Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK PENDEMI COVID 19 TERHADAP

USAHA KIOS DI DESA MATAWAI PAWALI


KECAMATAN LEWA KABUPATEN SUMBA TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

SUDIRMAN UMBU MARAMBA


1217049

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI, BISNIS, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS KRISTEN WIRAWACANA SUMBA
2021

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19)
yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia.WHO Semenjak Januari 2020
telah menyatakan dunia masuk kedalam darurat global terkait virus Wabah virus
corona merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21.
Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat
bencana terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait
pandemi virus ini dengan jumlah waktu 91 hari. Himbauan untuk mencegah mata
rantai penyebaran virus ini mengharuskan masyarakat di seluruh daerah di
Indonesia untuk berdiam diri dirumah 1.
Penyebaran covid yang begitu cepat sehingga mengakibatkan Pemerintah
memberlakukan sistem jaga jarak sosial yang disebut PSBB (Pembatasan Social
Berskala Besar).Pemerintah juga menganjurkan jaga jarak secara fisik dan
mengurangi kegiatan berkerumun, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di
Indonesia. Niat baik pemerintah untuk melakukan PSBB sangat merugikan
warga.Hal ini berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan salah satu yang
terdampak langsung adalah usaha warung kelontong atau yang biasa usaha kios
sembako (Silpan, 2020).
Pada umumnya usaha kios atau warung kelontong adalah menjual barang
kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau seperti sembako, sabun, makanan
ringan, pulsa elektrik dan lain-lain.Usaha kios biasanya dipilih untuk mengisi
waktu luang sambil bekerja sebagai petani, peternak atau pekerjaan sampingan
lainnya.tujuan membuka usaha warung kelontong yaitu untuk menambah dalam
memenuhi kebutuhan hidup dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga (Sri
Murtini, 2021).
Fenomena yang terjadi bahwa sejak mewabahnya Virus Korona para
pelanggan warung kecil atau kios relatif jarang berbelanja. Jarangnya para
pelanggan warung kecil itu berlanja karena anjuran tetap di rumah saja.Di sisi
1
Http://Www. Depkes.go.id.covid-19Diakses pada tanggal 7 Nov 2021.

1
lain, mereka harus memehuni kebutuhan hidup dan sembako sehari-hari. Tak
sedikit yang kemudian memilih berbelanja online di retail-retail (Sarah, 2021).
Dengan munculnya pademi covid1-19 perkembangan usaha kios semakin
menurun, dimana karena penjuakan atau omset usahanya menurun drastis.
Berdasarkan wawancara awal dengan salah satu pemilik kios yang bernama Ibu
2
Rambu Ana mengatakan bahwa barang dagangannya sepi dan tidak laku.
Bahkan beras yang merupakan kebutuhan pokok pun tak laku dijual lantaran
banyak warga yang mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.Padahal
sebelumnya dalam sebulan dia mampu menjual beras hingga 200 kilogram
sebulan.Kini sembako yang masih dicari pelanggan berupa terigu, minyak, gula
pasir, susu, mie instan, dan telur dan hal ini berdampak pada berkurangnya
pendapatan rumah tangga.
Keadaan tersebut diperparah dengan adanya berbagai kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah untuk memutus penyebaran virus corona, seperti social
distancing yang berpengaruh secara sosial di lingkungan sekitar. Sebelum
pandemi, ibu-ibu yang berbelanja, biasanya menyelinginya dengan berbincang
satu sama lain, Tapi saat ini, mereka memilih langsung pulang ke rumah seusai
belanja.Dampak laindari pandemic covid 19 telah mempengaruhi beberapa
kegiatan usaha kios masyarakat diantaranya kegiatan arisan, acara adat
perkawinan dan kematian yang semuanya membutuhkan logistik kebutuhan
makan minum, yang pada saat ini tidak lagi diadakan sehingga kegiatan jual
barang kebutuhan sangat terasa terganggu yang berujung pada penurunan secara
drastis pendapatan yang diperoleh.
Pengaruh yang paling dirasakan oleh usaha kios di Desa Matawai Pawali
Kecamatan Lewaadalah pemberlakuannya kebijakan social distancing yang
dikeluarkan oleh Pemerintah. Akibatnya beberapa pedagang kebingungan dan
pemasukan terancam defisit parah. Kebijakan pembatasan sosial yang dipilih
dengan pertimbangan ekonomi masyarakat berdampak pada usaha kios.

2
Wawancara, tgl 5 November 2021

2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dibawah
in sebagai berikut :
1. Adanya pengaruh pandemi Covid-19 terhadap usaha kios di Desa Matawai
Pawali!
2. Adanya pengaruh perkembangan usaha kios pada masa mandemi covid-19
di Matawai Pawali!

1.3 Persoalan Penelitian


Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka yang menjasi persoalan
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengaruh pandemi Covid-19 terhadap usaha kios di Desa Matawai
Pawali Kecamatan Lewa?
2. Bagaimana pengaruh perkembangan usaha kios pada masa mandemi covid-
19 di Matawai Pawali, Kecamatan Lewa?

1.4 Tujuan penilitian


Berdasarkan persoalan penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah.
1. Untuk Mengetahui pengaruh pandemi Covid-19 terhadap usaha kios di Desa
Matawai Pawali.
2. Untuk Mengetahui pengaruh perkembangan usaha kios pada masa mandemi
covid-19 di Matawai Pawali.

1.5 Manfaat Penilitian


1. Secara Teoritis
Memperkaya khasat keilmuan dan penelitian yang berhubungan dengan
kajian dampak pendemic covid-19 terhadap usaha kios.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi para peneliti untuk
mengkaji implementasi terkait strategi perkembangan usaha kecil di tengah
pandemi Covid-19.

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Ekonomi Rumah Tangga


Ekonomi adalah ilmu yang pada dasarnya mempelajari tentang upaya
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan
pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan yang
pada dasarnya bersifat tidak terbatas) akan barang dan jasa. Sedangkan rumah
tangga atau keluarga adalah didasarkan atas ikatan perkawainan yang terdiri atas
suami, istri dan anak-anak yang belum menikah keluarga tersebut lazimnya juga

4
disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai
wadah dalam proses pergaulan hidup (Sumardi, 2017).
Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga atau keluarga sehari-hari
merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi
berbagai kebutuhan sehari-hari antara lain (Zimmerer, et al, 2015:
1. Pendapatan
Pendapatan Poerwadarminto Adalah hasil pencarian atau perolehan dari
usaha dan bekerja.32 Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang
diterima seseorang baik berupa uang atau barang yang merupakan hasil kerja
dan usaha.
2. Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, baik pendidikan formal maupun non informal.
Dengan adanya pendidikan maka manusia akan mempunyai wawasan yang
luas dan pola piker yang maju. Tingkat pendidikan mempengaruhi
kesempatan bagi manusia untuk memilih jenis pekerjaan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki masyarakat,
maka semakin tinggi pula pendapatan serta status sosial pada masyarakat
tersebut.33 Pendidikan bagi anak juga sangat penting dalam kehidupan suatu
keluarga. Pendidikan anak tidak hanya mencangkup pendidikan yang
diberikan oleh kedua orang tua, tetapi juga pendidikan formal yang harus
terpenuhi. Jika pendidikan pada anak terpenuhi dengan baik maka itu
merupakan salah satu ciri tercapainya keluarga yang sejahtera.
3. Pemenuhan Kebutuhan Pangan, Sandang dan Papan
Menurut Kuswardinah, pencapaian ketahan pangan dapat dilihat dari
ketersediaan kosumsi gizi. Pakaian dan rumah merupakan sarana untuk
mewujudkan pemenuhan kebutuhan sosial psikologis keluarga dan
anggotanya. Kualitas dan Kuantitas dalam pemilihansandang dan papan akan
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan keluarga.
4. Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
Kesehatan setiap anggota keluarga merupakan syarat penting untuk dapat
bekerja secara produktif, sehingga menghasilkan pendapatan yang digunakan

5
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesehatan keluarga tidak dapat dipisahkan
dengan ketahanan pangan keluarga. Keduanya saling beerhubungan dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Kesehatan keluarga juga dipengaruhi
oleh faktor lain, seperti pelayanan kesehatan dan perubahan lingkungan.
Kebutuhan manusia dapat dibedakan 4 macam diantaranya adalah.
1. Kebutuhan menurut tingkatan, terbagi atas tiga macam yaitu kebutuhan
primer, sekunder tersier.
2. Kebutuhan menurut waktunya, terbagi atas tiga macam yaitu kebutuhan
sekarang, yang akan datang atau masa depn dan kebutuhan tidak terduga.
3. Kebutuhan menurut sifatnya, terbagi atas 2 macam yaitu kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani.
4. Kebutuhan menurut sabjeknya, terbagi atas dua yaitu kebutuhan individu
dan kebutuhan sosial.

2.2. Sektor Informal


Menurut Todaro (2017) sektor informal pada umumnya ditandai oleh
beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan
produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara
perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi
yang dipakai relatif sederhana, mereka menjalankan pemeliharaan perusahaan
seperti halnya perusahaan monopoli persaingan dalam menghadapi
menurunnya pemasukan,kelebihan kapasitas, dan mengendalikan persaingan
laba (pendapatan) yang umum pada rata-rata hanya penawaran tenaga kerja
potensial yang baru. Pada pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya
di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal.
Konsep sektor informal, yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart
dalam Hidayat (2017) membagi secara tegas kegiatan ekonomi bersifat formal
dan informal. Istilah sektor informal dalam pemikiran tentang unit-unit usaha
kecil di Ghana tersebut dan berbagai penelitian tentang sektor informasi di
Indonesia telah menghasilkan tentang sepuluh ciri pokok sebagai berikut
(Hidayat, 2017):

6
1. Kegiatanusaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit
usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di
sektor formal.
2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.
3. Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja.
4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membebankan
golongan ekonomi tidak sampai ke pelanggan kaki lima.
5. Unit usaha pindah ke kaki lima masuk dari satu sub sektor ke lain sub
sektor.
6. Teknologi yang digunakan bersifat primitif.
7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil sehingga skala operasi juga
relatif kecil.
8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan
pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman
sambil bekerja.
9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one man enterprise dan
kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
10. Sumber dan modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri
atau lembaga keuangan yang tidak resmi.
11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat
desa-kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang
berpenghasilan menengah.
Tenaga kerja sektor informal menurut Hidayat (2017) memiliki
karakteristik tertentu antara lain:
1. Tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar
2. Tidak memiliki keterampilan yang memadai
3. Biasanya tidak atau sedikit memiliki pendidikan formal
4. Biasanya tenaga kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga kerja
keluarga.
Sektor informal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha kios
atau warung kelontong.usaha kios atau warung kelontong adalah

7
toko/warung/kios yang relatif kecil dan terletak didaerah pemukiman,
memiliki jam buka yang panjang selama tujuh hari dalam seminggu, dan jual
produk bahan pangan yang terbatas.

2.3. Wirausaha
Menurut Basrowi (2017), kata wirausaha merupakan gabungan kata
wira yang berarti gagah berani atau perkasa dan usaha. Jadi wirausaha berarti
orang yang gagah berani atau perkasa dalam usaha.Menurut Drucker (dalam
Suryana, 2017) wirausaha adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses.Intinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya
peluang.
Kewirausahaan suatu ilmu yng mengkaji tentang pengembangan dan
pembangunan semangat kreatifitas serta berani menanggung resiko terhadap
pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian
mengambil resiko sudah menjadi milik seorang wirausahawan karena ia
dituntut untuk berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut belum
memiliki nilai perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses
menuju kewirausahaan sejati.
Menurut Alma, (2016) berwirausaha berarti memadukan watak pribadi,
keuangan dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan suatu
pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu
merencanakan, mengambil resiko, keputusan, dan tindakan untuk mencapai
tujuan.
Menurut Suryana, (2017) konsep wirausaha yaitu seseorang yang
memiliki kemampuan dalam mengunakan danmengkombinasikan sumberdaya
seperti keuangan, material, tenaga kerja,keterampilan untuk menghasilkan
produk, proses produksi, bisnis, danorganisasi usaha yang baru. Wirausaha
adalah seseorang yang memilikikombinasi unsur-unsur internal yang meliputi
motivasi, visi, komunikasi,optimism, dorongan, semangat, dan kemampuan
memamfaatkan peluangusaha.

8
Zimmerer et all (2015) merumuskan manfaat berwirausaha, sebagai
berikut.
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
Memiliki usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi
pebisnis untuk mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba
memenangkan hidup mereka dan memungkinkan mereka untuk
memanfaatkan bisnisnya guna mewujudkan cita-citannya.
2. Memberi peluang melakukan perubahan. Semakin banyak pebisnis yang
memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk dapat
melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting.
Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak
pakai untuk keluarga atau mendirikan program daur ulang limbah untuk
melestarikan sumber daya alam yang terbatas. Pebisnis kini menemukan
cara untuk mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai
masalah ekonomi dan sosial dengan harapan untuk dapat menjalani
kehidupan yang lebih baik.
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya. Banyak orang
menyadari bahwa bekerja disuatu perusahaan sering kali membosankan,
kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak berlaku
bagi seorang wirausahawan. Bagi mereka, tidak banyak perbedaan antar
bekerja dan menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-
bisnis yang dimiliki seorang wirausahawan merupakan alat untuk
menyatakan aktualisasi diri. Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang
ditentukan oleh kreativitas, antusias, inovasi, dan visi mereka sendiri.
Memiliki usaha atau perusahaan sendiri memberikan kekuasaan kepada
mereka, kebangkitan spiritual, dan mmpu mengikuti minat atau hobinya
sendiri.
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin. Walau
pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausaha merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri. Kebayakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya
raya, tetapi kebanyakan dari mereka yang memang menjadi berkecukupan.

9
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya. Pengusaha kecil atau pemilik
usaha kecil sering kali merupakan warga masyarakat yang paling
dihormati dan paling dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan
kepercayaan dan pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah
dilayani dengan setia selama bertahun-tahun. Peran penting yang
dimainkan dalam sistem bisnis di lingkungan setempat serta kesadaran
bahwa kerja memiliki dampak nyata dalam melancarkan fungsi sosial dan
ekonomi nasional merupakan imbalan bagi para majer perusahaan kecil.
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya. Hal yang disarankan
oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah bahwa kegiatan
usaha mereka sesungguhnya bukanlah kerja. Kebayakan wirausahawan
yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertentu, sebab mereka tertarik
dan menyukai pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau
kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka senang
melakukannya.
Berdasarkan konsep diatas dapat dikatakan bahwa wirausaha dapat
didefenisikan sebagai kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat,
dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah
baik barang atau jasa dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui
cara baru dan berbeda serta berani menghadapi resiko.

2.4. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Murtini (2021), dengan judul:“Dampak
Pandemi Covid-19 Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Keliling Di
Kelurahan Kedurus Kota Surabaya”, dimana data hasil penelitian dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Pendapatan pedagang
keliling di Kelurahan Kedurus pada saat pandemi Covid-19 mengalami
penurunan dibandingkan dengan sebelum pandemi. Faktor-faktor yang

10
mempengaruhi penurunan pendapatan adalah: (1) Jumlah pembeli dan
pelanggan menurun. (2) Jumlah modal yang digunakan kecil dan mengalami
penurunan sehingga barang dagangan yang dijual berkurang. (3) Sebagian
besar pedagang keliling kurang termotivasi untuk meningkatkan
produktivitasnya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nadhirah (2021) dengan
judul: “Kondisi Sosial Ekonomi Di Masa Pandemi Pada Pedagang Kaki Lima
Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung”, dengan metode penelitian
yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif, hasil penelitian menemukan bahwa:
(1) Kondisi Sosial Ekonomi Di Masa Pandemi Pada Pedagang Kaki Lima Di
Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Kondisi sosial ekonomi
pedagang kaki lima di kawasan Kel. Bantan Kec. Medan Tembung memiliki
tingkat pendapatan perbulan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tingkat pendidikan yang tidak mampu memasuki sektor formal. Kondisi
perumahan yang dimiliki dilihat dari kondisi fisik bangunan dan status
kepemilikan rumah. Kondisi kesehatan dilihat dari penyakit apa yang
dikeluhkan dan tempat berobat. (2). Faktor-faktor yang menyebabkan
pedagang kaki lima mempertahankan usahanya selama pandemi covid-19 ini
meliputi kebutuhan hidup, pendidikan yang rendah, keterampilan yang tidak
memenuhi, kemudahan dalam memasuki sektor informal dan memiliki modal
yang kecil. Dampak sosial ekonomi lainnya bagi pedagang kaki lima selama
pandemic Covid-19 yaitu beberapa pedagang kaki lima yang menambah
profesi lagi dan beberapa pedagang kaki lima juga mengalami keretakan
hubungan rumah tangga serta terganggunya pendidikan anak dari beberapa
pedagang.
Perbedaan dan persamaan, dimana perbedaan pada penelitian
sebelumnya yaitu subyek penelitian meneliti tentang dampak pandemi Covid-
19 pada pedagang keliling dan pedagang kaki lima, sedangkan penelitian
sekarang pada usaha kios. Persamaannya yaitu pada teknik analisis data yang
digunakan yaitu sama-sama menggunakan teknik analisis data deskriptif
kualitatif.

11
2.5. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alat bantu yang dibuat penulis dalam
memudahkan dalam penyusunan dan memperjelas hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian yaitu: Dampak Pendemi Covid 19
TerhadapEkonomi Rumah Tangga Usaha Kios Di Desa Matawai Pawali
Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur, dengankerangka berpikir sebagai
berikut.

Profil Responden
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Status pernikahan
Dampak Pendemi Covid 19 6. Lama Usaha
TerhadapEkonomi Rumah 7. Lokasi Usaha
Tangga Usaha Kios Di Desa 8. Jumlah anggota keluarga
Matawai Pawali Kecamatan 9. Pekerjaan sampingan
Lewa Kabupaten Sumba
Timur Dampak Covid-19
1. Perubahan jumlah modal
2. Perubahan jumlah
pendapatan
3. Perubahan waktu
berjualan
4. Perubahan pola interaksi
dengan pembeli

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini masuk ke dalam penelitian deskriptif dengan
pendekatankualitatif, yaitu berusaha mengungkapkankajian mengenai
analisisdampak Pendemi Covid 19 terhadapekonomi rumah tanggausaha kios
di Desa Matawai Pawali Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur.

3.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau
objek penelitian (Umar, 2017).
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
wawancara mendalam. Menurut Nazir (2016) wawancara merupakan suatu
proses tanya jawab secara lisan antara pewawancara dengan informan dengan
tujuan untuk memperoleh pengunpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling


Populasi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek yang sedang diteliti (Nazir, 2016). Populasi dalam
penelitian iniadalahpemilik kios di Desa Matawai Pawali Kecamatan Lewa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Umar, 2017). Sampel dalam penelitian ini pemilik kios di
Desa Matawai Pawali Kecamatan Lewasebanyak 10unit kios.
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Menurut Sekaran (2014) penarikan sampel purposive
adalah penarikan sampel dengan kriteria untuk pemilihan sampel tertentu.
Kriteria yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemilik usaha kios di Desa
Matawai Pawali Kecamatan Lewadengan kriteria sebagai berikut:
1. Responden merupakan usaha kios sebagai pekerjaan utama

13
2. Responden adalah pemilik usaha kiosyang sudah menikah, dengan
menikah maka akan mengetahui kebutuhan ekonomi berumah tangga.

3.4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu mengolah data hasil wawancara dalam bentuk deskripsi. Analisis
deskriptif kualitatif merupakan analisis yang digunakan dalam menjelaskan
kesuluruhan data yang diperoleh sehingga dapat mudah untuk dipahami. Dalam
penelitian ini deskriptif untuk mengetahui ada tidaknya perubahan jumlah modal,
pendapatan, waktu berjualan, dan pola interaksi dengan pembeli pada waktu
sebelum dan pada saat pandemi Covid 19.
Hasil dari wawancara tersebut akan digambarkan dengan bentuk deskripsi
sehingga akan tergambar dengan jelas dampak Pendemi Covid 19
terhadapekonomi rumah tanggausaha kios di Desa Matawai Pawali Kecamatan
Lewa Kabupaten Sumba Timur, dengan tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengobservasi kegiatan selama
responden melakukan kegiatan jual-beli barang kios.
2. Melakukan wawancara
Melakukan wawancara secara personal dengan responden sesuai dengan
persoalan penelitian yang mengacu pada wawancara yang telah dibuat
sebelumnya.
3. Mencatat dan merangkum hasil wawancara
Dari hasil wawancara dirangkum secara sistematis sehingga dapat
menggambarkan secara deskriptif tentang usaha yang dijalankan
responden sebagai pemilik kios.
4. Menganalisis data sesuai dengan persoalan penelitian
Dari hasil wawancara diolah sedemikian rupa sehingga mampu
menjelaskan lebih detail mengenai fenomena yang terjadi dalam bentuk
deskriptif.
5. Menyimpulkan hasil analisis.
Dari analisis dan pembahasan dirangkum dalam bentuk kesimpulan dan
merupakan jawaban dari persoalan dalam penelitian ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2016, Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Alfabeta,


Bandung.
Basrowi, 2017, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hidayat Abdullah. 2017. Pekerjaan Sektor Informal (Dalam Kaitannya Dengan
Nazir Moh., 2016, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Silpan.2020. Dampak Covid –19 Terhadap Perekonomian
Indonesia.EduPsyCouns Journal, Volume 2 Nomor 1 (2020) ISSN Online:
2716-4446.
Sri Murtini, Agus Sutedjo, , 2021, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Pedagang Keliling Di Kelurahan Kedurus Kota Surabaya,
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu sosial dan Hukum,
UNESA, Jurnal Geografi, ISSN 1412 - 6982 e-ISSN : 2443-3977 Volume
XIX Nomor 1 Juni 2021
Sarah Muthi Nadhirah, 2021, Kondisi Sosial Ekonomi Di Masa Pandemi Pada
Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung,
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
Sekaran, 2014.Metode Penelitian: Penentuan Jumlah Sampel. Universitas
Indonesia.Press, Jakarta.
Sumardi, M dan Evers, HD. 2017.Sumber Pendapatan Pokok dan Penilaian
Menyimpang. Jakarta: CV.Rajawali.
Suryana, 2017, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses, Jakarta, Salemba Empat.
Todaro, Michael P.2017, Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Umar, Husein, 2017, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis BisnisEdisi Baru,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Zimmerer, Thomas W. dan Norman. Scarbrough, 2015, Kewirausahaan dan
Manajemen Bisnis Kecil, Erlangga, Jakarta, (terjemahan).

15
PANDUAN WAWANCARA

DAMPAK PENDEMI COVID 19 TERHADAP


EKONOMI RUMAH TANGGA USAHA KIOS DI DESA MATAWAI
PAWALI KECAMATAN LEWA KABUPATEN SUMBA TIMUR

I. Karakteristik Responden
Nama : ...........................................................
Umur : ............................................................
Jenis Kelamin : ............................................................
Pendidikan : ............................................................
Status Perkawinan : ............................................................
Lama Usaha : ............................................................
Lokasi Usaha : ............................................................
Jumlah anggota keluarga : ............................................................
Pekerjaan Sampingan : ............................................................

II.Pertanyaan
1. Berapajumlah modal yang dibutuhkan sebelum adanya pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
2. Berapajumlah modal selama adanya pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
3. Berapajumlah pendapatan yang diperoleh per hari sebelum pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
4. Berapajumlah pendapatan yang diperoleh per hariselama pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
5. Jam berapa dan sampai jam berapa biasanya buka usahasebelum pandemi
Covod-19?
……………………………………………………………………………
6. Jam berapa dan sampai jam berapa biasanya buka usaha selama pandemi
Covod-19?
……………………………………………………………………………
7. Bagaimana pola interaksi dengan pembelisebelum pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
8. Bagaimana pola interaksi dengan pembeliselama pandemi Covod-19?
……………………………………………………………………………
9. Strategi apa saja yang digunakan untuk meningkatkan penjualan selama
pandemi Covod-19??
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

TERIMAKASIH
TUHAN MEMBERKATI

16

Anda mungkin juga menyukai