1411-0199
Andrianus Resi
Mahasiswa PMIAP, PPSUB / Staf Pemprov NTT
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena yang ditunjukkan oleh LSM-
LSM, yaitu visi dan misi mereka yang jelas mulai berpihak pada pengembangan
masyarakat. Pada masa orde baru keberadaan mereka lebih banyak diposisikan sebagai
lembaga yang selalu merepotkan setiap kebijakan pemerintah. Sinergi atau pola kerja sama
yang baik antara Birokrasi Pemerintah dan (LSM) LPIP sangat penting dalam
memberdayakan masyarakat pesisir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). Memperoleh informasi yang akurat tentang
respon masyarakat terhadap upaya pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun LSM; 1). Menemukan kendala-kendala yang dihadapi baik oleh birokrasi
pemerintah maupun LSM dalam mengimplementasikan kebijakan dan program
pembangunan di tingkat lokal; 2). Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari sinergi antara
(LSM) LPIP Surabaya dengan Birokrasi Pemerintah Daerah dalam memecahkan
permasalahan pembangunan masyarakat pesisir; 3). Mendeskripsikan pemahaman dan
respon masyarakat terhadap upaya pemberdayaan yang dilakukan LSM dan Birokrasi
Pemerintah; 4). Menyodorkan alternatif pemecahan masalah bagi peningkatan peran
birokrasi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan pembangunan yang sejalan dengan
bingkai pemberdayaan. 5). Memperoleh informasi yang akurat tentang respon masyarakat
terhadap upaya pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun LSM Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yakni
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam tentang permasalahan
yang akan diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) LSM LPIP dalam menangani beberapa
konflik menawarkan pendekatan yang berbeda, yaitu memakai strategi pendekatan yang
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dengan melibatkan mereka (tokoh
masyarakat, birokrasi, pengusaha) sebagai mediator; 2) hubungan kerja sama antara
Pemerintah Daerah Banyuwangi dengan LSM LPIP telah berjalan dengan mencapai hasil
yang relatif memuaskan dalam memberdayakan masyarakat pesisir. Hal ini terjadi karena
ada kerja sama yang saling mendukung terhadap program dan sasaran yang ingin dicapai;
3) sinergi antara LSM dengan Pemerintah Daerah adalah agar Birokrasi Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembangunan masyarakat.
Dalam pembangunan daerah aparat birokrasi tidak akan mampu menjangkau seluruh
54
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
ABSTRACT
55
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
nitas, nation building dan kemajuan sosial teraan bagi masyarakat terutama pada
ekonomi. golongan masyarakat kelas bawah. Ketim
Sementara konsep pembangunan me- pangan pembangunan antar wilayah dan
nurut Briant dan White (1987) dalam daerahpun kian nampak disebabkan oleh
Prayitno (2002) mencakup pengertian gagalnya pihak pertama pembangunan atau
menjadikan (being) dan mengerjakan birokrat dalam mejalankan kebijakan pem-
(doing). Ini berarti proyek dan program bangunan atau juga sektor kedua pem-
pembangunan bukan saja membuahkan bangunan melalui mekanisme pasar dalam
perubahan-perubahan fisik yang kongkrit, penciptaan pemerataan pemba ngunan
melainkan juga menghasilkan sesuatu ekonomi antar wilayah. Staniland (1995)
dengan cara tertentu sehingga rakyat mem- dalam Elfin Elyas (2001) menjelaskan;
peroleh kemampuan yang lebih besar penyebab dari political failure tersebut
untuk memilih dan memberikan tanggapan adalah akibat dari pem-buatan struktur
terhadap perubahan-perubahan tersebut. kebijakan negara yang dilakukan oleh
Selanjutnya perubahan yang terjadi dapat birokrat sebagai adminis trator pemba-
memberi kontribusi pada potensi-potensi ngunan yang tidak berpihak pada kaum
individu, disamping memperhatikan sifat miskin, orientasi pembangunan ekonomi
dasar kebutuhan manusia yang membu- yang mengarah pada pertum buhan
tuhkan rasa keadilan. (economic growth) cenderung mengun-
Sementara itu Arsyad (1999) membe- tungkan lingkaran kapitalisme dan elit
rikan defenisi atau pengertian pemba- yang berkuasa, sehingga kekayaan negara
ngunan yang lebih spesifik yang mengarah hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
pada pembangunan wilayah atau daerah Senada dengan pendapat diatas Abdul
dengan sebutan “pembangunan ekonomi Wahab (1999) menambahkan bahwa besar-
daerah” dimana pembangunan tersebut nya dominasi negara dalam peren-canaan
diartikan sebagai proses atau hubungan pembangunan telah mengabaikan peran
sinergi antara pemerintah daerah dan serta kekuatan masyarakat dalam proses
masyarakatnya mengelola sumber daya- pembuatan kebijakan negara.
sumberdaya yang ada dan mem-bentuk Orde Baru dalam perjalanan sejarah
suatu pola kemitraan dengan pihak swasta nya, telah berupaya melakukan pemba
(dunia usaha maupun kelompok masya- ngunan berencana bagi rakyat Indonesia
rakat dalam hal ini LSM) untuk khususnya antara tahun 1970-an hingga
menciptakan lapangan kerja baru ataupun pertengahan tahun 1980-an. Yang dilaku
peningkatan kegiatan usaha masyarakat kan pertama kali adalah melakukan pemba
yang telah ada dalam wilayah tersebut ngunan secara kolosal dan dibiayai oleh
sebagai upaya merangsang pengembangan negara, pasalnya karena rakyat memang
kegiatan ekonomi masyarakat. tidak berdaya. Tujuan pemerintah adalah
Dari pengertian pembangunan di atas, membangun kekuatan dari rakyat dan
jelaslah bahwa suatu kegiatan pemba kelak menyerahkan kekuatan tersebut ke-
ngunan yang dilakukam secara sistematis pada rakyat dan rakyat membangun dengan
dengan melibatkan semua elemen masya mandiri.
rakat dilaksanakan secara terpadu untuk Sayangnya, setelah 25 tahun Orde
mencapai tujuan dalam rangka kemakmur Baru membangun, tahun 1997 terjadi krisis
an masyarakat. Pembangunan merupakan ekonomi yang meluluhlantahkan pemba
suatu proses perubahan taraf hidup, dari ngunan ekonomi yang sampai sekarang
yang kurang mampu secara ekonomi belum bisa diatasi seluruhnya. Jika diamati
menjadi lebih mampu. dengan kepala dingin kata Nugroho
Jika diamati secara teliti proses (2001) kekeliruan utama Orde Baru adalah
pembangunan yang terjadi di dunia ketiga, gagal dalam memenuhi janjinya kepada
juga termasuk Indonesia telah gagal mem- rakyat. Pada awal pembangunan, janji yang
bentuk distribusi pemerataan kesejah dirumuskan dalam kebijakan pembangunan
57
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
58
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
indonesia sebagai program bantuan untuk gerakan anti globalisasi, anti rasis dan
lembaga keluarga berencana. sebagainya.
Di masa Orde Baru, dapat disebut Ada kecenderungan LSM-LSM yang
LSM tumbuh dan berkembang sebagai mempunyai visi dan misi yang jelas mulai
sparing partner bagi pemerintah. Pemba memposiskan diri mereka dan berpihak
ngunan yang mengunakan pendekatan pada pengembangan masyarakat. Hanya
modernisme, meskipun menghasilkan per- saja kehadiran mereka di era Orde Baru
tumbuhan ekonomi, tapi tidak cukup lebih banyak diposisikan sebagai lembaga
mengembangkan pemerataan, baik peme- yang selalu merepotkan setiap policy
rataan partisipasi maupun hasil-hasil pem- pemerintah, bahkan selalu dicurigai setiap
bangunan. Salah satu dimensi pertumbuhan ruang geraknya. Ada oraganisasi-orga
LSM pada masa Orde Baru adalah nisasi sejenis seperti PKK dan Karang
kaitannya dengan lembaga-lembaga atau Taruna bentukan pemerintah yang sama-
LSM-LSM luar negeri yang datang ke sama berorientasi masyarakat bawah/akar
Indonesia yang pada umumnya bertujuan rumput, tapi kehadiran mereka lebih
pengembangan masyarakat. merupakan perpanjangan tangan dari
Era 80-an kata Budairi (2002) pemerintah yang mempunyai misi khusus
merupaka era kebangkitan LSM dimana dalam mensukseskan program pemerintah.
sejalan dengan kebijakan pemerintah yang Oleh karenanya tidak mengherankan jika
mendorong dan meningkatkan partisipasi dilapangan terjadi perbedaan cara dan misi
masyarakat dalam proyek-proyek pemba pelayanan kepada masyarakat terutama
ngunan. Kegiatan LSM tersebut, baik yang peran pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan sendiri-sendiri maupun bekerja dilakukan oleh LSM dan lembaga ben-
sama dengan pemerintah telah mencakup tukan pemerintah tadi.
banyak sektor seperti; usaha kecil dan Tidak dapat dipungkiri kalau aktivitas
sektor informal, usaha bersama dan per- LSM lebih mengena sasaran dibanding
koperasian, industri kecil dan perkreditan, Lembaga bentukan pemerintah termasuk
kesehatan, penyediaan air bersih dan didalamnya birokrasi pemerintahan di
sanitasi, perbaikan lingkungan pedesaan daerah. Salah satu bentuk kegiatan LSM
dan perkotaan dan lain sebagainya. yang sangat menonjol adalah dapat
Ornop (LSM) yang kita harapkan merangsang tumbuhnya kesadaran parti-
tidak bekerja untuk kepentingan partai atau sipasi masyarakat dalam membangun
golongan dan juga untuk kepentingan dirinya dan keluarganya dan lingkungan
pemodal raksasa lembaga internasional nya yang selama ini kurang mendapat
atau ornop yang tidak tenggelam dalam perhatian dari pemerintah. Terjadinya
politik porposal. Akan tetapi, harus diakui perbedaan ini dimungkinkan karena
apa yang dikemukakan Petras (2001) ketidaksamaan visi, misi dan program
(dalam Hartiningsih, Kompas : 29) bahwa antar keduanya, selain kebebasan ruang
telah terjadi polarisasi dalam ornop. gerak yang melatarbelakangi. Saatnya
Pertama, ornop yang aktif mempromosikan sekarang pemerintah harus merubah
neoliberalisme. Jenis ornop ini biasanya pandangan terhadap kehadiran LSM,
bekerjasama dengan proyek besar bank bahwa kehadirannya juga merupakan salah
dunia, USAID dan berbagai lembaga dana satu solusi dari lembaga di luar negara
internsional lainnya. Ke dua, ornop (birokrasi pemerintahan) yang dapat
reformis, yang menerima pendanaan skala memberi peran pemberdayaan kepada
menengah dari lembaga-lembaga sosial masyarakat.
demokratik dan pemerintah regional dan Apa yang telah digambarkan diatas,
lokal yang progresif untuk mendanai ternyata desa-desa (6 desa) pantai/ pesisir
proyek-proyek perbaikan dan untuk di Kecamatan Muncar kabupaten
mengoreksi pasar bebas. Ke tiga, Ornop Banyuwangi yang menjadi lokasi pene
radikal yang terlibat dalam gerakan- litian telah terjadi pembenaran bahwa di
59
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
60
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
61
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
harus di tes, (3) pertanyaan apa yang harus kompetitif antara industri besar, menengah
dijawab, (4) metode apa yang harus dan kecil. Disamping itu dalam perspektif
dipakai untuk mencari informasi baru, (5) ekonomi global akan berdampak pada
kesalahan apa yang harus diperbaiki ( lesunya industri/kelompok usaha mene-
Nasution, 1988) ngah dan kecil. Kondisi ini jika tidak
diantisipasi lebih dini, maka kelompok
Keabsahan Data industri menengan dan kecil terlebih di
Secara konseptual keabsahan data pedesaan yang jauh dari tekhnologi
merupakan standart kepercayaan dari suatu modern dan modal yang terbatas akan
penelitian. Moleong, (2000) dan Nasution semakin terpuruk bahkan gulung tikar.
(1996) menetapkan empat kriteria/teknik Memperhatikan persoalan tersebut
pemeriksaan data keabsahan data. Keempat maka LSM Lembaga Pengembangan In-
kriteria tersebut adalah: Credibility (de- dustri Pedesaan (LPIP) mengambil peran
rajad kepercayaan), Transferability (keter- untuk membantu industri kecil terutama
alihan), Dependability (ketergantungan), yang ada dipedesaan dengan beberapa pe-
Confirmability ( konfirmasi). mikiran yaitu: Pertama, menyadari bahwa
peran industri kecil sangat besar dalam
menopang pertumbuhan ekonomi Indo-
HASIL DAN PEMBAHASAN nesia, maka usaha untuk mendorong,
mengembangkan dan meningkatkan kiner-
Deskripsi LSM Lembaga ja industri tersebut sangat diperlukan; Ke
Pengembangan Industri Pedesaan dua, tanggung jawab untuk pengembangan
industri kecil tidak hanya tugas pemerintah
Yayasan Lembaga Pengembangan tetapi juga swasta dan institusi lain yang
Industri Pedesaan atau yang disingkat mempunyai komitmen untuk mengem-
dengan “LPIP‟‟ didirikan pada tanggal 11 bangkan industri kecil di masa mendatang.
Pebruari 1988 di bawah Notaris Wachid Usaha mengembangkan industri kecil
Hasyim, SH dengan dokumen resmi no. 23 sangat kompleks, meliputi aspek kemam-
di Surabaya, bersifat Independen. LPIP puan, kualitas produk dan manajemen
berasaskan Pancasila. Tujuan pendirian produksi, keuangan, pemasaran, tekhnologi
Yayasan tersebut untuk memberikan dan sebagainya; Ke tiga, menyadari bahwa
motivasi dan pembinaan dalam pengem- partisipasi yang efektif hanya dapat
bangan industri kecil di pedesaan sehingga dilakukan melalui usaha-usaha yang
dapat tumbuh dan berkembang secara teratur, terprogram dan terus menerus.
sehat, mandiri dan profesional (AD dan Berdasar tujuan dan hal-hal mendasar yang
ART). menjadi prioritas utama program dari LSM
Berpijak pada tujuan yang disebutkan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan
di atas LSM Lembaga Pengembangan yaitu program yang sedang dan bahkan
Industri Pedesaan memandang bahwa yang sudah dilaksanakan antara lain:
perkembangan industri nasional keba- 1. Meningkatkan pengetahuan dibidang
nyakan dikuasai pihak swasta dan pengembangan industri, khususnya
konsentrasi mereka adalah industri besar industri kecil dan menengah.
dengan menggunakan teknologi tinggi. 2. Pendidikan kewirausahaan yang terus
Satu dari konsekwensi yang penting adalah menerus bagi generasi muda.
keberadaan jenjang dari perkembangan 3. Pendidikan keahlian dan manajemen
industri besar, menengah dan kecil. bisnis untuk pengusaha disektor eko-
Kondisi semacam ini tidak menguntungkan nomi kelas bawah dan industri.
perkembangan ekonomi dan sosial secara 4. Perkembangan dinamika kelompok di
nasional. Dengan semakin bertumbuhnya pedesaan untuk mengembangkan akti-
perekonomian nasional khususnya sektor vitas ekonomi produktif.
industri, maka persaingan usaha semakin
62
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
63
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
64
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
65
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
masyarakat melalui cara pandang masya- 5. Mengadakan kerja sama dengan se-
rakat sebagaimana diuraikan di atas, maka genap komponen, baik pemerintah,
untuk memperlancar operasional atau kalangan dunia usaha, lembaga amal/
aktivitas LPIP, seluruh komponen anggota, dan para donatur/sponsor dan
mulai dari unsur Pimpinan Lembaga / Lembaga perkreditan guna kelancaran
Yayasan LPIP telah diikat atau disyaratkan pelaksanaan program pembangunan
oleh Visi, Misi dan Strategi yang jelas dan masyarakat yang sesuai dengan cita-
terarah sehingga kinerja mereka dapat cita dan keinginan masyarakat.
diukur. Strategi yang digunakan oleh LPIP
Visi dari LPIP adalah: seluruh dalam rangka memberdayakan masyarakat
masyarakat pra-sejahtera/miskin atau yang miskin dan konflik-konflik sosial khusus
belum beruntung, LPIP dapat mengem- nya di Muncar adalah sebagai berikut:
bangkan potensi mereka secara ber-
tanggung jawab dan utuh dalam Participatory Rural Appraisal
lingkungan sosial yang beradab dan adil. PRA adalah pendekatan dan metode
Sedangkan, misi LPIP adalah mendam- yang memungkinkan masyarakat untuk
pingi masyarakat pra-sejahtera/miskin saling berbagi, meningkatkan dan meng-
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup- analisis pengetahuan mereka tentang
nya membangkitkan partisipasinya dalam kondisi, membuat rencana tindak lanjut
usaha ekonomi produktif dengan me- dan sekaligus mengaktualisasikan rencana
mandang masyarakat sebagai mitra tindak tersebut. Melalui metode ini
sebagaimana konsep dan pola yang sudah diharapkan akan ditemukan secara tepat
ditetapkan melalui visi yakni mengem- tentang kondisi riil kelompok sasaran
bangkan potensi mereka secara ber- pendampingan, yaitu :kelompok nelayan
tanggung jawab yakni yang berdayaguna (rumah tangga perikanan) atau forum
dan berhasilguna dan utuh dalam masyarakat.
lingkungan sosial yang beradab dan adil
melalui: Institutional and Capacity Building
1. Secara langsung bekerja bersama Adalah cara untuk membangun insti-
dengan masyarakat pra-sejahtera tusi atau lembaga baik dari struktur dan
/miskin dalam upaya pemenuhan sitemnya maupun kinerjanya. Metode ini
kebutuhan dasar mereka. Dan mencari digunakan untuk mendorong kelompok
usaha alternatif yang lain sebagai nelayan dan kelompok perikanan lokal,
tambahan pendapatan mereka sehingga secara kelembagaan struktur dan
2. Upaya peningkatan sosial ekonomi sistemnya mantap dan memadai sesuai
masyarakat dengan memberikan pe- dengan kebutuhan yang ada disertai
mahaman kepada masyarakat pra- dengan kinerja yang baik, aktif bahkan
sejahtera tentang pentingnya nilai reponsife terhadap setiap gerak dan
tambah dari produk industri kecil / dinamika masyarakat.
home industri.
3. Membentuk kelompok-kelompok usa- Technical and Advisory Assistence
ha produktif dan atau mengembangkan Strategi ini digunakan untuk mening-
kelompok usaha yang sudah ada katkan kemampuan teknis dan ketrampilan
kearah yang lebih sehat dan mandiri. para pengurus lembaga kelompok nelayan
4. Pendampingan terhadap kelompok (rumah tangga perikanan) dan kelompok
usaha atau rumah tangga produktif perikanan lokal untuk menyusun sistem
yang ada dimasyarakat, serta mem- manajemen pengelolaan organisasinya.
berikan penyadaran tentang penting-
nya pengembangan ekonomi produktif Transactive Proces
dan usaha pemasaran. Adalah suatu metode pembangunan
atau pengembangan masyarakat yang
66
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
67
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
68
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
69
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
13. Perda Nomor 5 tahun 1976 tanggal 1). Mendamaikan kelompok nelayan
10 Juli 1976 tentang Ppenggunaan (rumah tangga perikanan) yang konflik
Alat-alat Penangkapan Ikan. akibat perebutan sumber daya perikanan;
b). Peningkatan Sosial Ekonomi Masya-
Pada kenyataannya, penegakan hukum rakat; c). Sanitasi Lingkungan.
terhadap berbagai peraturan tersebut
sangat lemah dan ini mengindikasikan Sinergi Birokrasi Pemerintah dan
seolahh-olah berbagai peraturan tersebut LSM-Lembaga Pengembangan
tidak pernah ada. Praktek di lapangan jauh Industri Pedesaan dalam Pemba-
panggang dari api dalam arti bahwa ngunan Masyarakat Pesisir
kebijakan pemerintah berupa peraturan
yang dikeluarkannya banyak dilanggar dan Upaya dan peran LSM-LPIP dalam
pelanggaran tersebut tidak ada sanksi pembangunan masyarakat 6 desa di
hukum yang jelas. Muncar dan juga Pemerintah yang meru-
Selanjutnya kebijakan nyata yang pakan salah satu tugas pokok yang melekat
serius yang sudah lama dilakukan jauh dipundaknya dapat dianalisis sebagai
sebelum Undang-undang No.22 Tahun berikut:
1999 tentang Pemerintahan Daerah dari Pertama, dalam menyelesaikan konflik
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam yang memang sudah lama terjadi di
hal pelayanan kepada masyarakat pesisir Muncar akibat perebutan sumberdaya
yang mempunyai kekhususan sumber daya perikanan, LSM-LPIP memakai pola
perikanan adalah dengan menempatkan pendekatan partisipatif. Masyarakat (Ke-
kantor Cabang/Resort Dinas kelautan dan lompok Inti yang merupakan representasi
Perikanan yang dekat dengan pelabuhan dari masyarakat) diajak untuk berdiskusi
ikan di wilayah Kecamatan Muncar, menyelesaikan problemnya. Masyarakat
maksudnya adalah agar memberikan pela- ditawarkan/disodorkan dengan berbagai
yanan yang lebih cepat dan tepat sasaran, alternatif pilihan solusi yang menurut
sementara enam kecamatan lain yang juga mereka baik yang dapat memuaskan semua
merupakan kecamatan pantai tidak pihak. Tawaran yang disampaikan oleh
ditempatkan kantor resortnya. . Hal ini LSM-LPIP adalah proses dialogis yang
dikarenakan wilayah Muncar memiliki dapat membangkitkan kesadaran dari
daerah yang spesifik yang berkaitan masyarakat tentang pentingnya suasana
dengan komunitas masyarakat pantai yang damai dan nyaman.
kehidupan sebagian warganya sebagai Sementara Birokrasi pemerintah me-
nelayan yang memiliki banyak persoalan makai pola pendekatan kekuasaan yang
klasik seperti konflik-konflik perebutan selama ini menjadi kebiasaannya. Masya-
sumber daya perikanan, kemiskinan yang rakat ditempatkan sebagai obyek, tidak
masih tetap melilit sebagian masya- peduli apa keinginan masyarakat dalam
rakatnya dan persoalan lingkunga hidup persoalan tersebut. Banyak persolan yang
yang khas. muncul tersebut, dapat diselesaikan tapi
Terkait dengan penanganan atau tidak memberikan kepuasan semua pihak
pemecahan beberapa problem pemba- dan konflik yang kelihatan sudah dapat
ngunan dan pemberdayaan masyarakat diatasi tidak lama muncul lagi yang lebih
pesisir yang dilakukan oleh LSM-LPIP di parah. Tidak ada upaya kreatif yang
enam desa pesisir yang merupakan lokasi dilakukan oleh pemerintah dalam pola
penelitian, peran Birokrasi Pemerintah pendekatannya, mereka hanya menggu-
Kabupaten Banyuwangi yang merupakan nakan waktu/jam dinas dalam usahanya
salah satu tugas pokok yang melekat, untuk menyelesaikan konflik dari pada
melalui instansi-intansi terkaitnya dan mengatur waktu untuk menyesuaikan
pemerintah yang ada di bawahnya dengan kegiatan masyarakat, ini justru
melakukan upaya-upaya sebagai berikut: menjadi salah satu problem mengapa
70
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
masyarakat kurang simpatik dengan pola kelompok yang sudah ada merupakan salah
pendekatan yang dilakukan pemerintah, satu kegiatan alternatifnya, disamping
karena kegiatan pertemuan bertabrakan memberikan advokasi berupa penyelesaian
dengan kegiatan masyarakat untuk mencari beberapa konflik yang dilakukan bersama-
nafkah. Kehadiran LSM-LPIP di Muncar sama dengan komponen inti masyarakat
Banyuwangi mendapat respon yang baik dan pemerintah seperti yang telah
dari pemerintah yang menawarkan pola dijelaskan didepan dan usaha sanitasi
pendekatan partisipatif dalam menye- lingkungan.
lesaikan konflik maupun kegiatan-kegiatan Ke tiga, Kerjasama Birokrasi Peme-
lainnya yang berkaitan dengan kepentingan rintah dengan LSM-LPIP dalam usaha
pemberdayaan masyarakat. sanitasi lingkungan, sudah cukup banyak
Jadi analisis kami terhadap penye- dijelaskan didepan. Analisis terhadap
lesaian konflik yang terjadi di lokasi kerjasama yang telah dilakukan tersebut,
penelitian perlu ada kerja sama yang baik menunjukkan bahwa Birokrasi Pemerintah
secara sinergi dari LSM-LPIP dengan dalah hal ini Pemerintah Desa yang sangat
Pemerintah, tanpa harus curiga atau merasa dekat dengan masyarakat tidak dapat
disepelekan. Sikap dan kesediaan melakukan sendiri persoalan sampah yang
pemerintah dalam menerima perubahan dialami warga desanya. Akibatnya sampah
paradigma pendekatan yang dilakukan oleh bertumpuk dimana-mana dan menjadi
LPIP dalam menyelesaikan konflik adalah masalah yang serius, karena tidak diangkut
merupakan bentuk kerja sama yang efektif. oleh pasukan kuning dari Dinas Ke-
LSM-LPIP tidak dapat melakukan sendiri bersihan dan Pertamanan. Hal tersebut
pekerjaan tersebut walaupun didukung diakibatkan kurangnya koordinasi antara
oleh kelompok inti masyarakat seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan
tokoh-tokoh agama, pengusaha dan tokoh Pemerintah Desa setempat dalam soal
adat lainnya, kalau tidak didukung oleh penanganan sampah. Setelah ada protes
pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dari warga tentang masalah sampah di
nyata, mustahil konflik dapat diselesaikan Dinas Kebersihan, jawabnya bahwa
dengan baik dan memuaskan semua pihak. penanganan sampah telah diserahkan
Ke dua, dalam usaha meningkatakan kepada Pemerintah desa masing-masing
sosial ekonomi masyarakat, pembangunan melalui PERDA Banyuwangi.
yang ditawarkan kepada masyarakat adalah Sosialisasi dan Implementasi PERDA
pembangunan yang menurut perspektif tersebut dilakukan oleh LSM-LPIP atas
masyarakat. Memberdayakan masyarakat permintaan resmi Pemerintah Desa yang
pesisir, baik LSM-LPIP maupun Peme- mengalami masalah sampah yang serius.
rintah sama-sama memiliki visi dan msi Pemerintah Desa memberikan kepercayaan
yang jelas. Pemerintah memiliki predikat kepada LSM untuk melakukan upaya
pelaku pembangunan sudah tidak dira- pendekatan kepada msyarakat tentang
gukan lagi melalui kebijakan-kebija- masalah penanganan sampah dan teknik-
kannya. Walaupun implementasinya di teknik penanggulangannya. Mulanya LSM
lapangan, banyak yang dipertanyakan agak keberatan dengan kepercayaan
tentang efektifitasnya. Sementara LSM- tersebut, karena merasa tidak ber-
LPIP juga punya komitmen terhadap pengalaman soal penanganan sampah. Tapi
pembangunan masyarakat. Lembaga karena didorong rasa tanggung jawab,
(Yayasan) dibentuk atas dasar keprihatinan maka pekerjaan tambahan ini dilakukan
terhadap penduduk yang belum beruntung. agar lebih dekat dan mendapat simpatik
Kehadiran LPIP dalam proyek-proyek dari masyarakat. Pekerjaan penanganan
kerja sama ini lebih difokuskan pada sampah ini memang pekerjaan yang
kegiatan usaha yang mengarah pada sifatnya gotong-royong, yang diharapkan
kemandirian. Pembentukan kelompok agar masyarakat semuanya terlibat aktif
usaha bersama ataupun mengembangkan dan membayar retribusi sampah yang
71
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
72
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
73
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
dengan cara membentuk Kelompok Usaha dan Birokrasi Pemerintah) telah memberi
Bersama atau mengembangkan kelompok hasil yang relatif optimal bagi kehidupan
yang sudah ada kearah yang sehat dan sosial ekonomi masyarakat.
mandiri. Pembentukan kelompok UB Impilkasi teoritis dari penelitian ini
tersebut disertai dengan pelatihan-pelatihan membenarkan atau mendukung konsep
bagi kader pengurus kelompok usaha dari Osborne dan Gabler dalam Re-
bersama, sehingga mereka memiliki ke- inventing Government, bahwa Sinergi
mampuan untuk merencanakan, mengem- antara LSM dengan Pemerintah Daerah
bangkan manajemen usaha, administrasi adalah agar Birokrasi Pemerintah bertindak
pembukuan sederhana tentang rugi laba. sebagai fasilitator, motivator, dan dina-
Memberi bantuan kredit berupa dana misator dalam pembangunan patut untuk
bergulir, pelatihan keterampilan peng- dipertimbangkan. Memang disadari bahwa
awetan, pengasapan, pemindangan dan untuk memerankan tiga fungsi ini bukan
lain-lain. 12 (duabelas) dari 27 (dua puluh merupakan pekerjaan yang mudah. Sebab
tujuh) KUB yang berhasil kami datangi mereka akan dibatasi oleh bingkai nilai-
dan mewawancarai pengurus maupun nilai politis dan ideologi. Oleh karenanya
anggotanya secara umum mengatakan, dalam pembangunan daerah aparat biro-
bahwa kerja sama keduanya menunjukkan krasi tidak akan mampu menjangkau
kinerja yang bagus. Kesemuanya itu seluruh kebutuhan pemba-ngunan khusus-
dilakukan atas dasar keinginan dan potensi nya dibidang sosial eko-nomi tanpa
yang dimiliki masyarakat. LSM-LPIP melakukan pola kemitraan dengan pihak
dalam mendampingi Kelompok Usaha lain termasuk Lembaga Swadaya Masya-
Bersama tersebut bertindak sebagai fasi- rakat (LSM). Pembenaran di lapangan/
litator dan motivator. Birokrasi Pemerintah lokasi penelitian, telah ada kerja sama yang
menyediakan proyek pemba-ngunan ma- saling mendukung antara LPIP dengan
syarakat pantai disertai dengan dana yang Birokrasi Pemerintah dalam pembangunan
memadai, menyediakan juga tenaga ahli masyarakat pesisir. Walaupun sedikit
bila LSM-LPIP membutuhkan, keduanya banyak ada kekurangan-nya dari masing-
saling berkoordinasi dan bekerja sama masing pihak dalam mengaplikasikan
secara sinergis. program.
Kegiatan sanitasi lingkungan di- Implikasi praktis dari penelitian ini
lakukan oleh LSM-LPIP dengan pemi- menampakan bahwa kebanggaan terhadap
kiran, bahwa lingkungan bersih, Indah dan kehebatan birokrasi pemerintah daerah
Nyaman akan memberikan suatu gairah dalam mengelola pembangunan masih
hidup bagi masyarakat yang mendiaminya. dipertanyakan. Birokrasi juga memiliki
LPIP dalam menangani masalah sampah di keterbatasan, hal ini nampak dari aparat
lokasi penelitian, bekerja sama dengan birokrat dari kabupaten Banyuwangi.
Pemerintah Desa. Telah berhasil dengan Birokrasi Pemerintah di lapisan bawahnya
memuaskan, sampah-sampah yang ber- tidak mampu mengatasi persoalan konflik
serakan dapat diatasi. Retribusi sampah sosial nelayan maupun usaha ekonomi
yang ditetapkan pemerintah desa dapat produktif bagi masyarakat yang belum
diterima masyarakat berkat sosialisasi yang beruntung serta usaha sanitasi lingkungan
dilakukan oleh LPIP dengan aparat Desa. secara sendirian, tapi setelah melakukan
Usaha penanaman kembali/ penghijauan interaksi dengan LSM-LPIP dalam usaha
bakau yang dilakukan oleh masyarakat kerja sama tersebut dapat mencapai hasil
pantai di lokasi penghijauan juga telah yang relatif lebih optimal dibanding
memberi kenyamanan bagi penduduk yang sebelumnya. Penelitian ini dapat meng-
mendiaminya dan telah memberikan hasil ungkapkan sinergi antara Birokrasi
berupa tangkapan ikan disekitar lokasi Pemerintah dengan LSM-LPIP dalam
tersebut yang sebelumnya sulit men- pembangunan masyarakat Pesisir seperti
dapatkan ikan. Kerja sama keduanya (LSM yang telah disinggung diatas.
74
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
75
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
76
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199
77