Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

STRATEGI BISNIS PADA RAMBAK KULIT SAPI DAN VINS KONVEKSI DI


MASA PANDEMI COVID-19

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh :

1. Ayu Sidha Wardhani 18.0101.0097


2. Wisnu Achmad Rianto 19.0102.0018
3. Tyas Enggarin Suryo 19.0102.0045
4. Dian Pertiwi 19.0102.0090
5. Muhammad Bara Nurdiyanto 19.0102.0102
Kelas Paralel

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
PERSETUJUAN

Magelang, Januari 2022


Telah disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing

Dr. Wawan Sadtyo Nugroho, SE., M.Si

NIK. 108306059

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, dan pertolongan-Nya, sehingga tim penyusun
dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan Industri ini dengan judul “Strategi
Bisnis Pada Rambak Kulit Sapi Dan Vins Konveksi Di Masa Pandemi
Covid-19” sebagai syarat untuk memperoleh nilai Mata Kuliah Kunjungan
Industri pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Magelang.

Tim penyusun menyadari baha penulisan laporan ini masih terdapat


kekurangan dan kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang siifatnya
membangun akan penulis terima, demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan Kunjungan Industri ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Magelang, Januari 2022

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Gambaran Umum Objek.......................................................................2

C. Permasalahan Objek............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................4

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 tidak hanya memberikan dampak pada masalah kesehatan


saja, hampir dari semua aspek kehidupan mengalami dampaknya salah satu
diantaranya adalah pada sektor ekonomi. Ditengah tingkat persaingan yang
semakin tinggi dan ketat, perusahaan atau pelaku usaha dituntut untuk
semakin kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi demi kelangsungan
operasi dan pengembangan bisnisnya.
Perusahaan membutuhkan strategi dalam menghadapi Covid-19 agar dapat
terus bertahan dan bersaing dengan kompetitor lainnya. Berbagai cara dan
strategi pun dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan
berbagai transformasi dan inovasi dalam proses produksi, pemasaran,
pengembangan produk, dan lain sebagainya termasuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi perusahaan sendiri merupakan
bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen usaha
baik secara bisnis atau industrial maupun secara geografis atau dengan
memperluas market share yang ada atau dengan mengembangkan berbagai
produk yang beraneka ragam ( Harto, 2005).
Pelaksanaan strategi diversifikasi ini secara benar dan tepat akan dapat
meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan perusahaan sekaligus
meminimalisir risiko kerugian di salah satu atau beberapa sektor usaha. Selain
untuk mempertahankan perusahaan dari pergerakan kondisi ekonomi,
diversifikasi juga dijadikan sebagai salah satu indikator perusahaan pada
tahapan pengembangan perusahaan.

1
2.1 Gambaran Umum Objek
1. Vins Konveksi
Merupakan salah satu usaha konveksi di Kota Magelang yang beralamat
diJl. Singosari Raya RT.06/RW.07 Karangkidul, Magelang Selatan Kota
Magelang, Jawa Tengah. Jauh sebelum usaha Vins Konveksi berdiri,
Yosepha Hervin dan suami, pemilik Vins Konveksi memulai usaha sebagai
pedagang perlengkapan olahraga di Kota Magelang, beliau menjual
perlengkapan olahraga dari konveksi milik temannya hingga suatu ketika
pada Tahun 2012 temannya melaksanakan ibadah haji disaat pesanan
sedang banyak-banyaknya, dengan baik hati temannya memberikan ilmu
kepada Ibu Hervin untuk memproduksi pesananya sendiri.
Dengan bermodal uang pinjaman dari orang tua dan dorongan dari
lingkungan sekitar, Ibu Hervin dan suaminya beralih usaha dari pedagang
perlengkapan olah raga ke konveksi. Sesuai harapan, hasil yang diperoleh
dari produksinya sendiri pun diminati oleh pasar. Vins Konveksi saat ini
memiliki jumlah karyawan 14 orang. Bahan baku diperoleh oleh distributor
kain area Jawa Barat dan Jawa Tengah.

2. Rambak Kulit Sapi


Rambak Kulit Sapi berdiri pada tahun 2010 di Desa Brontokan, Danurejo,
Mertoyudan, kab. Magelang, Jawa Tengah. Ibu wiwin adalah perintis awal
dari usaha krupuk rambak yang di produksi hingga sekarang. Ide awal
dalam menggeluti usaha berawal dari 1 kampung yang mayoritas
membuat/memproduksi krupuk rambak. Dari situlah awal usaha yang
dimana konsumen dari ibu wiwin yang semakin bertambah banyak. Seiring
berjalannya waktu dikarenakan tempat yang tidak memadai untuk
penjemuran/pengeringan bahan krupuk mentah dikarenakan permintaan
konsumen yang semakin banyak, kemudian proses produksi pindah ke Desa
Pule, Kel. Danurejo, Kec. Mertoyudan , Kab. Magelang, Prov. Jawa Tengah.
Perpindahan ini memberi dampak positif untuk usahanya karena posisi yang
strategis di pinggin jalan desa dan area produksi yang lebih luas, sehingga
mempermudah dalam peroses produksi dan persedian tempat untuk bahan
baku yang lebih luas. Hal ini membuat ibu Wiwin lebih biasa memenuhi
permintaan pasar.

2
3.1 Permasalahan Objek
1. Vins Konveksi
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di
Indonesia akibat meningkatnya kasus Covid 19, menjadikan masyarakat
terbatas ruang geraknya untuk melakukan kegiatan. Hampir sebagian besar
kegiatan dilaksanakan secara daring. Seluruh sektor non esensial
memberlakukan Work From Home (WFH) atau Bekerja Dari Rumah (BDR)
sehingga meminimalisir kegiatan tatap muka. Hal tersebut lah yang menjadi
awal penurunan pendapatan Vins Konveksi hampir 70%. Sebelum masa
pandemi pelanggan utama Vins Konveksi adalah sekolahan maupun dari
perkantoran.
Sejak berdirinya Vins Konveksi tidak ada media khusus untuk
mempromosikan produknya. Nama Vins dikenal melalui mulut ke mulut.
Dimasa pandemi ini membuat pemilik usaha mnyadari betapa pentingnya
pemasaran melalui media komunikasi.

2. Rambak Kulit Sapi


Dari awal pemberlakuan Kebijakan PSBB hingga PPKM Level Empat
membuat industri pariwisata terhenti untuk sementara waktu, hal ini kemudia
mempengaruhi penurunan konsumsi akan produk oleh-oleh. Salah satunya
produk Rambak Kulit Sapi milik Ibu Wiwin ikut merasakan dampaknya, tidak
hanya penurunan pesanan dari pusat oleh oleh saja tetapi pesanan dari
rumah makan juga mengalami penurunnya, meskipun penurunan pesanan
tidak sampai membuat usahanya gulung tikar setidaknya usaha ini
mengalami penurunan pendapatan sebesar 50% dari masa sebelum
pandemi terjadi di Indonesia. Sama seperti Vins Konveksi, usaha rambak
kulit sapi ini juga tidak memiliki media khusus untuk pemasaran produk.
Rambak kulit sapi diketahui dikalangan masyarakat dari orang per orang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

UMKM dalam perekonomian Indonesia merupakan satu kelompok usaha


yang memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhdap berbagai macam
goncangan krisis ekonomi. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah
diatur dalam paying hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengan (UMKM) ada beberapa kriteria
yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dna kriteria Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.

Menurut Kementrian Menteri Negara dan Koperasi dan Usaha Kecil


Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil
(UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.0000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling
banyak Rp. 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan
entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih
lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan.

2.2 Daya Saing

Daya saing merupakan suatu upaya yang harus dilakukan oleh pelaku
usaha/ekonomi agar tetap eksis dalam menjalankan kegiatannya (Asmara &
Rahayu, 2013). Daya saing terutama bila dilihat dari segi produk tentu saja
wajib dimiliki oleh UMKM. Karena daya saing tersebut mampu membawa
UMKM tetap bertahan dalam ketatnya persaingan di dunia usaha.

Keempat dimensi daya saing suatu perusahaan sebagai berikut :

1. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu
biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan
persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang
mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yangencakup pembiayaan

4
produksinya,produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi
perusahaan dan adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu
dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran
perusahaan tersebut.
2. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi
daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator
diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan
produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk
terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain
produk atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki
desain sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu
penerimaan produk dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima
oleh pasar, semakin lama umur produk di pasar menunjukkan kualitas produk
tersebut semakin baik. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur
ekonomis penggunaan produk .
3. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai
indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu
produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk.
4. Fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi berbagai
indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan
menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.
2.3 Srategi Bisnis

Menurut bussines dictionary, pengertian strategi adalah metode atau


rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti
pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah; pengertian strategi adalah seni
dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber daya untuk penggunaan yang
paling efisien dan efektif.

Pengertian manajemen rencanak menurut Fred R. David (2016:3)


Manajemen Rencanak (Rencanac Management) bisa didefinisikan seperti seni
dan sains dalam memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
ketetapan lintas manfaatonal yang menyebabkan organisasi bisa mencapai
tujuannya

5
Strategi Pemasaran ialah panduan dari kinerja wirausaha dengan hasil
pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan
keberhasilan strategi pemasaran.

Strategi Produksi merupakan cara yang dapat dipakai untuk melihat


besarnya kapasitas produktif sesuatu sumber produktif tertentu adalah dengan
melihat produktifitas. Produktifitas berarti besarnya hasil produksi yang dapat
dihasilkan oleh setiap satuan input, sedangkan untuk hasil produksi dipakai
istilah produk atau keluaran.

Dalam menghadapi permasalahan pemain bisnis di sektor UMKM pasca


pandemi Covid-19 perlu di tangani. Adapun modelnya adalah menggunakan
konsep strategi yang dikemukakan oleh Henry Mintzberg dalam Pedersen dan
Ritter (2020) mengartikan bahwa strategi sebagai 5P yaitu (Plan, Ploy, Pattern,
Position and Perspective).

2. Strategi sebagai plan atau rencana adalah strategi rencana sebelum


diimplementasikan dan ditindaklanjuti melalui implementasi.
3. Strategi sebagai ploy adalah suatu kegiatan khusus yang membedakan strategi
bisnis pemain usaha dengan pesaing yang bertujuan untuk mengungguli para
pesaing.
4. Strategi sebagai pattern memberikan kegiatan perusahaan yang dapat
dijelaskan melalui pola-pola yang muncul dari kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanankan sebelumnya.
5. Strategi position yaitu pelaku usaha dapat menggunakan sumber daya yang
ada, baik fisik maupun pengetahuan untuk menyediakan produk yang khas
menemukan ceruk pasar yang bertujuan menghalangi dan mengungguli
pesaing.
6. Strategi merupakan perspective mengacu kepada budaya organisasi pada
pelaku bisnis untuk memandang dirinya sendiri dan lingkungannnya sebagai
sebuah strategi.

Sementara itu pentingnya manajemen bisnis bagi pemain bisnis di


sektor UMKM dapat dilihat dalam beberapa bidang manajemen yaitu antara
lain pemasaran, penjualan, SDM, keuangan dan operasional, resiko (Wahyuni,
Endang, dan Wibawani, 2020). Adapun dibidang pemasaran, perlu

6
dikembangkan sistem pemasaran digital yang tepat sasaran dan dapat
menjangkau masyarakat luas (Rangkuti, 2013; Tasruddin, 2015). Misalnya
dengan memasarkan leaflet dan brosur pada lokasi strategis bisnis seperti
daearah perkantoran, sekolah, bisnis dan lain-lain, selanjutnya melakukan
promosi melalui radio, Television Lokal, koran, media social seperti Fb,
Instagram, Whatsapp atau jejaring sosial yang lain. Pada bidang penguatan
manajemen sumber daya manusia, peningkatan pengetahuan, wawasan dan
keterampilan sehingga mampu mengelola usahanya dengan lebih terencana
dan terorganisir dengan baik (Sandiasa dan Widnyani, 2017). Selanjutnya
penguatan di bidang manajemen keuangan yakni antara lain memanage
keuangan yang efektif dan efisien berkaitan dengan jalur masuk modal dan
administrasi pembukuan/keuangan (Putri, 2018; Setyawardani et al, 2019).
Terakhir, penguatan di bidang manajemen operasional yang mencakup
peningkatan kualitas, biaya dan sasaran distribusi yang tepat.

2.4 Daya Beli Konsumen

Ketertarikan konsumen untuk memiliki suatu produk ditentukan oleh


beberapa faktor, diantaranya, kualitas, produk, spesifikasi, dan harga. Seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, maka
konsumen sangat dimudahkan adanya internet yang mampu menyediakan
segala kebutuhan manusia terkait dengan produk yang mereka inginkan.

Kondisi ini harus didukung oleh datadata yang jelas, jujur, dan
terpercaya sehingga konsumen tidak dirugikan dalam melakukan transaksi
meskipun melalui media sosial. Selain itu kepercayaan pada perusahaan serta
harga yang kompetitif menjadi alternatif terbaik bagi konsumen (Nasution &
Yasin, 2014; Siagian & Cahyono, 2014; Ganguly, Dash, Cyr, & Head, 2010).

Hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Nainggolan & Oeilliam


(2019), Dinawan (2010), Shahnaz & Wahyono (2016), dan Pomantow,
Tumbuan & Loindong (2019) dapat disimpulkan, bahwa daya beli konsumen
terhadap suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pendapatan konsumen, citra merek, kualitas produk, serta harga yang
kompetitif.

7
8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Vins Konveksi

Vins Konveksi merupakan salah satu usaha konveksi di Kota Magelang, yang
mengawali usaha dari sebuah toko perlengkapan olahraga di Kota Magelang.
Kemudian di tahun 2012 pemilik usaha yaitu Ibu Hervin mengepakkan sayapnya
untuk terjun ke dunia konveksi. Berawal dari pesanan kaos seragam olahraga
hingga saat ini usaha Vins Konveksi bisa berkembang. Saat ini bisnis usaha
konveksi dari Vins Konveksi sendiri telah merambah ke pembuatan baju, celana,
jaket, atau setelan baju dan celana.
Akan tetapi di tahun 2019 usaha dari Vins Konveksi mengalami penurunan
dikarenakan adanya pandemic Covid-19. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku untuk
seluruh daerah yang ada di Indonesia. Dampak ini cukup dirasakan signifikan
oleh Vins Konveksi pasalnya tidak ada lagi pesanan dari pelanggan khususnya
pakaian sekolah dan juga seragam kantor. Dengan demikian menjadikan
penurunan pendapatan Vins Konveksi hampir 70%. Vins Konveksi melakukan
pemasaran akan produknya hanya melalui media melalui mulut ke mulut. Hal ini
menjadikan produk dari Vins Konveksi sendiri belum banyak di kenal oleh
masyarakat sekitar.
Sedangkan untuk mengatasi keterpurukan dari adanya Pandemi Covid-19 ini
sendiri setiap perusahaan harusnya mempu memiliki nilai dan strategi bisnis
tersendiri agar mereka mampu bersaing dan mempertahankan operasional
perusahaannya. Adapun bebrapa hal yang harus diperhatikan oleh Vins
Konveksi agar eksistensinya dapat terus berkembang antara lain :
1. Biaya
Biaya didalamnya mencakup seperti biaya produksi, produktifitas tenaga kerja,
penggunaan kapasitas produksi dan persediaan. Dari segi biaya sendiri Vins
Konveksi telah melakukan efektifitas biaya dengan cara :
a. Biaya Produksi
Dari segi biaya produksi Vins Konveksi melakukan perencanaan terhadap
pemasok bahan baku. Vins Konveksi melalukan analisis dan perbandingan

9
harga tiap daerah untuk harga kain, oleh karena itu selama masa pandemi
Vins Konveksi membeli bahan baku kain di Daerah Magelang dan juga
Jogja. Tujannya agar dapat mengefektitas biaya pembelian bahan baku.
b. Produktifitas Tenaga Kerja
Sebelum pandemi hingga saat ini Vins Konveksi tidak mengurangi jumah
tenaga kerjanya kan tetapi mereka melakukan sistem shift bagi
karyawannya. Dengan demikian Vins Konveksi mampu memangkas biaya
untuk tenaga kerja khususnya penggajian karyawan.
c. Kapasitas Produksi dan Persediaan
Dari segi kapasitas Produksi tentunya mengalami penurunan yang cukup
signifikan, hal ini dikarenakan sedikitnya pesanan yang masuk untuk Vins
Konveksi ini sendiri. Dengan demikian ketika pesanan akan pakaian
menurun tentunya penggunaan mesin dan juga alat pendukung lainnya
tentu akan berkurang pengguaannya. Oleh karena itu hal yang dilakukan
Vins Konveksi ialah dengan tidak membuat persediaan menumpuk terlalu
banyak di gudang. Hal ini bertujuan untuk menghindari penumpukan dan
tidak berputarnya operasional dari Vins Konveksi.
2. Kualitas
Dari segi kualitas Vins Konveksi tetap mempertahankan produk buatannya
seperti pimilihan kain yang berkualitas, kerapian saat menjahit dan juga
memaksimalkan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kekecewaan dari pelanggan Vins Konveksi, karena
meskipun melakukan efektifitas dari segi biaya namun tetap harus
mempertahankan kualita produksi.
3. Waktu penyampaian dan Fleksibilitas
Pihak Vins Konveksi berusaha untuk selalu menyelesaikan pesanannya sesuai
dengan yang telah di jadwalkan dengan pelanggan. Bahkan Vins Konveksi
berusaha untuk menyelesaikan perkerjaan sebelum tanggal jatuh tempo atau
pengambilan dari pelanggan. Ketika barang yang dibuat sudah selesai maka
pihak Vins Konveksi akan menghubungi pembeli untuk bisa segera mengambil
pesanannya. Begitupula ketika terjadi keterlambatan maka dari pihak Vins
Konveksi akan memberitahukan kepada pelanggan sebelumya alasan
keterlambatan tersebut dan akan memberitahu kapan waktu estimasi pesanan
jadi.

10
Selain beberapa dimensi yang perlu diperhatikan oleh Vins Konveksi untuk
mempertahankan operasional perusahaannya, Vins Konveksi juga harus melakukan
beberapa strategi bisnis seperti halnya :

1. Strategi sebagai plan atau rencana


Agar operasional perusahaan bisa terus berkembang di masa pandemi
maka Vins Konveksi perlu melakukan perencaan seperti halnya pererncaaan
atas pengeluaran pembelian bahan baku, biaya overhead pabrik, dna juga
biaya tenaga kerja. Hal ini demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
operasional perusahaan.
2. Strategi sebagai ploy
Agar tetap eksis di dunia bisnis maka beberapa hal ini perlu di perhatikan
oleh Vins Konveksi agar memberikan nilai saing lebih bagi usaha konveksi
lain yang ada di magelang.
3. Strategi sebagai pattern memberikan kegiatan perusahaan yang dapat
dijelaskan melalui pola-pola yang muncul dari kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanankan sebelumnya.
4. Strategi position yaitu pelaku usaha dapat menggunakan sumber daya yang
ada, baik fisik maupun pengetahuan untuk menyediakan produk yang khas
menemukan ceruk pasar yang bertujuan menghalangi dan mengungguli
pesaing.Vins Konveksi perlu melakukan pelebaran atas pemasaran baik dari
segi offline maupun online.
5. Strategi merupakan perspective mengacu kepada budaya organisasi pada
pelaku bisnis untuk memandang dirinya sendiri dan lingkungannnya sebagai
sebuah strategi. Hal ini bisa dilakukan oleh Vins Konveksi dengan cara
mempertahankan nilai – nilai dan budaya yang selama ini menjadi
kepercayaan dari konsumen kepada Vins Konveksi

3.2 Rambak Kulit Sapi

Wiwin Krupuk Rambak saat ini memiliki 9 orang karyawan yang terdiri dari pria
yang melakukan proses penggorengan dan penjemuran dan wanita yang
melakan proses pemotongan, penjemuran, dan pengepakan krupuk. Karyawan
direkrut dari warga sekitar tempat produksi. Untuk jam kerja karyawan bagian
penggorengan mulai dari jam 8 pagi sampai bahan yang di goreng pada hari itu

11
habis, untuk bagian penjemuran memulai pekerjaan dari jam 6 pagi untuk
memotong bahan yang lebar menjadi ukuran yang disesuaikan, kemudian mulai
menjemur dan menjaga agar bahan kering sesuai dengan tingkat kekeringan
yang diharapkan sehingga ketika digoreng menjadi mengembang. Ketika
menunggu penjemuran pegawai juga melakukan pengepakan kerupuk rambak
yang telah selesai produksi.
1. Produk
Krupuk Rambak Sapi adalah Krupuk yang di buat dari bahan kulit sapi, dimana
kulit dibeli dari daerah Jawa Timur. Untuk persediaan bahan kulit sapi Bu Wiwin
tidak mengalami kesulitan karena di daerah langganan pembelian kulit tidak
kekurangan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan produksi. Pembelian bahan
baku produksi dilakukan 2 minggu sekali selama produksi biasa, namun ketika
pada bulan tertentu dimana produk banyak diminati/banyak pembeli pengiriman
biasa dalam satu minggu sekali. Saat ini Wiwin Krupuk Rambak mengemas
produkya dalam ukuran 1 kg.
2. Proses Produksi
Kulit Sapi yang akan di buat krupuk untuk proses yang pertama yaitu di rendam
dengan air kapur, kemudian setelah sekitar 24 jam lalu kulit sapi dicuci dengan
air bersih. Langkah selanjutnya kulit yang sudah dibersihkan direbus dengan air
mendidih hingga kulit tersebut menjadi lunak, Proses perebusan dilakukan 2 kali,
Kulit yang sudah di rebus 2 kali kemudian di diangkat dari tempat rebusan
kemudian kulit di bersihkan dan didinginkan, Kulit sapi yang sudah dingin
kemudian di potong- potong sesuai ukuran yang telah di tentukan, setelah
dipotong sesuai ukuran kemudian kulit dijemur di tempat yang terik hingga
kering. Untuk proses selanjutnya yaitu proses pembumbuan dan selanjutnya
proses penggorengan.
3. Pemasaran Produk
Strategi dalam melakukan pemasaran produk saat ini, di dukung dengan tempat
produksi yang strategis yang berada di pinggir jalan maka di lakukan
pemasangan plang yang cukup besar di depan tempat produksi sehingga dapat
terbaca oleh orang yang melewatinya. Ibu Wiwin memasarkan berawal dari
mulut kemulut hingga banyak yang datang ke tempat produksi untuk membeli
produk krupuk rambak langsung. Selain itu ibu Wiwin juga memasarkannya
sampai Kota Jogja, Semarang, Klaten dan beberapa kota lainnya. Untuk wilayah

12
kota magelang bu Wiwin memasukkan produknya di Toko Oleh-oleh dan
pertokoan grosir. Segmen yang diambil yaitu pasar menengah keatas karena
untuk perputaran yang lebih besar.
4. Omset Produksi
Omset dari penjualan krupuk rambak pada saat sebelum pandemi mencapai
produksi 1,5 ton. Ketika pada masa pandemi mengalami penurunan menjadi 1
ton dalam 2 minggu.
5. Permasalahan dan solusi
Dalam masa pendemi Covid-19 permasalahan yang dihadapi adalah penjualan
Dari awal pemberlakuan Kebijakan PSBB hingga PPKM Level Empat membuat
industri pariwisata terhenti untuk sementara waktu, hal ini kemudia
mempengaruhi penurunan konsumsi akan produk oleh-oleh. Salah satunya
produk Rambak Kulit Sapi milik Ibu Wiwin ikut merasakan dampaknya, tidak
hanya penurunan pesanan dari pusat oleh oleh saja tetapi pesanan dari rumah
makan juga mengalami penurunnya, meskipun penurunan pesanan tidak sampai
membuat usahanya gulung tikar setidaknya usaha ini mengalami penurunan
pendapatan sebesar 50% dari masa sebelum pandemi terjadi di Indonesia.
Sama seperti Vins Konveksi, usaha rambak kulit sapi ini juga tidak memiliki
media khusus untuk pemasaran produk. Rambak kulit sapi diketahui dikalangan
masyarakat dari orang per orang.
Adapun bebrapa hal yang harus diperhatikan oleh Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin
agar eksistensinya dapat terus berkembang antara lain :
1. Biaya
a. Biaya Produksi
Dari segi biaya produksi Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin melakukan perencanaan
terhadap pemasok bahan baku. Bahan baku langsung didatangkan dari
sentra Pengolah Kulit Sapi di daerah Magetan, Jawa Timur. Tujannya agar
memperolah harga yang lebih miring dari pemasok lain sehingga HPP untuk
perusahaan juga akan tidak terlalu besar.
b. Produktifitas Tenaga Kerja
Sebelum pandemi hingga saat ini Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin jumah tenaga
kerja Saat dibantu oleh 9 orang karyawan. Dengan memaksimalkan jam kerja
dan efektititas karyawan maka biaya terkait tenaga kerja bisa lebih di tekan.
c. Kapasitas Produksi dan Persediaan

13
Dari segi kapasitas Produksi tentunya mengalami penurunan yang cukup
signifikan, hal ini dikarenakan sedikitnya pesanan yang masuk untuk
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin. Dengan demikian ketika pesanan akan pakaian
menurun tentunya penggunaan mesin dan juga alat pendukung lainnya
tentu akan berkurang pengguaannya. Oleh karena itu hal yang dilakukan
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin ialah dengan tidak membuat persediaan
menumpuk terlalu banyak di gudang. Hal ini bertujuan untuk menghindari
penumpukan dan tidak berputarnya operasional dari Krupuk Kulit Sapi Bu
Wiwin.
2. Kualitas
Dari segi kualitas Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin tetap mempertahankan produk
buatannya seperti pimilihan bahan baku kulit sapi yang berkualitas, kerenyahan
dan ketahanan produk. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekecewaan dari
pelanggan Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin karena meskipun melakukan efektifitas
dari segi biaya namun tetap harus mempertahankan kualita produksi.
3. Waktu penyampaian dan Fleksibilitas
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin berusaha untuk selalu menyelesaikan pesanannya
sesuai pesanan pelanggan. Ketika barang yang dibuat sudah selesai maka
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin akan langsung mendistribusikan ke pemasaok dan
toko oleh – oleh. Begitupula ketika terjadi keterlambatan maka dari pihak
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin akan memberitahukan kepada pelanggan
sebelumya alasan keterlambatan tersebut dan akan memberitahu kapan waktu
estimasi pesanan jadi.

Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin juga harus melakukan beberapa strategi bisnis seperti
halnya :

1. Strategi sebagai plan atau rencana


Agar operasional perusahaan bisa terus berkembang di masa pandemi maka
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin perlu melakukan perencaan seperti halnya
pererncaaan atas pengeluaran pembelian bahan baku, biaya overhead pabrik,
dna juga biaya tenaga kerja. Hal ini demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas
dari operasional perusahaan.
2. Strategi sebagai ploy

14
Agar tetap eksis di dunia bisnis maka beberapa hal ini perlu di perhatikan oleh
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin agar memberikan nilai saing lebih bagi usaha oelh
– oleh lain yang ada di magelang .
3. Strategi sebagai pattern memberikan kegiatan perusahaan yang dapat
dijelaskan melalui pola-pola yang muncul dari kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanankan sebelumnya.
4. Strategi position yaitu pelaku usaha dapat menggunakan sumber daya yang
ada, baik fisik maupun pengetahuan untuk menyediakan produk yang khas
menemukan pasar yang bertujuan menghalangi dan mengungguli pesaing.
Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin perlu melakukan pelebaran atas pemasaran baik
dari segi offline maupun online.
5. Strategi merupakan perspective mengacu kepada budaya organisasi pada
pelaku bisnis untuk memandang dirinya sendiri dan lingkungannnya sebagai
sebuah strategi. Hal ini bisa dilakukan oleh Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin dengan
cara mempertahankan nilai – nilai dan budaya yang selama ini menjadi
kepercayaan dari konsumen kepada Krupuk Kulit Sapi Bu Wiwin.

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi tatanan
kehidupan di dunia, bahkan industri UMKM juga mengalami dampaknya. Vins
Konveksi dan Rambak Kulit Sapi, merupakan dua contoh UMKM di Magelang
harus melakukan berbagai strategi agar usahanya tetap berjalan diantaranya
dengan tetap menjaga kualitas produksinya, memberikan inovasi pada
produknya serta dengan memanfaatkan media untuk melakukan pemasaran
agar memperluas pasar.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Kunjungan Industri ini
banyak sekali kekurangan. Masukan serta saran membangun sangat berarti
bagi penyempurnaan laporan ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R. 2016. Manajemen Strategi Konsep Edisi 15. Jakarta:Salemba Empat .

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UsahaMikro,


Kecil, dan Menengah. Jakarta : Sekretariat Negara.

Asmara, A. Y., & Rahayu, S. (2013). Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil
Menengah Melalui Inovasi Dan Pemanfaatan Jaringan Sosial: Pembelajaran Dari
Klaster Industri Software Di India. Seminar Nasional & Call For Papers (Sca-3),
(2005). Retrieved From Http://Jp.Feb.Unsoed.Ac.Id/Index.Php/Sca-
1/Article/Viewfile/254/259

Aisyah NurAfifah, Penerapan DigitalMarketing dan Pengaruhnya Terhadap


Keberhasilan Usaha Mikro,Kecildan MenengahSektorKreatif di Indonesia dan
Malaysia, (Bogor: Jurnal Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2018), h.
6.

Dave Chaffey dan Peter R. Smith, e-Marketing Excellence, Planning and Optimising
Digital Marketing, (London dan New York: RoutledgeTaylor and Francise Group,
2011), h. 391.Dave Chaffey, “E-Businessand E-Commerce
Management”(England:Pearson Education Limited), h. 26-29

Budiman, J. (2018). Pengaruh Daya Beli Masyarakat dan Strategi Pemasaran Dalam
Meningkatkan Hasil Penjualan Pada Bisnis Property. Jurnal Keilmuan dan Aplikasi
Teknik, 5(1), 1-6.

17

Anda mungkin juga menyukai