undang politik azasi, yaitu undang-
19
‘Kewenangan Atribusi, Delegasi Dan Mandat’, Khazanah Hukum, 2.3 (2020), 92–99
<https://doi.org/10.15575/kh.v2i3.8187>.
undang bahwa apa yang dikatakan oleh penguasa harus langsung ditaati
sebagai syarat bagi kelangsungan hidup rezimnya. Bila rakyat menolak
untuk mendukung suatu rezim tetapi tunduk kepada undang-undangnya,
maka rezim itu bersifat memaksa. Bila suatu rezim kehilangan dukungan
dari warga negaranya, maka dalam kekuasaannya akan terjadi
perlawanan.20

Negara hukum berdasarkan perkembangannya selalu dikaitkan dengan


konstitusi negara, terutama dalam hal pengaturan dan pembatasan
kekuasaan negara dalam menjalankan pemerintahannya untuk menjamin
kualitas hidup rakyatnya. Dengan demikian, negara hukum identic dengan
negara yang berkonstitusional atau negara yang menjadikan konstitusi
sebagai landasan hukum dalam hal kenegaraan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan.21

Penutup

Kesimpulan

Landasan konstitusional Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945


yang merupakan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Konstitusional
sendiri merujuk pada kata konstitusi atau Undang-Undang Dasar, yang
artinya semua tindakan atau langkah politik yang memuat aturan hukum
yang berlaku di suatu negara. Konstitusional adalah tindakan pemerintah
maupun kebijakan seorang penguasa yang wajib dipatuhi berdasarkan
konstitusi.

Kewenangan disebut kekuasaan formal, dimana kekuasan yang diperoleh


dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh undang-undang) atau dari
kekuasaan eksekutif/administratif. Selain itu, kewenangan biasanya terdiri
atas beberapa wewenang yang berisi kekuasaan terhadap segolongan
orang-orang tertentu. Wewenang pemerintahan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan diperoleh melalui cara atribusi, delegasi,
maupun mandat.

Kewenangan pemerintahan yang bersumber dari konstitusi secara


atribusi, delegasi, ataupun mandat merupakan kekuasaan pemerintah
dalam menjalankan pemerintahan yang ada. Atribusi menunjuk pada
kewenangan yang asli atas dasar konstitusi bukan berasal dari wewenang
yang ada sebelumnya. Delegasi diartikan sebagai pelimpahan wewenang,
sedangkan mandat diartikan sebagai penugasan. Wewenang yang
didapat melalui atribusi dan delegasi dapat dimandatkan kepada badan
atau pegawai bawahan jika pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak
sanggup untuk menjalankannya sendiri.

20
‘Analisis Kegentingan Memaksa Dalam Pembentukan Perppu No. 1 Tahun 2020
Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Covid-19’, 2021, 30–60 <http://repository.uinbanten.ac.id/7820/>.
21
Nathaniel E Helwig, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler, No 主観的健康感を中心と
した在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Oleh sebab itu, perkembangan kewenangan pemerintah akan selalu
dipengaruhi oleh karakteristik tugas yang dibebankan kepadanya. Tugas
utama pemerintah Indonesia adalah mengikuti tugas negara, yaitu
menyelenggarakan sebagian tugas negara sebagai organisasi kekuasaan
yang resmi milik negara.

Daftar Pustaka

‘Analisis Kegentingan Memaksa Dalam Pembentukan Perppu No. 1


Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas
Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19’, 2021, 30–
60 <http://repository.uinbanten.ac.id/7820/>

‘Dinamika Hukum Administrasi Indonesia’, Dinamika Hukum Administrasi


Negara, 2017, 1–129

‘Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 4, Oktober-Desember


2015.Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat - Pemerintah
Daerah Dalam Otonomi Seluas - Luasnya Menurut UUD 1945’, Fiat
Justisia Jurnal Ilmu Hukum, 9.4 (2015), 505–30
<http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/viewFile/613/552>

Helwig, Nathaniel E, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler, No 主


観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する
共分散構造分析 Title

‘Hukum Administrasi Negara (Aphtn-Han)’, Mh, 50 (2021), 21–35

‘Hukum Administrasi Negara by Dr. Sahya Anggara, M.Si.’, 2018, 276

‘Kewenangan Atribusi, Delegasi Dan Mandat’, Khazanah Hukum, 2.3


(2020), 92–99 <https://doi.org/10.15575/kh.v2i3.8187>

‘Kewenangan Kepala Daerah Menurut Undang-Undang’, 2014, 11

‘Kewenangan Pejabat Pemerintahan Dalam Hukum Administrasi Negara’,


2018

‘Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah’,
SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat Dan Komunikasi, 13.01 (2019),
1–15 <https://doi.org/10.32534/jsfk.v13i01.1453>

‘Konsep Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat Dan


Pemerintah Daerah Dalam Bingkai Negara Kesatuan Dengan Corak
Otonomi Luas’, PROGRESIF: Jurnal Hukum, 12.2 (2018), 2131–45
<https://doi.org/10.33019/progresif.v12i2.976>

‘Konstitusi Dan Konstitusionalisme’, Jurnal Konstitusi, 7.4 (2010), 1–8


‘Landasan Konstitusional Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan’,
Jurnal Ilmiah Galuh Justisi, 6.1 (2018), 53
<https://doi.org/10.25157/jigj.v6i1.1246>

‘Metode Perolehan Dan Batas-Batas Wewenang Pemerintahan’,


Administrative Law and Governance Journal, 3.3 (2020), 430–41
<https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/view/9530>

Nandang Alamsah Deliarnoor. et.al, ‘Teori & Praktek Kewenangan’, 2017,


1–100

‘Pelimpahan Wewenang Atribusi, Delegasi, Dan Mandat’, Paper


Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3.April (2015),
49–58

Puasa, Rafly Rilandi, Johny Lumolos, and Neni Kumayas, ‘Kewenangan


Pemerintah Desa Dalam Peningkatan Perekonomian Di Desa
Mahangiang Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro’,
Jurnal Eksekutif, 1.1 (2018), 1–10
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/
21120>

Remaja, Nyoman Gede, ‘Hukum Administrasi Negara Buku Ajar 2017’,


2017, 78

‘UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional Terhadap Perlindungan Hak


Warga Negara Indonesia’, JOCER: Journal of Civic Education
Research, 1.1 (2023), 24–28 <https://doi.org/10.60153/jocer.v1i1.11>

Anda mungkin juga menyukai