Anda di halaman 1dari 34

TUGAS POKOK, PERAN dan FUNGSI

DPRD dalam PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN
04HUKM001 KELOMPOK II (2)

ABIGAIL ILHAM FAUZAN (201010250396)


BUDIMAN FIRDAUS (201010250479)
IMAM IMAMI ( 201010250309 )
MUFIT ARIFIN ( 201010250194 )
VENSENSIUS OLA (201010250510 )
OUTLINE

KAITAN DPRD DENGAN GOOD


GOVERNANCE

TUGAS DAN FUNGSI DPRD


DALAM MEWUJUDKAN GOOD
GOVERNANCE

PENUTUP
KAITAN DPRD DENGAN GOOD
GOVERNANCE
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara tidak hanya terdapat di pusat


pemerintahan saja. Pemerintahan pusat memberikan wewenangnya kepada
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri, dan di
Indonesia yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH,

Dilaksanakan dengan asas Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang


pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Di samping itu juga melaksanakan Dekonsentrasi,
yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai wakil pemerintah dan / atau
kepada instansi vertikal, dan serta melaksanakan Tugas Pembantuan,
yaitu penugasan dari pemerintahan kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintahan propinsi kepada kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
Kepemerintahan daerah yang baik (good local governance) merupakan issue yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini

Tuntutan gagasan yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah untuk pelaksanaan


penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik
sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat di samping adanya globalisasi pergeseran
paradigma pemerintahan dari “rulling government” yang terus bergerak menuju “good governance”
dipahami sebagai suatu fenomena berdemokrasi secara adil.

Untuk itu perlu memperkuat peran dan fungsi DPRD agar eksekutif dapat
menjalankan tugasnya dengan baik
Untuk itu perlu kiranya
dibuatkan “kode etik”
untuk para anggota DPRD
yang dapat dijadikan
pedoman dalam
pelaksanaan peran dan
fungsinya, sehingga
secara material mempunyai kewenangan yang besar
kewajiban untuk memberikan juga disertai dengan
pelayanan kepada rakyat atau Sosok ideal DPRD yang
tanggung jawab yang besar
publik yang diwakilinya. DPRD pula. bermoral, aspiratif dengan
sebagai wakil rakyat dalam kepentingan rakyat , dan
tindakan dan perbuatan harus selalu memperjuangkan
menyesuaikan dengan norma- kesejahteraan masyarakat
norma yang dianut dan berlaku
dalam kebudayaan rakyat yang dapat terwujud. Kuncinya
diwakilinya DPRD tidak akan melakukan baik eksekutif maupun
perbuatan yang tidak terpuji, legislatif harus terjalin
menguntungkan pribadi dan komunikasi timbal balik dan
membebani anggaran rakyat adanya keterbukaan diantara
untuk kepentingannya. para pihak dalam
DPRD sebagai lembaga Dengan memahami etika penyelesaian segala
legislatif yang pemerintahan diharapkan
permasalahan dalam
kedudukannya sebagai dapat mengurangi tindakan-
tindakan yang tercela, tidak mewujudkan kesejahteraan
wakil rakyat tidak
terpuji dan merugikan rakyatnya
mungkin melepaskan
masyarakat
dirinya dari kehidupan
rakyat yang diwakilinya
Harapan-harapan tersebut dapat
terwujud dengan adanya pemilihan
Peran dan fungsi DPRD akan terjadi
Kepala daerah secara langsung, yang
perubahan yang cukup signifikan
akan memperkuat posisi Kepala Daerah
seiring dengan pengurangan
sehingga dapat menjadi mitra yang baik
kewenangan yang dimilikinya tersebut
bagi DPRD dalam mengatasi berbagai
persoalan yang dihadapi.

Dengan adanya keseimbangan hak dan


kewenangan tersebut antara eksekutif
kehidupan masyarakat. Terwujudnya
dan legislatif diharapkan korupsi yang
“Clean and good governance”
marak terjadi di DPRD (legislatif)
merupakan harapan semua masyarakat.
dapat berkurang seiring dengan
pematangan demokrasi dalam
good governance pada sektor publik di
Indonesia diamanatkan kepada tiga
bagian yaitu:

Eksekutif. Yudikatif Legislatif.


Disadari pula bahwa untuk dapat mengadakan perbaikan, penataan,
reformasi, atau transformasi dari existing performance ke future
performance DPRD dibutuhkan strategi yang tepat. beberapa strategi yang
diharapkan dapat diterapkan secara efektif pada sektor publik, yaitu sebagai
berikut :
Pemberantasan KKN.
Reformasi birokrasi/administrasi publik
Penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan.
Kejelasan fungsi dan peran setiap instansi pemerintah.
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas
Peningkatan akuntabilitas.
Transparan dalam pengambilan keputusan.
Penerapan nilai budaya kerja dalam praktek penyelengaraan negara.
Pemanfaatan Teknologi Informasi.
Code of Conducts. prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh setiap pejabat
publik secara individual baik dalam tingkah laku ketika mereka
berhubungan dengan publik dan pihak legislatif
Hambatan dalam pelaksanaan
good governance antara lain :
Belum adanya sistem akuntansi pemerintahan
daerah yang baik yang dapat mendukung
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan secara
handal.

Sangat terbatasnya jumlah personil pemerintah


daerah yang berlatar belakang pendidikan
Akuntansi, sehingga mereka tidak begitu peduli
dengan permasalahan ini.

Terlambatnya standar akuntansi keuangan sektor


publik yang baku
(SAP Berbasis Akrual).
TUGAS DAN FUNGSI DPRD DALAM
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
(UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan daerah dan UU No. 27
tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD
dan DPRD)
Pengertian
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD)

adalah lembaga perwakilan rakyat


daerah yang berkedudukan sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah dan Anggota DPRD
kabupaten/kota adalah pejabat
Daerah kabupaten/kota.
DASAR HUKUM DPRD
• Undang-Undang Dasar 1945
• Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
• Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD
DPRD KABUPATEN/KOTA
MEMPUNYAI FUNGSI:

LEGISLASI ATAU
PEMBENTUKAN
PERDA ANGGARAN PENGAWASAN.
KABUPATEN/KOT
A

Ketiga fungsi dijalankan dalam kerangka representasi


rakyat di Daerah kabupaten/kota.

Menjaring Aspirasi Rakyat


FUNGSI LEGISLASI

Suatu proses untuk


mengakomodasi berbagai
kepentingan para pihak
Fungsi Legislasi (stakeholders), untuk
menetapkan bagaimana
pembangunan di daerah akan
dilaksanakan
Fungsi legislasi bermakna penting dalam
beberapa hal berikut:

Menentukan arah pembangunan dan


pemerintahan di daerah.

Dasar perumusan kebijakan publik di daerah.

Sebagai kontrak sosial di daerah.

Pendukung Pembentukan Perangkat Daerah dan


Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Dalam menjalankan fungsi legislasi ini DPRD berperan pula sebagai policy
maker, dan bukan policy implementer di daerah

Artinya, antara DPRD sebagai pejabat publik dengan masyarakat sebagai


stakeholders, ada kontrak sosial yang dilandasi dengan fiduciary duty

Dengan demikian, fiduciary duty ini harus dijunjung tinggi dalam setiap proses
fungsi legislasi

fiduciary duty: yaitu para wakil rakyat tersebut diyakini oleh rakyat yang memilihnya memiliki
kemampuan yang baik untuk perform peran, tugas, dan kewenangan yang diamanatkan. Dalam
mengemban amanah tersebut, diyakini rakyat bahwa para wakil tersebut memiliki
kemampuan/kompetensi dan integritas tinggi, akan menjalankan tugasnya dengan profesional dan
komitmen penuh, serta selalu menjunjung niat baik, kesetiaan, dan kejujuran.
• Peningkatan pemahaman
tentang perencanaan dalam
Dalam praktik dan realita fungsi legislasi.
saat ini, proyeksi good • Optimalisasi anggota DPRD
dalam mengakomodasi
public governance pada aspirasi stakeholders.
fungsi legislasi saat ini • Ditumbuhkannya inisiatif
DPRD dalam penyusunan
masih membutuhkan RAPERDA.
• Ditingkatkannya
banyak penataan dan kemmapuan analisis
transformasi ke arah (kebijakan publik & hukum)
dalam proses penyusunan
yang lebih baik. RAPERDA.
• Pemahaman yang lebih baik
Peningkatan performa atas fungsi perwakilan
tersebut dapat dilakukan dalam fungsi legislasi. dll.

antara lain dengan:


FUNGSI ANGGARAN

penyusunan dan penetapan


anggaran pendapatan
Fungsi Anggaran dan belanja daerah bersama-
sama pemerintah daerah.

Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara aktif,


proaktif, dan bukan reaktif & sebagai legitimator usulan APBD
ajuan pemerintah daerah.
Fungsi penganggaran ini perlu memperoleh
perhatian penuh, mengingat makna pentingnya
sebagai berikut:

APBD sebagai fungsi kebijakan fiskal (fungsi


alokasi, fungsi distribusi, & fungsi stabilisasi).

APBD sebagai fungsi investasi daerah.

APBD sebagai fungsi manajemen pemerintahan


daerah (fungsi perencanaan, fungsi otorisasi, fungsi
pengawasan).
Dalam konteks good governance, maka peran
serta DPRD harus diwujudkan dalam tiap proses
penyusunan APBD dengan menjunjung fiduciary
duty
.

Prinsip-prinsip universal good governance dalam


konteks GCG, yaitu TARIF/RAFIT principles,
sangat tepat apabila dapat diterapkan secara
nyata dalam menjalankan fungsi penganggaran
ini.
Adapun good public governance pada fungsi penganggaran
saat ini dapat lebih berperan secara konkrit apabila
memperoleh perhatian dan kecermatan dalam beberapa hal
berikut:

Penyusunan KUA
Penyusunan PPAS, Sosialisasi Perda
(Kebijakan Umum Raperda APBD
antara lain: APBD
APBD), antara lain:
• Efektifitas • Akuntabilitas
pembentukan jaring terhadap nilai
asmara; anggaran;
• Eliminasi kepentingan • Kelengkapan data-
individu, kelompok, data pendukung;
dan golongan; • Peningkatan kapasitas
• Pembenahan anggota DPRD dan
penyusunan RPJMD pemerintah daerah
dan Renstra-SKPD; dalam menyusun
• Peningkatan kapasitas prioritas urusan dan
pemerintah daerah program;
dan DPRD dalam • Kesesuaian antara
merumuskan KUA. prioritas program
dengan kebutuhan
rakyat.
FUNGSI PENGAWASAN

Fungsi manajemen untuk


menjamin pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan kebijakan dan
Fungsi Pengawasan rencana yang telah ditetapkan serta
memastikan tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.

Fungsi ketiga ini bermakna penting, baik bagi pemerintah daerah maupun
pelaksana pengawasan. Bagi pemerintah daerah, fungsi pengawasan
merupakan suatu mekanisme peringatan dini (early warning system), untuk
mengawal pelaksanaan aktivitas mencapai. tujuan dan sasaran. Sedangkan
bagi pelaksana pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan tugas mulia
untuk memberikan telaahan dan saran, berupa tindakan perbaikan
Pengawasan Menjamin agar pemerintah daerah berjalan
sesuai dengan rencana;
memiliki
tujuan utama,
antara lain: Menjamin kemungkinan tindakan koreksi
yang cepat dan tepat terhadap
penyimpangan dan penyelewengan yang
ditemukan;
Menumbuhkan motivasi, perbaikan,
pengurangan, peniadaan penyimpangan;

Meyakinkan bahwa kinerja pemerintah


daerah sedang atau telah mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan.
Namun demikian, praktik Good Public Governance pada fungsi
pengawasan saat ini masih membutuhkan beberapa improvement
agar dapat mencapai tujuannya tersebut.Fungsi pengawasan
dapat diselaraskan dengan tujuannya, antara lain dengan
melakukan beberapa hal berikut:

• Memaknai secara benar fungsi dan tujuan pengawasan, sehingga


dapat menjadi mekanisme check & balance yang efektif;
• Optimalisasi pengawasan agar dapat memberikan kontribusi yang
diharapkan pada pengelolaan pemerintahan daerah;
• Penyusunan agenda pengawasan DPRD;
• Perumusan standar, sistem, dan prosedur baku pengawasan DPRD;
• Dibuatnya mekanisme yang efisien untuk partisipasi masyarakat
dalam proses pengawasan, dan saluran penyampaian informasi
masyarakat dapat berfungsi efektif sebagai salah satu alat
pengawasan
Pelaksanaan ketiga fungsi tersebut secara ideal diharapkan dapat melahirkan output,
sebagai berikut:

1. Perda-perda yang aspiratif dan responsif. Dalam arti PERDA-PERDA yang dibuat telah mengakomodasi tuntutan,
kebutuhan dan harapan rakyat. Hal itu tidak mungkin terwujud apabila mekanisme penyusunan Peraturan Daerah
bersifat ekslusif dan tertutup. Untuk itu mekanisme penyusunan PERDA yang dituangkan dalam Peraturan Tata Tertib
DPRD harus dibuat sedemikian rupa agar mampu menampung aspirasi rakyat secara optimal.

2. Anggaran belanja daerah (APBD) yang efektif dan efisien, serta terdapat kesesuaian yang
logis antara kondisi kemampuan keuangan daerah dengan keluaran (output) kinerja pelayanan
masyarakat.

3. terdapatnya suasana pemerintahan daerah yang transparan dan akuntabilitas, baik dalam
proses pemerintahan maupun dalam penganggaran

Untuk melaksanaan ketiga fungsi yang ideal tersebut, DPRD dilengkapi dengan
modal dasar yang cukup besar dan kuat, yaitu tugas dan wewenang, alat-alat
kelengkapan DPRD, Hak-hak DPRD/anggota, dan anggaran DPRD yang mandiri
Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga
fungsi, yaitu:
• Regulator. Mengatur seluruh kepentingan
daerah, baik yang termasuk urusanurusan rumah
tangga daerah (otonomi) maupun urusan-urusan
pemerintah pusat yang diserahkan
pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan).
• Policy Making. Merumuskan kebijakan
pembangunan dan perencanaan program-
program pembangunan di daerahnya.
• Budgeting. Perencanaan angaran daerah
(APBD)
• Dalam perannya
sebagai badan Peran ini diwujudkan
perwakilan, dalam fungsi-fungsi
berikut:
DPRD menempatkan diri selaku
kekuasaan penyeimbang • Representation.
(balanced power) yang • Advokasi.
mengimbangi dan melakukan • Administrative oversight.
kontrol efektif terhadap Kepala
Daerah dan seluruh jajaran
pemerintah daerah.
1. Representation. 2. Advokasi. 3. Administrative oversight.
• Mengartikulasikan • Anggregasi aspirasi yang • Menilai atau menguji dan
keprihatinan, tuntutan, komprehensif dan bila perlu berusaha
harapan dan melindungi memperjuangkannya melalui mengubah tindakan-tindakan
kepentingan rakyat ketika negosiasi kompleks dan dari badan eksekutif.
kebijakan dibuat, sehingga sering alot, serta tawar- Berdasarkan fungsi ini
DPRD senantiasa berbicara menawar politik yang sangat adalah tidak dibearkan
“atas nama rakyat”. kuat. Hal ini wajar apabila DPRD bersikap
mengingat aspirasi “lepas tangan” terhadap
masyarakat mengandung kebijakan pemerintah daerah
banyak kepentingan atau yang bermasalah atau
tuntutan yang terkadang dipersoalkan oleh
berbenturan satu sama lain. masyarakat. Apalagi dengan
Tawar menawar politik kalimat naif, “Itu bukan
dimaksudkan untuk wewenang kami”, seperti
mencapai titik temu dari yang kerap terjadi dalam
berbagai kepentingan praktek. Dalam kasus seperti
tersebut. ini, DPRD dapat memanggil
dan meminta keterangan,
melakukan angket dan
interpelasi, bahkan pada
akhirnya dapat meminta
pertanggung jawaban Kepala
Daerah.
PENUTUP
Optimalisasi peran DPRD
Optimalisasi peran ini oleh karena
merupakan kebutuhan yang harus
sangat tergantung dari tingkat
segera diupayakan jalan keluarnya,
kemampuan anggota DPRD, maka
agar dapat melaksanakan tugas,
salah satu upaya yang dilakukan
wewenang, dan hak-haknya secara
dapat diidentikkan dengan upaya
efektif sebagai lembaga legislatif
peningkatan kualitas anggota DPRD.
daerah.

Buah dari peningkatan kualitas dapat diukur dari seberapa besar peran DPRD dari sisi
kemitra sejajaran dengan lembaga eksekutif dalam menyusun anggaran, menyusun dan
menetapkan berbagai Peraturan Daerah, serta dari sisi kontrol adalah sejauhmana
DPRD telah melakukan pengawasan secara efektif terhadap Kepala Daerah dalam
pelaksanaan APBD atau kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Kita tentu berharap bahwa yang terjadi adalah DPRD benar-
benar mampu berperanan dalam arti mampu menggunakan
hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara efektif dan menempatkan
kedudukannya secara proporsional.

Hal ini dimungkinkan jika setiap anggota DPRD bukan saja


piawai dalam berpolitik, melainkan juga menguasai
pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi dan teknis
penyelenggaraan pemerintahan, teknis pengawasan,
penyusunan anggaran, dan lain sebagainya.
TERIMA KASIH

Insya Allah

... ORANG MENTIGI MENGAIL TENGGIRI,


TENGGIRI DIJUAL DALAM PEKAN
KAMI YANG PERGI MEMOHON DIRI
SILAP DAN SALAH MOHON DIMAAFKAN. 34

Anda mungkin juga menyukai