Anda di halaman 1dari 60

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG RI NO.

6
TAHUN 2014 TENTANG DESA

OLEH : HUBERTUS SERAN BEREK, SH.MH

PADA KEGIATAN BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SETDA KAB. MALAKA


HOTEL RAMAYANA
BETUN, 29 DESEMBER 2014
ARGUMENTASI DAN URGENSI UU
TENTANG DESA
FILOSOFIS:

• Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

SOSIOLOGIS:
• Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat,
demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan
pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial
budaya yang dapat mengganggu keutuhan NKRI.

YURIDIS:
• Rumusan Pasal 18B: 2: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
dan Pasal 18 ayat (7) diatur secara sederhana atau sumir dalam UU No. 32 Tahun 2004, sehingga
perlu diatur lebih rinci dan komprehensif dalam satu Undang-Undang tersendiri.

2
DASAR HUKUM/KETENTUAN
MENGINGAT
• Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, dan Pasal 22D ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 5 : UU ini merupakan usul Pemerintah, khususnya Pasal 5 ayat (1).


Pasal 18: Fungsi Pemerintahan Desa.
Pasal 18B ayat (2): Landasan Konstitusional Pengakuan Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat sebagai Desa.
Pasal 20 : Dibahas dan mendapatkan persetujuan bersama DPR dan Presiden,
Pengesahan oleh Presiden, dan diundangkan paling lama 30 hari setelah
persetujuan bersama.
Pasal 22D ayat (2): UU ini telah mengikutsertakan DPD dalam
pembahasannya.

3
SUBSTANSI UU DESA
BAB JUDUL PASAL
I Ketentuan Umum 1-4
II Kedudukan dan Jenis Desa 5,6
III Penataan Desa 7-17
IV Kewenangan Desa 18-22
V Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 23-66
VI Hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa 67 - 68
VII Peraturan Desa 69-70
VIII Keuangan Desa dan Aset Desa 71 - 77
IX Pembangunan Desa Dan Pembangunan Kawasan 78 - 86
Perdesaan
X BUMDesa 87 - 90
XI Kerjasama Desa 91 – 93
XII Lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa 94 - 95
XIII Ketentuan khusus Desa Adat 96 - 111
XIV Pembinaan dan Pengawasan 112 – 115
XV Ketentuan Peralihan 116 -118
XVI Ketentuan Penutup 119 – 122
Tujuan Pengaturan Desa (Pasal 4)
a) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;
c) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
d) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta
bertanggung jawab;
f) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat
perwujudan kesejahteraan umum;
g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat
Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan
nasional; dan
i) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

5
Azas dan Defenisi Desa
Defenisi (Pasal 1 (1) & Jenis Desa
Azas Pengaturan (Pasal 3) (Pasal 6)
a. rekognisi; • Desa adalah desa dan desa adat atau
b. subsidiaritas; yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah
c. keberagaman; kesatuan masyarakat hukum yang
d. kebersamaan; memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan
e. kegotongroyongan; pemerintahan, kepentingan masyarakat
f. kekeluargaan; setempat berdasarkan prakarsa
g. musyawarah; masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati
h. demokrasi; dalam sistem pemerintahan Negara
i. kemandirian; Kesatuan Republik Indonesia.
j. partisipasi;
• Penyebutan desa dan desa adat dapat
k. kesetaraan; disesuaikan dengan penyebutan yang
l. pemberdayaan; dan berlaku di daerah setempat
m. keberlanjutan.

6
Kedudukan Desa
UU 32/2004 UU Desa
• Desa berada di dalam dan di • Pasal 5
bawah Pemerintahan Desa berkedudukan di wilayah
Kabupaten/Kota
Daerah Kabupaten/Kota
• Penjelasan tambahan:
‘Otonomi desa’ tidak lagi
• Penjelasan tambahan: menjadi sisanya ‘otonomi
‘Otonomi desa’ adalah daerah’ (yang bersumber dari
bagian dari ‘otonomi hak berian), melainkan
menjadi wujud pengakuan
daerah’ yang diserahkan ke atas hak asal-usul yang dimiliki
desa. desa (bersumber dari hak
bawaan)

7
PENATAAN DESA

 Penataan meliputi pembentukan, penghapusan,


penggabungan, perubahan status, penetapan Desa;
 Penataan desa bertujuan :
 mewujudkan efektivitas penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
 mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa;
 mempercepat peningkatan kualitas pelayanan
publik;
 meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan
Desa; dan
 meningkatkan daya saing Desa
 Tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada
 Ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal
usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa,
serta kemampuan dan potensi Desa;
 Pembentukan Desa dilakukan melalui Desa persiapan
 Pembentukan Desa persiapan ditetapkan dengan Peraturan
Bupati
 Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa induk
 Desa persiapan dapat ditingatkan status menjadi desa dalam
jangka waktu 1 - 3 tahun;
 Peningkatan status dari desa persiapan berdasarkan evaluasi
 Syarat-Syarat :
* batas usia Desa induk paling sedikit 5 tahun terhitung sejak
pembentukan;
* jumlah penduduk paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200
(dua ratus) kepala keluarga
* wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;
* sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup
bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
* memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
* batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa
yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
* sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan
publik; dan
* tersedianya dana operasional, penghasilan tetap dan tunjangan
lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
PRAKARSA MASY DIANGKAT
DESA PJBT. KADES
PERSIAPAN

BPD KEPALA DESA PROPOSAL

DIUSUL BA HASIL
KAN
FORUM KESEPAKATAN
MUSDES MUSDES

TIM SK LAYAK PERBUP/WALKOT TTG


-Unsur Pemkab terkait PEMBENTUKAN DESA
BUPATI
- camat PERSIAPAN
-Unsur akademisi
Rekomendasi
DISAM-
PAIKAN

Surat
GUBERNUR Kode Registrasi
Desa persiapan
Sumber : UU No. 6 Tahun 2014
DESA Persiapan menjdi Desa
• Bup/Wakot menyampaikn perbup/wakot kpd
Gub
• Gub mengeluarkan surat yg memuat kode
register desa persiapan
• Surat Gub dijadikan dsar Bup/Wakot
mengangkat penjabat Kades persiapan (dr
PNS, paling lama 1 thn, dpt diperpanjang 2
kali)
Lanjut....
• Tugas penjabat antara lain: penetapan batas wil
desa, kelola dana operasional desa persiapan,
pemb struktur organisasi, pengangkatan perangkt
desa, pemb sarana/prasarn
• Penjbt Kades Persiapn melaporkan
perkembangan 6 bulan sekali kpd Bup/Wakot
(melalui Camat)
• Laporan disampaikan Bup/Wakot kpd Tim utk
dikaji/diverifikasi
Lanjut....
• Hasil Kajian layak, maka Bup/Wakot menyusun
rancangan Perda dan dibahas bersama DPRD
• Bup/Wakot menyampaikan Ranc Perda kpd
Gub utk dievaluasi
• Gub menyatakn persetujuan atau penolakan
paling lama 20 hari
• Jika ditolak maka ranc Perda tdk dpt disahkan
(diajukan kembali setlh 5 thn)
DESA PERSIAPAN
TIM DIUNDANG KAN
EVALUASI LAYAK PERDA
RANPERDA TTG
PEMBENTUKAN
DPRD Setu BUPATI DESA PERSIAPAN Peraturan Daerah
ju Kabupaten/Kota disertai
MENJADI DESA lampiran peta batas wilayah
Desa
DIAJU
KAN

20 hari

PENOLA-
GUBERNUR PERSETUJUAN
KAN
TUNDA Nomor
5 THN Registrasi Desa

MENDAGRI Kode Desa


PENGHAPUSAN, PENGABUNGAN,
PERUBAHAN STATUS

 Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau


kepentingan program nasional yang strategis
 Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi
Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan
dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan
 Perubahan status
 Desa menjadi kelurahan,
 Kelurahan menjadi desa
 Desa adat menjadi desa
berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan BPD melalui
Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat Desa.
PEMILIHAN KEPALA DESA
Pasal 31

(1) Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan
Kades secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Perda
Kab/Kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Kades serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) dan (2) diatur dengan atau berdasarkan peraturan
Pemerintah.

Pasal 32

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengeni akan berakhirnya masa
jabatan Kepala Desa secara tertulis 6(enam) bulan sebelum masa jabatannya
berakhir.
(2) BPB membentuk panitia pemilihan Kades.
(3) Panitia Pemilihan Kades sebagaimana dimaksud pada ayat(2) bersifat mandiri
dan tidak memihak.
(4) Panitia Pemilihan Kades sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas unsur
perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan dan tokoh masyarakat Desa.
Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:


a. Warga Negara RI.
b. Bertaqwa Kepada TYME.
c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUDNRI
Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika.
d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah Menengah Pertama atau
sederajat.
e. Berusia paling rendah 25 Tahun pada saat mendaftar.
f. Bersedia dicalonkan menjadi Kades.
g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat
paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran.
h. Tidak sedang menjalani hukuman Pidana Penjara.
i. Tidak pernah dijatuhi Pidana Penjara berdasarkan putusan Pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
Pidana yang diancam dengan Pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik
bahwa yang bersangkutan pernah di pidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang.
j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan
putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
k. Berbadan sehat
l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga)
kali masa jabatan dan
m. Syarat lain yang di atur dalam Perda

Pasal 35

Penduduk Desa pada hari pemungutan suara


pemilihan Kades sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudah / pernah menikah ditetapkan
sebagai pemilih
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA

BADAN
PEMERINTAH DESA PERMUSYAWARATAN DESA

UNSUR PENYELENGGARA
Sekretariat
Desa
Sekdes Kaur
KEPALA DESA
Pelaksana
Teknis Kasie
PERANGKAT DESA
Pelaksana
Kewilayahan
Kadus
TUGAS DAN WEWENANG KADES

MENYEL. URUSAN PEMERINTAHAN, PEMBANGUNAN, BINA


TUGAS KEMASYARAKATAN & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

KEWENANGAN

 Memimpin penyelenggaran pemerintahan.


 Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa
 Memegang kekuasaan pengelolaan keudes & aset desa
 Menetapkan peraturan desa dan apb desa;
 Membina kehidupan masyarakat desa;
 Membina trantib
 Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian untuk sebesar-
besarnya kemakmuran masyarakat desa;
 Mengembangkan sumber pendapatan desa;
 Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
 Mengembangkan kehidupan sosial
budaya masyarakat desa
 Memanfaatkan teknologi tepat guna
 Mengkoordinasikan pembangunan desa
secara partisipatif;
 Mewakili desa di dalam dan di luar
pengadilan.
 Melaksanakan wewenang lain sesuai
peraturan
HAK & KEWAJIBAN KADES
 Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
 Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
 Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan
HAK
lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
 Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan;
 Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat Desa

 memegang teguh Pancasila, UUD’45, mempertahankan NKRI


 meningkatkan kesra;
 memelihara trantib
 melaks kehidupan demokrasi & berkeadilan gender;
 melaksn prinsip tata pemdes yg akuntabel, transparan, profesional, efektif
dan efisien, bersih, & bebas KKN
 menjalin kerjasama dan koord.dDgn pemangku kepentingan desa;
 menaati dan menegakkan peraturan
KEWAJIBAN
 menyelenggarakan adm pemdes.
 Mengelola keu dan aset desa;
 Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;
 melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa
 mengembangkan perekonomian masyarakat desa;
 Membina, & melestarikan nilai sosial budaya masyarakat;
 memberdayakan masyarakat & kelembagaan di desa
 mengembangkan potensi SDA & melestarikan LH
 Memberi Informasi kepada masyarakat
KEWAJIBAN
LAINNYA

 MEMBERIKAN LAPORAN PENYELENGGARAAN


PEMDES SETIAP AKHIR THN ANGGARAN DAN AKHIR
MASA JAB KEPADA BUPATI/WALIKOTA

 MEMBERIKAN LAPORAN KET. PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN SECARA TERTULIS KEPADA BPD
SETIAP AKHIR THN ANGGARAN

 MENGINFORMASIKAN PENYELENGGARAAN PEMDES


SECARA TERTULIS SETIAP AKHIR THN ANGGARAN
KEPADA MASYARAKAT
LARANGAN BAGI KADES
* merugikan kepentingan umum;
* membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga,
pihak lain, dan/atau golongan tertentu;
* menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
* melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu;
* melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
* melakukan KKN, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang
dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
* menjadi pengurus partai politik;
* menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
* merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota BPD, anggota DPRRI,
DPRD Prov, DPRD Kab/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam
peraturan perundangan-undangan;
* ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye PEMILU dan/atau PILKADA;
* melanggar sumpah/janji jabatan; dan
* meninggalkan tugas selama 30 hari kerja berturut- turut tanpa alasan yang
jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
SANKSI
(Psl 28 dan 30)

 KEPALA DESA YANG TIDAK MELAKSANAKAN


KEWAJIBAN DAN KEWAJIBAN LAINNYA SERTA
LARANGAN DIKENAI SANKSI ADMINISTRATIF
BERUPA TEGURAN LISAN DAN/ATAU TEGURAN
TERTULIS.
 DALAM HAL SANKSI ADMINISTRATIF TIDAK
DILAKSANAKAN, DILAKUKAN TINDAKAN
PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN DAPAT
DILANJUTKAN DENGAN PEMBERHENTIAN
Diangkat
Meninggal PEMBERHENTIAN KEPALA DESA
Penjabat
Kades dunia

Permintaan
Definitif sendiri

1. Berakhir masa jabatannya & telah dilantik pejabat yg baru


2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 bln
Diberhentikan
Kepala Desa 3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa
Berhenti 4. Melanggar larangan sbg kepala desa.

Sementara •Terdakwa Pidana diancam penjara min 5 th Tdk terbukti –


•Tersangka dlm korupsi, terorisme, makar. Aktif kembali

CATATAN :
 Belum ada putusan pengadilan, Sekdes melak. Tugas dan kewaj kades
 Diberhentikan jika sdh ada putusan pengdlan sebagai terpidana :
•Masa jab < 1 tahun : diangkat penjabat dari PNS kab sampai terpilih kades baru
27
•Masa jab > 1 tahun : dilakukan pemilihan kades (antar waktu) melalui Musdes
Perangkat Desa
• Perangkat Desa terdiri atas Sekretariat Desa, Pelaksana kewilayahan,;
dan pelaksana teknis.
• Perangkat desa bertugas membantu dan bertanggungjawab kepada
Kepala Desa.
• Perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan
dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.
• Persyaratan pengangkatan perangkat desa:
– berpendidikan paling rendah SMU atau yang sederajat;
– berusia 20 tahun s/d 42 tahun;
– terdaftar sebagai penduduk Desa dan bertempat tinggal di Desa
paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; dan
– syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
• Ada maksud agar jangan sampai terjadi “ganti kepala desa ganti
perangkat desa”.
Pengangkatan Perangkat Desa
 Kepala Desa melakukan penjaringan dan penyaringan
atau seleksi calon Perangkat Desa;
 Hasilnya dikonsultasi dengan camat;
 Rekomendasi tertulis camat, dijadikan dasar oleh
kepala desa dalam mengangkat perangkat desa dengan
keputusan kades;

 PNS kab/kota setempat yang akan diangkat menjadi


perangkat desa, harus mendapat ijin tertulis dari
pejabat pembina kepegawaian;
 Jika terpilih dan diangkat sebagai kades, ybs dibebaskan
sementara dari jabnya selama menjadi kades tanpa
kehilangan hak sebagai PNS
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

 Adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang


anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
 BPD mempunyai dan menjalankan fungsi pemerintahan:
• membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa;
• menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
• melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
 Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun, paling banyak 3
kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
 Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, minimal 5
orang dan paling banyak 9 orang, dengan memperhatikan
wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan
Desa;
 Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota
HAK BPD

 Mengawasi dan meminta keterangan


tentang penyelenggaraan Pemerintahan
Desa kepada Pemerintah Desa.
 Menyatakan pendapat atas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
 Mendapatkan biaya operasional
pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
APB Desa.
Hak Anggota BPD
 Mengajukan usul Ran perdes
 Mengajukan pertanyaan
 Menyampaikan usul dan/atau pendapat
 Memilih dan dipilih
 Mendapat tunjangan dari APBDes
Kewajiban Anggota BPD
 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan UUD NRI tahun 1945, mempertahankan dan
memelihara keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika;
 Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan
gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
 Menyerap, menampung, menghimpun, dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa;
 Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi, kelompok, dan/atau golongan;
 Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat
masyarakat desa;
 Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan
lembaga kemasyarakatan desa;
Larangan Bagi Anggota BPD
 Merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat desa;
 Melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan
atau tindakan yang akan dilakukannya;
 Menyalahgunakan wewenang;
 Melanggar sumpah/ janji jabatan;
 Merangkap jabatan sebagai kades dan perangkat desa;
 Merangkap jabatan sebagai anggota DPR RI, DPD RI, DPRD PROVINSI,
atau DPRD Kab./ Kota dan jabatan lain yang ditentukan dalam per
peruuan sebagai pelaksana proyek desa;
 Menjadi pengurus parpol;
 Menjadi anggota atau pengurus organisasi terlarang.
Musyawarah Desa
 Musyawarah Desa adalah forum permusyawaratan
yang diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat untuk memusyawarahkan hal yang bersifat
strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
 Hal yang bersifat strategis meliputi: penataan Desa;
perencanaan Desa; kerja sama Desa; rencana investasi
yang masuk ke Desa; pembentukan BUM Desa;
penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan kejadian
luar biasa (seperti bencana, wabah penyakit, gangguan
keamanan, dll).
 Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali
dalam 1 tahun, dibiayai dari APB Desa
PERATURAN DESA (Pasal 69)
 Jenis : Peraturan Desa, Peraturan bersama Kepala Desa,
dan Peraturan Kepala Desa
 Dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
 Ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama BPD.
 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa,
pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa
harus mendapatkan evaluasi dari Bupati/Walikota sebelum
ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
 Hasil evaluasi diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama
20 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan perdes
tersebut oleh Bupati/Walikota.
 Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi,
Kepala Desa wajib memperbaikinya.
 Kades diberi waktu paling lama 20 hari sejak
diterimanya hasil evaluasi untuk melakukan koreksi.
 Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu tersebut, perdes dapat
berlaku dengan sendirinya.
 Rancangan perdes wajib dikonsultasikan kepada
masyarakat desa.
 Masyarakat desa berhak memberikan masukan
terhadap rancangan perdes.
 Peraturan Desa dan peraturan Kepala Desa
diundangkan dalam Lembaran Desa dan Berita Desa
oleh Sekretaris Desa
 Kepala desa menetapkan Peraturan Kepala Desa
sebagai aturan pelaksanaannya.
Sistem Pemerintahan Desa dalam UU Desa
Prinsip dasar PemerintahanDesa
• Check and balances antara Kepala Musyawarah Desa
Desa dengan Badan
Permusyawaratan desa. (psl. 54)
• Demokrasi perwakilan +
permusyawaran. • RPJM-Desa
• Proses demokrasi partisipatoris
• Asset Desa
melalui Musdes • Hal-hal
Strategis

Kepala Desa Badan Permusyawaratan


(psl. 25 – 53) Desa (BPD) (psl. 55 -65)
• RPJM-Desa dan RKP-
Desa
Perangkat Desa • APB-Desa
(Pelayanan) • Peraturan Desa
• Kinerja Pemerintah
Dipilih • Kerja Sama Perwakilan Bagian
Panitia (ad-hok) Wilayah desa yang
langsung
dipilih secara
BUMDes
Warga/Masyarakat Demokratis

Lembaga Klp. Dengan


Kemasyarakatan kepentingan khusus
/Adat
Bagian Wilayah Desa
38
Kepala Desa
• Masa jabatan 6 tahun, 3 kali periode. Kalau sudah tiga periode, tidak
boleh menjadi kades di tempat lain di wilayah RI.
• Boleh menjadi anggota partai politik tetapi dilarang menjadi pengurus
partai politik.
• Kades dilarang meninggalkan tugas selama 30 hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
• Syarat calon kades antara lain: (a) berpendidikan paling rendah tamat
sekolah menengah pertama atau sederajat; (b) berusia paling rendah 25
(dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar – jadi tidak ada batas atas; ©
tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.
• Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa melalui pemilihan yang
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
• Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota.

39
Lembaga Kemasyarakatan Desa
• Desa mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa yang ada
dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
• Lembaga kemasyarakatan merupakan wadah partisipasi masyarakat
Desa sebagai mitra Pemerintah Desa.
• Lembaga kemasyarakatan Desa bertugas melakukan pemberdayaan
masyarakat Desa, ikut serta merencanakan dan melaksanakan
pembangunan, serta meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.
• Pelaksanaan program dan kegiatan yang bersumber dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan lembaga non-Pemerintah wajib
memberdayakan dan mendayagunakan lembaga kemasyarakatan
yang sudah ada di Desa.

40
Lembaga Adat Desa (pasal 95)

• Pemerintah dan masyarakat Desa dapat


membentuk lembaga adat Desa.
• Lembaga adat Desa merupakan lembaga yang
menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan
menjadi bagian dari susunan asli Desa yang
tumbuh dan berkembang atas prakarsa
masyarakat Desa.
• Lembaga adat Desa bertugas membantu
Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan
mengembangkan adat istiadat sebagai wujud
pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat
Desa.
41
Tujuan Normatif Pembangunan Desa
(Pasal 78)

• Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan


masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui:
– penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
– pembangunan sarana dan prasarana Desa,
– pengembangan potensi ekonomi lokal,
– pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
• Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan
pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
42
Perencanaan Pembangunan Desa
Pasal 79 (Mengatur Produk Perencanaan)

• Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya


dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota, mencakup:

– Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun;

– Rencana Pembangunan Tahunan Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa.

• RPJM-Desa dan Rencana Tahunan Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.

• Rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa dan


merupakan pedoman dalam penyusunan APBDesa  (one village, one plan, one budget)

• Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala lokal Desa


dikoordinasikan dan/atau diintegrasikan pelaksanaannya kepada Desa.

• Perencanaan Pembangunan Desa merupakan salah satu sumber masukan dalam


perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

43
Perencanaan Pembangunan Desa
Pasal 80 (Prosedur Perencanaan)
• Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat
Desa.
• Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan Pembangunan Desa.
• Musyawarah perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan
kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
• Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa.

44
Pelaksanaan Pembangunan Desa
(Pasal 81)

• Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh


masyarakat Desa dengan semangat gotong royong.

• Pelaksanaan Pembangunan Desa dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber
daya alam Desa.

• Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa  Swakelola

• Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah


Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa.

45
Pemantauan dan Pengawasan Pembangunan
Desa (Pasal 82)
• Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai
rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.
• Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan Pembangunan Desa.
• Masyarakat Desa melaporkan hasil pemantauan dan berbagai
keluhan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa kepada
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
• Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan dan
pelaksanaan Pembangunan –termasuk APBDesa- kepada
masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada umum dan
melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali.
• Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musyawarah Desa untuk
menanggapi laporan pelaksanaan Pembangunan Desa.

46
Mengapa Negara Harus Mendukung Pendanaan
Pembangunan Skala Lokal Desa?
• Implikasi asas pengakuan, subsidiaritas dan pemberdayaan.
– Kesatuan kewenangan skala lokal desa  Perencanaan  Keuangan 
Pelaksanaan Pembangunan Desa.
• Investasi di tingkat desa akan menumbuhkan kegiatan ekonomi dan daya
saing desa.
• Dukungan keuangan ke desa terbukti mampu membangkitkan kekuatan
sosial di desa (partisipasi masyarakat).
• Problem kemiskinan terbesar ada di desa.
• Paradigma pembangunan desa yang dikembangkan dalam RUU Desa
– Pelembagaan program-program skala desa untuk mendorong desa menjadi
subyek dalam mengembangkan pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan.

47
Sumber-sumber Pendapatan Desa dari Pemerintah
yang Dimandatkan UU Desa & Terus Menerus

ADD (10% DAU +


DBH)
Pendapatan Desa
yang bersumber
dari APBN Alokasi dari APBN
(10% dari dana
Baik dana yang bersumber dari DAU + DBH
transfer ke Daerah)
maupun alokasi dari APBN yang diperuntukan
untuk desa dialokasikan ke desa melalui
kabupaten.
48
Pengelolaan Aset Desa (Pasal 76 dan 77)
• Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan,
tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian,
hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik
Desa.
• Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa yang ada
di Desa dapat dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.
• Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah
Desa.
• Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk
fasilitas umum.
• Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
ditatausahakan secara tertib.
• Pengelolaan kekayaan milik Desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan
umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas,
akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi.
• Pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan Desa.
• Pengelolaan kekayaan milik Desa dibahas oleh Kepala Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa berdasarkan tata cara pengelolaan kekayaan milik Desa
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

49
BUM Desa (Pasal 87-90)
• Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
• BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
• Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
– pengembangan usaha; dan
– Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
• Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:
– memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
– melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
– memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

50
Pembangunan Kawasan Perdesaan
(Pasal 83 sd 85)
• Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif.
• Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi:
– penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan kawasan pembangunan
sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota;
– pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan;
– pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan, dan pengembangan teknologi
tepat guna; dan
– pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan dan kegiatan
ekonomi.
• Rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas bersama oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah
Desa.
• Rencana pembangunan Kawasan Perdesaan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

51
Sistem Informasi Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan (Pasal 86)
• Sistem Informasi di Tingkat Kabupaten
– Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan
sistem informasi Desa dan pembangunan Kawasan
Perdesaan.
– Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyediakan informasi
perencanaan pembangunan kabupaten/kota untuk Desa.
– Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem
informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
• Sistem Informasi di Tingkat Desa.
– Sistem informasi Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan
dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku
kepentingan.
52
Kerja Sama Antar Desa (pasal 92)
• Musyawarah antar-Desa membahas hal yang berkaitan dengan:
– pembentukan lembaga antar-Desa;

– pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan melalui
skema kerja sama antar-Desa;

– perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar-Desa;

– pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan Kawasan Perdesaan;

– masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada; dan

– kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.

• Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja sama antar-


Desa dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan

• Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang


merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.

53
Pemberdayaan Pemerintah dan Masyarakat Desa
(Pasal 112 ayat 3)

• Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah


Daerah kabupaten/kota memberdayakan masyarakat Desa
dengan:
– menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk kemajuan ekonomi dan
pertanian masyarakat Desa;
– meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan
– mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang sudah ada di
masyarakat Desa.
• Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan dengan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan.
54
BINWAS oleh Pemerintah (pasal 113)
• memberikan pedoman dan standar pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
• memberikan pedoman tentang dukungan pendanaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa;
• memberikan penghargaan, pembimbingan, dan pembinaan kepada lembaga masyarakat Desa;
• memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
• memberikan pedoman standar jabatan bagi perangkat Desa;
• memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan;
• memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan Desa;
• menetapkan bantuan keuangan langsung kepada Desa;
• melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur Pemerintahan Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa;
• melakukan penelitian tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa tertentu;
• mendorong percepatan pembangunan perdesaan;
• memfasilitasi dan melakukan penelitian dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat hukum adat
sebagai Desa; dan
• menyusun dan memfasilitasi petunjuk teknis bagi BUM Desa dan lembaga kerja sama Desa.

55
BINWAS oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (pasal 114)
• memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Desa;
• memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa;
• memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
• melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
• melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Desa;
• menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk Desa;
• mengawasi pengelolaan Keuangan Desa dan pendayagunaan Aset Desa;
• melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
• menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, lembaga
kemasyarakatan, dan lembaga adat;
• memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga adat;
• melakukan upaya percepatan pembangunan perdesaan;
• melakukan upaya percepatan Pembangunan Desa melalui bantuan keuangan, bantuan pendampingan, dan
bantuan teknis;
• melakukan peningkatan kapasitas BUM Desa dan lembaga kerja sama antar-Desa; dan
• memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

56
BINWAS oleh Pemerintah Provinsi
(pasal 114)
• melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
yang mengatur Desa;
• melakukan pembinaan Kabupaten/Kota dalam rangka pemberian alokasi dana Desa;
• melakukan pembinaan peningkatan kapasitas Kepala Desa dan perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa,
dan lembaga kemasyarakatan;
• melakukan pembinaan manajemen Pemerintahan Desa;
• melakukan pembinaan upaya percepatan Pembangunan Desa melalui bantuan keuangan, bantuan pendampingan,
dan bantuan teknis;
• melakukan bimbingan teknis bidang tertentu yang tidak mungkin dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
• melakukan inventarisasi kewenangan Provinsi yang dilaksanakan oleh Desa;
• melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten/Kota dalam pembiayaan Desa;
• melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota dalam rangka penataan wilayah Desa;
• membantu Pemerintah dalam rangka penentuan kesatuan masyarakat hukum adat sebagai Desa; dan
• membina dan mengawasi penetapan pengaturan BUM Desa Kabupaten/Kota dan lembaga kerja sama antar-Desa

57
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 116
(1) Desa yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap diakui
sebagai Desa.
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Peraturan Daerah
tentang penetapan Desa dan Desa Adat di wilayahnya.
(3) Penetapan Desa dan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan
(4) Paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan
inventarisasi Aset Desa.

58
Pasal 117
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang sudah ada wajib menyesuaikannya dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 118
(1) Masa jabatan Kepala Desa yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai habis masa
jabatannya.
(2) Periodisasi masa jabatan Kepala Desa mengikuti ketentuan Undang-Undang ini.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa yang ada pada saat ini tetap menjalankan tugas
sampai habis masa keanggotaanya.
(4) Periodisasi keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa mengikuti ketentuan Undang-Undang
ini.
(5) Perangkat Desa yang tidak berstatus pegawai negeri sipil tetap melaksanakan tugas sampai
habis masa tugasnya.
(6) Perangkat Desa yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil melaksanakan tugasnya sampai
ditetapkan penempatannya yang diatur dengan Peraturan Pemerintah
.

59
60

Anda mungkin juga menyukai