Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL PAMONG PRAJA

oleh
RUSDI LUBIS

Sampai saat ini istilah Pamongpraja tetap dipakai dalam tulisan atau
pun dalam perbincangan perbincangan masyarakat. Pamongpraja pada awalnya
bermula dari istilah ”pangreh praja” yaitu para pejabat dilingkungan ”binnenland
bestuur (BB)” atau sekarang ”kementerian dalam negeri”, selanjutnya berobah
menjadi ”pamong praja”. Peralihan nama itu sejalan dengan beralihnya fungsi
yang diemban para pejabat tersebut dari hanya sekedar ”memerintah, mengatur”
kepada ” memerintah, mengatur dan memberikan perlindungan dan bimbingan ”.
Undang undang No.6 tahun 1959 tentang penyerahan tugas tugas Pe
merintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum, perbantuan pegawai negeri
dan penyerahan keuangannya kepada Pemerintah Daerah, disebutkan dalam pen
jelasannya bahwa yang disebut dengan ”pamong praja” adalah : gubernur, residen
, bupati, patih, walikota, wedana dan asisten wedana, yang ditugaskan sebagai wa
kil pemerintah pusat disuatu daerah pemerintahan. Keberadaan pamong praja ini
sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintahan daerah yang semenjak Indonesia
merdeka telah mengalami berbagai perobahan sejalan dengan perobahan undang
undang tentang pemerintah daerah. Semenjak UU No.1 tahun 1957 sampai deng
an UU No.32 tqhun 2004 tidak ada memuat ketentuan tentang pamong praja, ke
cuali terdapat istilah “polisi pamongpraja”. Memang dalam UU No.5 tahun l974
dikenal aparat pemerintah pusat di Daerah yang menyelenggarakan tugas peme
rintahan umum yaitu Kepala Wilayah, namun tidak tegas dikatakan sebagai pa
mongpraja, bahkan penyelenggara tugas pemerintahan umum itu tidak saja oleh
aparat pemerintah pusat di daerah, tetapi juga oleh aparat pemerintah daerah.
Lebih lagi setelah keluarnya UU No. 22 tahun 1999 dengan prinsip otonomi yang
seluas luasnya, maka tugas pemerintahan umum itu telah sepenuhnya menjadi ke
wenangan Pemerintah Daerah termasuk para pegawai/aparaturnya. Sebagai wa
kil Pemerintah Pusat di Daerah ditetapkan Gubernur, namun tidak ditetapkan se
cara tegas pejabat /aparat mana yang membantu Gubernur sebagai wakil pemern
tah pusat ini. Dengan demikian, pejabat pamongpraja dalam pengertian lama pa
da dasarnya tidak ada lagi, sungguhpun demikian istilah tersebut masih dipakai
oleh masyarakat untuk orang orang atau para pejabat yang berkarir di lingkungan
kementerian dalam negeri dan pemerintah daerah .
Pertanyaan kita , apakah pamongpraja sekarang diperlukan ?
DR.Djenal Hoesen Koesoemahatmadja SH dalam bukunya ”Fungsi dan Struktur
Pamongpraja” menyebutkan ”walaupun pamongpraja seolah olah hilang sebagai
korps, tetapi tugas tugasnya (fungsinya) tetap ada dan berjalan terus. Hal ini pen
ting ,terutama dalam relevansi kaitannya dengan pelaksanaan kebijaksanaan dan
kewibawaan pemerintah pusat dari suatu negara yang berbentuk kesatuan dan
yang berdasarkan Pancasila ”. Kalau pendapat DR.Djenal HK ini kaitannya de
ngan pemerintah pusat dan negara kesatuan, malah sebenarnya lebih luas lagi pa
mongpraja itu diperlukan yaitu dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, ter
tib dan memberikan pengayoman serta pemberdayaan masyarakat. Pa–
mongpraja adalah yang mengemong = membimbing, melindungi, mendidik rak-
yat agar mereka dapat sejahtera, aman dan damai.
Oleh karena itu, pamongpraja tidak sekedar institusi, tetapi adalah merupakan
profesi dan fungsi yang dijalankan dalam mengelola tehnis pemerintahan. Semua
pegawai/aparat belum tentu berprofesi sebagai pamongpraja karena dia haruslah
profesional di bidang tersebut, dimana seorang profesional harus mempunyai
ilmu pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) dibidang tugas tersebut
serta sikap (attitude) yang baik.
Berkenaan dengan fungsi ( wewenang,tugas dan kewajiban ) pa –
mongpraja dapat digambarkan antara lain sebagai berikut :
1.Undang undang no.5 tahun 1974 menyebutkan pada pasal 81 tentang wewe –
nang , tugas dan kewajiban Kepala Wilayah :
a.membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksa-
naan ketenteraman dan ketertiban yang ditetapkan oleh Pemerintah.
b.melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinan ideologi Negara
dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan bangsa.
c.menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan –kegiatan Instansi –instansi ver-
tikal dan antara Instansi –instansi vertikal dengan Dinas-dinas Daerah, baik
dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya .
d.membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
e.mengusahakan secara terus menerus agar segala peraturan perundang-undang
an dan Peraturan Daerah dijalankan oleh Instansi –instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah serta pejabat-pejabat yang ditugaskan untuk itu serta me-
ngambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran pe-
nyelenggaraan pemerintahan.
f.melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan pera-
turan perundang-undangan diberikan kepadanya.
g.melaksanakan segala tugas pemerintahan yang tidak termasuk dalam tugas se-
suatu instansi lainnya.
2.Undang undang No.22 tahun 1999 tidak mengenal lagi istilah Kepala Wilayah,
hanya disebut pada pasal 9 ayat 3 ”....... Gubernur selaku wakil pemerintah ”, dan
juga pada pasal 31 ayat 4 ”dalam kedudukan sebagai Wakil Pemerintah, Guber
nur berada di bawah dan brtanggungjawab kepada Presiden ”. Bupati/Walikota
adalah semata mata Kepala Daerah, tidak wakil pemerintah. Kecamatan tidak

wilayah adminitrasi/pemerintahan, tetapi wilayah kerja Camat sebagai perangkat


daerah kabupaten dan kota, oleh karena itu Camat bukan Kepala Wilayah.
Fungsi pamongpraja dijalankan oleh Kepala Daerah (Gubernur dan Bupa –
ti/walikota) sekaligus merupakan kewajibannya seperti tertera pada pasal 43 an-
tara lain :
a.mempertahankan an memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indone
sia sebagaimana cita-cita Proklamasi Kemerekaan tangal 17 Agustus 1945.
b.menghormati kedaulatan rakyat.
c.menegakkan seluruh peraturan perundang unangan.
d.memelihara ketentraman an ketertiban masyarakat.
3.Undang undang No.32 tahun 2004 pada prinsipnya sama dengan Undang un-
dang No.22 tahun 1999 seperti tertera pada pasal 27 ayat (1) , dimana fungsi
pamongpraja tersebut menjadi kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Da
erah. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2008, sebagian
fungsi pamongpraja itu dijalankan oleh Camat, tertera pada pasal 15 ayat (1) :
“Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi :
a.mengordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b.mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban u –
mum :
c.mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang undangan
d.mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umu;
e.mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat keca-
matan;
f.membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, dstnya.”
Gambaran diatas baru yang terdapat dalam peraturan perundang undangan,
namun dapat disimpulkan bahwa fungsi pamongpraja tersebut tetap ada dan ma
sih diperlukan khususnya dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.Sejalan de-
ngan itu, pamongpraja yang profesional sudah barang tentu diperlukan.
Dilingkungan aparatur Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Dae-
rah terdapat tiga klasifikasi pamongpraja. Pertama, kelompok yang karena pe-
ngalamannya menjalankan fungsi pamongpraja tersebut sedangkan latar bela –
kang pengetahuannya tidaklah berbasis pada ilmu pemerintahan, mereka mem-
pelajari secara otodidak ataupun melalui praktek di lapangan pekerjaan.
Kedua, kelompok yang memiliki basis pengetahuan ilmu pemerintahan dan po-
litik ditambah dengan pengalaman menjalankan praktek pemerintahan.
Ketiga, kelompok yang dipersiapkan berupa proses pengkaderan yang dilakukan
secara sistematis melalui jenjang pendidikan ”kepamongprajaan”. Pendidikan i-
ni didirikan oleh Departemen /Kementerian Dalam Negeri semenjak tahun 1961
yaitu KDC (Kursus Dinas C), Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN),
Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), STPDN, dan saat ini IPDN. Para kader ini
dibekali dengan materi materi ilmu pengetahuan mengenai problematika bidang
pemerintahan dengan mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat dan ke
majuan system pemerintahan.
Dari ketiga kelompok diatas, seharusnya yang professional adalah kelom-
pok yang telah mempunyai basis pengetahuan tentang pemerintahan / kepamong
prajaan dan pengalaman praktek dibidang tersebut , lebih lebih lagi me
reka yang telah dipersiapkan dan dikaderkan untuk menjalankan fungsi pamong
praja tersebut.

Padang, 3 Nopember 2010

Anda mungkin juga menyukai