TINJAUAN PUSTAKA
13
Operasional Sekolah dengan teknik analisis prinsip akuntabilitas dan
(BOS) pada Sekolah deskriptif yaitu keterbukaan telah dilaksanakan
Dasar Negeri dideskripsikan dan dengan baik. (3) pengawasan
dengan jumlah diambil kesimpulan dilakukankan oleh kepala
siswa sedikit dan tentang masing-masing sekolah dan pengawas sekolah
jumlah siswa komponen dan indikator dengan memeriksa SPJ BOS;
banyak di wilayah berdasarkan kriteria yang evaluasi dilakukan dengan
UPT Pelayanan ditentukan. Analisis data mengisi angket pelaksanaan
Pendidikan kualitatif dilakukan sekali dalam setahun oleh TIM
Kecamatan dengan reduksi data, Manajemen BOS Kabupaten. (4)
Moyudan. penyajian data dan Pelaporan penggunaan dana BOS
penggambaran dalam bentuk SPJ dilaksanakan
kesimpulan. setiap triwulan kepada Tim
Manajemen BOS Kabupaten
melalui UPT Pelayanan
Pendidikan.
5 Silele; Sabijono; ujuan Penelitian Jenis penelitian yang Hasil penelitian menunjukan
dan Pusung Penelitian ini digunakan dalam bahwa (1) Perencanaan dana
(2017), Evaluasi bertujuan untuk penelitian ini adalah jenis BOS sudah sesuai Juknis BOS
Pengelolaan mengetahui kualitatif. Teknik 2015 karena dilihat dari
Dana Bantuan pengelolaan dana pengumpulan data Peraturan Pemerintah Nomor 48
Operasional bantuan operasional menggunakan teknik studi Tahun 2008 Tentang pendanaan
Sekolah (BOS) sekolah (BOS) di lapangan dan penelitian pendidikan. Pendanaan
(Studi Kasus SD Inpres 4 kepustakaan. Metode pendidikan dari dana BOS yang
Pada SD Inpres 4 Kabupaten analisis yang digunakan didapatkan SD Inpres 4
Desa Akediri Halmahera Barat dalam penulisan ini halmahera barat yang bersumber
Kecamatan mulai dari adalah metode deskriptif. dari APBN (Anggaran
Jailolo perencanaan, Pendapatan dan Belanja Negara)
Kabupaten pelaksanaan, untuk tahun 2016 adalah
Halmahera Barat) penggunaan, Rp.134.400.000/tahun,-(2)
pelaporan serta Pelaksanaan dana BOS tidak
pertanggungjawaba sesuai dengan Juknis BOS 2015
n dana BOS apakah khususnya dalam penyusunan
sudah sesuai dengan seharusnya setelah hasil dari
Juknis dalam evaluasi rapat bersama maka
peraturan menteri selanjutnya penyusunan RKAS
pendidikan dan disahkan oleh SKPD Dinas
kebudayaan Pendidikan Kabupaten
Republik Indonesia Halmahera barat, pengalokasian
Nomor 80 Tahun dana BOS sudah sesuai dengan
2015. Juknis BOS 2015 , dan untuk
penyaluran dana BOS tidak
sesuai dengan Juknis BOS 2015,
mengalami keterlambatan dalam
beberapa proses pencairan (3)
Penggunaan dana BOS tidak
sesuai dengan Juknis BOS 2015,
hanya memenuhi 11 komponen
pembiayaan dari 13 komponen
yang dibiayai dana BOS, hal itu
disebabkan karena hanya
disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah saja dan (4) Pelaporan
pertanggungjawaban dana BOS
tidak sesuai Juknis 2015 untuk
14
laporan intern khususnya dalam
transparansi penggunaan dana
BOS karena tidak membuat
papan spanduk informasi dan
untuk laporan ekstern khususnya
pada opname kas dan berita acara
pemeriksaan kas tidak ada serta
pembukuan dana BOS tidak
lengkap.
personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,
dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan lain
BOS Sekolah, Dewan Guru dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan di atas
harus dituangkan secara tertulis dalam berita acara rapat dan ditanda tangani
15
skala prioritas kebutuhan sekolah, khususnya untuk membantu mempercepat
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat diukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK
SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai
98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari
Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah
tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan
alokasi dana BOS dilaksanakan sebagai berikut; (1) Tim Manajemen BOS
didik tiap sekolah berdasarkan data individu peserta didik dari Dapodik. (2)
BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS Pusat melakukan rekonsiliasi data
jumlah peserta didik tiap sekolah. (3) Atas dasar jumlah peserta didik tiap
16
provinsi melalui Peraturan Menteri Keuangan setelah Kementrian Keuangan
menerima data mengenai jumlah sekolah dan jumlah peserta didik dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (5) Alokasi dana BOS tiap Provinsi
dalam satu tahun anggaran ditetapkan berdasarkan data jumlah peserta didik
pertambahan jumlah peserta didik tahun pelajaran baru. (6) Alokasi dana
(dalam hal ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar atas nama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan). (7) Alokasi dana BOS setiap sekolah
besarnya biaya yang diperlukan rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehingga
17
mampu menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan
BSP investasi dan BSP Operasional. BSP investasi adalah biaya yang
dikeluarkan setiap siswa dalam satu tahun untuk pembiayaan sumber daya
yang tidak habais pakai dalam waktu lebih dari satu tahun , seperti pengadaan
tanah, bangunan, buku,alat peraga, media, perabot dan alat kantor. Sedangkan
BSP operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam 1 tahun
untuk pembiayaan sumber daya pendidikan yang habis pakai dalam 1 tahun
atau kurang. BSP operasional mencakup biaya personil dan biaya non
jam mengajar (KJM), Guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak tetap (PTT),
uang lembur dan pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Latihan Guru,
Kerja Guru (KKG) dan lainlain. Biaya non personil adalah biaya untuk
sekolah dan supervisi. Selain dari biaya-biaya tersebut, masih terdapat jenis
untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian dan
18
Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka
yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Oleh karena
keterbatasan dana BOS dari Pemerintah Pusat, maka biaya untuk investasi
sekolah/ madrasah/ ponpes dan kesejahteraan guru harus dibiayai dari sumber
lain dengan prioritas utama dari sumber pemerintah, pemerintah daerah dan
Nasional Pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara yang
berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat (2)
peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan
Wajib Belajar 9 Tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan
SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9
19
tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All
(EFA) di Dakar.
program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah
Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 Tentang Rincian APBN Tahun
penyaluran dana BOS dari pusat ke provinsi dan pelaporannya. (3) Peraturan
daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah. (4) Peraturan
20
Berdasarkan Permendikbud Nomor 1 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air,
dana BOS.
kekuatan atau berpengaruh positif dan juga memiliki banyak dampak atau
mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh
layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka
penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun. (2) Melalui BOS tidak boleh ada siswa
21
setingkat SD, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke sekolah
setingkat SMP. Tidak boleh ada tamatan SD/MI/ setara tidak dapat
yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah, untuk ditampung
sekolah
pungutan, namun tidak dijelaskan jenis pungutan apa saja yang dilarang.
miskin, maka dana BOS digunakan untuk subsidi seluruh siswa, sehingga
Padahal fakta di lapangan subsidi yang diberikan kepada orang tua yang
mampu terkesan dipaksakan dan tidak tepat sasaran. (3) Argumentasi bila
sekolah merasa khawatir untuk memungut biaya dari siswa, padahal di sisi
22
lain sekolah memang sangat memerlukan biaya yang besar dalam mengelola
siswa dan memiliki banyak anak kurang mampu. Ini didasari oleh bahwa
formal, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Semua sekolah negeri dan
swasta yang telah memiliki ijin operasional dan siap menandatangani Surat
yang berlaku. (2) Sekolah kaya/mapan yang telah memiliki ijin operasional
persetujuan dengan orang tua siswa dan komite sekolah bersangkutan. (3)
mensubsidi siswa lain. (4) Apabila sekolah tidak mempunyai siswa kurang
23
Pendidikan (BOP) sebagai sumber pembiayaan sekolah. b. Pemerintah
pada hasil musyawarah bersama antara Kepala Sekolah, Dewan Guru dan
dalam rangka penerimaan siswa baru/ PPDB. (2) Pembelian Buku Teks
pramuka, palang merah, olah raga dan sejenisnya. (5) Pembelian barang-
langganan daya dan jasa (7) Pembiayaan perawatan dan perbaikan fasilitas
24
Kedua, dana BOS Tidak Boleh Digunakan: (1) Disimpan dalam jangka
waktu lama (investasi) dan dipinjamkan kepada fihak lain. (2) Biaya non
prioritas sekolah seperti studi tour, membayar bonus dan sejenisnya. (3)
Biaya rehabilitasi baik ringah maupun berat dan juga biaya untuk
membangun gedung / ruang baru. (4) Membiayai segala jenis kegiatan yang
membayar honor guru kontrak/ bantu dan kelebihan jam mengajar (Husein,
2017).
pada sekolah yang bersangkutan, dengan besar satuan biaya sebagai berikut:
(1) SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) per 1 (satu) peserta
didik per 1 (satu) tahun; (2) SMP sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
per 1 (satu) peserta didik per 1 (satu) tahun; (3) SMA dan SMK sebesar
Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) per 1 (satu) peserta didik
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) per 1 (satu peserta didik per 1 (satu) tahun
(Husein, 2017).
2013, dana BOS diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai
dengan Desember 2013, yaitu Triwulan I dan II tahun anggaran 2013 tahun
ajaran 2012/2013 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2013 tahun ajaran
25
2013/2014. Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan Komite
Sekolah dengan menerapkan MBS dalam Juknis BOS Ditjen Dikdas (2011,
dari RKAS tersebut; (4) Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus
(untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta) (Husein, 2017).
Dalam buku petunjuk teknis tentang dana BOS, BOS adalah program
untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung
26
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis
seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di
2.3. Evaluasi
atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Menurut Suchman
27
yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan.
28
bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif
keputusan.
objek evaluasi”.
itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program
tersebut.
nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan. Lebih lanjut Dunn (1999, dalam
manfaat atau nilai dari dari hasil kebijakan tersebut pada individu,
29
kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan
berbagai steakholders.
30
yakni: (1) Efektifitas; apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? (2)
atau belum, adapun tujuan dari evaluasi ialah untuk mengetahui apakah
31
(2) Menilai apakah program telah dilaksanakan program sesuai dengan
harus sesuai dengan rencana tersebut, dan jika tidak sesuai maka harus
standar tertentu, dan diukur apakah semua standar tersebut telah dipenuhi
menemukan dimensi program yang berjalan maupun yang tidak berjalan. (5)
32
tujuannya, maka program akan dilanjutkan, dan sebaliknya jika tidak maka
sekolah.
33
Tujuan evalusi program menurut Beni Setiawan, (1999:20 ) adalah agar
program yang paling berhasil berdasarkan jumlah biaya yang digunakan. (3)
atau komunitas mana yang paling menerima pengaruh dari palayanan setiap
34
bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yautu: (1) Konteks; (2) Input;
(3) Proses implementasi; (4) Produk. Bridgman dan Davis (dalam Farida
Yusuf, 2000) yaitu evaluasi program yang secara umum mengacu pada 4
(empat) dimensi yaitu; (1) Indikator input; (2) Indikator process; (3)
Bapenas, tujuan evalusi program adalah agar dapat diketahui dengan pasti
utama evaluasi diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari program.
Pada prinsipnya yang perlu dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur
melalui empat dimensi yaitu: (1) indikator masukan (input); (2) Proses
35
digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program
program.
yang berfokus pada anggaran dilakukan dengan dua cara yaitu : Penilaian
indikator kinerja program berdasarkan keluaran dan hasil dan studi evaluasi
informasi yang relevan dan cukup harus tersedia dengan mudah sebelum
program yang telah selesai dilaksanakan. Hal yang paling penting adalah
36
dianalisis dan dilaporkan. Informasi harus bersifat independen, obyektif,
program.
program selesai.
38
a) Evaluasi pada Tahap Perencanaan. Kata evaluasi sering
teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut
39
mempertimbangkan faktor – faktor luar yang mempengaruhi
40
menggunakan dana BOS. Bilamana terdapat kesulitan dalam penggunaan
BOS dapat diakses oleh publik kecuali yang dirahasiakan. Apabila terdapat
41
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan
kerja). (2) Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana
pendidikan atau ke kas daerah provinsi. (3) Penerapan proses hukum, yaitu
mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang
Untuk itu perlu manajemen keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi
42
di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
1988: 1).
& Ornstein (2000, p. 6), yaitu: Reporting verifies progress through records,
takes arty corrective action when necessary; and keeps those to whom the
43
mencatat, meneliti, dan menginpeksi merupakan laporan yang harus dibuat
seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di
nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan. Lebih lanjut Dunn (1999, dalam
manfaat atau nilai dari dari hasil kebijakan tersebut pada individu,
44
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil
berbagai steakholders.
sekolah.
45
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas maka dapat
Organisasi /
Lemabaga
Pelaksana
Program yang
Dievaluasi
46