Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kosep Negara Hukum

1. Negara Hukum Indonesia

Undang-undang Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa

indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dalam penjelasan, yang

berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar atas

kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Materi penjelasan tersebut kemudian di angkat

kedalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (perubahan ketiga) berbunyi: “negara indonesia

adalah negara hukum”. Istilah rechtsstaat tidak lagi dianut dalam UUD 1945.

Demikian pula tentang kekuasaan kehakiman yang mandiri, diangkat dari penjelasan

menjadi materi muatan UUD 1945 pasal 24 ayat (1). Hal ini lebih menguatkan

konsep negara hukum indonesia.1

Menurut Moh. Mahfud MD, penghilangan istilah rechtsstaat dari UUD 1945

tersebut bukanlah masalah semantik atau gramatik semata melainkan juga

menyangkut masalah yang substantif dan paradigmatik. Istilah rechsstaat lebih

menekankan pada pentingnya “hukum tertukis (civil law)” dan kepastian hukum.

Kebenaran dan keadilan hukum didalam rechsstaat lebih berpijak atau menggunakan

1
Ni’matul Hudah, Ilmu Negara (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm. 104
ukuran formal; artinya yang benar dan adil itu adalah apa yang ditulis di dalam

hukum tertulis. Di dalam rechsstaat hakim merupakan corong undang-undang.

Sedangkan the rule of law lebih menekankan pada pentingnya “hukum tak tertulis”

(common law) demi tegaknya keadilan substansial. Kebenaran dan keadilan hukum

lebih berpijak atau menekankan tegaknya substansi keadilan dari pada kebenaran

formal-prosedural semata; artinya yang benar dan adil itu belum tentu tercermin di

dalam hukum tertulis melainkan bisa yang tumbuh di dalam sanubari dan hidup di

dalam masyarakat; dan karenanya hukum tertulis (UU) dapat di simpangi oleh hakim

jika UU itu dirasa tidak adil. Karena titik berat the rule of law adalah keadilan, maka

dalam membuat putusan hakim tidak harus tunduk pada bunyi hukum tertulis

melainkan dapat membuat putusan sendiri dengan menggalirasa dan nilai-

nilaikeadilan di dalam masyarakat.

Lebih lanjut Mahfud menyatakan, sejak perubahan tahap ketiga UUD 1945,

konstitusi kita suda mengarahkan agar penegakan hukum di indonesia secara prinsip

menganut secara seimbang segi-segi baik dari konsepsi rechsstaat dan the rule of law

sekaligus, yakni menjamin kepastian hukum dan menegakkan keadilan substansial.2

2
Ibid, hlm 105
Kensop negara hukum tidak asing lagi dalam ilmu pengetahuan ketatanegaraan sejak

jaman purba hingga sekarang ini. Hanya dalam praktik ketatanegaraan orang masi

pesimis, bahwa apakah negara hukum tersebut suda dilaksanakan sepenuhnya apa

belum. Hal ini dapat dipahami karena dalam praktik, pengertiannya bersih menurut

teori, masi perlu diperhitungkan dengan faktor-faktor yang nyata yang hidup dalam

masyarakat menurut waktu dan tempat. Karena itu tidaklah mengherankan, sebab

cita-cita universal mengenai negara hukum (rechsstaat)yang diletakkan dalam

konstitusisering dilanggar dalam praktik. Jika keadaan semacam ini terus menerus

terjadi, maka negara hukum hanya bersifat formal, sedangkan dalam kenyataannya

suda jauh menyimpang dari apa yang dicantumkan dalam konstitusi, dan seolah-olah

negara hukum itu hanyalah suatu mitos saja yang belum pernah terbukti dalam

sejarah ketatanegaraan.

Dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen disebutkan bahwa : negara

indonesia adalah negara hukum.3

Prof. Herman Sihombing, SH. Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara, Fakultas

Hukum Unad mengatakan bahwa negara hukum sebagai suatu konsepsi kelihatannya

suda longgar, karena hampir semua negara dikatakan “Negara Hukum”. Pemikiran

yang dilontarkan tersebut memang suda demikian keadaannya, baik dibanyak negara

maupun indonesia sebagai negara hukum.

3
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Indonesia Desain Sampul Digi art Jogja Tata Askara
Hery CK Cetakan 1, Februari 2011 (Pustaka Belajar Ceebang Timur UHIII/548 Yogyakarta 55167).hlm 2
Berikut penulis akan menjelaskan secara singkat beberapa konsep negara hukum,

untuk sekedar pelengkap dalam pembahasan ini.

1. Di inggris ide negara hukum sudah terlihat dalam pemikiran John Locke, yang

membagi kekuasaan negara menjadi tiga bagian. Antara lain dia membagi

kekuasaan membuat undang-undang dan kekuasaan pelaksana undang-

undang, dan ini berkaitan erat dengan konsep the rule of law yang sedang

berkembang di inggris pada waktu itu. Di inggris the rule of law dikaitkan

dengan hakim dalam rangka menegakan the rule of law.

Albert Van Decey, adalah seorang pemikir inggris yang masyhur, menulis

buku yang berjudul : Introduction to the study of the law of the constitution,

mengemukakan ada 3 unsur utama the rule of law :4

a. supremacy of law ; adalah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam

suatu negara ialah hukum (kedaulatan hukum).

b. equality before the law ; kesamaan bagi kedudukan didepan hukum untuk

semua warga negara, baik selaku pribadi maupun statusnya sebagai pejabat

negara.

c. constitution based on individual right ; konstitusi itu ialah tidak merupakan

sumber dari hak asasi manusia dan jika hak asasi manusia itu diletakan dalam

konstitusi hanyalah sebagai penegasan bahwa hak asasi manusia itu harus di

lindungi.

4
Ibid, hlm 13
Konsep the rule of law yang di kemukakan oleh Albert Van Dicey pada tahun 1885

suda mengalami perubahan sepanjang perjalanannya. Karena the rule of law dapat

disalah tafsirkan, karena the rule of law dapat pula diartikan the rule of law adalah

dari hukum yang baik berdiri di atas penguasa yang baik dan dihormati oleh penguasa

dan dapat juga diartikan sebagai rule yang buruk dibuat secara sewenang-wenang dan

dilaksanakan secara sewenang-wenang pula oleh seprang tirani.5

Kelembagaan masyarakat desa desa sebagai mana tercermin dalam Undang-undang

No. 6 Tahun 2014 tentang desa, sistem pemerintahan desa semakin terkait dengan

sistem pemerintahan negara sebagai suatu kesatuan sistem hukum. Desa hanya dilihat

sebagai unit komunitas Politik dan Administrasi pemerintahan terbawah. Akibatnya,

struktur pemeritahan desa tidak ubahnya bagaikan pemerintahan yang setara dengan

pemerintahan daerah dengan struktur yang disesuaikan, seperti adanya fungsi

eksekutif dan legislatife, pemilihan kepala desa, dan lain sebagainya. Desa dan

masyarakat desa sekali lagi dilihat sebagai unit politik dan administrasi, sehingga

aspek Ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terabaikan. Itu sebabnya tidak ada satu

kata pun dalam undang-undang ini yang menyebut kata “Koperasi” sama sekali.

Yang ada hanya Badan Usaha Milik Desayang dimaksudkan sebagai instrument

untuk meningkatkan pendapatan pemerintahan desa saja.6

Pemerintah desa juga diberi wewenang untuk mendapatkan produk peraturan.

Peraturan ditetapkan oleh kepala desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan

5
Ibid, hlm13
6
Jimly Asshiddiqie, gagasan konstitusi sosial : institusionalisasi dan konstitusionalisasi kehidupan
sosial masyarakat madani (Jakarta : Pustaka LP3ES 2015). Hlm. 372
Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan desa. Penetapan peraturan

desa merupakan penjabaran atasberbagai kewenangan yang dimiliki desa yang

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai

sebuah produk hukum, peraturan desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan

yang lebih tinggi dan tidak boleh merugikan kepentingan umum, yaitu :

1. Terganggunya kerukunan antar warga masyarakat;

2. Terganggunya akses terhadap pelayanan public;

3. Terganggunya ketertiban dan ketentraman umuum;

4. Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa; dan

5. Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan,ras, antar golongan dan

gebder.7

7
Ibid, hlm 373
B. Penyelah Gunaan Kekuasaan

Penyala gunaan kekuasaan adalah merupakan tindakan yang merugikan sekelompok

masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai