Anda di halaman 1dari 20

PERUBAHAN KEBIJAKAN

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA


(Dari UU No.32 Tahun 2004 ke UU No.23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah)

S U M A T E R A
K A L IM A N T A N

IR IA N J A Y A

JA V A

PROF. DR. H. DJOHERMANSYAH DJOHAN, MA


DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

Bali, 12 November 2014


KEBIJAKAN DESENTRALISASI

UU No. 23/2014

UU No. 32/2004

UU 22 / 1999 Dominan Destr

UU 5 / 1974 Dominan Sentrl

UU 18 / 1965 Dominan Desentr

Presidential Edict 6 / 1959 Dominan sentrl

UU 1 / 1957 Dominan Desentralisasi

UU 22 / 1948 Dominan Desentralisasi

UU 1 / 1945 Dominan Sentralisasi

DESENTRALISATIE WET 1903 Dominan Sentralisasi


KEBIJAKAN DESENTRALISASI
DAN OTONOMI DAERAH

“UUD 1945 Pasal 18”


• NKRI dibagi atas daerah2 prov dan daerah
prov itu dibagi atas kab dan kota, yang tiap-
Ayat 1 tiap prov, kab, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.

• Pemerintahan daerah prov, daerah kab,


dan kota mengatur dan mengurus sendiri
Ayat 2 urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.

• Pemerintahan daerah prov, daerah


kab, dan kota memiliki DPRD yang
Ayat 3 anggota2nya dipilih melalui pemilihan
3
umum.
Ayat 4
• Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing
sebagai Kepala Pemerintah Daerah Prov, Kab dan
Kota dipilih secara demokratis.

Ayat 5
• Pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas2nya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang2 ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.

Ayat 6
• Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
daerah dan peraturan2 lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan.

Ayat 7
• Susunan dan tatacara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.
LEMAH KONSEP/ATURAN
TTG PILKADA LANGSUNG,
MANAJEMEN PEMDA,
PEMEKARAN, PEMBAGIAN
URUSAN, POSISI GUB SBG
WKL PEMPUS, WAKIL KDH,
1001 HAL LAGI

LEMAHNYA KAPASITAS
KELEMBAGAAN DAN
PELAKU/AKTOR OTDA IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
OTONOMI
OTONOMI DAERAH
DAERAH
(UU 32/2004)
(UU 32/2004)
KURANG INTENSIFNYA
PEMBIMBINGAN, PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN OLEH
PEMPUS

KULTUR YANG KURANG


MENUNJANG DI BANYAK
DAERAH
PENATAAN
KEBIJAKAN
UU
OTONOMI
No.6/20
014 ttg DAERAH
DESA (Rev UU
UU 32/2004)
PERPPU
No.1/20 No.22/20
14 ttg 14 ttg
Pemiliha Pemiliha
n Gub, n Gub,
Bup,
Wako
Bup,
PERPPU
PERPPU Wako
No.2/20 UU
14 ttg No.23/2
Perubah
an atas 014 ttg
UU PEMDA
Pemda
ISU-ISU STRATEGIS UU 23/2014

1. HUBUNGAN PEMPUS & 9. PERATURAN DAERAH


DAERAH; (PERDA);
2. PENATAAN DAERAH; 10. KEUANGAN DAERAH;
3. URUSAN PEMERINTAHAN 11. PELAYANAN PUBLIK;
UMUM; 12. INOVASI DAERAH;
4. KEPALA DAERAH;
5. DAERAH BERCIRI
KEPULAUAN
6. PERAN GUBERNUR SBG
WAKIL PEMERINTAH PUSAT;
7. KECAMATAN;
8. PERANGKAT DAERAH;
PENATAAN DAERAH
• Inisiatif Pembentukan Daerah Dapat Dari DPR,
1
• DPD
Daerahatau Pemerintah;
Langsung
L
Dibentuk Menjadi Daerah AM
2
• Otonom
Persyaratantanpa persiapan; Daerah Diatur Dalam A
Pembentukan
3
• PP;
Tidak ada persyaratan dasar yang bersifat
4
• mutlak, melainkan bersifat relatif;
Pembentukan daerah hanya berasal dari aspirasi
5 masyarakat.
Usulan pemekaran dari masyarakat dapat
disampaikan kepada DPR, DPD atau
Pemerintah, namun pembentukannya hanya
melalui Pemerintah;
Daerah tidak langsung diberi status
daerah otonom, namun terlebih dahulu
RU

menjadi daerah persiapan selama 3 tahun;


Persyaratan dicantumkan dalam UU dan
BA

terdapat syarat dasar yang mutlak yaitu


luas wilayah minimal dan jumlah penduduk
minimal.
Pembentukan daerah dapat atas
8
pertimbangan kepentingan strategis
nasional.
PEMEKARAN DIKENDALIKAN DAN MENGACU PADA DESARTADA
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN
LA
MA
Pembagian urusan pemerintahan
diatur dalam PP, sehingga urusan
pemerintahan daerah dapat mudah
ditarik kembali oleh Pusat.
Tidak ada pola atau model yang jelas
yang digunakan dalam pembagian
urusan pemerintahan pada setiap
kementerian/lembaga.
Terdapat Ketidakjelasan dan tumpang
tindih kewenangan antar
tingkatan/susunan pemerintahan
Terjadi ketidakseimbangan beban
urusan pemerintahan antara
pemerintahan kabupaten/kota dengan
provinsi;
Pembagian urusan pemerintahan diatur
ARU dalam lampiran UU sehingga
B memberikan status otonomi yang lebih
kuat kepada
Ditentukan daerah
suatu otonom;
pola pembagian
urusan pemerintahan antar
tingkatan/susunan pemerintahan
sehingga terhindar dari tumpang tindih
dan ketidakjelasan
Terdapat keseimbangan kewenangan;
beban urusan
berdasarkan kriteria dan prinsip
pembagian urusan pemerintahan yang
Urusan sudah
yang mempunyai
ditentukan;dampak
ekologis yang serius hanya
diotonomikan sampai ke daerah provinsi
(kehutanan, kelautan dan
pertambangan) sehingga relatif mudah
dikendalikan.
Memperkuat
status urusan mencegah
otonomi daerah tumpang tindih
kewenangan
Pempus dapat
memberhentikan KEPALA DAERAH
KDH tanpa usul
DPRD untuk
tindak pidana
korupsi, pidana
berat yang ATURAN LAMA
diancam di atas 5
tahun, makar dan
kejahatan
Kejahatan/pelan
terhadap
kemanan negara. KDH baru dapat
ggaran di luar
diberhentikan
yang
sementara
disebutkan di
apabila sudah
atas hanya
berstatus
dapat
sebagai
diberhentikan
terdakwa.
atas usul DPRD.
ATURAN
Pempus dapatBARU
memberhentikan KDH tanpa
usul DPRD untuk tindak pidana korupsi,
pidana berat yang diancam di atas 5 tahun,
Pemberhentian akibatterhadap kemanan
makar dan kejahatan
kejahatan/pelanggaran
negara. di luar yang diatur
di atas dilakukan atas usul DPRD, namun
apabila terdapat pelanggaran yang jelas
namun DPRD tidak melakukan tindakan
yang semestinya, pempus dapat melakukan
pemeriksaan langsung KDH yang
bersangkutan dan hasilnya diajukan kepada
MA untuk diuji.

KDH sudah tidak dapat melaksanakan tugas


dan wewenangnya apabila ditahan.
KDH dapat diberhentikan apabila sudah
ditetapkan sebagai terdakwa atas tindak
pidana di atas
PERCEPATAN PEMBANGUNAN
DAERAH BERCIRI KEPULAUAN
Daerah berciri kepulauan dapat menerima BA
tugas pembantuan untuk mengelola R U
kekayaan alam di laut di luar yang sudah
diserahkan sebagai urusan otonomi
daerah;
Daerah berciri kepulauan akan mendapat
tambahan alokasi anggaran DAU dan DAK
yang lebih besar diantaranya
memperhitungkan wilayah laut dalam
formula penghitungan DAU;
Pemerintah Pusat dapat
mengalokasikan dana tertentu
untuk percepatan pembanguan
daerah berciri kepulauan;
Daerah berciri kepulauan dapat
menyusun strategi percepatan
pembangunan bagi daerahnya .
ATURAN LAMA TIDAK MENGATUR SECARA KHUSUS BAGI
DAERAH BERCIRI KEPULAUAN
PENATAAN PERANGKAT DAERAH

ATURAN LAMA ATURAN BARU


Pembentukan Dilakukan pemetaan
perangkat daerah urusan pemerintahan
dilakukan berdasarkan daerah untuk
kriteria umum berupa membentuk perangkat
APBD, Penduduk dan daerah;
Luas Wilayah. Perangkat daerah
Dilakukan dikelompokkan ke dalam
perumpunan beberapa 3 tipe yaitu tipe A, tipe B
urusan pemerintahan dan tipe C, yang
ke dalam satu ditentukan berdasarkan
perangkat daerah. beban kerja pada
Ukuran perangkat masing-masing urusan
daerah diseragamkan pemerintahan pada
diseluruh Indonesia, setiap daerah.
sehingga terjadi Ukuran perangkat
ketidakseimbangan daerah ditentukan oleh
beben MEMPERMUDAH
kerja PEMBINAAN
antar beban DANkerja
KOORDINASI
urusan
PENGUATAN PERAN KECAMATAN
Dibentuk dengan Perda
kabuaten/kota dan
ATURAN LAMAmendapat verifikasi dari
gubernur sebagai wakil
pemerintah.
Mendapat kewenangan
atributif yang bersifat
KECAMATAN koordinasi dan
kewenangan delegatif dari
Bupati/Walikota.
Kelurahan tidak berada di
bawah kecamatan
melainkan perangkat
daerah yang berdiri
sendiri.
AN
T UR
R U KECAMATAN
A BA
Dibentuk dengan Perda
kabupaten/kota setelah
mendapat persetujuan
Kewenangan atributif camat
Mendagri
tidak hanya kewenangan
koordinasi dan
mendapatkan kewenangan
delegatif
Kelurahan dari
berada di
bupati/walikota;
bawah kecamatan
sebagai perangkat
Camat diberikan
kecamatan;
kewenangan untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintahan umum di
PELAYANAN PUBLIK

LAM BARU
A
Tidak KDH diwajibkan memberikan
diatu pelayanan publik berdasarkan
r standar pelayanan;
Pemda diberikan kewenangan untuk
menyederhanakan jenis dan
prosedur pelayanan dalam rangka
mempercepat dan mempermudah
pelayanan kepada masyarakat;
Daerah diarahkan untuk
menerapkan teknologi informasi
dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
INOVASI DAERAH

LAMA BARU
Tida Individu, Perangkat Daerah,
k Kepala Daerah dan DPRD
Diat diberikan kesempatan untuk
ur menciptakan inovasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
Inovasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah dapat
dibiayai dari APBD;
Kegagalan inovasi dilindungi
agar setiap orang berani
melakukan inovasi;
Setiap inovasi harus dilaporakan
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

LAMA BARU
 Pemerintah Pembinaan dan pengawasan
melakukan terhadap penyelenggaraan
pembinaan dan pemerintahan daerah diatur
pengawasan secara jelas dengan berbagai
terhadap instrumen seperti evaluasi,
penyelenggaraan klarifikasi, persetujuan, dan
pemerintahan bentuk lainnya;
daerah namun tidak Diatur sanksi bagi
dirumuskan dengan penyelenggara pemerintahan
jelas. daerah yang melanggar aspek-
 Tidak terdapat aspek kritis dan penting yang
sanksi bagi kepala mempengaruhi keberhasilan
daerah yang penyelenggaraan
melalaukan tugas pemerintahan;
dan tanggung Kewenangan pembinaan oleh
jawabnya atau kementerian/LPNK yang
melanggar urusannya diotonomikan
S U M AT E R A K A L IM A N T A N

IR IA N J A Y A

JAVA

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai