Anda di halaman 1dari 15

Upaya UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam

Meningkatkan Laba Di Masa Covid-19 Di Desa Wonosari Barat


Kabupaten Bengkalis
Mery Kurnia Illahi
Manajemen Keuangan Syariah
merykurniaillahi07@gmail.com

Abstract: This study aims to identify and analyze efforts to increase MSME profits when
the new normal is implemented due to the impact of the Covid-19 pandemic. The
research method used is descriptive qualitative method, the results obtained from this
study indicate that there is a need for quick, precise, and from the government and
business actors to cope with the losses that have occurred due to the pandemic as well as
to update and evaluate the business cycle following the current situation so that
businesses can continue to survive and develop.
Keywords: Covid-19, MSME, Impact, Effort

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis upaya dalam
meningkatkan laba UMKM pada saat new normal diterapkan akibat dampak dari pandemi
Covid-19, Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif deksriptif, hasil
yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya langkah cepat, tepat,
dan nyata dari pemerintah maupun pelaku usaha untuk menanggulangi kerugian yang
telah terjadi akibat pandemi serta melakukan pembaharuan dan evaluasi mengenai siklus
usaha mengikuti keadaan yang tengah terjadi agar usaha dapat terus bertahan dan
berkembang.
Kata Kunci: Covid-19, UMKM, Dampak, Upaya

PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dalam Pasal 1
mendefinisikan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan atau badan
usaha perorangan yang miliki kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang tersebut. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang 1
berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang memiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.
Di Indonesia sendiri, Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) memiliki
peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tujuan
pemberdayaan UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang dan berkeadilan menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Meningkatkan peran UMKM
dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan menuntaskan rakyat dari kemisikinan.2
UMKM di Indonesia kembali di uji dengan munculnya wabah Covid-19
ditengah masyarakat, virus ini bukan hanya mengancam kesehatan namun juga
mengancam perekonomian di Indonesia. Penyebaran Covid yang begitu cepat
sehingga mengakibatkan pemerintah memberlakukan sistem jaga jarak social
yang disebut PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar). Menurut nismawati pada
Tahun 2020, Pemerintah juga menganjurkan jaga jarak secara fisik dan
mengurangi kegiatan berkerumun, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di
Indonesia. Niat baik pemerintah untuk melakukan PSBB sangat merugikan warga
Indonesia khususnya dampak ekonomi yang menurun dan banyak tenaga kerja
yang kehilangan pekerjaan. Beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
di Indonesia memberikan dampak pada beberapa sektor di Indonesia salah satunya
yaitu pada sektor ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari adanya covid-19 yang
berdampak pada sektor perdagangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).
Di sisi lain, ekonomi merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
sebagaimana diketahui bahwa seseorang akan bersinggungan secara langsung
dengan kebutuhan ekonomi dalam menjalankan kehidupan.
Dalam masa sulit seperti ini UMKM jangan dibiarkan berjalan sendiri,
saatnya pemerintah memikirkan nasib dari pelaku UMKM yang selama ini telah
menjadi roda pergerakan konsumsi rumah tangga dan kekuatan perekonomian
nasional. Pelaku UMKM yang sudah terpaksa tutup harus dicarikan solusi
bagaimana agar mereka aktif dan bangkit kembali sebagai motor pergerakan
perekonomian Indonesia. Namun UMKM banyak memiliki kelemahan untuk
diperhatikan oleh pemerintah seperti salah satunya yang sering terjadi adalah
1
Hadiwardoyo, Wibowo. “Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.” BASKARA:
Journal Of Business & Entrepreneurship (2020): 83-92.
2
Modjo, M. “Memetakan Jalan Penguatan Ekonomi Pasca Pandemi.” The Indonesian Journal of
Development Planning (2020): 103-116.
UMKM tidak memiliki perizinan usaha atau biasa disebut ilegal, dan sertifikat
halal. Sama halnya dengan pelaku UMKM di Riau, tepatnya di Bengkalis Desa
Wonosari Barat banyak dari mereka tidak memiliki surat perizinan, sertifiat halal
bahkan lahan khusus UMKM. Namun tidak melepas tanggung jawab pemerintah
untuk tetap memperhatikan mereka saat pandemi Covid-19.3
UMKM di bengkalis desa wonosari barat juga merasakan kesulitan sama
hal nya dengan UMKM diluar Riau lainnya. keadaan ini sebagai dampak yang
begitu berat dirasakan oleh pelaku UMKM Khususnya UMKM di Bengkalis Riau.
Mereka juga merasakan kesulitan dalam menstabilkan barang dagangan maupun
dibidang jasa. Mereka harus memutar otak bagaimana keadaan ekonomi mereka
tetap stabil saat pandemi Covid-19 dan tidak hanya mengharapkan bantuan dari
pemerintah. Bahkan ada beberapa dari mereka tetap nekad menjalankan usaha
seperti biasa padahal tindakan seperti ini dapat membahayakan mereka yang
rentan terpapar virus Covid-19 tersebut. Sementara itu, pemerintah terus saja
melakukan tindakan penyelamatan masyarakat khususnya pelaku UMKM yang
secara langsung berinteraksi dengan kerumunan masa. Pemerintah pun melakukan
kebijakan sementara untuk menututp paksa usaha mereka sebagai gantinya
pemerintah memberikan tunjangan atau bantuan untuk memenuhi kehidupan
mereka selama pandemi Covid-19.
Meskipun demikian, bantuan yang diberikan pemerintah sebenarnya
tidaklah cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, terlebih lagi
sekian banyak dari mereka terdapat beberapa yang memiliki anggota keluarga
lebih dari 10 orang. Jelas hal ini menjadi beban terbesar yang mereka tanggung
saat pandemi Covid-19. Oleh karena itulah, pelaku UMKM terus berupaya agar
usaha mereka tetap berjalan seperti biasanya dan keuangan mereka tetap stabil
dengan memanfaatkan teknologi seperti jualan online dengan memberikan
layanan antar jemput barang dan jasa.
METODE
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan individu ini adalah
metode kualitatif deskritif. Metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melibatkan beberapa
pelaku UMKM yang ada di Desa Wonosari Barat, untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitan ini.
3
Wulandari, Wahju., & Sodik; Manajemen Usaha Untuk Usaha Kecil. Malang: Badan Penerbitan
Universitas Widyagama Malang, 2019.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Metode ini dilakukan
dengan masyarakat dan para pelaku UMKM di Desa Wonosari Barat untuk
melihat sejauh mana penurunan pendapatan pelaku UMKM sebelum dan
sesudah masa pendemi Covid-19.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil
data-data dari catatan yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Metode ini
dilakukan dengan cara mengambil beberapa data-data dan catatan dari
pelaku UMKM di Desa Wonosari Barat.
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah Mengolah dan mempersiapkan data
untuk dianalisis. Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, mengetik
data lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam
jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.
5. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah
dikumpulkan dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Wonosari berasal dari dua kata yaitu Wono yang berarti hutan dan
Sari yang berarti pusat atau inti. Jadi Wonosari dahulu nya adalah pusat atau inti
hutan yang berada di Kecamatan Bengkalis. Maka sekitar Tahun 1920 dibukalah
hutan ini oleh pendatang yang berasal dari daerah Jawa, diantaranya Masroes,
Kiyai Minhad, Sariaman, Manan, Tarmizi, Mubin, Salamun, dan lain-lain yang
dipimpin oleh seorang kepala kampung yang bernama Masroes.

4
Moleong, L. J; Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi ed.). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Kemudian sekitar tahun 1946, Kampung Wonosari diubah menjadi Desa
Wonosari. Pada Tahun 1978 Desa Wonosari dipisahkan menjadi dua dusun yaitu
Dusun Lembah Sari yang wilayahnya meliputi RW.01 dan RW.04 dipimpin oleh
R. Suseno. Dan diganti oleh H. Tumari pada Tahun 1986 menjadi Dusun Mukti
Sari dan Dusun Mekar Sari yang wilayahnya meliputi RW.02, RW.03 dan RW.05
yang dipimpin oleh Salaman.
Seiring perkembangan penduduk maka pada Tahun 2011 Dusun di Desa
Wonosari di mekarkan menjadi 5 Dusun yaitu :
1. Dusun Timur Sari, meliputi RW.01 yang dipimpin oleh Suswanto
kemudian diganti oleh Mawardi pada Tahun 2013.
2. Dusun Tanjung Sari, meliputi RW.02 yang dipimpin oleh
Massugianto.
3. Dusun Mekar Sari, meliputi RW.03 yang dipimpin oleh Darman.
4. Dusun Mukti Sari, meliputi RW.04 yang dipimpin oleh M. Nasir
5. Dusun Antar Sari, meliputi RW.05 yang dipimpin oleh Anuar.
Desa Wonosari terletak di sebelah selatan Kota Bengkalis, berbatasan
langsung dengan Ibu Kota Kabupaten dengan luas wilayah sekitar 1.633 hektar.
UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan menengah atau UMKM termasuk dalam jenis
usaha produktif yang hingga saat ini perkembangannya di Indonesia tergolong
sangat pesat. Tercatat hingga saat ini UMKM di Indonesia mencapai 62,9 juta unit
yang terdiri dari pertanian, peternakan, pengolahan, perdagangan, jasa dan
komunikasi. Di Indonesia UMKM memiliki peran strategis dan pengaruh yang
besar bagi perkembangan ekonomi Nasional. Perkembangan UMKM di Indonesia
yang sangat pesat didukung oleh pemanfaatan sarana teknologi, informasi dan
komunikasi yang optimal. Namun dibalik itu, terdapat pula faktor yang menjadi
penghambat berkembanganya suatu usaha, seperti yang dikemukakan oleh
Kuncoro yang menyatakan tentang faktor penghambat perkembangan suatu usaha
secara lebih spesifik yaitu; Pertama, sulitnya mendapatkan peluang pasar. Kedua,
sulitnya mendapatkan modal karena terbatasnya sumber modal yang memadai.
Ketiga, kurangnya pemahaman dalam bidang organisasi dan manajemen SDM. 5
Keempat, kurang luasnya mitra kerjasama antar pengusaha. Kelima, persaingan
yang tidak sehat antar pengusaha. Keenam, pembinaan dan pelatihan yang
dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepedulian serta kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan usaha kecil.
Ditengah semakin pesatnya perkembangan UMKM, pergerakannya
mengalami penurunan akibat kemunculan Covid-19 pada awal Tahun 2020, yang
memberikan dampak langsung bagi perputaran perekonomian khususnya bagi
UMKM. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus yang
muncul pertama kali di Kota Wuhan China pada bulan Desember 2019 ini
ditetapkan sebagai pandemi. Saat ini pandemi Covid-19 telah menyebar ke
seluruh Dunia temasuk Indonesia yang sejak Maret 2020 lalu telah menginformasi
kasus positif pertamanya (Tim detiknews, 2020). Covid-19 ditandai dengan
munculnya gejala batuk kering, demam, sesak nafas, flu, diare, sakit kepala, mual
dan muntah serta nyeri pada otot. Untuk mendeteksi munculnya gejala ditetapkan
masa inkubasi virus corona pada tubuh manusia yaitu berkisar antara 2 hingga 14
hari.
Dengan bertambahnya kasus positif yang cukup signifikan setiap harinya,
maka dikeluarkan peraturan pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB
atau Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagai bagian dari upaya yang dilakukan
pemerintah untuk menghentikan rantai penyebaran wabah Covid-19. PSBB
diterapkan di berbagai daerah Indonesia dengan masa inkubasi 14 hari dan
pemberian sanksi bagi yang melanggar, hal tersebut tertulis pada Pasal 1
Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 yang menjelaskan mengenai
pembatasan sosial berskala besar pada berbagai wilayah atau daerah yang terdapat
kasus positif terinfeksi Covid-19 dengan beberapa kegiatan yang dibatasi seperti
sekolah, bekerja di kantor, keagamaan, fasilitas umum, sosial budaya, transportasi
umum, dan pertahanan keamanan. 6
5
Asmini, Sutama, I. N., Haryadi, W., & Rachman, R. “Manajemen Business Cycle Sebagai Basis
Peluang Usaha Pasca Covid-19: Suatu Strategi Pemulihan Ekonomi Masyarakat.” Indonesian
Journal of Social Sciences and Humanities (2020): 121-129.
6
Yunus, N. R., & Rezki, A. “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran
Covid-19.” Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i (2020): 227-238.
Namun dampak dari Covid-19 yang semakin tinggi terutama dalam sektor
perekonomian menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan baru yaitu
pelonggaran PSBB menuju kebiasaan baru atau disebut dengan New Normal.
Kebiasaan baru yang dimaksud yaitu mengarah pada perubahan terhadap perilaku
manusia yang disesuaikan dengan protokol kesehatan dengan tetap menjalankan
aktivitas normal seperti biasanya. Hal tersebut membuat para pelaku usaha
UMKM harus membuat strategi baru untuk tetap bertahan dengan kondisi yang
saat ini sedang mengalami penurunan perekonomian. Kebijakan New Normal
diharapkan mampu mengembalikan aktivitas bisnis termasuk UMKM, sehingga
cepat atau lambat roda perekonomian dapat digerakkan kembali.
Pandemi Covid-19 telah membuktikan bahwa UMKM berperan penting
terhadap perekonomian Indonesia. Sektor UMKM dinilai paling tinggi tingkat
rentannya terhadap pandemi ini karena pada umumnya UMKM berpenghasilan
dari perputaran dagangan yang dilakukan setiap hari. Ketika UMKM tidak
mampu lagi menopang krisis ekonomi akibat pandemi ini, perekonomian di
Indonesia turun drastis selain akibat dari industri pariwisata dan manufaktur.7
Defenisi UMKM Menurut Undang-Undang
Defenisi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) Bab 1 Pasal 1.UMKM
(Usaha Mikro, Kecil, Menengah) ialah usaha perdagangan yang dikelola oleh
perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi produktif dengan kriteria yang
sudah ditetapkan dalam Undang-Undang, sehingga untuk mengetahui jenis usaha
apa yang sedang dijalankan perlu memperhatikan kriteria. Sebab hal ini akan
berpengaruh pada proses pengurusan surat izin usaha serta menentukan besaran
pajak yang akan dibebankan kepada pemilik UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
Menengah).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) Bab 1 Pasal 1 yang dimaksud dengan :

7
Fitriyani, I., Sudiyarti, N., & Fietroh, M. “Strategi Manajemen Bisnis Pasca Pandemi Covid-19.”
Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities (2020, Mei): 87-95.
1. Usaha Mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan
dan usaha badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha
nasional milik Negara atau Swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, (Kementrian Negara
Koperasi UMKM RI Jakarta 2008. Di perbanyak oleh : Dinas Koperasi
UMKM Provinsi NTB Tahun 2015).8
Dalam Undang-Undang ini, kriteria yang digunakan untuk mendefenisikan
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) dalam Pasal 6 adalah kekayaan bersih
atau nilai asset, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau pendapatan
penjualan tahunan.

8
Pakpahan, A. “Covid-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah.” Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional (2020): 56-64.
Hasil dan pembahasan penelitian ini lebih terfokus terhadap Upaya
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam Meningkatkan Laba Di Masa
Covid-19 Di Desa Wonosari Barat Kabupaten Bengkalis.
Pemerintah juga menyiapkan deretan intensif agar usaha UMKM dapat
terus bertahan di masa pandemi ini. Selain itu pemerintah juga menekankan
stimulus ekonomi harus menjangkau semua pelaku Usaha Kecil, Mikro,
Menengah (UMKM) serta informal seperti pedagang kaki lima (PKL). Menurut
Peneliti INDEF, stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah seharusnya juga
membuat pelaku UMKM bisa terus hidup, tidak hanya mengurangi beban biaya
UMKM saja.
Seperti contoh di Desa Wonosari Barat, Kabupaten Bengkalis, pelaku
usaha pengolahan dodol durian mengakui bahwa omset mereka turun hingga 85%.
Untuk menanggulangi agar usahanya tidak gulung tikar, maka mereka
mengurangi jumlah produksi. Hal yang sama juga dialami oleh pelaku usaha
sektor pangan, dimana salah satu rumah makan di Wonosari Barat mengaku
mengalami penurunan omset hingga 50% akibat pandemi Covid-19. 9

Gambar 1. Foto bersama pelaku usaha dodol

Gambar 2. Foto bersama pelaku usaha sektor pangan

9
Hardilawati, W. L. “Strategi Bertahan UMKM di Tengah Pandemi Covid-19.” Jurnal Akuntansi &
Ekonomika (2020, Juni 1): 90-98.
Selain itu dampak yang di akibatkan oleh pandemi Covid-19 ini juga telah
dipaparkan diatas. Perlu langkah yang cepat, tepat, dan nyata untuk
menyelamatkan perekonomian dari pandemi Covid-19. Apalagi UMKM tidak
hanya dipandang sebagai alternatif, namun sebagai tulang punggung atau pondasi
ekonomi Negara. Untuk tetap mempertahankan usahanya, para pelaku sebaiknya
tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah namun mereka juga harus
memliki strategi sendiri agar usaha mereka tetap berjalan ditengah pandemi
Covid-19 ini dan yang pasti sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai adanya
new normal.10
Karena adanya ketetapan pemerintah yang menuntut masyarakat agar
bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah menjadikan perubahan perilaku
konsumsi masyarakat, di masa sekarang pengaplikasian teknologi bisa menjadi
solusi terbaik bagi para pelaku UMKM untuk tetap menjalankan roda
perekonomian.
Terdapat beberapa strategi atau upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku
usaha UMKM untuk mengembalikan perekonomiannya atau meningkatkan laba,
seperti yang diungkapkan oleh Hardilawati, Hardilawati mengemukakan strategi
atau upaya yang dapat dilakukan oleh UMKM untuk bertahan adalah dengan
melakukan perdagangan secara Online atau secara e-commerce, mulai melakukan
promosi secara digital, serta menjalin dan mengoptimalkan hubungan pemasaran
pelanggan. sedangkan menurut Setyano yang telah melakukan penelitian
mengenai upaya peningkatan laba adalah dengan melakukan inovasi, melakukan
pembaharuan produk serta mulai menerapkan modal sosial dengan cara
memperluas jaringan bisnis.11
Strategi atau upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menelaah kembali
bisnis, permudah prosesnya, kenali customer base serta kebutuhannya. Klasifikasi
produk yang mudah di jual. Dan juga hal yang tidak boleh dilewati adalah segera

10
Hanoatubun, S. “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.” EduPhyCouns: Journal
Of Education, Physchology Anda Counseling (2020): 146-153.
11
Anggia, M. N., & Shihab, M. R. “Strategi Media Sosial Untuk Pengembangan UMKM.” Jurnal
Terapan Teknologi Informasi (2018): 159-170.
lakukan digitalisasi produk dengan mengunggahnya ke dalam katalog yang
mudah dibagikan. 12
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan untuk memperbaiki dan
memperkuat kondisi UMKM yaitu finansial, peningkatan sumber daya manusia
dan inovasi model pemasaran terkini. Dalam hal finansial, pemilik usaha harus
memisahkan keuangan yang dapat diputar untuk menjadi modal dan tidak serta
mempertimbangkan produk yang perlu diproduksi dan tidak untuk mengurangi
biaya produksi, apabila dibutuhkan hanya melakukan produksi setelah dilakukan
pemesanan oleh pelanggan. Kedua meningkatkan kepercayaan konsumen dengan
memposisikan diri sebagai bisnis yang memperhatikan total quality management
terhadap konsumen dan seluruh stakeholder bisnis terkait higienista. Turut serta
dalam pencegahan penyebaran virus dan tetap juga menjaga kenyamanan
konsumen dengan menggunakan masker, handsanitizer, dan pentingnya untuk
terus menjaga kebersihan dilingkungan sekitar. Ketiga menurut Rucmana dan
Sukanta mengemukakan dalam penelitiannya bahwa pelaku usaha UMKM dapat
memilih dua alternatif pilihan untuk menghindari terjadinya penghentian kegiatan
produksi, yaitu menaikkan harga jual produk dengan tetap mempertahankan
kualitas atau tidak menaikkan harga produk dengan catatan kualitas produk yang
diberikan menurun dari sebelumnya. Hal ini juga terkait dengan ketersediaan
bahan baku pada produk tertentu yang kian langka akibat tingginya permintaan
terhadap produk tertentu, maka pengusaha harus berani mengambil risiko untuk
memilih dua pilihan tersebut.13
Solusi lain yang dapat dilakukan oleh para pelaku UMKM yaitu : pertama
perlu memiliki manajemen yang terintegrasi mengenai stok produk guna
memantau persediaan barang, kedua memantau pengiriman barang dagangan baik
di dalam maupun di luar kota, ketiga mengupayakan komunikasi yang cepat
kepada pelanggan sekalipun melalui media sosial, keempat mengusahakan

12
Bakhri, S., & Futiah, V. “Pendampingan dan Pengembangan Manajemen Pemasaran Produk
UMKM Melalui Teknologi Digital di Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of
Community Service in Humanities and Social Sciences (2020): 59-70.
13
Darmawanto. “Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Inovasi dan Kreativitas.” Jurnal Bisnis
dan Ekonomi (2013): 142-149.
menggunakan sistem pembayaran melalui transfer bank maupun pembayaran
elektronik.
Berikut ini 5 cara efektif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan laba
usaha bagi UMKM :
1. Maksimalkan arus kas usaha
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan laba usaha adalah dengan
memaksimalkan arus kas usaha anda. Sebagai contoh, anda bisa
memberikan diskon untuk pelanggan. Potongan harga mungkin terlihat
merugikan, tapi hal ini bisa menarik banyak orang serta meningkatkan
loyalitas pelanggan. Selain itu, jangan lupa untuk membuat system
pembukuan yang rapi. Sistem pembukuan yang rapi dapat membantu
anda dalam melihat kondisi keuangan dengan detail. Dengan begitu
anda bisa membuat keputusan berdasarkan kondisi keuangan usaha.
2. Jalankan strategi marketing
Marketing memiliki tugas untuk menarik orang untuk membeli produk
usaha yang anda miliki. Untuk itu, membuat perencanaan yang baik
penting dilakukan.
3. Efisiensi operasional usaha
Kinerja yang optimal antar divisi juga menjadi kunci akan
keberhasilan sebuah usaha. Untuk meningkatkan efisiensi usahamu.
Tidak perlu khawatir dengan harganya karena selama masa pandemi
Covid-19 beberapa perusahaan software besar menggratiskan sistem
mereka. Ini kesempatan anda untuk mencoba dan mulai meningkatkan
laba bisnis UMKM.
4. Ekspansi usaha
Saat anda merasa bisnis UMKM begitu-begitu saja bisa saja bisnismu
membutuhkan sesuatu yang baru dan menyegarka. Salah satunya
dengan mengekspansi usaha. Ekspansi usaha tidak berarti anda harus
menyiapkan model besar. Istilah membuka toko baru atau melebarkan
bisnis ke luar kota sudah kurang relavan untuk kata “ekspansi”. Untuk
menjangkau nya, sekarang telah tersedia Platform E-Commerce dan
Marketplace yang bisa anda manfaatkan. Zaman sekarang usaha online
menjadi ranah bersama yang bisa menghubungkan setiap orang dimana
pun lokasi nya.
5. Libatkan seluruh karyawan untuk jualan
Meskipun sales merupakan devisi khusus tersendiri, bukan berarti
semata-mata memasrahkan penjualan begitu saja kepada mereka.
Intinya setiap orang bisa menjadi representasi dari bisnis yang digeluti.
Seluruh karyawan juga bisa menjadi penghubung bisnis dengan
pelanggan dengan berbgai cara, ide baru mengenai produk dan
layanan, perubahan yang harus dilakukan, serta hal-hal lain yang bisa
didisikusikan bersama untuk meningkatkan laba usaha bisnis UMKM.
14

PENUTUP

1. Pandemi Covid-19 memberikan dampak begitu besar bagi UMKM khusus


nya saat adanya kebijakan PSBB. Penjualan yang menurun drastis, sulit
memasarkan produk, terjadilah masalah pada pendanaan atau permodalan,
kegiatan produksi dan distribusi mengalami penurunan, serta kesulitan
mendapatkan bahan baku merupakan dampak yang dialami oleh pelaku
usaha.
2. Strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha antara lain melayani
konsumen melalui online, serta perubahan metode bisnis sementara agar
laporan keuangan tetap stabil. Selain itu pemerintah memberikan bantuan
sosial dan insentif pajak, serta perluasan pembiayaan modal bagi UMKM.
3. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa wabah Covid-19 menyebabkan
pendapatan UMKM di Desa Wonosari Barat mengalami penurunan.

14
Setiyaningrum, Ari., Udaya, Jusuf., & Efendi; Prinsip-Prinsip Pemasaran. Yogyakarta: ANDI
OFFSET, 2015.
REFERENSI
Anggia, M. N., & Shihab, M. R. “Strategi Media Sosial Untuk Pengembangan
UMKM.” Jurnal Terapan Teknologi Informasi (2018): 159-170.
Asmini, Sutama, I. N., Haryadi, W., & Rachman, R. “Manajemen Business Cycle
Sebagai Basis Peluang Usaha Pasca Covid-19: Suatu Strategi
Pemulihan Ekonomi Masyarakat.” Indonesian Journal of Social
Sciences and Humanities (2020): 121-129.
Bakhri, S., & Futiah, V. “Pendampingan dan Pengembangan Manajemen
Pemasaran Produk UMKM Melalui Teknologi Digital di Masa
Pandemi Covid-19.” Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of
Community Service in Humanities and Social Sciences (2020):
59-70.
Darmawanto. “Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Inovasi dan
Kreativitas.” Jurnal Bisnis dan Ekonomi (2013): 142-149.
Fitriyani, I., Sudiyarti, N., & Fietroh, M. “Strategi Manajemen Bisnis Pasca
Pandemi Covid-19.” Indonesian Journal of Social Sciences and
Humanities (2020, Mei): 87-95.
Hadiwardoyo, Wibowo. “Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-
19.” BASKARA: Journal Of Business & Entrepreneurship
(2020): 83-92.
Hanoatubun, S. “Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.”
EduPhyCouns: Journal Of Education, Physchology Anda
Counseling (2020): 146-153.
Hardilawati, W. L. “Strategi Bertahan UMKM di Tengah Pandemi Covid-19.”
Jurnal Akuntansi & Ekonomika (2020, Juni 1): 90-98.
Modjo, M. “Memetakan Jalan Penguatan Ekonomi Pasca Pandemi.” The
Indonesian Journal of Development Planning (2020): 103-116.
Moleong, L. J; Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi ed.). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2013.
Pakpahan, A. “Covid-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah.”
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (2020): 56-64.
Setiyaningrum, Ari., Udaya, Jusuf., & Efendi; Prinsip-Prinsip Pemasaran.
Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2015.
Wulandari, Wahju., & Sodik; Manajemen Usaha Untuk Usaha Kecil. Malang:
Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang, 2019.
Yunus, N. R., & Rezki, A. “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai
Antisipasi Penyebaran Covid-19.” Salam: Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i (2020): 227-238.

Anda mungkin juga menyukai