KAJIAN TEORI
indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dalam penjelasan, yang
berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas
kedalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (perubahan ketiga) berbunyi: “negara indonesia
adalah negara hukum”. Istilah rechtsstaat tidak lagi dianut dalam UUD 1945.
Demikian pula tentang kekuasaan kehakiman yang mandiri, diangkat dari penjelasan
menjadi materi muatan UUD 1945 pasal 24 ayat (1). Hal ini lebih menguatkan
Menurut Moh. Mahfud MD, penghilangan istilah rechtsstaat dari UUD 1945
menekankan pada pentingnya “hukum tertukis (civil law)” dan kepastian hukum.
Kebenaran dan keadilan hukum didalam rechsstaat lebih berpijak atau menggunakan
1
Ni’matul Hudah, Ilmu Negara (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm. 104
ukuran formal; artinya yang benar dan adil itu adalah apa yang ditulis di dalam
Sedangkan the rule of law lebih menekankan pada pentingnya “hukum tak tertulis”
(common law) demi tegaknya keadilan substansial. Kebenaran dan keadilan hukum
lebih berpijak atau menekankan tegaknya substansi keadilan dari pada kebenaran
formal-prosedural semata; artinya yang benar dan adil itu belum tentu tercermin di
dalam hukum tertulis melainkan bisa yang tumbuh di dalam sanubari dan hidup di
dalam masyarakat; dan karenanya hukum tertulis (UU) dapat di simpangi oleh hakim
jika UU itu dirasa tidak adil. Karena titik berat the rule of law adalah keadilan, maka
dalam membuat putusan hakim tidak harus tunduk pada bunyi hukum tertulis
Lebih lanjut Mahfud menyatakan, sejak perubahan tahap ketiga UUD 1945,
konstitusi kita suda mengarahkan agar penegakan hukum di indonesia secara prinsip
menganut secara seimbang segi-segi baik dari konsepsi rechsstaat dan the rule of law
2
Ibid, hlm 105
Kensop negara hukum tidak asing lagi dalam ilmu pengetahuan ketatanegaraan sejak
jaman purba hingga sekarang ini. Hanya dalam praktik ketatanegaraan orang masi
pesimis, bahwa apakah negara hukum tersebut suda dilaksanakan sepenuhnya apa
belum. Hal ini dapat dipahami karena dalam praktik, pengertiannya bersih menurut
teori, masi perlu diperhitungkan dengan faktor-faktor yang nyata yang hidup dalam
masyarakat menurut waktu dan tempat. Karena itu tidaklah mengherankan, sebab
konstitusisering dilanggar dalam praktik. Jika keadaan semacam ini terus menerus
terjadi, maka negara hukum hanya bersifat formal, sedangkan dalam kenyataannya
suda jauh menyimpang dari apa yang dicantumkan dalam konstitusi, dan seolah-olah
negara hukum itu hanyalah suatu mitos saja yang belum pernah terbukti dalam
sejarah ketatanegaraan.
Dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen disebutkan bahwa : negara
Prof. Herman Sihombing, SH. Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara, Fakultas
Hukum Unad mengatakan bahwa negara hukum sebagai suatu konsepsi kelihatannya
suda longgar, karena hampir semua negara dikatakan “Negara Hukum”. Pemikiran
yang dilontarkan tersebut memang suda demikian keadaannya, baik dibanyak negara
3
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Indonesia Desain Sampul Digi art Jogja Tata Askara
Hery CK Cetakan 1, Februari 2011 (Pustaka Belajar Ceebang Timur UHIII/548 Yogyakarta 55167).hlm 2
Berikut penulis akan menjelaskan secara singkat beberapa konsep negara hukum,
1. Di inggris ide negara hukum sudah terlihat dalam pemikiran John Locke, yang
membagi kekuasaan negara menjadi tiga bagian. Antara lain dia membagi
undang, dan ini berkaitan erat dengan konsep the rule of law yang sedang
berkembang di inggris pada waktu itu. Di inggris the rule of law dikaitkan
Albert Van Decey, adalah seorang pemikir inggris yang masyhur, menulis
buku yang berjudul : Introduction to the study of the law of the constitution,
b. equality before the law ; kesamaan bagi kedudukan didepan hukum untuk
semua warga negara, baik selaku pribadi maupun statusnya sebagai pejabat
negara.
sumber dari hak asasi manusia dan jika hak asasi manusia itu diletakan dalam
konstitusi hanyalah sebagai penegasan bahwa hak asasi manusia itu harus di
lindungi.
4
Ibid, hlm 13
Konsep the rule of law yang di kemukakan oleh Albert Van Dicey pada tahun 1885
suda mengalami perubahan sepanjang perjalanannya. Karena the rule of law dapat
disalah tafsirkan, karena the rule of law dapat pula diartikan the rule of law adalah
dari hukum yang baik berdiri di atas penguasa yang baik dan dihormati oleh penguasa
dan dapat juga diartikan sebagai rule yang buruk dibuat secara sewenang-wenang dan
No. 6 Tahun 2014 tentang desa, sistem pemerintahan desa semakin terkait dengan
sistem pemerintahan negara sebagai suatu kesatuan sistem hukum. Desa hanya dilihat
struktur pemeritahan desa tidak ubahnya bagaikan pemerintahan yang setara dengan
eksekutif dan legislatife, pemilihan kepala desa, dan lain sebagainya. Desa dan
masyarakat desa sekali lagi dilihat sebagai unit politik dan administrasi, sehingga
aspek Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terabaikan. Itu sebabnya tidak ada satu
kata pun dalam undang-undang ini yang menyebut kata “Koperasi” sama sekali.
Yang ada hanya Badan Usaha Milik Desayang dimaksudkan sebagai instrument
Peraturan ditetapkan oleh kepala desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
5
Ibid, hlm13
6
Jimly Asshiddiqie, gagasan konstitusi sosial : institusionalisasi dan konstitusionalisasi kehidupan
sosial masyarakat madani (Jakarta : Pustaka LP3ES 2015). Hlm. 372
Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
sebuah produk hukum, peraturan desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi dan tidak boleh merugikan kepentingan umum, yaitu :
gebder.7
7
Ibid, hlm 373
B. Penyelah Gunaan Kekuasaan
masyarakat setempat.