Anda di halaman 1dari 12

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA


(Studi Tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan Di Kota Semarang)
Munawar Noor
mn1020@gmail.com
ABSTRAKSI
Dalam perkembangan paradigma pembangunan, dewasa ini pembangunan lebih diarahkan
pada pembangunan manusia. Puncak kesadaran manusia adalah ketika sudah sampai pada
keyakinan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk membangun harkat dan martabat sebagai kaum
miskin dan tertindas. Oleh karena itu pembangunan manusia dipandang sebagai cara yang
efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan. Kendala dan tantangan yang dihadapi pemerintah
adalah keterbatasan anggaran untuk memenuhi hak-hak dasar warga Negara, sehingga
diperlukan kemauan politik yang kuat dari pemerintah serta membangun kemitraan dan
kerjasama kelembagaan (pemerintah, masyarakat, dunia usaha) untuk mendukung upaya
penanggulangan kemiskinan.
Kata Kunci : paradigma pembangunan, kemiskinan, kemauan poitik, kemitraan.

ABSTRACT
In the development paradigm of development, today's development is more geared towards
human development. The highlight is the human consciousness when it came to the conviction
that his goal is to build the dignity of the poor and oppressed. Therefore, human development
is seen as an effective way to tackle the problem of poverty. Constraints and challenges faced
by the government is a limited budget to meet the basic rights of citizens, so it requires a strong
political will of the government as well as building partnerships and institutional cooperation
(government, community, business) to support efforts to reduce poverty.
Keywords: paradigm of development, poverty, political will, partnership.

1. Pendahuluan kebijakan yang komprehensif dan


sinergis antara pemerintah pusat,
1.1. Latar Belakang pemerintah daerah, dunia usaha dan
Masalah kemiskinan masyarakat dalam memberdayakan
merupakan fenomena sosial masyarakat miskin tersebut.
kemasyarakatan yang terdapat di Pengalaman lapangan banyak
berbagai daerah Provinsi. memberikan gambaran bahwa
Kabupaten/Kota di Indonesia. Oleh kebijakan pemberdayaan
karena itu berbagai upaya masyarakat sering menimbulkan
penanggulangannya telah dilakukan resistensi tidak saja pada pejabat
Pemerintah melalui pelaksanaan pelaksana kebijakan tetapi juga
berbagai kebijakan pemberdayaan sinergi kelembagaan program
masyarakat yang langsung dengan pemerintah daerah serta
menyentuh kebutuhan hidup kelompok sasaran, sehingga
masyarakat miskin. Pemberdayaan kebijakan tersebut tidak dapat di
masyarakat merupakan upaya implementasikan dengan baik.
pengentasan masyarakat miskin Sementara itu keberhasilan suatu
untuk mandiri baik secara ekonomi, kebijakan sangat tergantung pada
sosial maupun aspek kehidupan berbagai faktor yang
yang lain, sehingga memerlukan mempengaruhi, termasuk dalamnya

130
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

adalah pemahaman kebijakan oleh kelembagaan PNPM-MP di


semua pihak yang terlibat dalam Kota Semarang.
pelaksanaan kebijakan dan
penerimaan secara sadar oleh
masyarakat. 2. Kajian Teori
Dalam konteks ini program
bantuan langsung masyarakat 2.1. Lingkup
melalui Program Nasional
Administrasi Publik
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Dinamika lingkungan
Perkotaan (PNPM-MP) menandai
administrasi negara yang sangat
keseriusan pemerintah untuk
tinggi menimbulkan banyak
mengubah logika pendekatan proyek
persoalan tentang relevansi
menjadi program dengan melakukan
keberadaan Ilmu Administrasi
konsolidasi program-program
Negara sebagai administrasi
pemberdayaan masyarakat yang ada
pemerintahan, terutama lokus
di berbagai kementerian/lembaga.
Ilmu Administrasi Negara yang
1.2. Perumusan Masalah dirasa tidak memadai lagi.
(1). Bagaimana Implementasi Lembaga pemerintah dirasa
Kelembagaan PNPM-MP Di terlalu sempit untuk menjadi
Kota Semarang? lokus Ilmu Administrasi Negara,
(2). Aspek-aspek apa karena dalam kenyataan bahwa
penghambat dan pendorong lembaga pemerintahan tidak lagi
implementasi kelembagaan memonopoli peran yang selama
PNPM-MP Di Kota ini secara tradisional menjadi
Semarang ? otoritas pemerintah.
(3). Bagaimana formulasi model Faktor penyebab semakin
sinergitas kelembagaan menurunnya dominasi peran
PNPM-MP di Kota negara, antara lain : (1).
Semarang? Dinamika ekonomi, politik dan
budaya yang membuat
1.3. Tujuan Penelitian kemampuan pemerintah
(1). Melakukan deskripsi, analisis semakin terbatas untuk dapat
dan interpretasi implementasi memenuhi semua tuntutan
kelembagaan PNPM-MP di masyarakat; (2) Globalisasi
Kota Semarang yang membutuhkan daya saing
(2). Melakukan deskripsi, analisis yang tinggi di berbagai sektor
dan interpretasi aspek-aspek menuntut makin dikuranginya
penghambat dan pendorong peran negara melalui
implementasi kelembagaan debirokratisasi dan deregulasi;
PNPM-MP di Kota (3). Tuntutan demokratisasi
Semarang mendorong semakin banyak
(3). Merumuskan formulasi munculnya organisasi
model sinergitas kemasyarakatan yang menuntut

131
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

untuk dilibatkan dalam proses dirancang masyarakat itu


perumusan kebijakan dan sendiri, berdasarkan
implementasinya; (4). kebutuhannya, kemampuannya
munculnya fenomena hybrid dan penguasaan atas
organization yang merupakan sumberdaya dan nasib mereka
perpaduan antara pemerintah sendiri yang merupakan suatu
dan bisnis. keberanian untuk berkomitmen
Dewasa ini sudah banyak di seluruh dunia dengan
pembaharuan pemikiran dan menempatkan secara langsung
perhatian dari administrasi tiga tantangan pusat
publik untuk mewujudkan pembangunan: yaitu : (1).
kesejahteraan masyarakat, pengurangan kemiskinan, (2).
dengan berbagai konsep perlindungan kapasitas produksi
maupun implementasinya. berdasarkan sumber daya
Salah satu bentuk perhatian lingkungan, dan (3).
yang ditunjukkan administrasi pemberdayaan manusia melalui
publik adalah terhadap tata peningkatan partisipasi di dalam
kepemerintahan yang baik, yang proses pembangunan.
pada gilirannya diharapkan Peranan pemerintah dalam
dapat mewujudkan hal ini adalah menciptakan
kesejahteraan masyarakat. lingkungan sosial yang
memungkinkan untuk
2.2. Pembangunan yang berkembang yaitu lingkungan
Berorientasi sosial yang mendorong
Kerakyatan perkembangan manusia dan
Pembangunan yang aktualisasi potensi manusia
berpusat pada manusia, secara lebih besar.
memandang manusia sebagai
warga masyarakat, menjadi
2.3. Pemberdayaan
fokus utama maupun sumber
utama pembangunan, Masyarakat
nampaknya dapat dipandang Pemberdayaan
sebagai suatu strategi alternatif Masyarakat adalah upaya untuk
pembangunan masyarakat yang memampukan dan
menjamin komplementaritas memandirikan masyarakat
dengan pembangunan bidang- dalam skala yang luas, tidak
bidang lain, khususnya bidang semata-mata mampu memenuhi
ekonomi. kebutuhan dasar, tetapi
Landasan berpijak membangun mekanisme untuk
pendekatan pembangunan ini mencegah pemiskinan lebih
bukan birokrasi dan program lanjut. Sejalan dengan konsep
serta proyek yang dirancang dan ini, pemerintah sebagai agen
dikelola secara terpusat, tetapi perubahan dalam melaksanakan
program serta proyek yang kebijakan pemberdayaan

132
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

masyarakat bertumpu pada tiga b. Kemiskinan relative, yaitu


arah tujuan, yaitu : (1). kemiskinan yang dilihat
Menciptakan suasana yang berdasarkan perbandingan
memungkinkan potensi antara suatu kebutuhan
masyarakat berkembang, (2). dengan tingkat pendapatan
Memperkuat potensi yang lainnya;
dimiliki masyarakat melalui c. Kemiskinan struktural yaitu
penerapan langkah nyata, (3). kondisi di mana sekelompok
Melindungi dan membela orang berada di dalam
kepentingan masyarakat. wilayah kemiskinan, dan
Konsep Pemberdayaan tidak ada peluang bagi
Masyarakat lahir sebagai mereka untuk keluar dari
antithesis terhadap model kemiskinan;
pembangunan yang kurang d. Kemiskinan kultural yaitu
memihak pada mayoritas rakyat budaya yang membuat
yang dibangun sebagai kerangka orang miskin, yang dalam
logis seperti : (1). Proses antropologi kemiskinan
pemusatan pembangunan dan sebagai adanya budaya
penguasaan faktor produksi, (2). miskin.
Pemusatan kekuasaan faktor Memperhatikan konsep
produksi akan melahirkan dan pendekatan berbagai
masyarakat pekerja dan program penanggulangan
masyarakat pengusaha kemiskinan dan pemberdayaan
pinggiran, (3). Kekuasaan akan masyarakat yang dilakukan
membangun system Pemerintah secara konseptual
pengetahuan, sistem hukum kesemuanya sudah
untuk mempercepat legitimasi, mengedepankan partisipasi
(4). Kooperasi sistem masyarakat dan mengutamakan
pengetahuan, sistem hukum, pemberdayaan dalam setiap
sistem politik secara sistematik langkah kegiatannya.
akan menciptakan kelompok Pemerintah mengambil
masyarakat yang berdaya. langkah positif untuk
mengintegrasikan berbagai
2.4. Kemiskinan program penanggulanan
Masyarakat kemiskinan yang berbasis
Klasifikasi dan jenis-jenis pemberdayaan masyarakat
kemiskinan dalam masyarakat menjadi Program Nasional
pada umumnya adalah Pemberdayaan Masyarakat
a. Kemiskinan absolute, yaitu Mandiri Perkotaan (PNPM-
keadaan yang mana MP), ditempuh dengan cara :
pendapatan kasar bulanan (1). Mengembangkan kapasitas
tidak mencukupi untuk masyarakat, terutama Rumah
membeli keperluan Tangga Miskin dengan
minimum; penyediaan sarana sosial dasar

133
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

dan ekonomi, serta lapangan demikian dalam mencapai


kerja. (2). Meningkatkan keberhasilan
partisipasi masyarakat miskin implemetasi,kebijakan
dalam pengambilan keputusan diperlukan kesamaan pandangan
perencanaan, pelaksanaan, tujuan yang hendak dicapai dan
pemantauan dan pelestarian komitmen semua pihak untuk
kegiatan pembangunan, (3). memberikan dukungan.
Mengembangkan kapasitas Keberhasilan
pemerintah daerah dalam implementasi suatu kebijakan,
memfasilitasi penanggulangan dapat diukur dengan melihat
kemiskinan yang berkelanjutan. kesesuaian antara pelaksanaan
(4). Dalam pelaksanaannya, kebijakan dengan desain, tujuan
PNPM-MP mengalokasikan dan sasaran kebijakan itu sendiri
Bantuang Langsung Masyarakat serta memberikan dampak
(BLM) melalui skema positif bagi pemecahan
pembiayaan bersama antara permasalahan yang dihadapi.
Pemerintah Pusat dan Perkembangan studi
Pemerintah Daerah. implementasi mengalami
pergeseran minat, dari fokus ke
2.5. Implementasi ujung depan dari proses
Kebijakan kebijakan, yaitu keputusan
Implementasi kebijakan politik menjadi fokus pasca
merupakan salah satu tahap keputusan, apa yang terjadi
yang penting dalam proses setelah kebijakan disyahkan,
kebijakan publik. Suatu program yaitu dimulainya studi
kebijakan harus implementasi.
diimplementasikan agar Mengawali studi
mempunyai dampak dan tujuan implementasi adalah (Pressman
seperti yang diinginkan. Proses dan Wildavsky, 1973) yang
implementasi kebijakan tidak membahas tentang implementasi
hanya menyangkut perilaku program pembangunan ekonomi
badan administrative yang perkotaan di Aucland USA
bertanggungjawab untuk dengan mewancarai actor
melaksanakan program dan pelaksana dan menkaji dukomen
menimbulkan ketaatan pada diri kebijakan.
kelompok sasaran, tetapi juga Hasilnya adalah suatu
menyangkut jaringan kekuatan pendekatan yang bersifat
politik, ekonomi dan sosial yang rasional perspektif dengan
langsung atau tidak langsung model sudut pandang Top-
dapat mempengaruhi perilaku down. Timbulnya model
semua pihak yang terlibat, dan rasional perspektif sebagai
pada akhirnya berpengaruh tonggak awal studi
terhadap dampak negative implementasi adalah sangat
maupun positif. Dengan wajar mengingat kebutuhan saat

134
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

itu adalah untuk menjawab Kemudian lahir sudut


pertanyaan mengapa banyak pandang Model Sintesis
kebijakan mengalami kegagalan (Randall P. Ripley & Grace
saat diimplementasikan dan Franklin, 1982), yang
bagaimana menghasilkan suatu memadukan kedua model
formula implementasi yang sebelumnya (Top-down dan
tingkat kegagalannya rendah. Bottom up) dengan tekanan
Pendekatan perspektif utama yang bisa beragam, mulai
untuk persoalan implementasi pada jaringan interaksi antar
hanya akan bersifat terbatas aktor pelaksana sampai pada
pada ruang dan waktu serta pendekatan sosiologis, dan
permasalahan yang serupa. sebagainya yang kemudian
Sedangkan sebagaimana disebut sebagai teori atau model
diketahui variasi masalah Hybrid.
kebijakan yang luas, serta ruang Model sintesa/ hybrid ini
dan waktu pemerintahan yang pada hakekatnya ingin
berbeda, akan membawa menegaskan bahwa tidak ada
perbedaan pula dalam cara model perspektif yang bisa
pemecahan masalahnya, oleh diterapkan pada setiap masalah
karena itu model Top-down implementasi. Tiap katagori
kemudian diikuti oleh model kebijakan memiliki kekhasan
sudut pandang Bottom-up dan tersendiri, sehingga
model Sintesis. pendekatannya pun harus
Pendekatan Bottom-up disesuaikan dengan kondisi
(Michael Lypsky, 1980) tersebut.
merupakan kritik atas model Model sintesa ini sangat
Top-down yang menyangkal beragam mulai dari yang hanya
kontribusi peran pelaksana mengemukakan variable yang
tingkat bawah pada proses dianggap mempengaruhi
implementasi, karena proses implementasi, untuk
politik bukan hanya tidak memepermudah pengkatagorian
berhenti saat kebijakan sudah berbagai pendekatan studi
diputuskan, tapi juga tetap implementasi yang muncul
berlangsung pada level belakangan.
pelaksana tingkat bawah yang Hasil pemikiran yang
banyak menentukan tingkat berbeda-beda sebagaimana
keberhasilan implementasi. tersebut di atas melahirkan studi
Dengan demikian perlu implementasi tumbuh dari
mempertimbangkan apa yang berbagai hasil penelitian
menjadi aspirasi, tujuan dan mengenai praktek implementasi
kebutuhan para pelaksana pada era yang berbeda-beda,
termasuk kesulitan yang mereka dan dengan fokus perhatian
hadapi. yang berbeda-beda pula.

135
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Oleh Gogin dkk (1990) didukung metode triangulasi dalam


perbedaan era dan fokus analisisnya, lokasi penelitian Kota
tersebut dikatagorikan sebagai Semarang yang meliputi 16
berikut: (1). Fokus Penelitian Kecamatan dan 177 Kelurahan
generasi pertama : a). berdasarkan sampel bertujuan.
Bagaimana suatu aturan Sebagai informan adalah
diwujudkan sebagai hukum dan pengelola program Tingkat Kota,
bagaimana suatu hukum Kecamatan, Kelurahan dan
dijadikan program, b). masyarakat miskin yang tergabung
Menguraikan sifat kerumitan dalam Badan Keswadayaan
dan dinamika proses Masyarakat (BKM) dan Kelompok
implementasi, c). Menekankan Swadaya Masyarakat (KSM).
pentingnya subsistem kebijakan,
d). Mengidentifikasi faktor-
faktor yang berhubungan 4. Hasil dan Pembahasan
dengan hasil suatu program, e). 1. Implementasi kelembagaan
Mendiagnosis beberapa PNPM-MP di Kota Semarang,
penyakit yang sering dalam banyak hal berjalan baik,
mengganggu proses namun masih terdapat
implementasi. (2). Fokus kelemahan antar lain :
Penelitian generasi kedua: a). a. Peran masyarakat sebagai
Jenis dan isi kebijakan, b). pihak yang dianggap hanya
Organisasi pelaksana dan sebagai alat bantu dari
sumberdaya, c). Pelaksana mekanisme keproyekkan,
kebijakan : sikap, motivasi, artinya secara terdogma
hubungan antar pribadi, pelaksanaan kegiatan
komunikasi dan sebagainya, d). PNPM-MP harus lebih baik,
Hasil : pengakuan bahwa padahal kondisi masyarakat
implementasi bisa berubah memiliki dinamika
setiap saat, identifikasi faktor tersendiri yang dipengaruhi
penentu keberhasilan, berbagai oleh faktor internal Badan
persoalan yang muncul, dan Keswadayaan Masyarakat,
sebagainya. (3). Fokus Kelompok Swadaya
Penelitian generasi ketiga: a). Masyarakat (BKM, KSM),
Bentuk komunikasi antar untuk memaksimalkan
lembaga pemerintahan, b). konsep Tridaya. .
Penyusunan desain penelitian, b. Penerima manfaat langsung
c). Mengkaji variabel-variabel dari PNPM-MP harus
prediktor dalam implementasi. mampu melakukan
transformasi sosial yang
luar biasa dengan menjadi
3. Metode Penelitian masyarakat pembangunan
Penelitian ini dilakukan (daya lingkungan),
dengan pendekatan kualitatif masyarakat efektif (daya

136
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

sosial) dan masyarakat layak dalam realitas


produktif (daya ekonomi). dampingan,sehingga sinergi
c. Proses pembelajaran yang sumber daya manusia
mengedepankan dengan program belum
internalisasi prinsip dan optimal.
nilai PNPM-MP dengan
intervensi tahapan siklus
dipandang sebagai 5. Implikasi Manajerial
formalitas semata untuk
memenuhi kebutuhan 5.1. Formulasi Model
proyek. Sinergitas
2. Aspek penghambat program di Kelembagaan sebagai
lapangan adalah : Rekomendasi
a. Koordinasi kelembagaan Hasil kajian
kurang diikuti dengan implementasi kelembagaan
peningkatan kapasitas dan PNPM-MP di Kota
perubahan paradigma dari Semarang melalui : sinergi
masing-masing stakeholder kelembagaan, siklus
dalam melihat PNPM-MP PNPM-MP dan aspek-
sebagai program aspek penghambat/
penanggulangan kemiskinan pendorong implementasi
berbasis pemberdayaan kelembagaan PNPM-MP
b. Penjabaran kebijakan dan pada tataran empirical
penganggaran di tingkat theory menunjukkan
masyarakat belum secepat adanya kelebihan dan
yang diharapkan, karena kelemahan.
berbagai keterbatasan Memanfaatkan
tersebut dan tidak ada kelebihan dan mengusulkan
sinergi kebijakan dengan perbaikan kelemahan serta
kemauan masyarakat memperhatikan tanggapan
c. Pengorganisasian sumber informan pada waktu
daya manusia dalam diselenggarakan FGD,
masyarakat sebagai media maka dapat diusulkan
peningkatan kapasitas model sinergitas
proses berpikir kritis kelembagaan PNPM-MP di
masyarakat seringkali tidak Kota Semarang seperti
mendapatkan porsi yang gambar berikut :

137
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Formulasi Model Sinergitas Kelembagaan PNPM-MP


yang direkomendasikan
Penyaluran
Program Sosial ( Program
Raskin, Kartu Sehat, Beasiswa
Miskin, Bantuan Posyandu, dll)

Sosial
BKM PJM
PS
Pronangkis

PJM/
RENTA
TKPK-D Kemandirian
RK TKPP Masyarakat
PJOK BKM
KONSULTAN
KSM

Refleksi 3 Tahun
PNPM-MP Pembangunan Lingku Ekono
Kelurahan Daerah ngan mi

Penyaluran Program Penyaluran Program


Lingkungan (Pembangunan Ekonomi (Kredit UKM/
pemukiman, perumahan Koperasi, Kredit UKM
swadaya, lingkungan Perbankan, dll)
kumuh, Pamsimas, dll)

Sumber : ( Analisis Penulis).

Kesawadayaan Masyarakat
5.2. Usulan Model (BKM) untuk mengakses
Sinergitas peluang kemitraan dan
channeling pada tataran
Usulan Model Sinergitas kementrian dengan basis Tri-
Kelembagaan PNPM-MP di Kota Daya (Lingkungan, Sosial,
Semarang di atas berdasarkan Ekonomi).
pertimbangan : 2. Dalam model sinergitas
1. Usulan Model Sinergitas kelembagaan alternatif
Kelembagaan diharapkan menunjukkan peran Penanggung
mampu memberikan Jawab Operasional Kegiatan
kesempatan Badan (PJOK) sebagai pengendali

138
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

kegiatan PNPM-MP tingkat Masyarakat (BKM), organ-


kecamatan memiliki peran yang organ tambahan dalam struktur
sama dengan TKPKD dalam organisasi seperti Unit
memperkuat sinergitas Pengelola atau Kelompok
kelembagaan yang akan Swadaya Masyarakat (KSM)
dilakukan di tingkat dan sebagainya.
kelurahan/masyarakat. 6. Sinergitas kelembagaan ini
3. Badan Keswadayaan merupakan sebuah dokumen
Masyarakar (BKM) dalam yang menjadi Rencana Aksi
penentuan target penerima yang lebih praktis dalam bentuk
manfaat kegiatan, melakukan Pembangunan Jangka
sinergi kelembagaan yang Menengah-Program
mengarah pada pengembangan Penanggulangan Kemiskinan
Tri-Daya (Lingkungan, Sosial, (PJM-Pronangkis), yakni sebuah
Ekonomi), karena tanpa langkah operasional taktis dari
sinergitas kelembagaan akan Strategi Penanggulangan
menjadikan kebijakan yang Kemiskinan Daerah (SKPD)..
bersifat parsia. 7. Peran yang lebih besar dan
4. Kemitraan dan channeling strategis berada di Tim
Badan Keswadayaan Koordinasi Penanggulangan
Masyarakat (BKM) bisa datang Kemiskinan Daerah (TKPK-D)
dari Kementrian, Perbankan, sebagai arsitek peta jalan
bahkan dari internal BKM penanggulangan kemiskinan
sendiri, misalnya dengan KSM- yang terstruktur dan
KSM binaan, Lembaga berkelanjutan karena secara
Kelurahan dengan membentuk politis relatif kuat dalam
Forum Lintas Pelaku. Dengan struktur Pemerintah Kota..
demikian Badan Keswadayaan 8. Dalam kerangka untuk
Masyarakat (BKM) menjadi mewujudkan peran dan
lembaga masyarakat yang dapat partisipasi masyarakat dalam
menerima segala macam good governance, proses ini
program dari luar, karena melibatkan Forum BKM
substansi Badan Keswadayaan Kota/Kecamatan dan Komunitas
Masyarakat (BKM) adalah Belajar Perkotaan (KBP)
Lembaga representative warga sebagai wadah relawan kota
yang dibentuk untuk yang berkomitmen terhadap
merepresentasikan nilai luhur penanggulangan kemiskinan.
kemanusiaan serta untuk 9. Usulan Model Sinergitas
membangun kekuatan modal Kelembagaan PNPM-MP di
sosial masyarakat. Kota Semarang diharapkan
5. Persoalan teknis yang terkait dapat dijadikan persiapan untuk
dengan operasional kegiatan memasuki masa phasing out
program lain, dapat dibentuk program dan alih kelola
oleh Badan Keswadayaan program, karena sangat

139
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

diperlukan kebijakan yang Peraturan Presiden Nomor 15


strategis untuk melakukan Tahun2010 Tentang percepatan
proses tranformasi masyarakat Penanggulangan Kemiskinan
dari tidak berdaya (miskin) à Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009,
masyarakat berdaya à Tentang Kesejahteraan Sosial,
masyarakat mandiri à Pedoman Program Nasional
masyarakat madani dalam target Pemberdayaan Masyarakat
waktu tertentu. (PNPM) Mandiri, Tahun
2007/2008
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000,
DAFTAR PUSTAKA tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas)
Edward III, George. 1980. Implementing Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004,
Public Policy, Washsington DC, tentang Pemerintah Daerah
Congressional Quartely Press. Pedoman PNPM-Mandiri :
Effendi.Sofyan, 1993. Membangun Dokumen Rencana Stategi Kemiskinan
Martabat Manusia, Peranan (Strategi Penanggulangan
Ilmu-ilmu Sosial Dalam Kemiskinan Daerah Kota
Pembangunan. Gadjah Mada Semarang-SPKD), Bappeda
Univesity Press, Yogyakarta Kota Semarang, 2011-2015
Emzir, (2011), Metodologi Penelitian Dokumen Renstra Kemiskinan Kota
Kualitatif : Analisis Data, Semarang, Bappeda Kota
Rajawali Press, Jakarta Semarang, 2011-2015
Esman, Milton J. 1991. Management Pedoman Program Nasional
Dimensions of Development : Pemberdayaan Masyarakat
Perspective and Strategies, (PNPM) Mandiri Perkotaan,
Connecticut : kumarian Press Tahun 2012
Esmara, Hendra, 1986. Perencanaan Pedoman Teknis dan Pedoman
dan Pembangunan di Indonesia. Operasional Baku Rembug
Jakarta Gramedia Warga Tahunan (RWT) PNPM-
Grindle, Merille S. (ed), 1980, Politic Mandiri, 2009
and Policy Implementation in Pedoman Teknis Penyusunan PJM Dan
the Third Word, New Jersey : Ren-Ta Pronangkis, PNPM-
Princeton University Press. Mandiri, 2009
Korten, David. C. 1984. Pembangunan Journal :
yang Memihak Rakyat. Jakarta: Community Empowerment Through
Lembaga Studi Pembangunan. Group Apprach (Case Study of
Korten, D C, Sjahrir, (1988), Poor Communities Through
Pembangunan Berdimensi Kube Approach), Joyakin
Kerakyatan, Yayasan Obor Tampubolon, Basita Ginting
Indonesia, Jakarta Sugihen, Margono Slamet,
Peraturan Perundangan : Djoko Susanto da Sumardjo.
!SSN : 185-2664, Juni 2006,

140
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Jurnal Vol. 2 No. 2 Institut Dreier, Ocerdental College,


Pertanian Bogor; diunduh Januari 2012
Decentralization and Community Empowerment as an Approach for
Empowerment : Does Community Development in
Community Empowerment Malaysia, Asnarulkhadi Abu
Deepen Democracy and Samah & Faribarz Aref,
Improve Service Delivery? Depatement of Social and
Derick W Brinkerhoff with Development Science, Fakulty
Omar Azfar. Oktober 2006, of Human Ecology Putra
Paper Prepared for : US Agency University, Malaysia, Word
for International Development Rure Observations, 2009 : 1(2)
Office of Democracy and :63-68
Govermence, Contract No.DFD Dikotomi Kualitatif-Kuantitatif dan
I-00-05-00128-00 Task Order Varian Paradigmatik dalam
No. 2 Penelitian Kualitatif, Dedy N
Community Empowerment Strategis : Hidayat, jurusan Komunikasi,
The Limits and Potential of Fisip Universitas Indonesia,
Community Organizing in Depok, Jurnal Ilmiah Sciiptura
Urban Neighborhoods, Peter Vol. 2 No. 2 Juli 2008

141

Anda mungkin juga menyukai