id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-desadan-peraturan-desa/badan-permusyawaratan-desa/
5. Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah salah satu organ yang
menyelenggarakan
fungsi
pemerintahan
desa.
Organ
ini
adalah
atau
yang
disebut
dengan
nama
lain
adalah
lembaga
yang
bahwa
BPD
adalah
lembaga
yang
melaksanakan
fungsi
pemerintahan. Ia boleh disebut BPD, bisa juga menggunakan nama lain yang
fungsinya sama. Fungsi BPD disebutkan dalam Pasal 55 UU Desa.
Pasal 55
Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi: a.
membahas dan menyepakati
Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa b.
Menampung dan menyalurkan as
masyarakat desa c.
Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Penjelasan Umum UU Desa menjelaskan lebih lanjut mengenai BPD: Badan
Permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa
yang
turut
membahas
dan
menyepakati
berbagai
kebijakan
dalam
di
tingkat
desa,
memperkuat
kebersamaan,
serta
dalam
rangka
pelaksanaan
pembangunan
desa
dan
11
Desember
2013,
mengapresiasi
perubahan
yang
diusulkan
peraturan
desa
bersama
Kepala
Desa,
menampung
dan
Forum Wali Nagari (Forwana) Sumatera Barat juga meminta agar peran BPD
tidak diamputasi karena akan menjadi penyeimbang atas kekuasaan Kepala
Desa. H. Anwar Maksum, Ketua Forwana, menyampaikan pandangan dalam
RDPU tanggal 10 Oktober 2012:
Penguatan pemerintahan desa merupakan suatu keharusan dalam rangka
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat; sementara kami
melihat dalam draf RUU yang ada sekarang dihilangkannya klausula
pemerintah yang ini berarti Badan Permusyawaratan Desa atau BPD bukan
lagi penyelenggara bagi pemerintahan desa bersama dengan Kepala Desa,
dan memposisikan Kepala Desa sebagai penguasa tunggal bagi desa. RUU
ini memposisikan BPD sebagai lembaga kemasyarakatan yang hanya
berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi untuk masyarakat.
Kondisi ini sangat berbahaya bagi perkembangan demokrasi di tingkat desa.
Gambaran RUU ini seakan mengembalikan semangat UU No. 5 Tahun 1979
yang sentralistik.
Pada akhirnya, untuk mengatasi kekhawatiran amputasi kewenangan BPD,
ditegaskan
bahwa
BPD
adalah
lembaga
yang
menjalankan
fungsi
disebutkan
penyelenggaraan
dalam
urusan
UU
Desa,
pemerintahan
pemerintahan
dan
kepentingan
desa
adalah
masyarakat.
Keanggotaan BPD dijelaskan dalam pasal di bawah ini. Selain itu juga akan
Keanggotaan
keuangan
sinkronisasi
Desa.
dan
tim
Rumusan
yang
perumus
adalah
disepakati
setelah
sebagaimana
hasil
melalui
tim
akhir
dan
diputuskan pada 11 Desember 2013. Pidato Ketua Pansus RUU Desa pada
rapat Paripurna DPR tanggal 18 Desember 2013 menegaskan kembali
klausula tersebut, dengan mengatakan: RUU tentang Desa mengatur
mengenai
keberadaan
Badan
Permusyawaratan
Desa
(BPD)
sebagai
dengan
Pasal
56
tersebut,
anggota
DPR
lebih
banyak
Persyaratan
DIM.
PPP
meminta
ada
rumusan
pasal
baru
dengan
membandingkan
rumusan
syarat
Kepala
Desa.
Dibandingkan
dengan
rumusan yang sudah ada dalam UU Desa, terdapat perbedaan dari yang
diusulkan fraksi-fraksi DPR. Fraksi PPP mengusulkan usia minimal 21 tahun,
dan tidak ada syarat pendidikan. Sementara UU Desa ini kemudian
mensyaratkan minimal lulusan SMP/sederajat. Persyaratan anggota BPD ini
dihubungkan dengan tugas-tugas mereka dalam rangka melaksanakan
kepemerintahan desa (local governance).
Ahli
ekonomi,
Prof.
Erani
Yustika,
misalnya
secara
tak
langsung
sangat
menentukan
keseimbangan
dalam
proses
pembahasan,
situlah
kemudian,
nanti
akan
membentuk
yang
disebut
local
governance, lokal desa tadi. Tata kelola desa yang memungkinkan mereka
memiliki kemampuan untuk bisa melakukan beberapa hal yang mendasar
bagi perubahan pembangunan ekonomi di desa itu. Itu kerangka pikirnya.
Jumlah Anggota
agar
lebih
merepresentasikan
masyarakat
desa.
Fraksi
PDIP
anggota BPD gasal, minimal 5 maksimal 11. Fraksi PPP pula yang
menyinggung kembali keterwakilan perempuan, jumlah penduduk, dan
keuangan desa sebagaimana dirumuskan Pasal 58 ayat (1) di atas. Fraksi PPP
berpandangan 5 orang tidak cukup untuk mengakomodasi dan menyalurkan
aspirasi masyarakat desa. Tetapi mengenai jumlah maksimal, PPP telah
berubah pandangan, sebagaimana disampaikan Dr. A.W. Thalib dalam
Pendapat Akhir Mini Terhadap RUU Desa tanggal 11 Desember 2013. Ia
mengatakan:
Untuk
mengawasi
Permusyawaratan
jalannya
Desa
pemerintahan
yang
desa
keanggotaannya
dibentuk
dipilih
Badan
berdasarkan
tenggat
waktu
mengajukan
gugatan
bukan
karena
materi
gugatannya.
Meskipun gugatan ini terjadi sebelum UU Desa dan putusan menyatakan
tidak dapat menerima, tetapi kasusnya bisa dijadikan rujukan untuk
pengaturan ke depan. Ini menunjukkan potensi kisruh pemilihan anggota
BPD.
hak
kelembagaan
BPD
dan
hak
personal
pengurus-
Pasal 61
Badan Permusyawaratan Desa berhak: a.
Mengawasi dan meminta keterangan tentan
penyelenggaraan pemerintahan desa kepada pemerintah desa; b.
Menyatakan pendap
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; dan c.
Mendapatkan biay
operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Des
Penjelasan
Yang dimaksud dengan meminta keterangan adalah permintaan yang bersifat informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat desa, bukan dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Kepala Desa.
Pasal 62
mengalami
perubahan
karena
fraksi-fraksi
lain
juga
tak
berkeberatan.
Salah satu yang sempat disinggung dalam pembahasan adalah hak
mengajukan Rancangan Perdes. Frenadin Adegustara, pakar yang diundang
dalam RDPU tanggal 27 Juni 2012 menyatakan:
Kemudian yang menarik lagi adalah tatkala desa itu ada pemerintahan
desa, kemudian ada muncul lagi Badan Permusyawaratan Desa ya. Dia
representasinya dari penduduk desa seolah-olah legislatifnya desa. Tetapi
tidak mempunyai kewenangan untuk mengesahkan pembentukan peraturan
perundang-undangan. Kalau begitu, apa demikian jelas bahwa makna
daripada desa kita ya desa. Kita ini adalah desanya eksekutif ya karena
peraturan desa yang dibuat itu cukup setelah mendengarkan paparan,
masukan, selesai, langsung minta diajukan ke Bupati untuk disahkan.
Selesai ya. Peran Badan Permusyawaratan ini apa, hanya memberikan
pertimbangan?
Keseimbangan hak dan kewajiban antara BPD dan Kepala Desa dikemukakan
Tri Ratnawati, pakar yang dihadirkan dalam RDPU tanggal 13 Juni 2012. Ia
menjelaskan:
Saya pernah riset di salah satu desa di Bantul dimana Kepala Desanya
sampai stroke karena Badan Perwakilan Desa (BPD). Waktu itu kan BPD
mempunyai hak untuk menjatuhkan Kepala Desa. Kasarnya seperti itu toh.
Jadi, semacam blackmail, kemudian ada semacam cara-cara yang menurut
saya tidak etis dilakukan oleh BPD terhadap Kepala Desa. ...Itu disembuhkan
oleh UU No. 32 Tahun 2004 yang menyangkut mengenai desa. Nah, saya
berharap nanti adanya undang-undang baru ini tidak akan menimbulkan halhal yang kontroversial lagi.
Dalam Pandangan Mini Fraksi PPP menegaskan bahwa RUU ini mengatur hakhak dan kewajiban masyarakat secara seimbang, dan mendorong agar
masyarakat
pelaksanaan
ikut
dan
serta
secara
pengawasan
aktif
dalam
melakukan
pembangunan
yang
perencanaan,
dilakukan
oleh
pemerintah desa.
Tanggapan
Dimana ada hak, di situ ada kewajiban. BPD memiliki hak sekaligus
kewajiban. Undang-Undang Desa membedakan antara hak yang melekat
pada kelembagaan BPD dengan hak yang melekat pada masing-masing
anggota BPD. Hak yang melekat pada kelembagaan pada dasarnya tak bisa
diputuskan sendiri oleh satu orang ketua BPD, melainkan seluruh anggota
BPD melalui mekanisme pengambilan keputusan. Pada prinsipnya hak BPD
meliputi hak kontrol, hak meminta keterangan, hak menyatakan pendapat,
dan hak finansial.
Pada dasarnya hak kontrol (mengawasi penyelenggaraan pemerintahan) dan
meminta keterangan dari pemerintah desa berkaitan erat dengan hak
anggota BPD untuk menjalankan fungsi yang sama. Dalam UU ini dikenal hak
meminta keterangan yang melekat pada lembaga BPD, dan hak mengajukan
pertanyaan yang melekat pada personal anggota BPD. Hak menyatakan
pendapat dapat disampaikan dalam forum permintaan keterangan yang
sebelumnya digelar BPD. Artinya, BPD secara kelembagaan menggelar rapat
(a)
pelaksanaan
pembangunan
desa;
(b)
pembinaan
hal
yang
menyampaikan
masih
perlu
pendapat
di
diperjelas
luar
forum
adalah
hak
musyawarah
anggota
desa.
BPD
Apakah
besar
isinya
mirip
dengan
larangan
bagi
Kepala
Desa.
Pasal 64
Anggota Badan Permusyawaratan Desa dilarang: a.
Merugikan kepentingan umum,
meresahkan sekelompok masyarakat desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat desa; b.
Melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, baran
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang aka
dilakukannya; c.
Menyalahgunakan wewenang; d.
Melanggar sumpah/janji jabatan;
Merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan perangkat desa; f.
Merangkap sebagai a
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indones
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
Sebagai pelaksana proyek desa; h.
Menjadi pengurus partai politik; dan/atau i.
Me
anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang.
Penjelasan
Cukup Jelas
Pembahasan di DPR
Desa,
pemberhentian
dan
pemilihan
Kepala
Desa,
tindakan
terhadap
anggota
BPD
tidak
menghilangkan
diusulkan untuk diberhentikan? Oleh karena itu, jalan keluar yang diberikan
PP sudah pas.
Satu hal yang patut ditegaskan adalah UU Desa tak melarang anggota BPD
menjadi anggota partai politik. Sebab, merujuk pada Pasal 64 huruf h, yang
dilarang adalah menjadi pengurus meskipun tak dijelaskan lebih lanjut oleh
Undang-Undang ini pengurus tingkat apa yang dilarang, atau memang
terlarang untuk semua tingkatan dan jenis jabatan dalam kepengurusan
partai politik.
Pasal 59
(1)
Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu
wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris; (2)
Pimpinan Badan Permusyawaratan Des
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyawarat
Desa secara langsung dalam rapat permusyawaratan desa yang diadakan secara khusus.
(3)
Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa untuk pertama kali dipi
oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
Penjelasan
Cukup jelas
Pasal 65 ayat (1)
Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebaga berikut: a.
Musyawara
Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa; b.
Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling se
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa; c.
Pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat; d.
Apabila
musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
pemungutan suara; e.
Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinya
sah apabila disetujui oleh paling sedikit (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah an
Badan Permusyawaratan Desa yang hadir; dan f.
Hasil musyawarah Badan
Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan keputusan Badan Permusyawaratan Desa dan
dilampiri notula musyawarah yang dibuat oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.
Penjelasan
Cukup jelas
Pembahasan di DPR
Tata cara pemilihan pemilihan anggota BPD disebut dalam Naskah Akademik,
yaitu dipilih atau berdasarkan musyawarah secara berjenjang sesuai dengan
adat istiadat dan tradisi setempat.
Pemerintah, melalui Mendagri Gamawan Fauzi menyampaikan usulan agar
pemilihan pimpinan BPD dan mekanisme musyawarah desa dilakukan secara
demokratis,
sebagaimana
pemilihan
Kepala
Desa.
NAmun,
Gamawan
perbedaan
tafsir,
UU
Desa
seharusnya
menyebutkan
tentang
pentingnya
partisipasi
masyarakat
dalam
penting
keputusan.
Jika
untuk
jumlahnya
menutup
genap
peluang
dalam
buntunya
pengambilan
pengambilan
keputusan