Anda di halaman 1dari 15

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK

2020/2021
MATA UJIAN : PEMERINTAH DAERAH
“JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER 2020/2021 PEMERINTAH DAERAH”

Nama Lengkap : Aimee Joy David


NRP : 120119012
KP :D
No. Absen : 28

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
MARET/APRIL 2021
1. Jelaskan secara runtut dan komprehensif makna dari urusan pemerintahan sebagaimana diatur
dalam Bab III Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dikaitkan dengan penyelenggaraan
Pemerintahan daerah.

Bab III Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 menjelaskan mengenai Kekuasaan


Pemerintah. Pada dasarnya, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Presiden. Hal ini sesuai
dengan Pasal 4 Ayat 1 UUD NRI 1945 “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut UndangUndang Dasar”, yang kemudian ditegaskan kembali pada Pasal 5
Ayat 1 UU 23/2014 “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Kekuasaan
pemerintahan yang dipegang Presiden, diuraikan menjadi berbagai Urusan Pemerintahan. Dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri. Selain
itu, penyelenggaraan Urusan Pemerintahan juga dilakukan di daerah yaitu dengan berdasarkan
asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Jadi sebenarnya Urusan Pemerintahan
ini dilakukan oleh dua pihak yaitu: Presiden, wakil presiden, dan menteri yang selanjutnya
disebut sebagai Pemerintah Pusat; dan Daerah berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan. Urusan Pemerintahan yang diselenggarakan atau dilakukan oleh Daerah
itulah yang menjadi wewenang Pemerintahan Daerah. Wewenang tersebut akan menjadi urusan
rumah tangga daerah.

Telah dijelaskan di atas bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan


pemerintahan Indonesia yang mana kekuasaan pemerintahan tersebut diuraikan menjadi Urusan
Pemerintahan. Sehingga menyebabkan Presiden sebagai pemegang tanggungjawab tertinggi
terhadap Urusan Pemerintahan yang dilakukan di Pusat dan Daerah. Hal ini menimbulkan
konsekuensi yaitu: Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan (Pasal 6 UU 23/2014). Contohnya seperti rencana
jangka panjang yang dibuat oleh presiden; dan Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Urusan Pemerintahan oleh Daerah
(Pasal 7 Ayat 1 UU 23/2014). Terkait pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Urusan
Pemerintahan oleh Daerah, diuraikan dalam Pasal 8 UU 23/2014. Pada Pasal 8 Ayat 1 dijelaskan
bahwa pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan di Daerah Provinsi dilaksanakan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian. Pada Ayat 2 dijelaskan bahwa pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah
Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Pada ayat 3 dijelaskan bahwa seluruh pembinaan
dan pengawasan terhadap Daerah baik Provinsi, Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Menteri.
Menteri yang dimaksud adalah menteri dalam negeri (Pasal 1 angka 44 UU 23/2014). Kemudian
pada Bab IV dijelaskan lebih lanjut mengenai klasifikasi Urusan Pemerintahan yaitu urusan
pemerintahan: absolut; konkuren; dan umum.

Urusan Pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi


kewenangan Pemerintah Pusat yaitu pertahanan, keamanan, politik luar negeri, agama, yustisi,
moneter dan fiscal. Urusan pemerintahan absolut ini dijalankan oleh Pemerintah Pusat dan dapat
dilimpahkan kepada instansi vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat berdasarkan asas dekonsentrasi. Urusan Pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Urusan
pemerintahan Konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
Urusan pemerintahan konkuren daerah dapat diselenggarakan sendiri oleh daerah tersebut;
menugasi Kota/Kabupaten berdasarkan tugas pembantuan; menugasi Desa. Urusan pemerintahan
konkuren pusat dapat diselenggarakan sendiri oleh pusat; melimpahkan kepada
Gubernur/instansi vertikal; menugasi Daerah berdasarkan tugas pembantuan. Urusan
Pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden. Urusan
pemerintahan umum dijalankan oleh Gubernur, Bupati/Walikota di wilayah masing-masing dan
dibantu oleh instansi vertikal. Dalam hal ini, Gubernur bertanggungjawab kepada Presiden
melalui Menteri dan Bupati/Walikota bertanggungjawab kepada Menteri melalui Gubernur.
Contoh dari Urusan Pemerintahan Umum adalah pembinaan kerukunan antarsuku; pembinaan
persatuan dan kesatuan bangsa; dll.

2. a. Mengapa di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus ada otonomi daerah.
Jelaskan dengan menggunakan argumentasi yang tepat dan berikan dasar hukumnya.
Untuk menjawab mengapa Negara Kesautuan Republik Indonesia memerlukan otonomi
daerah perlu dikaji dari dua aspek yaitu aspek filosofis dan normatif. Pertama, pengkajian
melalui aspek filosofis. Dalam aspek filosofis, harus dijawab dahulu mengapa kita memerlukan
pemerintah. Thomas Hobbes mengatakan bahwa manusia lahir dan hidup secara individual,
nomaden, dan menurut kehendak sendiri. Ternyata dalam menjalani hidup, antar individu saling
membunuh, mengancam, dll. Berlaku hukum siapa kuat, dia yang hidup atau homo homini lupus
(manusia menjadi serigala bagi sesamanya). Dari kondisi yang seperti itu, muncul kesadaran dari
manusia akan perlunya penguasa atau pemimpin yang dapat memberikan perlindungan sehingga
manusia dapat menjalani hidup dengan rasa aman. Oleh karena itu, manusia memilih pemimpin
untuk memimpin dan memberikan rasa aman bagi mereka, caranya dengan penyerahan hak
individu secara absolut pada penguasa. Dari sinilah muncul teori monarki absolut. Dalam
perkembangannya, penguasa yang menerima kekuasaan absolut tersebut bertindak sewenang-
wenang terhadap manusia-manusia yang memilihnya. Seperti yang dikatakan Lord Acton
“Power tends to corrupt”. Karena itu, perlu ada pembatasan atas kekuasaan penguasa yang
dilakukan dengan cara mengatur pembatasan kekuasaan dalam konstitusi. Dari sinilah muncul
monarki konstitusional. Kesimpulannya adalah, pemerintah diperlukan karena: untuk
menciptakan Law and Order atau suatu tata hukum sehingga ada ketertiban dan ketentraman;
untuk mewujudkan Welfare State atau kesejahteraan bagi individu-individu yang memberi
kepercayaan pada mereka.
Berangkat dari penjelasan di atas, muncul-lah pertanyaan. Mampukah pemerintah
menciptakan Law and Order dan Welfare State? Tidak karena luas wilayah negara yang
diperintah terlalu luas dan pemerintah perlu memberikan kesejahteraan yang demokratis dan
merata. Saat zaman Yunani Kuno masih berupa City State sehingga negara tersebut kecil,
penduduk sedikit, dan persoalan-persoalan yang timbul masih sederhana. Namun sekarang
wilayah semakin luas, penduduk bertambah, persoalan makin kompleks, tuntutan masyarakat
yang semakin beragam sehingga pemerintah tidak mungkin bisa menyelesaikan seluruh
permasalahan-permasalaha tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu perpanjangan tangan
berupa Pemerintah Daerah yang mana sebagian atau seluruh urusan pemerintahan diserahkan
kepada Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Kedua, pengkajian melalui aspek normatif. Alinea 4 UUD NRI 1945 “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Dari alinea tersebut dapat dilihat bahwa aspek filosofis dari adanya
pemerintah Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia; dan memajukan
kesejahteraan umum. Aspek filosofis ini sama seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai
mengapa diperlukan pemerintah. Aspek filosofis di alinea empat ini dijabarkan dalam pasal-pasal
di UUD 1945 untuk membentuk suatu pemerintahan. Namun dalam UUD 1945 tidak dijelaskan
siapa yang dimaksud dengan pemerintah. Hal ini baru dapat dilihat dalam Penjelasan UUD 1945
yaitu Presiden adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan sehingga yang dimaksud sebagai
pemerintah adalah presiden.
Bagaimana dengan Pemerintah Daerah? Sebelum amandemen diatur dalam Pasal 18 yaitu
“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah
yang bersifat istimewa”. Jadi wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah besar yaitu Provinsi, dan
daerah kecil yaitu Kabupaten atau Kota. Daerah besar dan kecil dilengkapi oleh pemerintah yang
disebut Pemerintah Daerah serta perwujudan dasar permusyawaratan dalam bentuk DPRD. Oleh
karena itu, Pemerintah Daerah jelas diatur dalam Pasal 18 UUD 1945 karena pemerintah perlu
perpanjangan tangan dalam mewujudkan law and order dan welfare state.
Setelah amandemen, Pasal 18 dirincikan dengan 7 ayat. Ayat 1 artinya daerah provinsi,
kabupaten, kota, masing-masing memiliki pemerintahan daerah sendiri. Ayat 2 artinya
pemerintahan daerah mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Ini merupakan hasil dari
desentralisasi dimana pelaksanaan urusan atas dasar otonomi dan asas pembantuan. Ayat 3
artinya dasar-dasar permusyawaratan dikonfigurasikan menjadi DPRD. Jadi DPRD adalah unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ayat 4 artinya pada tingkat Provinsi dikepalai Gubernur,
Kabupaten dikepalai Bupati, Kota dikepalai Walikota. Mereka disebut kepala daerah karena
merupakan bagian dari perangkat desentralisasi dan daerah otonom. Ayat 5 artinya akan ada
urusan-urusan desentralisasi dan urusan-urusan yang masih dipegang oleh Pusat secara absolut
yaitu pertahanan, keamanan, politik luar negeri, yustisi, agama, moneter dan fiscal. Ayat 6
artinya pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membentuk peraturan daerah. Ayat 7
artinya tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang
yaitu yang sekarang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah otonom dan apa ciri - cirinya.
Pasal 18 UUD 1945 mengatakan bahwa wilayah Indonesia dibagi menjadi daerah besar
yaitu Provinsi dan daerah kecil yaitu Kabupaten/Kota. Artinya wilayah-wilayah tersebut dibagi
menjadi daerah otonom yang dilengkapi dengan susunan pemerintahannya (yang akhirnya
disebut Pemerintah Daerah) dan lembaga perwakilan rakyat seperti di pusat (DPRD). Kemudian
hal ini diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang mana Urusan
Pemerintahan Pusat diserahkan ke daerah otonom sehingga itu menjadi wewenang daerah
otonom dan wewenang tersebut akan menjadi urusan rumah tangga daerah. Jadi daerah otonom
adalah daerah yang memiliki kebebasan untuk mengatur daerahnya sendiri dengan tidak
menyalahi undang-undang dasar. Daerah otonom juga berarti daerah yang memiliki wilayah
tertentu, peraturan-peraturan daerah yang berlaku khusus di daerahnya dengan tidak menyalahi
aturan-aturan pusat atau undang-undang dasar. Kemudian Pasal 1 Angka 12 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 memberi definisi Daerah Otonomi secara normatif yaitu “Daerah Otonom
yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pasal 1 angka 12 menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemerintah dan daerah otonomi.
Menimbulkan Hak: daerah otonom diberikan urusan pemerintahan yang akhirnya menjadi
wewenangnya; pemerintah pusat berhak mengatur dan membina daerah otonom. Menimbulkan
Kewajiban: daerah otonom wajib menjalankan urusan pemerintahan; pemerintah wajib
mengawasi jalannya daerah otonom. Karena bila tidak diatur dan diawasi maka Daerah Otonom
bisa bertindak melawan UUD NRI 1945 dan akhirnya melepaskan diri dari NKRI. Karena urusan
pemerintahan diserahkan kepada daerah otonom, maka daerah otonom akan menjalankan sendiri
urusan pemerintahnnya dengan menggunakan aturan-aturan daerah yang ia buat.
Dari penjelasan yang sudah dilakukan mengenai daerah otonom, dapat juga disimpulkan
mengenai ciri-ciri daerah otonom yaitu:
a) Pemerintahan daerah sendiri
Dalam setiap daerah otonom akan ada pemerintahan daerahnya sendiri. Arinya
pemerintah daerah akan dijalankan oleh mereka yang merupakan perangkat daerah
otonom bersangkutan.
b) Pemimpin daerah
Pemimpin daerah dipilih oleh masyarakat daerah tersebut. Pemimpin daerah di tingkat
provinsi adalah Gubernur, kabupaten adalah Bupati, dan kota adalah Walikota.
c) Badan perwakilan rakyat daerah
Anggotanya dipilih oleh masyarakat daerah otonom yang bersangkutan.
d) Berwewenang membuat peraturan daerah
Agar dapat menjalankan pemerintahannya maka daerah otonom harus dapat membuat
peraturan daerahnya sendiri. Karena semua tugas, fungsi, hak, dan hal yang berkaitan
dengan pengaturan daerahnya akan dituangkan dalam peraturan daerah tersebut.
e) Mempunyai pendapatan asli daerah
Urusan pemerintahan yang diserahkan daerah otonom menjadi urusan daerah tersebut.
Sehingga menimbulkan potensi untuk memberi pendapatan bagi daerah dalam bentuk
retribusi. Hal ini diatur dalam peraturan daerah. Dengan adanya pendapatan asli daerah,
seluruh program-program daerah akan dibiayai oleh pendapatan tersebut.
Kemudian ada ciri penting lainnya yang harus dimiliki oleh Daerah Otonom yang mana tanpa
kedua ciri ini maka daerah otonom tidak dapat menjalankan urusannya sendiri.
a) Kemandirian
Daerah otonom harus mampu membiayai urusan-urusan yang telah diterima dari pusat.
Biaya ini berasal dari pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, daerah otonom diberi
wewenang untuk menggali potensi-potensi daerah sehingga dapat menghasilkan
pendapatan daerah yang cukup. Bagaimana bila pendapatan daerah tidak mampu
membiayai pelaksanan pemerintahan daerah? Pemerintah pusat, dalam konteks
pembinaan dan pengawasan, akan membantu seperti memberi bantuan anggaran untuk
gaji, tunjangan, dll. Hal ini dilakukan pemerintah pusat agar daerah otonom tetap
memiliki kemandirian.
b) Kebebasan
Artinya menjalani urusan pemerintahan yang diterima dari pusat tanpa intervensi dari
pusat dan pihak lain. Jadi terserah daerah otonom mau mengatur daerahnya menjadi
daerah yang seperti apa.

3. a. Apakah yang dimaksud dengan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat.
Jelaskan dengan menggunakan contoh dan berikan argumentasi yang tepat!
Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat adalah pengertian otonomi daerah
dalam Pasal 1 Angka 7 UU 23/2014. Otonomi berasal dari kata oto (auto) yang artinya sendiri
dan nomi (nomos) yang artinya pengaturan sendiri. Jadi otonomi daerah artinya wewenang untuk
mengurus pemerintahannya sendiri atau urusan rumah tangganya sendiri yang melekat pada
negara kesatuan dan negara federal. Pada negara kesatuan, ia bersifat terbatas dan berskala kecil
karena tidak semua urusan pemerintahan diserahkan kepadanya. Contohnya pada negara
kesatuan Indonesia, ada enam urusan pemerintahan yang tidak dilimpahkan ke daerah yaitu
pertahanan, keamanan, politik luar negeri, yustisi, moneter dan fiscal, agama. Ketika sebuah kota
ingin melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain maka harus diawasi, didampingi, dan
mendapat persetujuan dari pemerintah pusat. Sedangkan pada negara federasi, ia bersifat lebih
luas sehingga disebut sebagai negara bagian atau state. Contohnya penerapan state income tax
yang berbeda di tiap negara bagian. Pada negara bagian California, state income tax sebesar
13.3% sedangkan pada negara bagian Florida tidak ada state income tax.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 7 UU 23/2014 “Hak, wewenang dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”, daerah otonom memiliki hak,
wewenang, dan kewajiban untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Sebenarnya urusan
pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh Presiden yang diuraikan
menjadi berbagai urusan pemerintahan (Pasal 5 UU 23/2014). Kemudian urusan pemerintahan
tersebut akan diselenggarakan oleh Presiden, Wakil presiden, dan menteri-menterinya
(Pemerintah Pusat) dan Daerah Otonom (Pemerintah Daerah). Urusan pemerintahan yang
diselenggarakan oleh Daerah Otonom tersebutlah yang menjadi hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus. Ini juga disebut sebagai urusan rumah tangga
daerah otonom sehingga pengertian otonomi daerah adalah wewenang daerah otonom untuk
mengurus sendiri urusan rumah tangganya atau wewenang daerah otonom untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang telah diserahkan oleh Pemerintah Pusat. Contoh
konkrit mengenai otonomi daerah dapat dilihat melalui otonomi daerah Kota Surabaya
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun 2008 menjelaskan mengenai urusan
pemerintahan yang menjadi urusan rumah tangga Kota Surabaya yaitu ada 26 urusan
pemerintahan wajib dan 7 urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah
urusan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Sedangkan urusan
pemerintahan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada dan berpotensi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah. Salah satu urusan pemerintahan yang wajib dilaksankan dan
telah menjadi hak, wewenang, dan kewajiban bagi Pemerintah Kota Surabaya adalah
Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kota Surabaya di
bidang lingkungan hidup dapat dilihat melalui Penjelasan Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 11 Tahun 2008. Salah satunya menjelaskan bahwa pada pelayanan bidang lingkungan
hidup akan dilakukan penyelenggaraan pelayanan di bidang pengendalian lingkungan hidup
skala kota. Contohnya adalah adanya petugas pemkot yang memotong dahan pohon-pohon besar
di jalanan Surabaya sebelum musim hujan. Tujuannya agar pohon tidak tumbang karena dapat
menciderai pengendara jalanan. Kemudian juga adanya petugas pemkot yang rutin melakukan
penyiraman taman-taman kota dan taman-taman di jalanan Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya
juga menyediakan petugas yang tugasnya memberishkan taman-taman kota, mengelola dan
memelihara taman kota secara rutin, dan memberishkan selokan agar tidak banjir saat hujan
Contoh yang telah Penulis jelaskan di atas merupakan contoh konkrit dari adanya
otonomi daerah di Kota Surabaya. Perihal lingkungan hidup adalah urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Kota Surabaya yang mana segala hal mengenai lingkungan hidup adalah hak,
wewenang, dan kewajiban pemerintah Kota Surabaya. Tentu apa yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya berbeda dengan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
Misalnya petugas lingkungan hidup Sidoarjo tidak sebanyak Surabaya. Hal ini adalah kebebasan
pemerintah daerah yang bersangkutan karena urusan pemerintahan lingkungan hidup sudah
menjadi urusan rumah tangga daerah itu sendiri. Termasuk juga bila suatu saat Pemerintah Kota
Surabaya ingin mengurangi petugas lingkungan hidup, itu adalah wewenangnya karena sudah
menjadi urusan rumah tangga Kota Surabaya. Jadi pada otonomi daerah diberi kebebasan namun
bukan kemerdekaan sehingga segala hal yang dilakukan harus tetap dalam koridor NKRI dan
dapat dipertanggungjawabkan.

b. Apa syarat – syarat pembentukan daerah otonom itu. Jelaskan dengan menggunakan
argumentasi yang tepat dan berikan dasar hukumnya.
UU 23/2014 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi dilakukan penataan
daerah. Penataan daerah terdiri atas pembentukan daerah otonom dan penyesuaian daerah
otonom. Pasal 32 UU 23/2014 menjelaskan bahwa pembentukan daerah otonom (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota) adalah pemekaran daerah (Pasal 33 – Pasal 43) dan penggabungan daerah
(Pasal 44 – Pasal 47). Pemekaran Daerah adalah pemecahan daerah provinsi/kabupaten/kota
untuk menjadi dua atau lebih daerah baru; atau penggabungan bagian daerah dari daerah yang
bersanding dalam satu daerah provinsi menjadi satu daerah baru. Untuk melakukan pemekaran
daerah maka akan dilakukan melalui tahapan Daerah Persiapan provinsi/kabupaten/kota.
Pembentukan Daerah Persiapan tersebut harus memenuhi persyaratan dasar dan persyaratan
administratif.
Pasal 34 menjelaskan persyaratan dasar meliputi persyaratan dasar kewilayahan dan
persyaratan dasar kapasitas daerah. Persyaratan dasar kewilayahan terdiri dari: luas wilayah
minimal; jumlah penduduk minimal; batas wilayah; cakupan wilayah; batas usia minimal daerah
provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan. Persyaratan dasar kapasitas daerah adalah kemampuan
daerah untuk berkembang dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Paramater persyaratan
dasar kapasitas daerah adalah: geografi; demografi; keamanan; sosial politik, adat, dan tradisi;
potensi ekonomi; keuangan daerah; dan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan (Pasal 36).
Pasal 37 menjelaskan mengenai persyaratan administratif. Persyaratan administratif
berbeda untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota. Untuk daerah provinsi meliputi: persetujuan
bersama DPRD kabupaten/kota dengan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah
daerah persiapan provinsi; dan persetujuan bersama DPRD provinsi induk dengan gubernur
daerah provinsi induk. Untuk daerah kabupaten/kota meliputi: keputusan musyawarah desa yang
akan menjadi cakupan wilayah daerah kabupaten/kota; persetujuan bersama DPRD
kabupaten/kota induk dengan bupati/walikota induk; persetujuan bersama DPRD provinsi
dengan gubernur dari daerah provinsi yang mencakupi daerah persiapan kabupaten/kota yang
akan dibentuk.
Pasal 44 menjelaskan penggabungan daerah adalah penggabungan dua daerah
kabupaten/kota atau lebih yang berada dalam satu provinsi menjadi daerah kabupaten/kota baru;
serta penggabungan dua daerah provinsi atau lebih yang bersanding menjadi daerah provinsi
baru. Penggabungan daerah dilakukan dengan cara: kesepakatan daerah yang bersangkutan; dan
hasil evaluasi pemerintah pusat. Penggabungan daerah harus memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan dasar yaitu persyaratan kapasitas daerah. Syarat-syarat administratif dan
kapasitas daerah sama seperti yang telah dijelaskan pada paragrapf sebelumnya karena
persyaratan administratif mutatis mutandis Pasal 37 dan persyaratan dasar kapasitas daerah
mutatis mutandis Pasal 36.
Pasal 46 menjelaskan bahwa setelah persyaratan administratif dipenuhi, pemerintah pusat
akan memberi penilaian. Hasil penilaian akan disampaikan kepada DPR dan DPD. Bila
persyaratan administratif dipenuhi, pemerintah pusat dengan persetujuan DPR dan DPD
membentuk tim kajian independent. Tujuan dari tim kajian ini adalah untuk melakukan kajian
terhadap persyaratan dasar kapasitas daerah. Hasil kajian akan menjadi pertimbangan bagi
pemerintah pusat, DPR, DPD dalam pembentukan UU mengenai penggabungan daerah.
Diantara seluruh syarat di atas, pembentukan daerah otonom tidak boleh melupakan dua
prinsip ini karena bila tidak ada dua prinsip ini maka daerah tersebut bukanlah daerah otonom.
Pertama, kemandirian. Artinya daerah otonom yang dibentuk harus mampu membiayai sendiri
urusan pemerintahaan yang diterima atau harus mampu membiayai dalam hal mengurus rumah
tangga daerahnya. Kedua, kebebasan. Artinya daerah otonom yang dibentuk harus dapat
menjalani urusan pemerintahan atau urusan rumah tangganya tanpa campur tangan/intervensi
dari pemerintah pusat ataupun daerah-daerah otonom lainnya. Oleh karena itu, sebenarnya dua
prinsip ini juga dapat dikatakan sebagai syarat pembentukan daerah otonom karena tanpa dua
prinsip ini suatu daerah tidak dapat dikatakan sebagai daerah otonom.
4. a. Mengapa penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Jelaskan dengan memberikan argumentasi yang tepat?
Pasal 1 angka 7 mengatakan “Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah”. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat. Jadi urusan pemerintahan pusat diserahkan kepada Daerah
sehingga menjadi hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak dapat terlepas dari konsep desentralisasi karena apa yang jadi wewenang, hak, dan
kewajiban pemerintah daerah ini merupakan hasil dari desentralisasi itu sendiri.
Pemerintahan daerah di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. UU 23/2014 menjelaskan bahwa Desentralisasi artinya
penyerahan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas
Otonomi; Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung
jawab urusan pemerintahan umum; Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat
kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah provinsi
Melalui penjelasan asas-asas di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya inti dari
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah urusan pemerintahan yang seharusnya
dilaksanakan oleh pemerintah pusat (Presiden, Wakil Presiden, Menteri) diselenggarakan atau
dilaksanakan oleh Daerah. Pelaksanaan urusan pemerintahan ini bisa karena Daerah diserahi atau
dilimpahi atau bahkan ditugaskan oleh pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan pemerintah pusat
tidak mampu untuk menciptakan law and order dan welfare state sendirian. Ia perlu
perpanjangan tangan karena wilayah Indonesia yang luas, permasalahan modern yang kompleks,
dan kewajiban untuk melaksanakan tujuan negara dalam alinea 4 UUD NRI 1945. Oleh karena
itu, pelaksanaan pemerintahan daerah di Indonesia didasarkan pada asas otonomi dan tugas
pembantuan karena agar dapat tercipta law and order dan welfare state di Indonesia. Selain itu,
penggunaan asas otonomi ini juga merupakan mandat dari UUD NRI 1945, tepatnya pada Pasal
18 Ayat 2 yaitu “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.

b. Apa yang saudara ketahui tentang asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Jelaskan
dengan menggunakan contoh agar jelas jawaban saudara.
UU 23/2014 menjelaskan Desentralisasi artinya penyerahan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. Jadi intinya ada pada
penyerahan urusan pemerintahan dari pusat ke daerah. Penyerahan urusan pemerintahan bisa
sebagian atau seluruhnya tergantung pemerintah pusat. Agar dapat memahami lebih mudah maka
digunakan analogi planning, budgeting, dan implementing. Pada desentralisasi seluruh planning,
budgeting, dan implementing dilakukan oleh Daerah. Budgeting dilakukan melalui APBD,
implementing dilakukan oleh perangkat daerah. Setiap Daerah juga memiliki planning yang
berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan daerah tersebut. Karena desentralisasi
merupakan penyerahan urusan pemerintahan dari Pusat ke Daerah maka ada proses hubungan
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah secara teritorial dan fungsional. Kemudian juga ada
transfer kewenangan atau fungsi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang berkaitan
dengan urusan pemerintahan yang menyangkut kehidupan masyarakat. Transfer bertujuan untuk
menciptakan suatu sistem penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sehingga dapat
meningkatkan kehidupan masyarakat daerah.
Dengan berlakunya asas desentralisasi maka akan membawa beberapa keuntungan yaitu:
mengurangi bertumpuknya pekerjaan bagi Pemerintah Pusat; ketika ada masalah yang mendesak,
dapat segera diambil tindakan yang cepat dan tidak perlu menunggu instruksi dari pusat; dapat
mengurangi birokrasi; daerah dapat menyesuaikan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah; daerah yang berkembang secara baik dan berprestasi dapat digunakan sebagai contoh
bagi daerah lainnya; mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari pemerintah pusat;
lebih memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang langsung.
Urusan pemerintahan yang diserahkan pada daerah yang menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah adalah urusan pemerintahan konkuren (Pasal 9). Contohnya urusan
pemerintahan konkuren yang merupakan hasil desentralisasi adalah pada bidang kebuayaan.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun 2008 menjelaskan bahwa salah satu urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan adalah dalam bidang kebudayaan. Pada Penjelasan
Peraturan Daerah tersebut, salah satu wewenang dalam bidang kebudayaan adalah menetapkan
kriteria dan prosedur penyelenggaraan festival, pameran, dan lomba tingkat kota. Kemudian juga
ada wewenang untuk membuat kebijakan mengenai standarisasi pemberian izin penerimaan
delegasi asing di bidang kesenian. Pelaksanaan dalam bidang kebudayaan ini dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya. Urusan pemerintahan dalam bidang kebudayaan
yang telah didesentralisasikan, dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya melalui Cross Culture
Festival yang merupakan festival kesenian yang diadakan pada tahun 2019 kemarin. Festival ini
dihadiri oleh delegasi dari 13 negara sister city Surabaya seperti negara Ceko, Italy, Cina, Korea,
dll.
Melalui contoh di atas, dapat dilihat bahwa urusan pemerintahan yang
didesentralisasikan, yaitu kebudayaan, telah menjadi wewenang Kota Surabaya. Wewenang
pemerintah kota Surabaya dalam bidang kebudayaan telah dilaksanakan dalam bentuk Cross
Culture Festival. Festival seperti ini ada di Surabaya namun belum tentu ada di daerah lain
seperti di Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dll. Hal ini dikarenakan desentralisasi pelaksanaannya
dapat berbeda dari tiap daerah karena kemampuan dan sumber daya daerah berbeda-beda. Tidak
semua daerah mempunyai kemampuan untuk membuat festival seperti ini, mungkin daerah lain
dalam hal kebudayaan hanya akan menyediakan sarana berupa tempat latihan tari tradisional atau
hal lainnya.
UU 23/2014 menjelaskan Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan
bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. Inti dari dekonsentrasi
terletak pada pelimpahan sebagian urusan pemerintahan dari pusat kepada perangkat pemerintah
pusat di daerah. Jadi bukan dilimpahkan kepada Daerah tetapi dilimpahkan kepada perangkat
pemerintah pusat yang berada di daerah. Perangkat pemerintah pusat di daerah terdiri dari: wakil
pusat di daerah (Gubernur, Bupati, Walikota); dan wakil pusat yang diangkat pusat (instansi
vertikal seperti kanwil). Jika digunakan analogi planning, budgeting, implementing maka pada
dekonsentrasi planning dilakukan oleh pemerintah pusat, budgeting dilakukan juga oleh
pemerintah pusat, dan implementing dilakukan oleh pusat yaitu melalui perangkat pemerintah
pusat di daerah (gubernur, bupati, walikota, dan instansi vertikal). Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa desentralisasi ini merupakan perpanjangan dari sentralisasi.
Melalui dekonsentrasi ini juga dapat dilihat bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota
memiliki dua kapasitas. Pertama, sebagai perangkat desentralisasi artinya gubernur, bupati, dan
walikota sebagai perangkat daerah otonom yang dipilih oleh rakyat pada daerah tersebut sebagai
pemimpin. Kedua, sebagai perangkat dekonsentrasi artinya gubernur berperan sebagai wakil
pemerintah pusat dan juga penanggungjawab urusan pemerintahan umum. Sedangkan bupati dan
walikota memiliki peran dalam dekonsentrasi yaitu sebagai penanggungjawab urusan
pemerintahan umum. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan.
Contoh dekonsentrasi adalah adanya instansi vertikal di daerah dalam bentuk Kantor
Wilayah yang menerima pelimpahan urusan pemerintahan pusat. Urusan pemerintahan pusat
adalah agama, yustisi, moneter dan fiscal, keamanan, pertahanan, politik luar negeri. Urusan-
urusan tersebut dilimpahkan ke instansi vertikal dalam bentuk Kantor Wilayah dan Gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Contohnya pada urusan pemerintahan bidang yustisi
yaitu adanya kantor wilayah kementerian hukum dan HAM yang ada di Jalan Kayoon Surabaya.
Kanwil Kemenkumham memiliki tugas untuk melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian
Hukum dan HAM dalam wilayah provinsi berdasarkan kebijakan Menteri dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Misalnya pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum
umum, hak kekayaan intelektual, dan pemberian informasi hukum.

Anda mungkin juga menyukai