Anda di halaman 1dari 11

KEDUDUKAN HUKUM

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


DASAR PERTIMBANGAN
 untuk melaksanakan ketentuan PASAL 65 AYAT (2) UU Nomor 6 Tahun 2014 ttg Desa;
 untuk melaksanakan ketentuan PASAL 65 AYAT (2) UU Nomor 6 Tahun 2014 ttg Desa;
PASAL 72 PP Nomor 43 Tahun 2014 ttg Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 ttg
PASAL 72 PP Nomor 43 Tahun 2014 ttg Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 ttg
Desa; PASAL 73 AYAT (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Desa; PASAL 73 AYAT (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa;
Badan Permusyawaratan Desa;
 Pengaturan terhadap tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban, pengisian
 Pengaturan terhadap tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban, pengisian
keanggotaan, pemberhentian anggota, serta peraturan tata tertib Badan
keanggotaan, pemberhentian anggota, serta peraturan tata tertib Badan
Permusyawaratan Desa belum selaras dengan UU Desa dan Permendagri BPD serta Dasar
Permusyawaratan Desa belum selaras dengan UU Desa dan Permendagri BPD serta Dasar
hukum pengaturannya masih merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 7
hukum pengaturannya masih merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 7
Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa;
Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa;
 Belum kuatnya pembentukan citra BPD dalam demokrasi desa sehingga peran politik BPD
 Belum kuatnya pembentukan citra BPD dalam demokrasi desa sehingga peran politik BPD
dalam musyawarah desa dan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan desa tidak
dalam musyawarah desa dan pengawasan terhadap kinerja pemerintahan desa tidak
optimal;
optimal;
 Belum terciptanya sinergitas dan komunikasi politik yang intens antara BPD dan
 Belum terciptanya sinergitas dan komunikasi politik yang intens antara BPD dan
Pemerintah Desa dalam pengambilan kebijakan strategis di desa. Padahal Lembaga ini
Pemerintah Desa dalam pengambilan kebijakan strategis di desa. Padahal Lembaga ini
merupakan representasi warga desa dalam menjalankan komunikasi politik dengan
merupakan representasi warga desa dalam menjalankan komunikasi politik dengan
pemerintahan desa;
pemerintahan desa;
LANDASAN PEMIKIRAN
ARGUMEN HISTORIS
ARGUMEN HISTORIS
Desa sejak dulu merupakan basis penghidupan masyarakat setempat, Sejak itu pula BPD lahir sebagai
Desa sejak dulu merupakan basis penghidupan masyarakat setempat, Sejak itu pula BPD lahir sebagai
parlemen desa sekaligus sebagai penyeimbang yang melahirkan mekanisme check and balance dalam
parlemen desa sekaligus sebagai penyeimbang yang melahirkan mekanisme check and balance dalam
percaturan politik desa. Konsepsi ini dilatari oleh sejarah perkembangan BPD yang telah mengalami
percaturan politik desa. Konsepsi ini dilatari oleh sejarah perkembangan BPD yang telah mengalami
beberapa kali perubahan peran, fungsi dan kedudukan. Mulai dari hanya sekedar lembaga pelengkap
beberapa kali perubahan peran, fungsi dan kedudukan. Mulai dari hanya sekedar lembaga pelengkap
demokrasi di bawah kendali kepala desa yang oleh UU Nomor 5 /1979 disebut LEMBAGA MUSYARAWAH
demokrasi di bawah kendali kepala desa yang oleh UU Nomor 5 /1979 disebut LEMBAGA MUSYARAWAH
DESA. Perubahan signifikan kemudian terjadi dengan lahirya UU Nomor 22/1922, Namanya berubah dari
DESA. Perubahan signifikan kemudian terjadi dengan lahirya UU Nomor 22/1922, Namanya berubah dari
BADAN PERWAKILAN DESA dengan kedudukan politik sebagai penyelenggara pemerintahan desa setara
BADAN PERWAKILAN DESA dengan kedudukan politik sebagai penyelenggara pemerintahan desa setara
dengan kepala desa. Peran dan fungsinya juga diperluas yakni peran legislasi, pengawasan, dan
dengan kepala desa. Peran dan fungsinya juga diperluas yakni peran legislasi, pengawasan, dan
penganggaran. Namun, peran dan fungsi ini seperti tercatat dalam UU No 32/2004 kemudian diperlemah
penganggaran. Namun, peran dan fungsi ini seperti tercatat dalam UU No 32/2004 kemudian diperlemah
dengan membatasinya pada legislasi dan perwakilan. Ini terjadi meski kedudukannya sejajar dengan
dengan membatasinya pada legislasi dan perwakilan. Ini terjadi meski kedudukannya sejajar dengan
kepala desa sebagai penyelenggara pemerintahan desa dan namanya menjadi BADAN
kepala desa sebagai penyelenggara pemerintahan desa dan namanya menjadi BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA . Peran, fungsi dan posisinya semakin dipersempit pada UU Nomor 6/2014.
PERMUSYAWARATAN DESA . Peran, fungsi dan posisinya semakin dipersempit pada UU Nomor 6/2014.
Di sini fungsi legislasi BPD dibatasi. Perspektif Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, BPD
Di sini fungsi legislasi BPD dibatasi. Perspektif Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, BPD
berada di luar struktur penyelenggara pemerintahan desa. Jadi secara historis, BPD itu telah ada untuk
berada di luar struktur penyelenggara pemerintahan desa. Jadi secara historis, BPD itu telah ada untuk
menjaga keseimbangan adanya desa, walaupun telah mengalami beberapa kali perubahan nama,
menjaga keseimbangan adanya desa, walaupun telah mengalami beberapa kali perubahan nama,
kedudukan dan fungsi yang semuanya bermuara ke representasi dan pengawasan demi terwujudnya
kedudukan dan fungsi yang semuanya bermuara ke representasi dan pengawasan demi terwujudnya
pemerintahan desa yang akuntabel.
pemerintahan desa yang akuntabel.
ARGUMEN FILOSOFIS-KONSEPTUAL
ARGUMEN FILOSOFIS-KONSEPTUAL
PERTAMA, Secara filosofis, pengaturan ini mrp bagian dari implementasi rekognisi (pengakuan) sekaligus mrp sebuah kebijakan pembangunan
PERTAMA,
demokrasi Secaradengan
di desa, filosofis, pengaturan inifungsi
mengedepankan mrp bagian
legislasi,dari implementasi
representasi rekognisi (pengakuan)
dan pengawasan. Pada tataran sekaligus
ini BPDmrpadasebuah
sebagaikebijakan
kekuatanpembangunan
masyarakat
demokrasi di desa, dengan mengedepankan fungsi legislasi, representasi dan pengawasan. Pada
sipil yang mampu memperjuangkan kepentingan warga dengan menghindari sejauh mungkin relasi kolutif manipulatif dengan pemerintahtataran ini BPD ada sebagai kekuatan masyarakat
desa.
sipil yang
Sebagai mampukinerja
pengawas memperjuangkan
pemerintahan kepentingan
desa, BPDwarga denganmeletakkan
hendaknya menghindari sejauhdan
aspirasi mungkin relasi kolutif
kepentingan manipulatif
masyarakat sebagaidengan pemerintah
prioritas utama saatdesa.
Sebagai pengawas
menjalankan tugas dankinerja pemerintahan
perannya. desa, BPD
Dengan demikian hendaknya
legitimasi meletakkan
BPD dibangun atas aspirasi dan kepentingan
dasar kepercayaan masyarakatuntuk
warga masyarakat sebagai prioritas
dapat utama saat
memaksimalkan
menjalankan tugas dan perannya. Dengan demikian legitimasi BPD dibangun atas dasar kepercayaan warga masyarakat
fungsi pengawasan kinerja pemerintahan desa. Melalui optimalisasi pengawasan BPD, nilai-nilai transparansi, akuntabilitas, partisipasi akan secara untuk dapat memaksimalkan
fungsi pengawasan
perlahan melembaga dalam kinerjatata
pemerintahan desa. Melalui pemerintahan
kelola penyelenggaraan optimalisasi pengawasan
desa. Di atasBPD, nilai-nilai
desain transparansi,
yang demikian akanakuntabilitas, partisipasi demokrasi
terbangun mekanisme akan secara
perlahan
desa melembagapada
yang disandarkan dalam tata
nilai kelola
-nilai penyelenggaraan
transparansi, akuntabel, pemerintahan desa.
partisipatif serta Di atas
tetap desain yang
menjalankan demikian akan
prinsip-prinsip terbangun mekanisme demokrasi
komunitarian.
desa yang disandarkan pada nilai -nilai transparansi, akuntabel, partisipatif serta tetap menjalankan prinsip-prinsip komunitarian.
KEDUA, demokrasi Desa yang akan dibingkai dengan Peraturan Daerah bukan sekadar perkara kelembagaan semata, melainkan mempunyai dasar
KEDUA,yang
filosofis demokrasi Desa yang
dalam yakni akan dibingkai
pemerintahan desa dengan Peraturan
membutuhkan Daerahyang
lembaga bukan sekadar perkara kelembagaan
mandiri-bermartabat, yang kuat semata, melainkan
(berkapasitas mempunyai dan
dan bertenaga) dasar
filosofis yang
demokratis. Upaya dalam yakni pemerintahan
penguatan kedudukan dandesa peranmembutuhkan
BPD ini semakin lembaga yangditopang
efektif bila mandiri-bermartabat,
oleh kedaulatanyang rakyatkuat (berkapasitas
sebagai danyang
entitas lokal bertenaga)
bertenagadan
demokratis. Upaya penguatan kedudukan dan peran BPD ini semakin efektif
secara sosial, berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara budaya. bila ditopang oleh kedaulatan rakyat sebagai entitas lokal yang bertenaga
secara sosial, berdaulat secara politik, berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara budaya.
KETIGA, peraturan daerah tentang BPD merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan baru Desa yang demokratis. Apa maknanya?
KETIGA, peraturan
Demokrasi adalah nilai daerah tentangyang
dan sistem BPDmembingkai
merupakan instrumen untuk membangun
tata pemerintahan Desa. Secara visi menuju
konseptualkehidupan
demokrasibarumengandung
Desa yang demokratis. Apa maknanya?
sejumlah prinsip dasar:
Demokrasi adalah nilai dan sistem yang membingkai tata pemerintahan Desa. Secara konseptual demokrasi mengandung
representasi, transparansi, akuntabilitas, responsivitas dan partisipasi, yang semua prinsip ini menjadi fondasi dasar bagi pengelolaan kebijakan, sejumlah prinsip dasar:
representasi,
perencanaan transparansi,
Desa, pengelolaan akuntabilitas,
keuangan Desa responsivitas dan partisipasi,
dan pelayanan publik. Kalauyang semua prinsip
prinsip-prinsip dasariniinimenjadi
tidak ada fondasi dasar
di Desa, makabagi pengelolaan
akan kebijakan,
muncul "penguasa
perencanaan
tunggal" Desa, pengelolaan
yang otokratis, keuangan
serta kebijakan dan Desa dan pelayanan
keuangan Desa akanpublik. Kalau
berjalan apaprinsip-prinsip
adanya secaradasar rutin,iniyang
tidakberujung
ada di Desa,
padamaka
kasusakan muncul "penguasa
penyimpangan yang
tunggal" rakyat
merugikan yang otokratis, serta kebijakan
Desa. Demokrasi Desa akan dan keuanganruang
membuka Desabagiakanrakyat
berjalan
untukapamenyampaikan
adanya secaraaspirasinya
rutin, yangkepada
berujung pada kasus
pemerintah penyimpangan
Desa. yang
Aspirasi adalah
merugikan rakyat Desa. Demokrasi Desa akan membuka ruang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasinya
fondasi kedaulatan rakyat yang sudah lama diamanatkan dalam konstitusi. Demokrasi juga menjadi arena untuk mendidik mental dan kepribadian kepada pemerintah Desa. Aspirasi adalah
fondasi kedaulatan
masyarakat desa agar rakyat yanglebih
mereka sudahmampu,
lama diamanatkan dalam dan
mandiri, militan konstitusi. Demokrasi
mempunyai juga menjadi
kesadaran tentang arena untuk mendidik
pengelolaan mental dan
barang-barang kepribadian
publik yang
masyarakat desa
mempengaruhi hidupagar
mereka.mereka lebih dan
Pendidikan mampu, mandiri, ini
pembelajaran militan
penting,dan mempunyai
mengingat kesadaran
masyarakat tentangpragmatis
cenderung pengelolaan
secarabarang-barang publik yang
ekonomi dan konservatif
mempengaruhi
secara hidup
politik, akibat darimereka. Pendidikan
perkembangan zamandanyang
pembelajaran
mengutamakanini penting, mengingat
orientasi material.masyarakat cenderung pragmatis secara ekonomi dan konservatif
secara politik, akibat dari perkembangan zaman yang mengutamakan orientasi material.
Argument filosofis-konseptual ini merupakan cita hukum (rechtsidee) yang diharapkan menjamin adanya ketertiban, keadilan, kemanfaatan maupun
Argument filosofis-konseptual
kesejahteraan, yang oleh Radbuchini(2001),
merupakan cita sebagai
berfungsi hukum (rechtsidee)
tolak ukur yangyang diharapkan
bersifat menjamin
regulatif adanya ketertiban,
dan konstruktif. Tanpa Citakeadilan, kemanfaatan maupun
Hukum, pembentukan perda
BPDkesejahteraan,
ini kehilanganyang oleh Radbuch (2001), berfungsi sebagai tolak ukur yang bersifat regulatif dan konstruktif. Tanpa Cita Hukum, pembentukan perda
maknanya.
BPD ini kehilangan maknanya.
LANDASAN SOSIOLOGIS
LANDASAN SOSIOLOGIS
Terkait dengan landasan pemikiran sosiologis, Mahfud MD (1998) telah menegaskan karakter produk
Terkaitresponsive/
hukum dengan landasan
populis,pemikiran sosiologis,
artinya produk hukumMahfud
yangMD (1998) telah harapan
mencerminkan menegaskan karakter produk
dan tuntutan sosial
hukum responsive/ populis, artinya produk hukum yang mencerminkan harapan
masyarakat. Pendasaran teoritis ini menyakini pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah memiliki dan tuntutan sosial
masyarakat.
argument Pendasaran
sosiologis sebagaiteoritis
berikut:ini menyakini pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah memiliki
argument sosiologis sebagai berikut:
PERTAMA, secara sosiologis, jelas bahwa untuk menciptakan masyarakat yang berkeadilan yang
PERTAMA, secara
diamanatkan dalam sosiologis,
Pembukaanjelas bahwa untuk Dasar
Undang-Undang menciptakan masyarakat
1945, bangsa yang berkeadilan
Indonesia harus memulai yang
diamanatkan
paradigma dalam Pembukaan
pembangunan dari bawahUndang-Undang
(Desa) karena Dasar 1945, besar
sebagian bangsapenduduk
Indonesia beserta
harus memulai
segala
paradigma pembangunan
permasalahannya dariNamun
tinggal di Desa. bawahsumberdaya
(Desa) karena sebagian
desa telah besar supra
dieksploitasi penduduk beserta Desa
desa, sehingga segala
permasalahannya
seolah-olah tinggal
kehabisan di Desa. Namun
sumberdaya. sumberdaya
Kondisi desa telah dieksploitasi
ini yang menciptakan supra desa,
keterbelakangan yangsehingga Desa
senantiasa
seolah-olah
melekat pada kehabisan
Desa. sumberdaya. Kondisi ini yang menciptakan keterbelakangan yang senantiasa
melekat pada Desa.
KEDUA, ide dan pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah dimaksudkan untuk merekonstruksi tatanan
KEDUA,
sosial, ide dan
budaya pengaturan
dan BPD serentak
politik Desa, dalam Peraturan Daerah
memulihkan dimaksudkan
basis penghidupanuntuk merekonstruksi
demokrasi tatanan
Desa melalui
sosial, budaya
penegasan dan politik
kedudukan dan peranDesa,
BPDserentak memulihkan basis
dalam penyelenggaraan penghidupan
pemerintahan demokrasi
desa, dan secara Desa melalui
sosiologis
penegasan
hendak kedudukan
memperkuat Desadan peran entitas
sebagai BPD dalam penyelenggaraan
masyarakat paguyubanpemerintahan
yang kuat dandesa, dan secara sosiologis
mandiri.
hendak memperkuat Desa sebagai entitas masyarakat paguyuban yang kuat dan mandiri.
KETIGA, pengaturan tentang BPD dimaksudkan pula untuk merespon kualitas musyawarah desa, bahwa
KETIGA,
BPD pengaturan
ada sebagai tentang
pranata BPDuntuk
social dimaksudkan
menggali, pula untuk merespon
menampung, kualitas
mengelola musyawarah
dan menyalurkan desa, bahwa
aspirasi
BPD ada sebagai
masyarakat pranatamewujudkan
dalam rangka social untukspirit
menggali, menampung,
desa bertenaga mengelola
secara dan menyalurkan
sosial, berdaulat aspirasi
secara politik,
masyarakat
berdaya secaradalam rangka
ekonomi dan mewujudkan spirit desa
bermartabat secara bertenaga
budaya secara sosial,
yang sebenarnya berdaulat
menjadi cita-citasecara politik,
dan fondasi
berdaya secara
lokal-bawah yangekonomi
memperkuat dan bermartabat secaraRko,
supra desa (Sutoro budaya yang
2007; sebenarnya
AMAN, 2006). menjadi cita-cita dan fondasi
lokal-bawah yang memperkuat supra desa (Sutoro Rko, 2007; AMAN, 2006).
LANDASAN YURIDIS
LANDASAN YURIDIS
Pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah telah diupayakan pendasarannya pada landasan pembentukannya
Pengaturan BPD dalam
(gesetzgebungslehre) Peraturan
(Halim, Daerah yakni
dkk, 2010) telah landasan
diupayakanyuridispendasarannya
(juridischepada landasan
gelding). pembentukannya
Juridische gelding
(gesetzgebungslehre)
mengindikasikan bahwa (Halim,
pengaturan dkk,ini 2010)
dibentuk yakni
olehlandasan
organ yang yuridis (juridische
berwenang, adanyagelding).
kesesuaianJuridische
bentuk/ gelding
jenis
mengindikasikan bahwa pengaturan ini dibentuk oleh organ yang berwenang, adanya
dengan materi muatan yang akan diatur, adanya prosedur yang telah ditentukan; dan tidak bertentangan dengan kesesuaian bentuk/ jenis
dengan materi
peraturan muatanyang
perundangan yanglebih
akantinggi
diatur, adanya prosedur yang telah ditentukan; dan tidak bertentangan dengan
tingkatannya.
peraturan perundangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Lebih lanjut Ketentuan Pasal 242 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Lebih lanjutbahwa
menegaskan Ketentuan PasalDaerah
Peraturan 242 Ayat (1) Undang-Undang
(Perda) ditetapkan oleh Nomor 23 Tahun
kepala daerah 2014 mendapat
setelah tentang Pemerintahan
persetujuan DPRD. Daerah
menegaskan
Artinya Pemkab bahwa Peraturan
Malaka memilikiDaerah (Perda) ditetapkan
kewenangan pengaturanoleh kepalaBadan
tentang daerah setelah mendapatDesa,
Permusyawaratan persetujuan DPRD.
yang secara
Artinya termaktub
delegatif Pemkab Malaka dalammemiliki
ketentuankewenangan
Pasal 73 Ayat pengaturan tentang
(1) Peraturan BadanDalam
Menteri Permusyawaratan
Negeri NomorDesa, yang secara
110 Tahun 2016
delegatif termaktub dalam ketentuan Pasal 73 Ayat (1) Peraturan Menteri
tentang Badan Permusyawaratan Desa menegaskan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
tentang Badan Desa
Permusyawaratan Permusyawaratan
diatur dengan Desa menegaskan,
Peraturan bahwa ketentuan
Daerah. Ketentuan Pasal 73 ayat lebih lanjut
(1) ini hendakmengenai
menegaskan Badan
Permusyawaratan
kewenangan Desauntuk
delegatif diaturmengatur
dengan Peraturan
kedudukan, Daerah.
peranKetentuan
dan fungsi Pasal 73 ayat
Badan (1) ini hendak menegaskan
Permusyawaratan Desa dan
kewenangan
pengaturan delegatif
lainnya untuk mengatur
dalam Peraturan kedudukan,
Daerah. Lebih peran dan
lanjut ketentuan fungsi
Pasal 73 ayatBadan Permusyawaratan
(2) menegaskan Desa dan
bahwa Peraturan
pengaturan
Daerah lainnya dalam
sebagaimana Peraturan
dimaksud pada Daerah.
ayat (1) Lebih
palinglanjut ketentuan
sedikit memuat:Pasal 73 ayatjumlah
a. alokasi (2) menegaskan
anggota BPD bahwa Peraturan
di Desa; b.
bidang dalam kelembagaan BPD; c. staf administrasi BPD; d. ketentuan pembagian wilayah untuk keterwakilanb.
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. alokasi jumlah anggota BPD di Desa;
bidang BPD;
anggota dalam kelembagaan
e. hubungan BPDBPD; c. staf
dengan administrasi
lembaga BPD;dan
lain di Desa; d. f.ketentuan
peningkatan pembagian
kapasitaswilayah
BPD. untuk keterwakilan
anggota BPD; e. hubungan BPD dengan lembaga lain di Desa; dan f. peningkatan kapasitas BPD.
Mengacu pada landasan yuridis sebagaimana termaktub dalam ketentuan Pasal 73 ayat (1), maka secara jelas bahwa
Mengacu pada
Pemerintah landasan yuridis
Kabupaten sebagaimana
memiliki kewenangan termaktubuntukdalam ketentuan Pasal
menetapkan 73 ayat (1),
Peraturan maka secara
Daerah tentang jelasBadan
bahwa
Pemerintah Kabupaten
Permusyawaratan Desa, sesuaimemiliki kewenangan
dengan prosedur untuk
dan tata menetapkan
cara yang Peraturan
telah ditetapkan dalamDaerah tentang Nomor
Undang-Undang Badan
12Permusyawaratan
Tahun 2011 tentang Desa, sesuai dengan
Pembentukan prosedur
Peraturan dan tata cara yang telah
Perundang-Undangan ditetapkanMenteri
dan Peraturan dalam Undang-Undang
Dalam Negeri Nomor Nomor
8012Tahun
Tahun2015
2011tentang
tentangPembentukan
PembentukanProdukPeraturan
Hukum Perundang-Undangan
Daerah. dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
ARGUMEN
ARGUMENPSIKO-POLITIS
PSIKO-POLITIS
PERTAMA, upaya untuk merekonstruksi kedudukan, peran dan fungsi BPD berpuncak pada komitmen
PERTAMA,
dan upaya
kesepakatan untuk
politik merekonstruksi
dalam kedudukan,
pencarian desain peranpada
yang tepat danlevel
fungsi BPD berpuncak
daerah (kabupaten)pada komitmen
antara DPRD
dan kesepakatan politik dalam pencarian desain yang tepat pada level daerah (kabupaten)
dan Pemkab Malaka. Akan tetapi desain baku perspektif Pemendagri 110/2016 menjadi rujukan tunggal antara DPRD
dan bersifat
yang Pemkab delegatif
Malaka. Akan tetapi desain
sebagaimana baku dalam
dimaksud perspektif Pemendagri
ketentuan Pasal 110/2016 menjadi
73 ayat (1). Hal inirujukan tunggal
menunjukan
yang bersifat
bahwa pengaturandelegatif sebagaimana
tentang dimaksud perintah
BPD merupakan dalam ketentuan
peraturanPasal
yang73 lebih
ayat (1). Hal ini
tinggi, menunjukan
selain untuk
bahwa pengaturan tentang BPD merupakan perintah peraturan yang lebih
melaksanakan otonomi daerah dan kebutuhan pengaturan lainnya sebagaimana ditegaskan Pemendagri tinggi, selain untuk
melaksanakan
Nomor 80 Tahunotonomi daerah
2015 tentang dan kebutuhan
Pembentukan pengaturan
Produk lainnya sebagaimana ditegaskan Pemendagri
Hukum Daerah.
Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
KEDUA, secara psikopolitik, BPD tetap akan marginal dan menjadi isu yang diremehkan ketika
KEDUA, secaraditempatkan
pengaturannya psikopolitik,padaBPDposisi
tetapsubsistem
akan marginal dan pemerintahan
pengaturan menjadi isu yang desa.diremehkan
BPD mempunyai ketika
pengaturannya
konteks sejarah, ditempatkan padadan
sosiologis, politik posisi subsistem
hukum pengaturan
yang berbeda pemerintahan
dengan pemerintahandesa.desa.
BPD Karena
mempunyaiitu
sebenarnya pengaturan ini hendak mengangkat BPD pada posisi subyek yang terhormat dalam tataitu
konteks sejarah, sosiologis, politik dan hukum yang berbeda dengan pemerintahan desa. Karena
sebenarnya pengaturan
pemerintahan desa. ini hendak mengangkat BPD pada posisi subyek yang terhormat dalam tata
pemerintahan desa.
KETIGA, secara politik menguatnya pengaturan terhadap BPD perspektif UU Desa dan Permendagri BPD
KETIGA, secara
sebenarnya jugapolitik
menjadimenguatnya
aspirasi pengaturan
Desa yang terhadap BPD kedudukan
memastikan perspektif UU Desa dan sebagai
hukumnya Permendagri BPD
subyek
sebenarnya dan
pemerintahan jugapembangunan.
menjadi aspirasi Desa yang memastikan kedudukan hukumnya sebagai subyek
pemerintahan dan pembangunan.
DASAR HUKUM
1.1. UU
UUNomor
Nomor33Tahun
Tahun2013 tentangPembentukan
2013tentang PembentukanKab.Kab.Malaka
Malakadidi
Prov.
Prov.NTT;
NTT;
2.2. UU
UUNomor
Nomor66Tahun
Tahun2014 tentangDesa;
2014tentang Desa;
3.3. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Daerah
sebagaimana
sebagaimanatelah
telahdiubah
diubahbeberapa
beberapakali
kaliterakhir
terakhirdengan
denganUUUU
Nomor
Nomor99Tahun
Tahun2015;
2015;
4.4. PP
PPNomor
Nomor43 43Tahun
Tahun2014 tentangPeraturan
2014tentang PeraturanPelaksanaan
PelaksanaanUU
UU
Nomor
Nomor66Tahun
Tahun2014 tentangDesa
2014tentang Desasebagaimana
sebagaimanatelah
telahdiubah
diubah
dengan PP Nomor 47 Tahun
dengan PP Nomor 47 Tahun 2015;2015;
5.5. Permendagri
Permendagri Nomor
Nomor 110 110 Tahun
Tahun 2016 tentang Badan
2016 tentang Badan
Permusyawaratan
PermusyawaratanDesa;
Desa;
MAKSUD & TUJUAN

MAKSUD
MAKSUD
memberikan
memberikan kepastian
kepastian hukum
hukumterhadap
terhadapBPD
BPD sebagai
sebagai lembaga
lembagadidiDesa
Desa
yang melaksanakan fungsi Pemerintahan Desa.
yang melaksanakan fungsi Pemerintahan Desa.

TUJUAN
TUJUAN
mempertegas
mempertegasperanperanBPD
BPDdalam
dalampenyelenggaraan
penyelenggaraanPemerintahan
PemerintahanDesa;
Desa;
mendorong
mendorongBPD BPDagar
agarmampu
mampumenampung
menampungdan danmenyalurkan
menyalurkanaspirasi
aspirasi
masyarakat
masyarakatDesa;
Desa;dan
dan
mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang yang
baik
baikdidiDesa.
Desa.
RUANG LINGKUP

BAB
BABI IKETENTUAN
KETENTUANUMUM
UMUM(4(4Pasal)
Pasal)
BAB
BABIIII KEANGGOTAAN
KEANGGOTAANBPDBPD(22(22Pasal)
Pasal)
BAB III KELEMBAGAAN BPD (4 Pasal)
BAB III KELEMBAGAAN BPD (4 Pasal)
BAB
BABIVIV FUNGSI
FUNGSIDAN
DANTUGAS
TUGAS(20
(20Pasal)
Pasal)
1111BAB BAB
BAB BABVV HAK,HAK,KEWAJIBAN
KEWAJIBAN&&WEWENANG
WEWENANG(12 (12Pasal)
Pasal)
BAB
BABVIVI PERATURAN
PERATURANTATA
TATATERTIB
TERTIBBPD BPD(1(1Pasal)
Pasal)
BAB
BABVII
VII PEMBINAAN
PEMBINAANDAN
DANPENGAWASAN
PENGAWASAN(1(1Pasal)
69 PASAL Pasal)
69 PASAL
BAB
BABVIII
VIIIPENDANAAN
PENDANAAN(1(1Pasal)
Pasal)
BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN (1 Pasal)
BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN (1 Pasal)
BAB
BABXX KETENTUAN
KETENTUANPERALIHAN
PERALIHAN(1(1Pasal)
Pasal)
BAB XI KETENTUAN PENUTUP (1 Pasal)
JAYALAH NEGERIKU
MALAKAKU TERCINTA 11

Anda mungkin juga menyukai