Anda di halaman 1dari 12

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

ANALISIS KELEMBAGAAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
PERKOTAAN (PNPM-MP)
UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Munawar Noor
mn10120@gmail.com
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

ABSTRAKSI
Kelembagaan merupakan suatu proses dan interaksi masyarakat yang melibatkan organisasi sebagai
pelaksananya untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan kelembagaan PNPM-MP di Kota Semarang adalah
untuk mengefektifkan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Salah satu masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana kelembagaan PNPM-MP di Kota Semarang dalam penanggulangan
kemiskinan. Tujuan penelitian ini melakukan deskripsi dan analisis kelembagaan PNPM-MP di Kota
Semarang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan
data wawancara, observasi, FGD dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif,
yaitu teknik analisis yang merupakan siklus integral antara pengumpulan data, reduksi data, penampilan
data dan pengambilan kesimpulan. Variabel utama untuk mengkaji kelembagaan PNPM-MP adalah
kepemimpinan, doktrin, program, sumber daya, struktur internal Kesimpulan penelitian, kelembagaan
PNPM-MP pada tingkat kelurahan dan basis (BKM/KSM) belum efektif pada ikatan horizontal maupun
vertikal dan masih dianggap sebagai produk program serta belum melembaga dalam penanggulangan
kemiskinan.
Kata Kunci : Tujuan kelembagaan, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Penanggulangan
kemiskinan, Variabel, Produk program..

ABSTRACT
Institutional is a process of community interaction that involves the organization to do the job to achieve a
common goal. Institutional objectives PNPM-MP in Semarang is to streamline the implementation of
poverty reduction programs. One of the problems in this research is how institutional PNPM-MP in
Semarang in poverty reduction. The purpose of this research is to conduct a description and analysis of
institutional PNPM-MP in Semarang. The research approach used is qualitative phenomenological.
Methods of data collection are interviews, observation, focus group discussions and documentation. Data
were analyzed using an interactive model, which is a technique that analyzes the integral cycle of data
collection, data reduction, data and conclusions appearance. The main variables to assess institutional
PNPM-MP is leadership, doctrine, programs, resources, internal structure conclusion, institutional PNPM-
MP at the village level and base (BKM / KSM). The result shows PNPM-MP has not been effective in the
horizontal and vertical bond and is still regarded as a program product and has not been institutionalized
in poverty reduction.
Keywords: institutional objective, Community Self-Reliance Agency (BKM), Poverty alleviation,
Variables, Product program.

1. Pendahuluan sehingga program memerlukan


kelembagaan yang komprehensif.
1.1. Latar Belakang Kelembagaan (institusi) pada umumnya
Tujuan Program Nasional Pemberdayaan lebih di arahkan untuk organisasi, wadah
Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) adalah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai
untuk menjadikan masyarakat miskin wadah atau tempat, sedangkan pengertian
menjadi mandiri baik secara ekonomi, lembaga mencakup aturan main, etika, kode
sosial maupun aspek kehidupan yang lain, etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau
suatu organisasi atau suatu sistem.

113
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Melihat begitu pentingnya peran karakteristik masyarakat yang


kelembagaan, maka diperlukan sebuah berbeda-beda. Di satu sisi
pendekatan kelembagaan untuk mengatasi menghasilkan masyarakat yang
kemiskinan dengan menekankan pada fatalis(pasrah pada nasib), disisi
bagaimana sumber daya sosial dapat yang lain, menghasilkan
ditumbuh-kembangkan melalui perubahan masyarakat pejuang (fighting spirit
dalam distribusi hak milik (property rights), yang tinggi). Kondisi tersebut
batas-batas yurisdiksi dan aturan terkesan diabaikan dan belum
representasi untuk mengatasi kemiskinan. terakomodasi dalam perencanaan
Apabila merujuk pada dokumen Strategi kelembagaan PNPM-MP,
Nasional Penanggulangan Kemiskinan 2. Variasi dan karakteristik
(SNPK) kebijakan penanggulangan masyarakat yang berbeda tersebut
kemiskinan memerlukan kelembagaan yang berimplikasi pada partisipasi dan
kuat baik di tingkat pusat maupun daerah. etos kerja masyarakat di lapangan,
Oleh karena itu diperlukan lembaga yang bisa jadi dimasyarakat tertentu
mempunyai otoritas politik dan kelembagaan PNPM-MP dianggap
bertanggungjawab atas terwujudnya strategi berhasil karena antusiasme
dan kebijakan penanggulangan kemiskinan masyarakat yang tinggi. Sebaliknya
yaitu Tim Koordinasi Penanggulangan pada karakter masyarakat tertentu
Kemiskinan Daerah (TKP-D) lainnya PNPM-MP justru dianggap
Otoritas tersebut mencakup wewenang memberikan ketergantungan.
dalam melakukan koordinasi perumusan Generalisasi bantuan program melalui
kebijakan dan pelaksanaan, penyusunan kelembagaan PNPM-MP untuk
anggaran, monitoring dan evaluasi, pembangunan infrastruktur, ekonomi, sosial
sehingga kelembagaan PNPM-MP menjadi di setiap lokasi program yang persoalan
persoalan yang sangat mendasar dalam kebutuhan tidak sama proporsinya salah
upaya penanggulangan kemiskinan. satu sebab permasalahan pada kelembagaan
Penguatan Tim Koordinasi Penanggulangan PNPM-MP.
Kemiskinan Daerah (TKPKD) dalam dalam Berdasarkan identifikasi dan pengamatan
kelembagaan PNPM-MP berkaitan lapangan dalam praktek kelembagaan
langsung dengan kegiatan penanggulangan PNPM-MP terdapat beberapa hal yang
kemiskinan di daerah. Kelembagaan masih dirasakan sebagai jarak antara konsep
PNPM-MP pada hakekatnya bertujuan dan operasionalisasi, diantaranya:
untuk penguatan terhadap hak kepemilikan a. Praktek kegiatan kelembagaan
dan memberi kesempatan yang sama bagi PNPM-MP dalam membangun
semua individu untuk mengerjakan BKM yang dibangun terbatas hanya
aktivitas, khususnya dalam meningkatkan untuk memperkuat ikatan-ikatan
kapasitas dan berpartisipasi dalam kegiatan horizontal, namun lemah dalam
sosial, ekonomi, lingkungan. ikatan vertikal.
Hasil Identifikasi memperlihatkan bahwa b. BKM yang dibentuk masih terbatas
kelembagaan PNPM-MP dalam aspek untuk tujuan distribusi bantuan dan
sosial, ekonomi dan lingkungan masih memudahkan tugas kontrol bagi
menghadapi beberapa masalah dalam pelaksana program, bukan untuk
pelaksanaannya, antara lain : peningkatan sosial kapital
1. Dinamika sosial-ekonomi dan masyarakat secara mendasar,
lingkungan masyarakat, sehingga pasca program sangat
menghasilkan variasi dan berpotensi stagnan.

114
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

c. Struktur keorganisasian BKM yang 1.2. Perumusan Masalah


dibangun relatif seragam, padahal “Bagaimana kelembagaan PNPM-MP
di setiap daerah memiliki nilai-nilai dalam penanggulangan kemiskinan di
kearifan lokal dan karekteristik Kota Semarang”,
kemasyarakatan yeng berbeda.
d. Meskipun BKM sudah dibentuk, 1.3. Tujuan Penelitian
namun pembinaan yang dilakukan Untuk mengetahui dan menganalisis
cenderung individual terbatas kelembagaan PNPM-MP dalam
kepada pengurus dan tokoh-tokoh penanggulangan kemiskinan di Kota
dengan prinsip ”trickle down Semarang,
effect”, bukan social learning
approach. 2. Kajian Teori
e. Pengembangan BKM selalu Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu
menggunakan jalur struktural, dan kelompok masyarakat atau organisasi yang
lemah dari pengembangan aspek memfasilitasi koordinasi antar anggotanya
kulturalnya. untuk membantu mereka dengan harapan
f. Introduksi BKM lebih banyak setiap orang atau organisasi mencapai
melalui budaya material dibanding tujuan bersama yang diinginkan (Ruttan dan
nonmaterial, atau merupakan Hayami, 1984). Ostrom (1985)
perubahan yang materialistik. mendefinisikan kelembagaan sebagai aturan
g. Pembentukan BKM kurang dan rambu-rambu sebagai panduan yang
memperkuat kelembagaan lokal dipakai oleh para anggota untuk mengatur
yang ada sebelumnya, sehingga hubungan yang saling mengikat dan
mempengaruhi hubungan-hubungan tergantung satu sama lain. North (1990)
horizontal yang telah ada. lebih menekankan kelembagaan sebagai
h. Pengembangan kelembagaan aturan main di dalam suatu kelompok yang
PNPM-MP dirasakan masih lebih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
merupakan jargon daripada ekonomi, sosial dan politik.
kenyataan yang riil di lapangan. Pada prinsipnya kelembagaan berbeda
i. Kelembagaan pendukung (lokal) dengan organisasi, dimana kelembagan
untuk pemberdayaan kurang lebih kental dengan peraturan dan
dikembangkan dengan baik, karena organisasi lebih terfokus pada struktur.
struktur pembangunan yang bersifat Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat
sektoral dikatakan bahwa kelembagaan adalah
Keadaan ini perlu dilakukan perbaikan, aturan yang yang memfasilitasi instusi atau
karena urgensinya kelembagaan PNPM-MP organisasi dalam berkoordinasi dan
yang diharapkan menjadi wadah sekaligus bekerjasama untuk mencapai tujuan
agen penggerak dalam memfasilitasi, bersama yang diinginkan.
memediasi, mengkomunikasikan sekaligus Aturan dalam hal ini mencakup aturan
sebagai aktor utama dalam mendorong formal dan non formal yang diperlukan dan
partisipasi untuk mendayagunakan disepakati bersama, oleh karena itu aturan
keswadayaan dan gotong royong demi harus jelas, terukur dan konsisten.
menciptakan kesejahteraan dan kemandirian Organisasi atau institusi yang terlibat
masyarakat miskin. diharapkan mempunyai sumberdaya
manusia yang kredibel dan mempunyai
pengetahuan serta pengertian yang cukup
tentang permasalahan yang ada.

115
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Organisasi pada dasarnya merupakan daya yang ada untuk mencapai tujuan dari
sebuah roda, suatu unit kesatuan dari organisasi.
kegiatan pembangunan beserta Menurut Milton J. Eastman (1966)
lingkungannya yang berhubungan sering Pembangunan Lembaga dapat dirumuskan
disebut sebagai lembaga, artinya apabila sebagai perencanaan, penataan dan
kerangka sistem dalam administrasi bimbingan dari organisasi-organisasi baru
pembangunan dapat dipandang sebagai atau yang disusun kembali yang
pendekatan makro, maka pendekatan sistem mewujudkan perubahan-perubahan dalam
dalam pembangunan lembaga dapat nilai-nilai, fungsi-fungsi, teknologi-
dipandang sebagai pendekatan mikro dalam teknologi fisik, dan atau sosial,·
rangka mempelajari kegiatan pembangunan. menetapkan, mengembangkan dan
Pengertian lembaga disini menunjuk pada melindungi hubungan-hubungan normatif
kombinasi antara tujuan organisasi dan dan pola-pola tindakan yang baru, dan·
hubungannya dengan lingkungan yang memperoleh dukungan dan kelengkapan
merupakan hasil interaksi dan adaptasi, dalam lingkungan tersebut.
sehingga lembaga dapat berarti organisasi Joseph W Eaton (1986), memerinci
yang didalamnya terkandung nilai individu variabel-variabel kelembagaan meliputi :
dan lingkungan sosial. Oleh karena itu 1) Kepemimpinan mengacu pada
dalam kegiatan pembangunan, lembaga kelompok orang yang secara aktif
juga harus dihubungkan dengan sasaran- berkecimpung dalam perumusan
sasaran pembangunan. doktrin dan program dari lembaga
Lembaga diartikan sebagai organisasi yang tersebut dan yang mengarahkan
membentuk, menunjang dan melindungi operasi-operasi dan hubungannya
hubungan normatif dan pola-pola kegiatan dengan lingkungan tersebut.
tertentu dan sekaligus membentuk fungsi- 2) Doktrin dirumuskan sebagai
fungsi dan jasa yang dihargai didalam suatu spesifikasi dari nilai-nilai, tujuan-
lingkungan. Oleh karena itu pembangunan tujuan, dan metode-metode
lembaga didefenisikan sebagai seluruh operasional yang mendasari
perencanaan, pembuatan struktur dan tindakan sosial
petunjuk-petunjuk baru, atau penataan 3) Program menunjuk pada tindakan-
kembali haluan organisasi, meliputi: (a). tindakan tertentu yang berhubungan
Membuat, mendukung dan memperkokoh dengan pelaksanaan dari fungsi-
hubungan normatif dan pola-pola yang fungsi dan jasa-jasa yang
aktif, (b). Pembentukan fungsi-fungsi dan merupakan keluaran dari lembaga
jasa yang dihargai oleh masyarakat, (c). tersebut
Penciptaan fasilitas yang menghubungkan 4) Sumber daya adalah masukan-
antara teknologi-teknologi baru dengan masukan berupa keuangan, fisik,
lingkungan sosialnya. manusia, teknologi, dan penerangan
Kelembagaan atau organisasi perlu untuk dari lembaga tersebut. Sumber-
didirikan sebagai pusat pembelajaran sumberdaya ini dapat
masyarakat terpadu dan harus memiliki dikelompokkan dalam: sumberdaya
struktur organisasi yang jelas yang ekonomi, informasi, status,
diperlukan karena struktur organisasi kekuatan, wewenang, keabsahan,
merupakan struktur formasl tentang dukungan.
hubungan tugas dan wewenang yang 5) Struktur internal dirumuskan
mengendalikan bagaimana tiap individu sebagai struktur dan proses-proses
bekerjasama dan mengelola segala sumber yang diadakan untuk bekerjanya

116
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

lembaga tersebut dan bagi bersedia sebagai pemegang jabatan


pemeliharaannya. pertama.
Sedangkan variabel-variabel keterkaitan e) Sumber-sumber dari sumberdaya
meliputi : utama manakah yang dapat
1) Kaitan-kaitan yang memungkinkan diandalkan untuk masukan-
(enabling), yakni dengan masukan seperti dana,
organisasi-organisasi dan kepegawaian, informasi,
kelompok-kelompok sosial yang wewenang, dan dengan harga
mengendalikan alokasi wewenang berapa; siapa yang mungkin akan
dan sumber-sumbernya mengambil keluaran-keluaran
2) Kaitan-kaitan fungsional, yakni organisasi dengan syarat-syarat
dengan organisasi-organisasi yang yang dapat diterima. ·
menjalankan fungsi-fungsi dan jasa- Adanya berbagai definisi mengenai
jasa yang merupakan pelengkap kelembagaan dengan penekanan pokok
dalam arti produksi, yang yang berbeda-beda pada masing-masing
menyediakan masukan-masukan, definisi. Adapun beberapa definisi
dan yang menggunakan keluaran- kelembagaan tersebut antara lain adalah
keluaran dari lembaga tersebut. sebagai berikut: (1). Pengertian
3) Kaitan-kaitan normatif, yakni kelembagaan sebagai sebuah instrument
dengan lembaga-lembaga yang pengatur dan pengendali. (2). Pengertian
mencakup norma-norma dan nilai- kelembagaan sebagai sebuah wadah dalam
nilai (positip atau negatip) yang kegiatan administrasi. (3). Pengertian
relevan bagi doktrin dan program kelembagaan yang bertitik tolak pada
dari lembaga tersebut. pemahaman tentang prinsip-prinsip
4) Kaitan-kaitan tersebar, yakni organisasi dan penerapannya.(4). Pengertian
dengan unsur-unsur dalam kelembagaan yang menekankan sebagai
masyarakat yang tidak dapat dengan sebuah proses.
jelas diidentifikasi oleh Dari berbagai definisi kelembagaan tersebut
keanggotaan dalam organisasi dapat disimpulkan bahwa kelembagaan
formal. merupakan suatu proses dalam interaksi
Dalam membangun kelembagaan, masalah- masyarakat yang melibatkan organisasi
masalah strategis dalam perencanaan sebagai pelaksananya untuk mencapai
adalah: tujuan bersama. Dalam penelitian tentang
a) Inovasi-inovasi manakah yang kelembagaan , sedikitnya terdapat lima
sesuai untuk memenuhi kebutuhan- pertanyaan mendasar (Siagan, 2005), yaitu:
kebutuhan dan keadaan-keadaan (1). Siapa melakukan apa? (2). Siapa
dalam lingkungan. bertanggung jawab kepada siapa? (3). Siapa
b) Organisasi jenis apa harus menjadi yang berhubungan dengan siapa dan dalam
wahana organisasi yang sudah ada hal apa? (4). Saluran komunikasi apa yang
dapat ditata kembali, atau terdapat dalam organisasi, bagaimana cara
organisasi yang baru memanfaatkannya, dan untuk kepentingan
c) Pola-pola kepemimpinan macam apa? (5). Jaringan informasi apa yang
manakah yang cocok, yang terpusat terdapat dalam organisasi?
atau pluralistis; Dalam suatu kelembagaan terdapat dua
d) Kualifikasi apa yang diinginkan komponen utama, yaitu komponen
dari kepemimpinan dan siapa yang fungsional dan komponen operasional yang
berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan

117
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

(Wido Prananing Tyas, 2008). Konsep 3. Metode Penelitian


dasar tersebut dapat dilihat dalam gambar
berikut : 3.1. Rancangan Penelitian
Gambar 1 : Konsep Dasar Struktur Pendekatan yang digunakan dalam
Kelembagaan penelitian Disertasi ini adalah
Komponen
kualitatif fenomenologis, karena
Penetapan fungsional
(Pemerintah Daerah) pendekatan kualitatif mempunyai ciri-
kebijakan
ciri antara lain : mempunyai setting
yang aktual, peneliti menjadi instrumen
kunci, data biasanya bersifat deskriptif,
Pelaksana Komponen
menekankan kepada proses, analisis
kebijakan operasional
datanya bersifat induktif, dan meaning
(pemaknaan) tiap even adalah
merupakan perhatian yang esensial.
Sumber : Wido Prananing Tyas, 2008 Fenomenologis, karena sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan
Agar institusi dapat berjalan dan ditaati oleh peristiwa sosial kemasyarakatan untuk
anggotanya, maka perlu adanya struktur mengungkapkan peristiwa-peristiwa riil
intensif yang mengandung sangsi dan di lapangan dan juga dapat
reward sehingga masyarakat akan mengungkapkan nilai-nilai yang
menaatinya. (Pejovich, 1999 dalam tersembunyi (hidden value), lebih peka
Nasution, 2002) menyatakan bahwa terhadap informasi-informasi yang
kelembagaan memiliki tiga komponen, bersifat deskriptif dan berusaha
yakni: mempertahankan keutuhan obyek yang
1) Aturan formal, meliputi konstitusi, diteliti.
statute, hukum dan seluruh regulasi Fokus penelitian ini adalah
pemerintah lainnya. Aturan formal kelembagaan PNPM-MP pada tingkat
membentuk sistem politik (struktur kelurahan dan basis yaitu Badan
pemerintahan, hak-hak individu), Kelembagaan Masyarakat (BKM) dan
sistem ekonomi (hak kepemilikan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
dalam kondisi kelangkaan dalam penanggulangan kemiskinan.
sumberdaya, kontrak), dan sistem Lokusnya di 3 Kecamatan dan
keamanan (peradilan, polisi) Kelurahan di Kota Semarang yang
2) Aturan informasi, meliputi dipilih secara purposive (sengaja).
pengalaman, nilai-nilai tradisional,
3.2. Pendekatan Kualitatif
agama dan seluruh faktor yang
Kelembagaan (institusi) PNPM-MP
mempengaruhi bentuk persepsi
adalah organisasi (wadah) atau pranata.
subjektif individu tentang dunia
Organisasi berfungsi sebagai wadah
tempat hidup mereka; dan
atau tempat, sedangkan lembaga
3) Mekanisme penegakan, semua
mencakup aturan main, etika, kode etik,
kelembagaan tersebut tidak akan
sikap dan tingkah laku.
efektif apabila tidak diiringi dengan
Fenomena penelitian adalah segala hal
mekanisme penegakan.
yang tekait dengan masalah penelitian
dan dapat ditanyakan, dideskripsikan
dan dianalisis untuk menjawab masalah
penelitian, yang dapat dirinci sebagai
berikut:

118
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

1) Kepemimpinan mengacu pada Tahap pengumpulan data (logging the


kelompok orang yang data). pada tahap ini menggunakan
mengarahkan operasional empat macam teknik pengumpulan data
kelembagaan hubungannya yaitu: Observasi non partisipatif,
dengan lingkungan. Wawancara (interview) , Focus Group
2) Doktrin sebagai spesifikasi dari Discussion (FGD), Dokumentasi.
nilai-nilai, tujuan-tujuan, dan Jangka waktu penelitian, penelitian ini
metode-metode operasional yang dilakukan selama 6 bulan (Agustus
mendasari tindakan sosial 2012-Januari 2013)
3) Program menunjuk pada tindakan
yang berhubungan dengan
3.4. Alat Analisis Data
Analisis dilakukan untuk menemukan
pelaksanaan dari fungsi yang
merupakan keluaran dari lembaga pola dengan cara memenelusuri catatan
lapangan, hasil wawancara dan bahan
tersebut
yang dikumpulkan untuk meningkatkan
4) Sumber daya adalah masukan
berupa sumberdaya ekonomi, pemahaman terhadap semua hal
memungkinkan menyajikan analisis
informasi, status, kekuatan,
yang komprihensif
wewenang, keabsahan, dukungan.
Analisis kelembagaan PNPM-MP di
5) Struktur internal sebagai struktur
dan proses yang diadakan untuk Kota Semarang meliputi
(kepemimpinan, doktrin, program,
bekerjanya lembaga tersebut dan
pemeliharaannya. sumber daya, struktur internal)
Proses analisis dilakukan secara terus
menerus, bersamaan dengan
3.3. Metode Pengumpulan
pengumpulan data. Di dalam
Data melakukan analisis data mengacu
Lofland dan Lofland, dalam Moleong, kepada tahapan yang dijelaskan Miles
(2000) menegaskan bahwa dalam dan Huberman (1992) yang terdiri dari
rangka pengumpulan data penelitian tiga tahapan yaitu: reduksi data (data
kualitatif ada tiga kegiatan yaitu : reduction), penyajian data (data display)
Proses memasuki lokasi penelitian dan penarikan kesimpulan atau
(getting-in), pada tahap ini memasuki verifikasi (conclusion drawing
lokasi penelitian kelurahan tempat verivication), sebagai berikut :
BKM dan KSM beraktifitas untuk Reduksi Data, pada tahap ini data yang
melakukan adaptasi dan proses kegiatan diperoleh dari lokasi penelitian (data
dengan informan yang dilandasi lapangan) dituangkan dalam uraian atau
hubungan etik dan simpatik sehingga laporan yang lengkap dan terinci.
dapat mengurangi jarak sosial antara Penyajian Data (display data)
peneliti dengan informan. dimasudkan untuk memudahkan dalam
ketika berada di lokasi penelitian melihat gambaran secara keseluruhan
(getting-along), pada tahap ini berusaha atau bagian-bagian tertentu dari
menjalin hubungan secara pribadi yang penelitian. Dengan kata lain merupakan
lebih akrab dengan subjek penelitian, pengorganisasian data ke dalam bentuk
mencari informasi yang dibutuhkan tertentu sehingga kelihatan dengan
secara lengkap dan berupaya sosoknya lebih utuh.
menangkap makna dari informasi dan Penarikan Kesimpulan/Verifikasi,
pengamatan yang diperoleh. dalam penelitian kualitatif penarikan
data dilakukan secara terus menerus

119
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

sepanjang proses penelitian merealisasikan program kerja yang


berlangsung. telah tersusun bersama masyarakat.
Teknik analisis data menggunakan Intervensi program kerja yang telah
model interaktif, yaitu teknik analisis dipersiapkan adalah memaksimalkan
yang merupakan siklus yang integral program Tri-Daya
antara pengumpulan data, reduksi data, (Lingkungan/Sosial/Ekonomi).
penampilan data dan pengambilan Sumber keuangan BKM selama ini
kesimpulan (Bungin, 2010). berasal dari pendapatan jasa pinjaman
bergulir dan BOP BLM PNPM-MP,
4. Hasil dan Pembahasan sehingga sangat rentan mengalami
4.1. Hasil Penelitian kekurangan finansial karena sangat
Proses pengambilan keputusan yang terbatas jumlahnya. Sumberdaya
menjadi domain pola kepempimpinan manusia untuk pengendalian kegiatan
dalam BKM didominasi oleh hasil tersedia Sekretariat BKM yang berada
musyawarah mufakat para anggota di kompleks kantor kelurahan dengan
BKM, penentuan arah kebijakan mekanisme digunakan secara insidental
PNPM-MP di tingkat kelurahan dan sesuai kebutuhan BKM dalam
basis telah mempertimbangkan beraktivitas.
keseimbangan aspek keterwakilan, Personil yang piket seara bergilir di
kepentingan dan kebutuhan masyarakat Sekretariat BKM untuk melakukan
yang telah teridentifikasi dalam komunikasi dengan pemerintah dan tim
perencanaan kegiatan yang partisipatif. pendamping ataupun pihak lain yang
Pola kebijakan seperti ini terhubung berkepentingan, sedang untuk peralatan
secara berjenjang dari tingkat paling dan perlengkapan secara minimal telah
bawah sampai dengan tingkat kelurahan disediakan oleh pemerintah kelurahan
serta terkomunikasikan dalam rembug- dalam bentuk dukungan mebelair.
rembug warga secara formal maupun Strategi implementasi yang dijalankan
non formal. dalam PNPM-MP menempatkan
Mekanisme yang terbangun dalam masyarakat sebagai pelaku utama dari
mengelola program merupakan buah program ini, sehingga menjadi penting
dari proses perjalanan panjang kegiatan pada semua tingkatan masyarakat
penanggulangan kemiskinan dari yang (Kelurahan/RW/RT/Dawis/Gang/Loron
bernama P2KP sampai PNPM-MP saat g).
ini. Rangkaian metode dan tindakan
4.2. Pembahasan
yang telah dilakukan merupakan
Kelembagaan PNPM-MP dalam
langkah-langkah perbaikan yang
penanggulangan kemiskinan di Kota
diharapkan semakin lama semakin
Semarang pada tingkat kelurahan
memperbaiki ideologisasi dan
adalah Badan Kelembagaan
penguatan doktrin terhadap kegiatan-
Masyarakat (BKM) dan pada tingkat
kegiatan pemanfaatan BLM yang
basis adalah Kelompok Swadaya
berdampak langsung terhadap
Masyarakat (KSM). Untuk
pengurangan angka kemiskinan,
melaksanakan kegiatan, BKM dan
sehingga BLM tidak hanya digunakan
KSM terikat pada struktur kelembagaan
untuk kegiatan yang bersifat kosmetik
yang sama walaupun berada dalam
dan estetik dan bermental bagi rata.
wilayah yang mempunyai potensi,
Setiap tahun BKM mendapat anggaran
karakteristik dan lingkungan yang
dalam bentuk BLM PNPM-MP untuk
berbeda, sehingga pola dan strategi

120
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

yang dijalankan cenderung BKM/KSM secara formal telah dilakukan, namun


sangat bervariasi, karena terikat dengan tidak akan menghasilkan produk apapun
potensi an karakteristik wilayah sepanjang tidak dihadiri oleh
masing-masing. Koordinator BKM.
North (1990), menekankan bahwa Ruttan dan Hayami (1984),
kelembagaan sebagai aturan main menekankan bahwa kelembagaan
didalam suatu kelompok yang sangat adalah aturan dalam kelompok
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, masyarakat atau organisasi yang
sosial, politik, artinya kelembagaan memfasilitasi koordinasi antar
BKM/KSM sangat dipengaruhi kondisi, anggotanya untuk membantu mereka
karakteristik wilayah, sehingga struktur mencapai tujuan yang diinginkan
kelembagaan yang seragam akan bersama. Artinya kelembagaan BKM
mempengaruhi efektifitas keguatan. yang didominasi satu orang dalam
Akibatnya kelembagaan BKM/KSM di berbagai keputusan embaga tidak
masyarakat masih dianggap sebagai mencerminkan unsur kerjasama untuk
kebutuhan program dan belum mencapai tujuan
melembaga dan masih terikat pada Diakui bahwa mekanisme yang
ikatan horizontal dan lemah pada ikatan terbangun dalam mengelola
vertical. Sehingga belum menjadi kelembagaan PNPM-MP adalah proses
kebutuhan dalam penanggulangan panjang kegiatan penanggulangan
kemiskinan. kemiskinan mulai dari P2KP sampai
Dalam proses pengambilan keputusan PNPM-MP adalah sebuah doktrin
yang menjadi domain BKM didominasi kelembagaan.
oleh hasil musyawarah mufakat para Oleh karena itu rangkaian metode dan
anggota BKM. Penentuan arah tindakan yang telah dilakukan
kelembagaan PNPM-MP di tingkat merupakan langkah-langkah perbaikan
kelurahan dan basis telah yang diharapkan semakin lama semakin
mempertimbangkan keseimbangan memperbaiki ideologisasi dan
aspek keterwakilan, kepentingan dan penguatan doktrin terhadap kegiatan-
kebutuhan masyarakat yang telah kegiatan pemanfaatan BLM (Bantuan
teridentifikasi dalam perencanaan Langsung Masyarakat) untuk
kegiatan yang partisipatif. masyarakat miskin.
Pola kebijakan seperti ini terhubung W. Eaton (1986), menyatakan bawa
secara berjenjang dari tingkat paling doktrin dirumuskan sebagai spesifikasi
bawah sampai dengan tingkat kelurahan nilai, tujuan dan metode operasional
serta terkomunikasikan dalam rembug- yang mendasari tindakan sosial, artinya
rembug warga secara formal maupun dalam kegiatan pemanfaatan dana BLM
non formal, dalam kelembagaan harus dilandasi nilai-nilai universal
PNPM-MP selalu ditekankan mengenai kemanusiaan.
pengambilan keputusan yang bersifat Dengan demikian kelembagaan PNPM-
kolektif kolegial. MP dengan kegiatan BKM/KSM pada
Dalam banyak kasus ada BKM dengan tingkat kelurahan dan basis berdampak
menempatkan posisi koordinator BKM langsung terhadap pengurangan angka
sebagai sesepuh yang mengambil kemiskinan secara signifikan dan dana
keputusan secara mandiri dan BLM tidak hanya digunakan untuk
bertanggung jawab terhadap keputusan kegiatan yang bersifat kosmetik dan
itu, walaupun rapat-rapat anggota BKM estetik dan bermental pemerataan.

121
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Melalui serangkaian bimbingan dan kegawatan untuk dibreakdown dalam


pendekatan yang dilakukan tim Rencana Tahunan (1 tahun dan 3 tahun)
fasilitator kepada BKM/KSM mengenai yang terdapat dalam dokumen PJM
kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan Pronangkis.
untuk pemanfaatan BLM mengacu pada Sumber daya manusia untuk mengawal
upaya penanggulangan kemiskinan kelembagaan PNPM-MP di wilayah
terutama pemenuhan target IPM (Indeks Kelurahan berasal dari masyarakat
Pembangunan Manusia) yang meliputi setempat yang peduli. Kriteria dasarnya
pendapatan (ekonomi), panjang usia adalah “orang baik, jujur, adil” mau dan
hidup (kesehatan) dan pendidikan dasar mampu mengembangkan nilai-nilai
untuk semua (pendidikan). universal kemanusiaan. Dalam hal ini
Kebijakan kongkrit untuk mancapai pada umumnya BKM memenuhi
target IPM tersebut BKM melakukan kebutuhan sumber daya manusia yang
identifikasi rumusan-rumusan yang berasal dari masarakat dari segi
berkaitan dengan target IPM di masing- kuantitas belum sampai pada segi
masing wilayah (RT/RW/Kelurahan) kualitas.
disinergikan dengan target jangka Sumber daya keuangan BKM selama
pendek masing-masing wilayah ini berasal dari pendapatan jasa
mengenai kegiatan Tridaya pinjaman bergulir dan BOP BLM
(Lingkungan, Sosial, Ekonomi). PNPM-MP, sehingga sangat rentan
Setiap tahun BKM mendapat anggaran mengalami kekurangan finansial karena
dalam bentuk BLM PNPM-MP untuk sangat terbatas jumlahnya. Dalam
merealisasikan program kerja yang pengendalian kegiatan setiap harinya
telah tersusun bersama masyarakat tersedia Sekretariat BKM yang berada
dalam Pembangunan Jangka Menengah di kompleks kantor kelurahan secara
Penanggulangan Kemiskinan (PJM insidental sesuai kebutuhan BKM
Pronangkis). dalam beraktivitas.
Pada dasarnya intervensi program kerja Personil yang ada di sekretariat BKM
yang telah dipersiapkan adalah secara bergilir untuk melakukan
memaksimalkan Program Tridaya komunikasi dengan pemerintah dan tim
(Lingkungan/Sosial/Ekonomi), namun pendamping ataupun pihak lain yang
pada indikasi kegiatan turunannya bisa berkepentingan. Peralatan dan
sangat terperinci misalnya, dalam perlengkapan secara minimal telah
kegiatan lingkungan : peningkatan disediakan oleh pemerintah kelurahan
mutu jalan dengan paving, pembuatan dalam bentuk dukungan ruang kantor
MCK Komunal, dll ; kegiatan sosial : dan meja kursi yang terbatas.
pelatihan teknisi HP dan komputer, Memang ada kesan pada beberapa
pengadaan sarana posyandu dan Paud ; BKM bahwa PNPM-MP ini adalah
kegiatan ekonomi : pinjaman dana program pemerintah yang sulit dan
bergulir, bantuan modal bergulir untuk bertele-tele, BKM yang lain menyadari
KUBE (Kelompok Usaha Bersama). bahwa program ini tidak hanya
Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada memindahkan bantuan dari pemerintah
capaian target IPM yang berbasis Tri- kepada masyarakat miskin yang
Daya diperlukan konsolidasi program dimediasi oleh BKM, tetapi PNPM-MP
yang dipimpin oleh BKM sebagai sebenarnya adalah proses belajar
pengendali untuk menentukan prioritas bersama antar komponen masyarakat
kegiatan berdasar kemendesakan dan untuk merumuskan kegiatan

122
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

penanggulangan kemiskinan berbasis peran kompenen fungsional (TKPK-D)


pemberdayaan. sebagai penanggung jawab program di
Sasaran akhirnya adalah agar daerah, dan komponen operasional
masyarakat merasa memiliki terhadap sebagai pelaksana, tetapi peran kedua
apapun hasil kegiatan yang komponen ini belum berjalan optimal
dilaksanakan diwilayahnya, karena dalam kegiatan penanggulangan
utamanya yang dibangun adalah kemiskinan.
manusianya. Oleh karena itu
kelembagaan PNPM-MP menempatkan 5. Kesimpulan
masyarakat sebagai pelaku utama dari Kelembagaan PNPM-MP pada tingkat
program penanggulangan kemiskinan kelurahan dan basis (BKM/KSM)
yang menuntut partisipasi masyarakat belum efektif baik dalam ikatan
di semua tingkatan. horizontal maupun vertikal. Pada
Dalam struktur internal tata ikatan horizontal keberadaan
pengorganisasian kelembagaan kelembagaan BKM/KSM pada tingkat
beberapa BKM sangat fleksibel kelurahan dan basis masih dianggap
tergantung pada kebutuhan, tetapi sebagai kebutuhan program dan belum
dalam urusan yang bersifat strategis dan melembaga dalam penanggulangan
jangka panjang serta berdampak luas kemiskinan, dalam arti belum mampu
bagi kepentingan masyarakat menjadi motor penggerak kegiatan
diputuskan dalam rapat lengkap anggota penanggulangan kemiskinan.
BKM/KSM dan Pemerintah Kelurahan. Pada ikatan vertikal masih lemah
Sebagai program nasional, kelembagaan karena keberadaan TKPK-D yang
PNPM-MP memerlukan lembaga merupakan komponen fungsional
pemerintah yang berfungsi melakukan program tidak dipahami peran dan
koordinasi, integrasi program fungsinya oleh BKM/KSM dalam
penanggulangan kemiskinan di daerah program penanggulangan kemiskinan.
(TKPK-D), tetapi keberadaanya tidak Kondisi ini tercermin dalam :
dipahami oleh semua BKM/KSM pada 1) Aspek kepemimpinan,
tingkat kelurahan dan basis, sehingga menunjukkan bahwa dalam
ikatan BKM yang bersifat horizontal banyak kasus BKM/KSM kurang
sangat lemah. efektif karena dalam pengembilan
BKM/KSM lebih memahami keputusan didominasi orang-orang
keberadaan Satuan kerja (Satker) karena tertentu, sehingga tidak
lembaga ini yang menyetujui pencairan mencerminkan kepemimpinan
dana BLM di masing-masing kelurahan yang koletif kolegial;
setelah diverifikasi oleh Penanggung 2) Aspek doktrin PNPM-MP yaitu
Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) intervensi program dengan
pada tingkat Kecamatan. stimulant BLM kurang dipahami
Muliono dalam Purwoko, (2007) secara utuh, sehingga pemanfaatan
menjelaskan bahwa dalam kelembagaan dana BLM kurang tepat sasaran;
terdapat dua komponen utama yaitu 3) Aspek program
komponen fungsional dan operasional dimasyarakat ada kesan program
yang berhubungan dengan pelaksanaan PNPM-MP dalam distribusi
kebijakan. Dalam hal ini kebijakan kebiatan yang didanai BLM
penanggulangan kemiskinan melalui (kegiatan Tri-Daya) tidak
kelembagaan PNPM-MP menuntut berdasarkan prioritas
kemendesakan atau kegawatan

123
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

tetapi lebih pada pemerataan


kegiatan;
4) Aspek sumberdaya manusia,
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan, 2010, Penelitian Kualitatif,
terkesan asal memenuhi kuantitas
(Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
untuk sebuah program dan belum
Publik, Ilmu Sosial lain), Prenada,
menyentuh soal kualitas, sedang
Media, Group, Jakarta.
sumber daya keuangan sangat
Eastman, Milton J., 1991. Management
terbatas karena hanya berasal dari
Dimensions of Development:
jasa pinjaman bergulir dan BOP;
Perspectives and Strategies,
5) Aspek struktur internal, struktur
Connecticut: Kumarian Press
kelembagaan yang seragam sangat
Joseph W. Eaton, 1986 (editor),
membatasi gerak BKM/KSM
Pembangunan Lembaga dan
dalam kegiatan
Pembangunan Nasional, dari konsep
6. Implikasi Manajerial dan aplikasi, UI Presss.
1) Perlu dikembangkan pola Miles, M. B. dan Huberman, M.1992,
kepemimpinan BKM/KSM yang Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
partisipatif, koleftif kolegial oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta:
dengan azas musyawarah UI Press.
mufakat; Moleong, Lexy J. 2000, Metodologi
2) Perlu dikembangkan pemahaman Penelitian Kualitatif, Remaja Karya,
doktrin PNPM-MP melaui Bandung
berbagai kegiatan lembaga terkait North DC. 1990. Institutions, Instutional
(pemerintah dan kelompok Change and Economic Performance.
peduli); Cambrige University Press, Cambrige.
3) Perlu sosialisasi program secara Ostrom, E. 1985. Formulating the elements
intensif, karena program PNPM- of institutional analysis. Paper
MP bukan sekedar penyaluran presented to conference on Institutional
dana BLM, tetapi yang dibangun Analysis and Development.
adalah manusianya melalui proses Washington D.C. May 21-22, 1985
belajar dalam program; Ruttan and Hayami, 1984 Toward a theory
4) Perlu instrumen program yang of induced institutional innovation.
mengatur pendidikan sebagai Journal of Development Studies.Vol.
kriteria sumberdaya pengelola 20:203-33
program; Siagian, 2005, Administrasi Pembangunan.
5) Perlu dikembangkan struktur Jakarta: C.V. Haji Masagung.
kelembagaan yang fleksibel sesuai Uphoff, N. 1992. Local Institutions and
kebutuhan, mengingat BKM/KSM Participation for Sustainable
adalah lembaga kemasyarakatan Development. Gatekeeper Series
bukan lembaga pemerintah. SA31. IIED, London.
Uphoff, Norman (1986), Local Institutional
Development, Kumarian Press,
Westhartford, Connecticut

124

Anda mungkin juga menyukai