Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

Hukum Pemerintahan Daerah


Dr. Filmon Mikson Polin, SH.,MH.

NAMA : RYAN SAHERTIAN

NIM : 20310049

KELAS : A ( EKSTENSION )

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

TAHUN 2020-2021
1. Jelaskan siapa saja yang disebut pemerintahan daerah !

Pemerintah Daerah di Indonesia adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas


otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Wali kota, dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Sebutkan substansi maklumat Presiden nomor X tahun 1945 !

Maklumat 3 November 1945 atau Maklumat No. X ini dikeluarkan pada tanggal 3 November
1945 oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta di Jakarta. Karena daftar urutan maklumat wakil
presiden tidak dibawa ole Mr. Gafar (sekretaris negara), untuk sementara nomor urut itu tidak
diisi, dan hanya ditulis Maklumat Wakil Presiden No.X untuk kemudian diganti dengan urutan
yang sebenarnya. Tetapi pihak sekretaris negara tidak mengganti nomor urutnya, sehingga
maklumat tersebut dapat disebut juga Maklumat No. X, yang isinya adalah

“Melakukan sebuah anjuran untuk melakukan pembentukan terhadap berbagai macam partai
politik dengan sebuah ketentuan bahwa dari berbagai macam partai yang dimana ada
tersebut memiliki kepentingan untuk dapat ikut serta dan melakukan pertahanan terhadap
perjuangan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia”

Dengan dikeluarkannya maklumat ini, pemerintah menginginkan timbulnya partaipartai politik


akan dapat dipimpin kerja sama yang teratur dengan segala aliran yang ada dalam
masyarakat. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah dapat tersusun sebelum
dilangsungkannya pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari
1946. Dengan dasar ini kemudian berdiri berbagai partai politik, baik yang meneruskan partai
politik yang telah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan jaman pendudukan Jepang,
maupun partai politik yang baru akan berdiri.

3. Jelaskan unsur-unsur kewenangan !

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada


organ pemerintahan.

Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada


organ pemerintahan lainnya.

Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan dijalannya oleh organ


lain atas namanya.

Sedangkan yang dimaksud dengan diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang


ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-
undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau
adanya stagnasi pemerintahan.
4. Mengapa hubungan kewenangan kepala daerah dengan DPRD tidak efektif ?

Karena Kepala Daerah dan DPRD kurang memahami tentang ketentuan-ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang pemerintahan daerah dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya di bidang legislasi, anggaran dan pengawasan. Misalnya seringkali mengalami
hambatan dan konflik dalam hal penyusunan kebijakan daerah, penyusunan APBD,
kepegawaian, pengelolaan barang, laporan keterangan pertanggungjawaban dan pelaksanaan
fungsi pengawasan DPRD.

Maka dari itu baik DPRD maupun kepala daerah perlu membangun hubungan kerja dengan
prinsip keterbukaan, saling menghargai dan menghormati satu sama lain, tidak saling
mengintervensi dan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok atau golongan.

5. Sistem pemerintahan daerah yang dianut dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah !

Dalam pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
menyatakan “otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dalam pasal ini dijelaskan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah, diberikan
keleluasaan oleh pemerintah pusat sesuai dengan amanat undang-undang demi untuk
meningkatkan kemajuan daerah yang dipimpinnya. Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang: “pemerintahan daerah, melahirkan perubahan yang sangat signifikan terhadap
perkembangan demokrasi di Indonesia contohnya pilkada yang dipilih secara langsung yang
merupakan contoh perubahan dalam tatanan kenegaraan kita akibat dari perubahan UUD 45”

Undang-undang ini memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menjalankan


roda pemerintahannnya sendiri dengan mengacu kepada kebijakan yang sudah ditentukan
agar tercipta pelayanan dan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik dan meningkat.

Saat ini Pemerintahan daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disahkan Presiden Dr.
H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 September 2014. UU Pemerintahan Daerah
2014 mulai berlaku setelah diundangkan pada tanggal 2 Oktober 2015 oleh Menkumham Amir
Syamsudin. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244

6. Sistem urusan rumah tangga otonomi daerah manakah yang paling efektif digunakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah sekarang ini !

Ajaran Rumah Tangga Riil


Karena sistem ini mengambil jalan tengah antara ajaran rumah tangga materiil dan rumah
tangga formal, dengan tidak melepaskan prisip sistem rumah tangga formal. Konsep rumah
tangga riil bertitik tolak dari pemikiran yang mendasarkan diri kepada keadaan dan faktor-
faktor yang nyata mendasarkan diri kepada keadaan dan faktor-faktor yang nyata untuk
mencapai keserasian antara tugas dengan kemampuan dan kekuatan, baik yang ada pada
daerah sendiri maupun di pusat. Dengan demikian, pemerintah pusat memperlakukan
pemerintah daerah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pusat.

 Pertama, sistem rumah tangga riil memberikan kesempatan kepada daerah yang
beraneka ragam (heterogeneous) untuk menyesuaikan faktor-faktor otonomi itu
dengan keadaan daerahnya masing-masing.
 Kedua, sistem ini berlandaskan kepada faktor-faktor yang nyata di daerah dan
memperhatikan keadaan khusus (local spesific) daerah
 Ketiga, sistem ini mengandung fleksibilitas tanpa mengurangi kepastian sehingga
daerah bebas berprakarsa mengembangkan modal pangkal yang sudah ada, dengan
memperoleh bimbingan/pembinaan tanpa melepaskan pengawasan pusat
 Keempat, sampai seberapa jauh pusat melakukan pembinaan dan campur tangan
terhadap daerah tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah itu sendiri
 Kelima, prakarsa untuk mengembangkan urusan di luar modal pangkal juga bisa
dilakukan, asal tidak bertentangan dengan atau belum/tidak diatur oleh pusat atau
daerah yang tingkatannya lebih tinggi
 Keenam, sistem ini memperhatikan keseimbangan pertumbuhan antar-daerah.

***

Anda mungkin juga menyukai