Anda di halaman 1dari 23

WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN.

1411-0199

INTERAKSI BIROKRASI PEMERINTAH DAN LEMBAGA SWADAYA


MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN
(Sinergi Birokrasi Pemerintah dengan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP)
dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Muncar, Banyuwangi )
Interaction between Government Bureaucracy and Non Governmental Organization in
Society Development
( Synergy between Government Bureaucracy and the Association of Rural Industry
Development (LPIP) in Empowering Coastal Society in the Muncar sub-district,
Banyuwangi Regency)

Andrianus Resi
Mahasiswa PMIAP, PPSUB / Staf Pemprov NTT

Soesilo Zauhar dan Ismani H.P.


Dosen Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena yang ditunjukkan oleh LSM-
LSM, yaitu visi dan misi mereka yang jelas mulai berpihak pada pengembangan
masyarakat. Pada masa orde baru keberadaan mereka lebih banyak diposisikan sebagai
lembaga yang selalu merepotkan setiap kebijakan pemerintah. Sinergi atau pola kerja sama
yang baik antara Birokrasi Pemerintah dan (LSM) LPIP sangat penting dalam
memberdayakan masyarakat pesisir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). Memperoleh informasi yang akurat tentang
respon masyarakat terhadap upaya pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun LSM; 1). Menemukan kendala-kendala yang dihadapi baik oleh birokrasi
pemerintah maupun LSM dalam mengimplementasikan kebijakan dan program
pembangunan di tingkat lokal; 2). Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari sinergi antara
(LSM) LPIP Surabaya dengan Birokrasi Pemerintah Daerah dalam memecahkan
permasalahan pembangunan masyarakat pesisir; 3). Mendeskripsikan pemahaman dan
respon masyarakat terhadap upaya pemberdayaan yang dilakukan LSM dan Birokrasi
Pemerintah; 4). Menyodorkan alternatif pemecahan masalah bagi peningkatan peran
birokrasi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan pembangunan yang sejalan dengan
bingkai pemberdayaan. 5). Memperoleh informasi yang akurat tentang respon masyarakat
terhadap upaya pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun LSM Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yakni
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam tentang permasalahan
yang akan diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) LSM LPIP dalam menangani beberapa
konflik menawarkan pendekatan yang berbeda, yaitu memakai strategi pendekatan yang
menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dengan melibatkan mereka (tokoh
masyarakat, birokrasi, pengusaha) sebagai mediator; 2) hubungan kerja sama antara
Pemerintah Daerah Banyuwangi dengan LSM LPIP telah berjalan dengan mencapai hasil
yang relatif memuaskan dalam memberdayakan masyarakat pesisir. Hal ini terjadi karena
ada kerja sama yang saling mendukung terhadap program dan sasaran yang ingin dicapai;
3) sinergi antara LSM dengan Pemerintah Daerah adalah agar Birokrasi Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembangunan masyarakat.
Dalam pembangunan daerah aparat birokrasi tidak akan mampu menjangkau seluruh

54
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

kebutuhan pembangunan khususnya dibidang sosial ekonomi tanpa melakukan pola


kemitraan dengan pihak lain termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kata kunci: Pemberdayaan masyarakat pesisir

ABSTRACT

This research is backgrounded by any trends of Non Governmental Organization


(NGO) about their vision and mission, which tend into the society development. At new
era, they are positioned as institution, which always disturbs government policies. The
synergy between government bureaucracy and LPIP is important in empowering rural
societies.
This research aims (1) to find the obstacles of government bureaucrasy or NGO on
implementing the policy and developing program in local area; (2) to understand the
strengths and weakness from synergy between NGO LPIP Surabaya with Local
Government bureaucrasy on solving development problem of society which faced by them;
(3) to describe the understanding and society response on the empowerment which done by
NGO and government bureaucrasy; (4) to give some solving alternatives to local
government bureaucrasy role increasing on executing the consistent development with the
list of empowerment; (5) to get information, about society response on developing efforts
which done by government or NGO. The research method used in this research is
qualitative descriptive, that is research which aim to get further description about the
problem.
The results of this research show that NGO LPIP, which handles some conflicts,
offered different approach, by using approach strategy, which places society as important
actor by involving them (society figure, brirocracy and the entrepreneur) as mediator.
relationship between Local Government of Banyuwangi and NGO LPIP has reached
satisfied results on society empowerment. It happened because of the relationship that
support the reached program and target. The synergy between NGO and Local Government
are Bureaucrasy Government as Facilitator, motivator and dynamizator on society
development.
On local development, government will not reach all of development needs
especially in social economic without doing relationship with another actors include NGO.

Keywords: Coastal society, empowerment

PENDAHULUAN Siagian (2001) menyatakan pem-


bangunan adalah suatu usaha atau rang-
Bagi negara berkembang seperti kaian usaha pertumbuhan dan perubahan
halnya Indonesia, pembangunan tidak saja yang berencana yang dilakukan secara
menjadi sebuah paradigma (pandangan sadar oleh suatu bangsa, negara dan
keilmuan) melainkan juga menjadi ideo- pemerintah menuju modernitas dalam
logi (pandangan politik) dan bahkan mitos rangka pembinaan bangsa (Nation
(tahayul). (Nugroho, 2001). Ketika Indo- Building). Sedangkan menurut Syambi
nesia merdeka pada tanggal 17 Agustus (1986) menyatakan pembangunan meru-
1945, keadaan amat memprihatinkan, pakan proses perubahan sistem diren-
tertinggal bukan hanya dalam hal canakan dan pertumbuhan menuju kearah
kesejahteraan tapi juga peradaban. perbaikan yang berorientasi pada moder-

55
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

nitas, nation building dan kemajuan sosial teraan bagi masyarakat terutama pada
ekonomi. golongan masyarakat kelas bawah. Ketim
Sementara konsep pembangunan me- pangan pembangunan antar wilayah dan
nurut Briant dan White (1987) dalam daerahpun kian nampak disebabkan oleh
Prayitno (2002) mencakup pengertian gagalnya pihak pertama pembangunan atau
menjadikan (being) dan mengerjakan birokrat dalam mejalankan kebijakan pem-
(doing). Ini berarti proyek dan program bangunan atau juga sektor kedua pem-
pembangunan bukan saja membuahkan bangunan melalui mekanisme pasar dalam
perubahan-perubahan fisik yang kongkrit, penciptaan pemerataan pemba ngunan
melainkan juga menghasilkan sesuatu ekonomi antar wilayah. Staniland (1995)
dengan cara tertentu sehingga rakyat mem- dalam Elfin Elyas (2001) menjelaskan;
peroleh kemampuan yang lebih besar penyebab dari political failure tersebut
untuk memilih dan memberikan tanggapan adalah akibat dari pem-buatan struktur
terhadap perubahan-perubahan tersebut. kebijakan negara yang dilakukan oleh
Selanjutnya perubahan yang terjadi dapat birokrat sebagai adminis trator pemba-
memberi kontribusi pada potensi-potensi ngunan yang tidak berpihak pada kaum
individu, disamping memperhatikan sifat miskin, orientasi pembangunan ekonomi
dasar kebutuhan manusia yang membu- yang mengarah pada pertum buhan
tuhkan rasa keadilan. (economic growth) cenderung mengun-
Sementara itu Arsyad (1999) membe- tungkan lingkaran kapitalisme dan elit
rikan defenisi atau pengertian pemba- yang berkuasa, sehingga kekayaan negara
ngunan yang lebih spesifik yang mengarah hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
pada pembangunan wilayah atau daerah Senada dengan pendapat diatas Abdul
dengan sebutan “pembangunan ekonomi Wahab (1999) menambahkan bahwa besar-
daerah” dimana pembangunan tersebut nya dominasi negara dalam peren-canaan
diartikan sebagai proses atau hubungan pembangunan telah mengabaikan peran
sinergi antara pemerintah daerah dan serta kekuatan masyarakat dalam proses
masyarakatnya mengelola sumber daya- pembuatan kebijakan negara.
sumberdaya yang ada dan mem-bentuk Orde Baru dalam perjalanan sejarah
suatu pola kemitraan dengan pihak swasta nya, telah berupaya melakukan pemba
(dunia usaha maupun kelompok masya- ngunan berencana bagi rakyat Indonesia
rakat dalam hal ini LSM) untuk khususnya antara tahun 1970-an hingga
menciptakan lapangan kerja baru ataupun pertengahan tahun 1980-an. Yang dilaku
peningkatan kegiatan usaha masyarakat kan pertama kali adalah melakukan pemba
yang telah ada dalam wilayah tersebut ngunan secara kolosal dan dibiayai oleh
sebagai upaya merangsang pengembangan negara, pasalnya karena rakyat memang
kegiatan ekonomi masyarakat. tidak berdaya. Tujuan pemerintah adalah
Dari pengertian pembangunan di atas, membangun kekuatan dari rakyat dan
jelaslah bahwa suatu kegiatan pemba kelak menyerahkan kekuatan tersebut ke-
ngunan yang dilakukam secara sistematis pada rakyat dan rakyat membangun dengan
dengan melibatkan semua elemen masya mandiri.
rakat dilaksanakan secara terpadu untuk Sayangnya, setelah 25 tahun Orde
mencapai tujuan dalam rangka kemakmur Baru membangun, tahun 1997 terjadi krisis
an masyarakat. Pembangunan merupakan ekonomi yang meluluhlantahkan pemba
suatu proses perubahan taraf hidup, dari ngunan ekonomi yang sampai sekarang
yang kurang mampu secara ekonomi belum bisa diatasi seluruhnya. Jika diamati
menjadi lebih mampu. dengan kepala dingin kata Nugroho
Jika diamati secara teliti proses (2001) kekeliruan utama Orde Baru adalah
pembangunan yang terjadi di dunia ketiga, gagal dalam memenuhi janjinya kepada
juga termasuk Indonesia telah gagal mem- rakyat. Pada awal pembangunan, janji yang
bentuk distribusi pemerataan kesejah dirumuskan dalam kebijakan pembangunan

57
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

adalah pembangunan yang yang berbasis kelemahan dalam menciptakan struktur


rakyat. Komitmennya adalah masyarakat ekonomi yang kuat atau mampu mengatasi
pedesaan dan pembangunan yang tidak berbagai masalah kemiskinan di Indonesia.
meninggalkan sektor agraris-agroindustri. Dalam hal ini yang bertanggung jawab
Pada tahun 1990 an komitmennya di- terhadap gagalnya pembangunan tersebut
langgar, dengan munculnya kebijakan adalah di pihak pemerintah dan pengusaha
politik yang lebih mementingkan sektor sebagai aktor pertama dan kedua. Mereka
modern yang hanya dikuasai sekelompok lah yang menyebabkan akar krisis dan
kecil individu dan kelompok elit bisnis masalah pembangunan tidak kunjung usai
tertentu serta tergantung kepada sumber- sampai hari ini. Fundamental ekonomi
sumber dari luar negeri, baik sumber yang dibangun tidak memberi bobot
kapital, bahan baku, teknologi hingga kemajuan yang berarti bagi masyarakat,
sumber daya manusia. akibatnya lahirlah apa yang disebut
Pembangunan melahirkan kemajuan di kemiskinan dan kemelaratan.
berbagai segi kehidupan, tetapi jika tidak Jika ditelusuri lebih jauh tentang
ditangani secara koprehensip-integral akan aktivitas LSM, baik sejak sebelum maupun
melahirkan kemelaratan. Dalam arti sesudah kemerdekaan kita akan men
fundmental ekonomi yang dibangun yang dapatkan suatu gambaran menyeluruh
selama ini dibanggakan ternyata rapuh dan perihal kehadiran LSM tersebut. Dalam
memberikan kesengsaraan baru bagi kancah pembangunan di Indonesia, bukan
masyarakat Indonesia. Krisis belum usai, hal baru. Organisasi Non Pemerintah
dan tentu kita sebagai manusia akan terus sebagai lembaga yang bergerak dibidang
mencari jalan keluar agar akar krisis ini pengembangan masyarakat telah ada
dapat diatasi dengan mudah. Memang sebelum kemerdekaan. Fenomena LSM di
tidak banyak orang yang menyadari kata Indonesia sebenarnya telah berlangsung
Chaniago (2001) bahwa pertumbuhan sejak awal abad ke 20. Mula-mula diawali
ekonomi yang terjadi selama kurang lebih dengan berdirinya Boedi Oetomo pada
sembilan tahun terakhir Orde Baru tahun 1908, kemudian disusul dengan
digerakan bukan oleh sektor ekonomi yang organisasi-organisasi lainnya, baik yang
berbasis pada kekuatan sumber daya bersifat lokal maupun nasional Rahardjo
manusia, teknologi, atau permodalan sosial dalam Budairi (2002), mengatakan bahwa
yang ada didalam masyarakat, melainkan Boedi Oetomo yang lahir 1908 disebut
pertumbuhan ekonomi tersebut lebih sebagai LSM pertama di Indonesia.
banyak digerakan oleh meningkatnya kon- Kehadiran Organisasi Non Pemerintah
sumtifisme dikalangan masyarakat mene- tadi telah memberi wacana dan inspirasi
ngah - ke atas, pesatnya pertumbuhan terhadap gerakan LSM di Indonesia. Pada
sektor-sektor “non-trade goods” seperti tahun 1950 an mulai bermunculan LSM-
berbagai jenis bisnis properti, karena LSM di Indonesia yang tidak dapat
komersialisasi ruang dan lokasi-lokasi dipisahkan dengan perkembangan lembaga
strategis dan pada beberapa kasus karena donor internasional yang pada tahun-tahun
mengkomersialisasikan sektor-sektor pu- tersebut mulai bermaksud mengembangkan
blik demi kepentingan segelintir orang kegiatan-kegiatannya ke negara-negara
tadi. dunia ketiga, termasuk Indonesia. Fakta ini
Pembangunan yang berpusat pada bisa dilihat ketika PKBI didirikan di
pertumbuhan ekonomi seperti dijelaskan Indonesia yang menurut kalangan aktivis
diatas, tentu tidak mengakar dalam LSM sebagai lembaga yang pertama ada di
masyarakat, karena masyarakat Indonesia Indonesia yang juga merupakan keinginan
yang tinggal dipedesaan tidak menikmati dari IPPF (sebuah lembaga sosial
dan merasakannya. Dan sesungguhnya internasional yang bergerak dibidang
pembangunan yang berorientasi pada per- kesehatan reproduksi) mengembangkan di
tumbuhan yang demikian, menunjukkan

58
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

indonesia sebagai program bantuan untuk gerakan anti globalisasi, anti rasis dan
lembaga keluarga berencana. sebagainya.
Di masa Orde Baru, dapat disebut Ada kecenderungan LSM-LSM yang
LSM tumbuh dan berkembang sebagai mempunyai visi dan misi yang jelas mulai
sparing partner bagi pemerintah. Pemba memposiskan diri mereka dan berpihak
ngunan yang mengunakan pendekatan pada pengembangan masyarakat. Hanya
modernisme, meskipun menghasilkan per- saja kehadiran mereka di era Orde Baru
tumbuhan ekonomi, tapi tidak cukup lebih banyak diposisikan sebagai lembaga
mengembangkan pemerataan, baik peme- yang selalu merepotkan setiap policy
rataan partisipasi maupun hasil-hasil pem- pemerintah, bahkan selalu dicurigai setiap
bangunan. Salah satu dimensi pertumbuhan ruang geraknya. Ada oraganisasi-orga
LSM pada masa Orde Baru adalah nisasi sejenis seperti PKK dan Karang
kaitannya dengan lembaga-lembaga atau Taruna bentukan pemerintah yang sama-
LSM-LSM luar negeri yang datang ke sama berorientasi masyarakat bawah/akar
Indonesia yang pada umumnya bertujuan rumput, tapi kehadiran mereka lebih
pengembangan masyarakat. merupakan perpanjangan tangan dari
Era 80-an kata Budairi (2002) pemerintah yang mempunyai misi khusus
merupaka era kebangkitan LSM dimana dalam mensukseskan program pemerintah.
sejalan dengan kebijakan pemerintah yang Oleh karenanya tidak mengherankan jika
mendorong dan meningkatkan partisipasi dilapangan terjadi perbedaan cara dan misi
masyarakat dalam proyek-proyek pemba pelayanan kepada masyarakat terutama
ngunan. Kegiatan LSM tersebut, baik yang peran pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan sendiri-sendiri maupun bekerja dilakukan oleh LSM dan lembaga ben-
sama dengan pemerintah telah mencakup tukan pemerintah tadi.
banyak sektor seperti; usaha kecil dan Tidak dapat dipungkiri kalau aktivitas
sektor informal, usaha bersama dan per- LSM lebih mengena sasaran dibanding
koperasian, industri kecil dan perkreditan, Lembaga bentukan pemerintah termasuk
kesehatan, penyediaan air bersih dan didalamnya birokrasi pemerintahan di
sanitasi, perbaikan lingkungan pedesaan daerah. Salah satu bentuk kegiatan LSM
dan perkotaan dan lain sebagainya. yang sangat menonjol adalah dapat
Ornop (LSM) yang kita harapkan merangsang tumbuhnya kesadaran parti-
tidak bekerja untuk kepentingan partai atau sipasi masyarakat dalam membangun
golongan dan juga untuk kepentingan dirinya dan keluarganya dan lingkungan
pemodal raksasa lembaga internasional nya yang selama ini kurang mendapat
atau ornop yang tidak tenggelam dalam perhatian dari pemerintah. Terjadinya
politik porposal. Akan tetapi, harus diakui perbedaan ini dimungkinkan karena
apa yang dikemukakan Petras (2001) ketidaksamaan visi, misi dan program
(dalam Hartiningsih, Kompas : 29) bahwa antar keduanya, selain kebebasan ruang
telah terjadi polarisasi dalam ornop. gerak yang melatarbelakangi. Saatnya
Pertama, ornop yang aktif mempromosikan sekarang pemerintah harus merubah
neoliberalisme. Jenis ornop ini biasanya pandangan terhadap kehadiran LSM,
bekerjasama dengan proyek besar bank bahwa kehadirannya juga merupakan salah
dunia, USAID dan berbagai lembaga dana satu solusi dari lembaga di luar negara
internsional lainnya. Ke dua, ornop (birokrasi pemerintahan) yang dapat
reformis, yang menerima pendanaan skala memberi peran pemberdayaan kepada
menengah dari lembaga-lembaga sosial masyarakat.
demokratik dan pemerintah regional dan Apa yang telah digambarkan diatas,
lokal yang progresif untuk mendanai ternyata desa-desa (6 desa) pantai/ pesisir
proyek-proyek perbaikan dan untuk di Kecamatan Muncar kabupaten
mengoreksi pasar bebas. Ke tiga, Ornop Banyuwangi yang menjadi lokasi pene
radikal yang terlibat dalam gerakan- litian telah terjadi pembenaran bahwa di

59
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

desa-desa tersebut telah berjalan dengan 4. Bagaimana masyarakat merespon dan


apa yang disebut intervensi pembangunan memberi makna terhadap upaya pem-
yang bersifat sektoral strategis dibidang berdayaan baik yang dilakukan oleh
pemberdayaan masyarakat pesisir (rumah Birokrasi Pemerintah maupun
tangga perikanan), baik oleh Birokrasi Lembaga Pengembangan Industri
Pemerintahan (Dinas Kelautan dan Peri pedesaan.
kanan kabupaten ataupun Lebaga Peme-
rintah lainnya) maupun (LSM) Lembaga
Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP). Tujuan Penelitian
Kegiatan yang mereka lakukan sebenarnya Tujuan yang ingin dicapai dalam
merupakan upaya untuk mencari jalan penelitian ini sebagai berikut :
dalam mengatasi persoalan hidup yang 1. Menemukan kendala-kendala yang
dihadapi oleh masyarakat 6 desa pantai, dihadapi baik oleh birokrasi peme-
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyu- rintah maupun LSM dalam meng-
wangi. implementasikan kebijakan dan
Masalah yang menjadi pokok per- program pembangunan di tingkat
hatian yang harus dapat diungkapkan lokal.
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan
upaya pemerintah melalui kebijakannya dari sinergi antara (LSM) LPIP
memberdayakan masyarakat Pesisir dalam Surabaya dengan Birokrasi Pemerin-
usaha meningkatkan kesejahteraannya. tah Daerah dalam memecahkan
Bagaimana upaya LSM LPIP memberda- permasalahan pembangunan masya-
yakan masyarakat Pesisir dalam usaha rakat pesisir dihadapi keduanya.
meningkatkan kesejahteraan, Bagaimana 3. Mendeskripsikan pemahaman dan
sinergi atau pola kerja sama yang di- respon masyarakat terhadap upaya
lakukan Birokrasi Pemerintah dan (LSM) pemberdayaan yang dilakukan LSM
LPIP dalam memberdayakan masyarakat dan Birokrasi Pemerintah.
pesisir dan bagaimana masyarakat me- 4. Menyodorkan alternatif pemecahan /
respon dan memberi makna terhadap upaya solusi bagi peningkatan peran biro-
pemberdayaan yang dilakukan oleh negara krasi pemerintahan daerah dalam
(birokrasi) maupun LSM”. pelaksanaan pembangunan yang
sejalan dengan bingkai pemberdayaan.
Perumusan Masalah 5. Memperoleh informasi yang akurat
Berdasarkan uraian pada latar be- tentang respon masyarakat terhadap
lakang, masalah yang akan dikaji dalam upaya pembangunan baik yang
penelitian ini adalah: dilakukan oleh pemerintah maupun
1. Bagaimana upaya Birokrasi Peme- LSM.
rintah Daerah memberdayakan masya-
rakat pesisir dalam meningkatkan
kesejahteraan. METODE PENELITIAN
2. Bagimana upaya dan keterlibatan
(LSM) Lembaga Pengembangan In- Jenis Penelitian
dustri Pedesaan (LPIP) memberdaya- Penelitian ini menggunakan jenis
kan masyarakat pesisir dalam mening- penelitian deskriptif kualitatif, yakni
katkan kesejahteraan. penelitian yang bertujuan untuk mem-
3. Bagaimana sinergi Birokrasi Peme- peroleh gambaran mendalam tentang
rintah dan Lembaga Pengembangan permasalahan yang akan diteliti.
Industri Pedesaan (LPIP) member- Menurut Bogdan dan Taylor dalam
dayakan masyarakat pesisir dalam Moleong, penelitian kualitatif merupakan
meningkatkan kesejahteraan. prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis

60
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

atau lisan dari orang-orang dan perilaku Sumber Data


yang dapat diamati. Pendekatannya di- Data yang dikumpulkan dalam pene-
arahkan pada latar dan individu secara litian ini bersumber dari para informan.
holistik (utuh). Dalam hal ini peneliti tidak Informan yang dimaksudkan adalah:
boleh mengisolasikan individu atau orang–orang yang dianggap mengetahui
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, benar suatu fenomena yang menjadi obyek
tapi perlu memandangnya sebagai bagian penelitian, sehingga dapat membantu
dari suatu yang utuh (Moleong, 2000). penulis dalam menggali infomasi yang
diperlukan. Penulis juga mengamati
Fokus Penelitian kejadian atau peristiwa(yang merupakan
Fokus penelitian adalah penetapan data) yang terjadi selama dalam proses
masalah yang menjadi pusat perhatian, penelitian ditambah dengan dokumen dan
karena itu fokus penelitian terkait erat catatan yang terkait dengan masalah yang
dengan perumusan masalah yang sekaligus diteliti. Dokumen tersebut tidak lain adalah
menjadi acuannya. Berkaitan dengannya sumber data yang berwujud data arsip,
maka fokus penelitian ini adalah : laporan dan peraturan-peraturan tertentu
serta gambar atau foto yang dapat
Upaya Birokrasi Pemerintah dalam mendukung peneliti memperoleh data yang
pemberdayaan masyarakat pesisir. dibutuhkan dalam penelitian ini.

Upaya Lembaga Pengembangan In- Teknik Pengumpulan Data


dustri Pedesaan dalam pemberdayaan Langkah Peneliti dalam pengumpulan
masyarakat pesisir. Bentuk kerja sama data yaitu:
(sinergi) yang dilakukan oleh Birokrasi Mendatangi lokasi penelitian (Getting
Pemerintah dan Lembaga Pengembangan in); dengan segala macam persyaratan
Industri Pedesaan dalam Pembangunan yang sudah dipenuhi dan memperoleh
masyarakat pesisir: Bagaimana bentuk penerimaan dari orang-orang atau infor-
kerja samanya; Bagaimana prosesnya, dan man akan didekati.
sampai pada pelaksanaannya. Bagaimana Kondisi saat berada di lokasi pene-
pola interaksinya apakah yang terjadi lebih litian (getting along) berusaha melakukan
nampak „‟konfliknya‟‟ atau „‟kerjasama‟‟ hubungan langsung secara pribadi yang
atau „‟persaingan‟‟. akrab dengan subyek penelitian.
Respon atau tanggapan masyarakat Mengumpulkan data (logging data)
terhadap upaya pemberdayaan baik yang dengan teknik sebagai berikut: a). Wawan-
dilakukan oleh Birokrasi Pemerintah cara mendalam (in-depth interview); b).
maupun Lembaga Pengembangan Industri Observasi; c). Dokumentasi.
Pedesaan.
Teknik Analisis Data
Lokasi Penelitian Analisis data mencakup kegiatan
Lokasi penelitian yang ditetapkan oleh menelaah data, membaginya menjadi
peneliti adalah enam desa pantai di satuan-satuan yang dapat dikelola, meng-
kecamatan Muncar Kabupaten Banyu- hubungkan, mencari pola, menemukan apa
wangi, yang sekaligus sebagai sasaran yang penting dan apa yang akan dipelajari
/kelompok dampingan dari Lembaga dan memutuskan apa yang akan dilaporkan
Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP). (Bogdan dan Biklen, 1990). Analisis data
Desa-desa tersebut merupakan kelompok selama pengumpulan data dilakukan setiap
binaan LSM dan juga sasaran program / kali suatu peristiwa yang menjadi fokus
kebijakan dari Pemerintah Kabupaten penelitian selesai direkam dan dirupakan
Banyuwangi yang masih tertinggal jauh dalam bentuk laporan lapangan. Analisis
dari segi kesejahteraan. data ini dapat merupakan (1) data apa yang
masih perlu dicari, (2) hipotesis apa yang

61
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

harus di tes, (3) pertanyaan apa yang harus kompetitif antara industri besar, menengah
dijawab, (4) metode apa yang harus dan kecil. Disamping itu dalam perspektif
dipakai untuk mencari informasi baru, (5) ekonomi global akan berdampak pada
kesalahan apa yang harus diperbaiki ( lesunya industri/kelompok usaha mene-
Nasution, 1988) ngah dan kecil. Kondisi ini jika tidak
diantisipasi lebih dini, maka kelompok
Keabsahan Data industri menengan dan kecil terlebih di
Secara konseptual keabsahan data pedesaan yang jauh dari tekhnologi
merupakan standart kepercayaan dari suatu modern dan modal yang terbatas akan
penelitian. Moleong, (2000) dan Nasution semakin terpuruk bahkan gulung tikar.
(1996) menetapkan empat kriteria/teknik Memperhatikan persoalan tersebut
pemeriksaan data keabsahan data. Keempat maka LSM Lembaga Pengembangan In-
kriteria tersebut adalah: Credibility (de- dustri Pedesaan (LPIP) mengambil peran
rajad kepercayaan), Transferability (keter- untuk membantu industri kecil terutama
alihan), Dependability (ketergantungan), yang ada dipedesaan dengan beberapa pe-
Confirmability ( konfirmasi). mikiran yaitu: Pertama, menyadari bahwa
peran industri kecil sangat besar dalam
menopang pertumbuhan ekonomi Indo-
HASIL DAN PEMBAHASAN nesia, maka usaha untuk mendorong,
mengembangkan dan meningkatkan kiner-
Deskripsi LSM Lembaga ja industri tersebut sangat diperlukan; Ke
Pengembangan Industri Pedesaan dua, tanggung jawab untuk pengembangan
industri kecil tidak hanya tugas pemerintah
Yayasan Lembaga Pengembangan tetapi juga swasta dan institusi lain yang
Industri Pedesaan atau yang disingkat mempunyai komitmen untuk mengem-
dengan “LPIP‟‟ didirikan pada tanggal 11 bangkan industri kecil di masa mendatang.
Pebruari 1988 di bawah Notaris Wachid Usaha mengembangkan industri kecil
Hasyim, SH dengan dokumen resmi no. 23 sangat kompleks, meliputi aspek kemam-
di Surabaya, bersifat Independen. LPIP puan, kualitas produk dan manajemen
berasaskan Pancasila. Tujuan pendirian produksi, keuangan, pemasaran, tekhnologi
Yayasan tersebut untuk memberikan dan sebagainya; Ke tiga, menyadari bahwa
motivasi dan pembinaan dalam pengem- partisipasi yang efektif hanya dapat
bangan industri kecil di pedesaan sehingga dilakukan melalui usaha-usaha yang
dapat tumbuh dan berkembang secara teratur, terprogram dan terus menerus.
sehat, mandiri dan profesional (AD dan Berdasar tujuan dan hal-hal mendasar yang
ART). menjadi prioritas utama program dari LSM
Berpijak pada tujuan yang disebutkan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan
di atas LSM Lembaga Pengembangan yaitu program yang sedang dan bahkan
Industri Pedesaan memandang bahwa yang sudah dilaksanakan antara lain:
perkembangan industri nasional keba- 1. Meningkatkan pengetahuan dibidang
nyakan dikuasai pihak swasta dan pengembangan industri, khususnya
konsentrasi mereka adalah industri besar industri kecil dan menengah.
dengan menggunakan teknologi tinggi. 2. Pendidikan kewirausahaan yang terus
Satu dari konsekwensi yang penting adalah menerus bagi generasi muda.
keberadaan jenjang dari perkembangan 3. Pendidikan keahlian dan manajemen
industri besar, menengah dan kecil. bisnis untuk pengusaha disektor eko-
Kondisi semacam ini tidak menguntungkan nomi kelas bawah dan industri.
perkembangan ekonomi dan sosial secara 4. Perkembangan dinamika kelompok di
nasional. Dengan semakin bertumbuhnya pedesaan untuk mengembangkan akti-
perekonomian nasional khususnya sektor vitas ekonomi produktif.
industri, maka persaingan usaha semakin

62
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

5. Perkembangan kelompok usaha in- tifikasi masyarakat pra sejahtera di Ke-


dustri kecil dan tekhnologi sederhana camatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
untuk industri kecil. Pendampingan dalam rangka community
6. Mempererat kerjasama orang-orang Development di Muncar Banyuwangi dan
yang mempunyai minat dan hal-hal lain-lain. Yang kesemuanya bertujuan
lain yang berkaitan dengannya (Profil untuk meningkatkan kesejahteraan masya-
LPIP). rakat pedesaan yang saat ini masyarakat
sedang menikmati manfaat dari hasil
Disamping tujuan yang sudah dikemu- pendampingan yang dilakukan oleh
kakan diatas yakni untuk menopang Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan
perekonomian nasional dengan mendorong tersebut.
tumbuh dan berkembangnya industri kecil Pengalaman Kerja Lembaga Pengem-
dipedesaan, LSM Lembaga Pengembangan bangan Industri Pedesaan yang sempat
Industri Pedesaan juga merasa terpanggil dicatat dan yang relevan dengan penelitian
mengemban misi membangun masyarakat. ini adalah sebagai berikut:
Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan Tahun 1987: Pelatihan untuk pengem-
ingin terlibat langsung membantu masya- bangan pekerja tingkat nasional, LPIP
rakat miskin atau yang belum beruntung sebagai fasilitator, dan Instruktur Pela-
baik yang ada di desa maupun di per- tihan, bekerja sama dengan Divisi SDM
kotaan. Direktorat Jenderal Bina Lindung Direk-
Sejak berdiri, lembaga ini sudah torat Jenderal Perlindungan Alam dan
menunjukkan kinerja yang mengagumkan, Pemeliharaan Margasatwa. Kontrak kerja-
terutama dalam hal memberdayakan ma- sama dengan departemen tersebut selama
syarakat pedesaan. Sudah banyak pula 12 bulan.
kegiatan yang dilakukan yang memberikan Tahun 1988–1989: Pendidikan alter-
manfaat positif bagi pengembangan ma- natif untuk pengembangan Masyarakat
syarakat. Kegiatan-kegiatan yang pernah pedesaan yang mencakup 35 desa di
dilakukan dan menunjukkan hasil yang Kabupaten Mojokerto, LPIP sebagai Fa-
memuaskan antara lain: Jaringan distribusi silitator dan motivator, bekerja sama
air bersih dengan sistem pompa air di dengan Pemda Mojokerto. Lamanya kon-
Mojokerto, melatih pekerja lapangan untuk trak kerja sama 24 bulan.
tenaga baru dan tenaga konservasi pe- Tahun 1989 (kurang lebih 4 bulan):
desaan di daerah Mojokerto dan Surabaya, Studi awal mengenai perencanaan dan
Tahun 1992 beberapa kali menye- pengembangan teknologi tepat guna yang
lenggarakan pendidikan dan latihan berhubungan dengan kesempatan kerja di
kewirausahaan bagi generasi muda Islam sektor industri, LPIP yang merencanakan,
untuk daerah Bondowoso dan Jember, menyusun dan merekomendasikan ke
bekerjasama dengan BPD HIPMI Jawa pemerintah. Bekerja sama dengan PER-
Timur, Menyelenggarakan pendidikan BINIKON Departmen Pekerjaan Umum
keahlian dalam bidang manajemen bisnis Jakarta.
pengusaha kelas bawah dan industri kecil Tahun 1990-1991: Upaya membang-
di kabupaten Sidoarjo, Blitar, Tulungagung kitkan kreativitas masyarakat untuk mem-
bekerjasama dengan STIESIA INKINDO peroleh air bersih melalui sitem
dan PTP XXIII. Pengembangan usaha bagi penyimpana air. LPIP yang memberi
industri kecil dan home industri di Muncar motivasi dengan berbagai ragam materi
Kabupaten banyuwangi dengan mem- antara lain dinamika kelompok. Partner
bentuk kelompok kelembagaan serta kerja sama dengan Pemda jawa timur dan
mengadakan pendampingan, pembentukan Bina desa Jakarta. Kelompok masyarakat
dan pemantapan kelompok pengelolaan yang menjadi sasaran proyek adalah
sumberdaya perikanan berbasis komunitas Malang Selatan.
(PSBK) di Muncar Banyuwangi, iden-

63
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

Tahun 1991: Membangun kapasitas bupaten Sampang, Sumenep, Madura.


dan mengembangkan kelompok masya- Bekerja sama dengan BPD HIPMI Jawa
rakat di daerah pedesaan. LPIP meren- Timur.
canakan, memfasilitasi, memotivasi dan Tahun 1992-1993 (12 bulan): Pene-
membentuk dinamika kelompok. Kerja litian mengenai pengembangan industri
sama dengan Kabupaten Mojokerto dan kecil di daerah pedesaan. LPIP sebagai
Surabaya Barat. perencanaan, fasilitator, motivator bekerja
Tahun 1991: Pelatihan untuk pekerja sama dengan Kecamatan Puri Kabupaten
lapangan mengenai penggunaan energi Mojokerto.
baru dan konservasi energi pedesaan. LPIP Tahun 1993-1994 (12 bulan): Sistem
terlibat aktif dalam membuat perencanaan, irigasi untuk pengembangan pertanian
pelatihan dan menjadi fasilitator. Kerja dengan sistem pompa mesin. LPIP
sama dengan Direktoran Jenderal Listrik bertindak sebagai penyusunan, perenca-
dan Energi Baru. Kelompok sasaran naan dan supervisi. Kelompok sasaran
pelatihan adalag pekerja lapangan untuk adalah petani Kecamatan Gedek dan Puri
Mojokerto dan Surabaya. Kabupaten Sidoarjo.
Tahun 1992: Latihan untuk keahlian Tahun 1993-1994 (24 bulan): Mening-
manajemen usaha bagi pengusaha kecil katkan pendapatan rumah tangga masya-
dan menengah. LPIP yang bertindak rakat pedesaan melalui pendirian sistem
sebagai fasilitator, motivator dalam me- kredit dan tabungan untuk kelompok lokal.
ningkatkan sumber daya perorangan. LPIP sebagai perencana fasilitator dan
Bekerja sama dengan Pemda Kediri, motivator. Kelompok sasaran adalah
Sidoarjo, Blitar dan Tulungagung, PTP masyarakat pedesaan Kecamatan Puri
XXIII. Kelompok sasaran adalah peng- Kabupaten Mojokerto.
usaha kecil di Kabupaten tersebut. Tahun 1994-1995 (24 bulan):
Tahun 1992 (kurang lebih 6 bulan): Desiminasi teknologi tepat guna untuk
Membangun usaha untuk industri rumah produsen tahu kecil. LPIP berinisiatif dan
tangga dan industri kecil. LPIP bertindak melakukan sendiri dengan kelompok
sebagai fasilitator, motivator. Bekerja sama sasaran yang selektif yaitu, 35 pengrajin di
dengan LPM STIESIA-INKINDO Jawa sekitar kota Surabaya.
Timur. Kelompok sasaran adalah: Kediri Tahun 1995-1996 (12 bulan): Pengo-
dan Sidoarjo. lahan kembali limbah silikon untuk
Tahun 1992 (kurang lebih 4 bulan : menambah pendapatan masyarakat. LPIP
Pengkajian potensi perikanan pelogis dan bertindak sebagai perencana, studi kela-
tingkat penyusutannya di perairan utara yakan dan pemasaran. Kelompok sasaran
lamongan. LPIP bekerja sama dengan masyarakat sekitar PLTU Paiton bekerja
FMIPA UNAIR dalam proses penelitian. sama dengan PP Nurul Jadil Probolinggo.
Tahun 1992-1993 ( selama 16 bulan): Tahun 1998 (6 bulan): Pelatihan untuk
Membentuk dan mengembangkan dina- pemuda terdidik yang terkena PHK. LPIP
mika kelompok di daerah pedesaan untuk bekerja sama dengan Depnaker Jawa
meningkatkan aktivitas ekonomi produktif. Timur. Kelompok sasaran 35 kelompok
LPIP bertindak sebagai motivator, komu- pemuda di Kabupaten Mojokerto.
nikator dengan kelompok sasaran yang Tahun 1998-2005 (78 bulan): Proyek
berasal dari Sidoarjo, Blitar, Tulungagung Pembangunan Masyarakat Pantai/pesisir
dan bekerja sama dengan LPM STIESIA- dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
INKINDO Jawa Timur. untuk Pekerjaan Sumber Daya Perikanan
Tahun 1992-1994 (28 bulan): Berbasis Komunitas (PSBK) di Kecamatan
pelatihan kewirausahaan bagi generasi Muncar Banyuwangi. LPIP bekerja sama
muda dan santri di pondok pesantren. LPIP dengan Dinas Perikanan Jawa Timur pada
sebagai eksekutor, motivator dan fasilitator mulanya yang sekarang sudah dialihkan ke
dengan kelompok sasaran adalah Ka- Dinas Kelautan dan Perikanan

64
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

Banyuwangi yang didukung oleh untuk kegiatan sosialnya, kemudian dalam


masyarakat pesisir yang merupakan perkembangannya karena kesuksesannya
kelompok sasaran pemberdayaan. Dari membina kelompok sosial ekonomi
seluruh kegiatan yang pernah dilakukan produktif banyak yang melirik lalu
oleh LPIP tersebut di atas memberi membantu terutama yang berasal dari
dampak yang positif bagi upaya Lembaga-lembaga amal internasional,
peningkatan kesejahteraan masyarakat nasional dan juga pemerintah melalui
pedesaan. kerjasama pola kemitraan.
LPIP merupakan lembaga pengem-
Peran dan Keterlibatan Lembaga bangan masyarakat yang memusatkan
Pengembangan Industri Pedesaan perhatian pada masyarakat kurang mampu
dalam Pemberdayaan Masyarakat di pedesaan, dengan mendasari pada
Pesisir keyakinan bahwa masyarakat kurang mam-
pu dipedesaan tersebut dapat memperbaiki
Pembangunan dalam konteks pem- dirinya dari lingkaran kemiskinan dengan
berdayaan merupakan komitmen dan misi usaha penyadaran bahwa mereka memiliki
utama dari Lembaga Swadaya Masyarakat, potensi dan daya dukung yang sekali
karena pemberdayaan mengandung makna waktu dapat mandiri. Oleh karena itu,
keterlibatan komponen masyarakat tanpa untuk dapat mewujudkannya LPIP tidak
ada paksaan tapi berdasarkan kesadaran hanya percaya pada data masyarakat pra
dan inisiatif dari masyarakat itu untuk sejahtera yang dikeluarkan dari peme-
membangun dirinya. Kesadaran itulah rintah, tapi mereka berusaha turun dan
yang merupakan potensi untuk dikem- mendata keluarga miskin dengan cara dan
bangkan agar partisipasinya lebih nyata. kriteria yang mereka tetapkan yang
Demikian pula peran dan keterlibatan menurut ukuran mereka bahwa keluarga
Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan tersebut benar-benar pra-sejahtera.
sebagai salah satu LSM yang bergerak Dalam memberdayakan masyarakat
dibidang pengembangan masyarakat yang pra-sejahtera, LPIP tidak datang dengan
juga punya komitmen terhadap pemba- konsepnya sendiri, tapi konsep yang
ngunan masyarakat. dibawa LPIP adalah keinginan dan
LPIP adalah sebuah Lembaga Swa- kebutuhan serta kesadaran yang berasal
daya Masyarakat yang mempunyai dari masyarakat untuk berbuat apa dalam
kepedulian yang tinggi terhadap masalah- memperbaiki kehidupan mereka sendiri
masalah sosial ekonomi masyarakat dan LPIP bertindak sebagai fasilitator.
pedesaan. Sesuai namanya LPIP sangat LPIP menjalin kerja sama dengan
peka dan komit terhadap masalah industri masyarakat pra-sejahtera, untuk mening-
kecil pedesaan yang merupakan sumber katkan kapasitas dan akses keberbagai
nafkah dari sebagian masyarakat Indo- fasilitas dasar dan sumber daya demi
nesia. Fokus kegiatannya lebih menitik- peningkatan kesejahteraan mereka. Dengan
beratkan pada Industri kecil, home industri kata lain LPIP dalam melihat persoalan
untuk berkembang dalam menopang sosial ekonomi masyarakat pra-sejahtera
ekonomi rumah tangga. dilakukan melalui kacamata masyarakat
LPIP bersifat nirlaba, non sektarian yang diberdayakan atau melakukan
dan bebas dari aliran politik tertentu, sudah pekerjaan atau kegiatan melalui perspektif
bekerja lebih dari 9 Kabupaten di Propinsi masyarakat, artinya memberikan pema-
Jawa Timur. Bermacam-macam kegiatan haman kepada masyarakat tentang
yang sudah dilakukan yang berkaitan pentingnya nilai tambah sebuah produk
dengan peningkatan ekonomi rumah dari industri kecil yang bermuara pada
tangga bagi keluarga-keluarga tani di peningkatan sosial ekonomi masyarakat.
pedesaan. Lembaga ini, semula pada saat Berangkat dari perspektif pendekatan
berdirinya menggunakan dananya sendiri penanganan persoalan sosial ekonomi

65
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

masyarakat melalui cara pandang masya- 5. Mengadakan kerja sama dengan se-
rakat sebagaimana diuraikan di atas, maka genap komponen, baik pemerintah,
untuk memperlancar operasional atau kalangan dunia usaha, lembaga amal/
aktivitas LPIP, seluruh komponen anggota, dan para donatur/sponsor dan
mulai dari unsur Pimpinan Lembaga / Lembaga perkreditan guna kelancaran
Yayasan LPIP telah diikat atau disyaratkan pelaksanaan program pembangunan
oleh Visi, Misi dan Strategi yang jelas dan masyarakat yang sesuai dengan cita-
terarah sehingga kinerja mereka dapat cita dan keinginan masyarakat.
diukur. Strategi yang digunakan oleh LPIP
Visi dari LPIP adalah: seluruh dalam rangka memberdayakan masyarakat
masyarakat pra-sejahtera/miskin atau yang miskin dan konflik-konflik sosial khusus
belum beruntung, LPIP dapat mengem- nya di Muncar adalah sebagai berikut:
bangkan potensi mereka secara ber-
tanggung jawab dan utuh dalam Participatory Rural Appraisal
lingkungan sosial yang beradab dan adil. PRA adalah pendekatan dan metode
Sedangkan, misi LPIP adalah mendam- yang memungkinkan masyarakat untuk
pingi masyarakat pra-sejahtera/miskin saling berbagi, meningkatkan dan meng-
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup- analisis pengetahuan mereka tentang
nya membangkitkan partisipasinya dalam kondisi, membuat rencana tindak lanjut
usaha ekonomi produktif dengan me- dan sekaligus mengaktualisasikan rencana
mandang masyarakat sebagai mitra tindak tersebut. Melalui metode ini
sebagaimana konsep dan pola yang sudah diharapkan akan ditemukan secara tepat
ditetapkan melalui visi yakni mengem- tentang kondisi riil kelompok sasaran
bangkan potensi mereka secara ber- pendampingan, yaitu :kelompok nelayan
tanggung jawab yakni yang berdayaguna (rumah tangga perikanan) atau forum
dan berhasilguna dan utuh dalam masyarakat.
lingkungan sosial yang beradab dan adil
melalui: Institutional and Capacity Building
1. Secara langsung bekerja bersama Adalah cara untuk membangun insti-
dengan masyarakat pra-sejahtera tusi atau lembaga baik dari struktur dan
/miskin dalam upaya pemenuhan sitemnya maupun kinerjanya. Metode ini
kebutuhan dasar mereka. Dan mencari digunakan untuk mendorong kelompok
usaha alternatif yang lain sebagai nelayan dan kelompok perikanan lokal,
tambahan pendapatan mereka sehingga secara kelembagaan struktur dan
2. Upaya peningkatan sosial ekonomi sistemnya mantap dan memadai sesuai
masyarakat dengan memberikan pe- dengan kebutuhan yang ada disertai
mahaman kepada masyarakat pra- dengan kinerja yang baik, aktif bahkan
sejahtera tentang pentingnya nilai reponsife terhadap setiap gerak dan
tambah dari produk industri kecil / dinamika masyarakat.
home industri.
3. Membentuk kelompok-kelompok usa- Technical and Advisory Assistence
ha produktif dan atau mengembangkan Strategi ini digunakan untuk mening-
kelompok usaha yang sudah ada katkan kemampuan teknis dan ketrampilan
kearah yang lebih sehat dan mandiri. para pengurus lembaga kelompok nelayan
4. Pendampingan terhadap kelompok (rumah tangga perikanan) dan kelompok
usaha atau rumah tangga produktif perikanan lokal untuk menyusun sistem
yang ada dimasyarakat, serta mem- manajemen pengelolaan organisasinya.
berikan penyadaran tentang penting-
nya pengembangan ekonomi produktif Transactive Proces
dan usaha pemasaran. Adalah suatu metode pembangunan
atau pengembangan masyarakat yang

66
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

mencoba mentransaksikan antara inisiatif terhadap kelompok-kelompok dampingan.


atau nilai-nilai dari luar dengan inisiatif Kelompok-kelompok usaha produktif yang
dari nilai-nilai lokal. Metode ini digunakan sudah berjalan tersebut, telah melewati
untuk peningkatan kapasitas kelembagaan pelatihan-pelatihan manajemen organisasi,
kelompok rumah tangga perikanan dan bagaimana mengembangkan usaha,
juga untuk menyusun kesepakatan-ke- bagaimana peluang pasar dan pengenalan
sepakatan tentang aturan pengelolaan teknologi. Usaha-usaha tersebut memang
keanekaragaman hayati laut yang berlaku ada yang gagal, dan yang gagal tersebut
dalam masyarakat perikanan. sebenarnya lebih merupakan ketidak
kompakan para anggota dan ketersediaan
Social Marketing sarana pendukung.
Metode ini digunakan untuk sosialisasi Sesuai dengan visi, misi dan strategi
aturan-aturan kesepakatan lokal kepada nya, LSM-LPIP telah memfo kuskan pada
semua masyarakat perikanan, yang telah kegiatan-kegiatan yang produktif yakni
disepakati wakil-wakilnya di tingkat mendorong serta meli batkan masyarakat
kelompok rumah tangga perikanan. pesisir yang belum beruntung/miskin
Selanjutnya lingkup kegiatan/aktivitas dalam setiap kegiatan seperti yang telah
Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan dijelaskan di atas, dan mendorong pula
dalam rangka mengemban visi dan misinya untuk mengadakan kegiatan alternatif yang
seperti yang diuraikan di depan khusus produktif lewat kelompok usaha yang ada
yang memberikan perhatian kepada untuk berjaga-jaga apabila musim paceklik
masyarakat miskin pedesaan dalam hal ini tiba. Memang harus diakui bahwa usaha
Kelompok nelayan (rumah Tangga per- yang dilakukan oleh LPIP tersebut tidak
ikanan) 6 desa pesisir Kecamatan Muncar seratus persen diterima masyarakat 6 desa
Kabupaten Banyuwangi. Masalah yang pesisir. Kecurigaan dan sikap masa bodoh
paling menonjol di lokasi penelitian tempat dari sebagian masyarakat menjadi kendala
dimana LPIP melakukan kegiatan adalah utama dalam setiap upaya dan program
Kemiskinan/ kesenjangan yang nampak yang dilakukannya.
antara kelompok masyarakat (kaya dan Peran dan keterlibatan LSM-LPIP di
miskin), kerusakan dan perebutan sumber enam desa pesisir, juga diarahkan untuk
daya perikanan. Misi pemberdayaan atau menangani masalah lingkungan yang
usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh kurang sehat, seperti membuang sampat
LPIP adalah hal-hal sebagai berikut: 1). tidak pada tempatnya, limbah industri yang
Mendamaikan kelompok nelayan (rumah tidak terkendali, serta limbah- limbah /
tanga perikanan) yang konflik akibat sampah yang berasal dari nelayan yang
perebutan sumber daya perikanan; 2). tidak terkontrol. Untuk mengatasi masalah
Pemberdayaaan dan Pemantapan Kelom- ini, perlu dukungan dan keterlibatan LSM-
pok Pengelolaan Sumberdaya Perikanan LPIP dalam bentuk fisik maupun non fisik.
Berbasis Komunitas (Kelompok PSBK), Keterlibatan dalam bentuk fisik seperti
dalam rangka peningkatan pendapatan membangun bak sampah permanen,
masyarakat dengan cara membentuk ke- Perbaikan MCK umum, membuat TPS-
lompok usaha produktif atau mengem- TPS baru yang kecil yang gampang
bangkan kelompok yang sudah ada kearah dipindah-pindah, misalnya gerobak sam-
yang lebih sehat dan mandiri dan mencari pah dan pemetaan sumber air bersih.
akses pasar, akses modal dan teknologi dan Dalam bentuk non fisik yaitu sosialisasi
sosialisasi manfaat tanaman bakau / manfaat hidup sehat dilihat dari sudut
mangrove dan usaha penanaman kembali pandang agama, karena masyarakat
oleh masyarakat; (3) Sanitasi Lingkungan. Muncar adalah masyarakat yang agamis.
LSM-LPIP terus melakukan peman- Pemerintahan yang baik adalah
tauan dan juga kegiatan-kegiatan pen- pemerintahan yang melayani rakyatnya
dampingan serta melayani konsultasi dan senantiasa berada bersama rakyatnya.

67
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

Yang juga sebuah kehidupan demo- pertanggungjawaban pelaksanaan tugas


krasinya bermakna “dari rakyat, oleh para pejabat pemerintah, baik secara
rakyat, dan untuk rakyat”. Pemerintahan administratif dan manajerial maupun
yang baik adalah pemerintahan yang yuridis formal yang secara politis dan
demokratis. moral harus diakomodasi oleh aparat
Sebuah negara yang sangat besar dan pemerintah daerah.
luas seperti Indonesia, memerlukan Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi
desentralisasi pemerintahan. Pemerintahan dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pe-
yang terdesentralisasi dan otomatis ter- merintahan bertekad dengan menge-
otonomi menjadikan unit-unit pelayanan- depankan penegakan hukum, asas res-
nya (sejak perencanaan hingga pe- ponsif, asas profesionalitas, asas parti-
laksanaan) berada didekat rakyat. Dan ini sipasi, asas akuntabilitas dalam penye-
yang diamanatkan UU No. 22 tahun 1999 lenggaraan pemerintahan daerah. Ke-
tentang Pemerintahan Daerah, yang berhasilan otonomi daerah tidak terletak
sekarang sedang dalam taraf implemetasi. pada pundak eksekutif saja, akan tetapi
Sejauhmana pelaksanaannya tergantung juga menjadi taggung jawab pihak
dari masing-masing daerah otonom yang legislatif daerah dan segenap komponen
selama ini telah diberi kewenangan untuk masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaan
mengatur dan mengurus rumah tangganya otonomi daerah dalam konteks pemba-
sendiri sesuai dengan kemampuan SDM ngunan di daerah juga melibatkan peran
(Aparatur Pemerintahan di daerah), ke- stakeholders sebagai wujud pemberdayaan.
lompok-kelompok masyarakat maupun Pemberdayaan masyarakat sebagai wujud
SDA yang dimiliki oleh daerah itu. partisipasi dalam proses penyusunan
Oleh karena pembangunan daerah program pembangunan daerah merupakan
yang didalamnya tercakup pembangunan kunci keberhasilan pelaksanaan otonomi
desa merupakan bagian integral dari daerah. Dengan demikian dapat mening-
pelaksanaan pembangunan nasional, maka katkan peran aktif masyarakat dalam
pengelolaannya harus secara terpadu dan pelaksanaan pembangunan daerah.
searah antara pembangunan nasional dan Melalui Program Pembangunan
daerah. Oleh karena itu penetapan ke- Daerah, Pemerintah Kabupaten Banyu-
bijakannya baik yang menyangkut peren- wangi dapat memetakan stratejik dalam
canaan, pelaksanaan maupun penga- rangka meningkatkan pemberdayaan yang
wasannya juga tetap mengacu pada ditekankan pada identifikasi dari upaya dan
penetapan kebijakan nasional. Keterpaduan langkah-langkah yang dilakukan agar
program pembangunan dimaksud di- Kabupaten Banyuwangi dapat lebih maju
tetapkan dalam Undang-undang Nomor 25 dalam akselerasi pembangunannya. Peru-
Tahun 2000 tentang Program Pemba- musan Program Pembangunan Daerah
ngunan Nasional tahun 2000-2004 yang dilakukan secara transparan dengan
walaupun sampai sekarang ada daerah mengikutsertakan berbagai pihak mulai
yang tidak seratus persen melaksana- dari kalangan pemerintah (eksekutif),
kannya dan masih ada daerah berpedoman dunia uaha, kalangan akademisi (Pergu-
pada aturan yang lama, sepanjang tidak ruan Tinggi) dan Lembaga Swadaya
bertentangan. Masyarakat (LSM) serta stakeholders. Hal
Seiring dengan bergulirnya arus ini dimaksudkan untuk mendapatkan
reformasi, yang ditandai dengan semakin masukan yang merupakan perwujudan
banyaknya tuntutan masyarakat, maka partisipasi dan tanggung jawab bersama
sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam pembangunan Kabupaten Banyu-
harus dilaksanakan secara transparan dan wangi.
akuntabel. Tuntutan masyarakat tersebut Berkaitan dengan pemberdayaan
mencakup kualitas kinerja instansi peme- masyarakat pesisir, maka program pemba-
rintahan yang didalamnya meliputi aspek ngunan yang disusun sudah termasuk

68
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

dalam pokok dan arah kebijakan yang 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun


diambil oleh Pemerintah Daerah. Masalah- 1999 tentang konservasi sumber
masalah yang bersifat spesifik/sektoral daya alam dan ekosistemnya, yang
juga menjadi perhatian dalam Perencanaan ditetapkan dalam rangka pelaksanaan
strategis Daerah yang diserahkan kebijaksanaan pemanfaatan sumber
pelaksanaannya pada dinas atau instansi daya alam yang berkelanjutan.
yang menjadi tanggung jawabnya dan Undang-undang ini menetapkan
pemerintahan terdekat yang langsung perlunya konservasi segenap sumber
berada dengan masyarakat. Dinas Kelautan daya alam dan ekositem yang terkait
dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi serta pemanfaatan yang berwawasan
adalah merupakan instansi yang amat lingkungan.
berkaitan langsung dengan pemberdayaan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25
masyarakat pesisir yang dapat berkoor- Tahun 1990, tentang usaha per-
dinasi dengan Camat dan Kepala Desa dan ikanan.
instansi terkait setingkatnya guna kelan- 6. Peraturan Pemerintah nomor 51
caran pelaksanaan kegiatan pembangunan. Tahun 1993 tentang analisis Dampak
Dinas Kelautan dan Perikanan memiliki Lingkungan. Pada Tahun 1990 telah
program dan proyek pembangunan dibentuk Badan Pengendalian
masyarakat pantai sebagai bagian dari Dampak Lingkungan (BAPEDAL)
program pembanguna daerah yang sudah yang bertugas untuk melaksanakan
lama bahkan berpuluh tahun sejak Kabu- segenap kebijaksanaan pengelolaan
paten Banyuwangi terbentuk yang diikuti dampak lingkungan termasuk dalam
dengan pembentukan Dinas tersebut. hal pencemaran laut.
Tetapi masyarakat pantai/pesisir kehi- 7. Keputusan Presiden Nomor 85
dupannya sampai hari ini masih terlihat Tahun 1982 tentang penggunaan
belum layak secara ekonomi dari sebagian pukat udang.
penduduknya. Hal ini disebabkan salah 8. SK. Menteri Pertanian Nomor 123
satunya adalah adanya kebijakan Peme- /Kpts/Um/3/1975 tentang melarang
rintah dimasa lalu yakni kebijakan revolusi semua kegiatan penangkapan kem-
biru atau modernisasi perikanan yang lebih bung, layang, selar, lemuru, dan
banyak berdampak negatif dari pada ikan-ikan pelagis sejenisnya dengan
positfnya. menggunakan Purse seine dengan
Upaya pemerintah untuk mengatur mata jaring tertentu.
pemanfaatan dan menjaga kelestarian 9. Surat Keputusan Bersama (SKB)
sumber daya hayati laut sehingga tidak antara menteri Pertanian Nomor
terjadi konflik antar para aktor yang 82/1984 dengan menteri Kehutanan
memanfaatkannya telah menerbitkan KB. 550/1984 tentang pengelolaan
kebijakan berupa: pesisir pantai.
1. Keputusan Menteri Pertanian No- 10. Instruksi Menteri Pertanian Nomor
mor: 607.Kpts/Um/9/1976 tentang 13/Inst/Um/1/1975 tentang Perlin-
pembagian wilayah penangkapan dungan Huta Bakau.
berdasarkan tingkat kualifikasi 11. Surat Keputusan Direktorat Jendral
peralatan tangkap yang dimiliki oleh Perikanan Nomor; Ik/420/S.3-1996
nelayan tentang Wewenang PPNS (DGF)
2. Keppres No. 39/1980 tentang peng- sebagai Lembaga Penyidik terhadap
hapusan operasi kapal pukat harimau Pelanggaran Ketentuan Perundang-
(trawl). undangan Perikanan.
3. Undang-undang Nomor 9 tahun 1985 12. Instruksi Gubernur KDH Tk. I Jawa
pasal 23 sampai dengan 31 tentang Tyimur Nomor 10 Tahun 1985
pengawasan dan penegakan hukum. tentang Pengaturan Alat Tangkap
tadongan di Jawa Timur.

69
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

13. Perda Nomor 5 tahun 1976 tanggal 1). Mendamaikan kelompok nelayan
10 Juli 1976 tentang Ppenggunaan (rumah tangga perikanan) yang konflik
Alat-alat Penangkapan Ikan. akibat perebutan sumber daya perikanan;
b). Peningkatan Sosial Ekonomi Masya-
Pada kenyataannya, penegakan hukum rakat; c). Sanitasi Lingkungan.
terhadap berbagai peraturan tersebut
sangat lemah dan ini mengindikasikan Sinergi Birokrasi Pemerintah dan
seolahh-olah berbagai peraturan tersebut LSM-Lembaga Pengembangan
tidak pernah ada. Praktek di lapangan jauh Industri Pedesaan dalam Pemba-
panggang dari api dalam arti bahwa ngunan Masyarakat Pesisir
kebijakan pemerintah berupa peraturan
yang dikeluarkannya banyak dilanggar dan Upaya dan peran LSM-LPIP dalam
pelanggaran tersebut tidak ada sanksi pembangunan masyarakat 6 desa di
hukum yang jelas. Muncar dan juga Pemerintah yang meru-
Selanjutnya kebijakan nyata yang pakan salah satu tugas pokok yang melekat
serius yang sudah lama dilakukan jauh dipundaknya dapat dianalisis sebagai
sebelum Undang-undang No.22 Tahun berikut:
1999 tentang Pemerintahan Daerah dari Pertama, dalam menyelesaikan konflik
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam yang memang sudah lama terjadi di
hal pelayanan kepada masyarakat pesisir Muncar akibat perebutan sumberdaya
yang mempunyai kekhususan sumber daya perikanan, LSM-LPIP memakai pola
perikanan adalah dengan menempatkan pendekatan partisipatif. Masyarakat (Ke-
kantor Cabang/Resort Dinas kelautan dan lompok Inti yang merupakan representasi
Perikanan yang dekat dengan pelabuhan dari masyarakat) diajak untuk berdiskusi
ikan di wilayah Kecamatan Muncar, menyelesaikan problemnya. Masyarakat
maksudnya adalah agar memberikan pela- ditawarkan/disodorkan dengan berbagai
yanan yang lebih cepat dan tepat sasaran, alternatif pilihan solusi yang menurut
sementara enam kecamatan lain yang juga mereka baik yang dapat memuaskan semua
merupakan kecamatan pantai tidak pihak. Tawaran yang disampaikan oleh
ditempatkan kantor resortnya. . Hal ini LSM-LPIP adalah proses dialogis yang
dikarenakan wilayah Muncar memiliki dapat membangkitkan kesadaran dari
daerah yang spesifik yang berkaitan masyarakat tentang pentingnya suasana
dengan komunitas masyarakat pantai yang damai dan nyaman.
kehidupan sebagian warganya sebagai Sementara Birokrasi pemerintah me-
nelayan yang memiliki banyak persoalan makai pola pendekatan kekuasaan yang
klasik seperti konflik-konflik perebutan selama ini menjadi kebiasaannya. Masya-
sumber daya perikanan, kemiskinan yang rakat ditempatkan sebagai obyek, tidak
masih tetap melilit sebagian masya- peduli apa keinginan masyarakat dalam
rakatnya dan persoalan lingkunga hidup persoalan tersebut. Banyak persolan yang
yang khas. muncul tersebut, dapat diselesaikan tapi
Terkait dengan penanganan atau tidak memberikan kepuasan semua pihak
pemecahan beberapa problem pemba- dan konflik yang kelihatan sudah dapat
ngunan dan pemberdayaan masyarakat diatasi tidak lama muncul lagi yang lebih
pesisir yang dilakukan oleh LSM-LPIP di parah. Tidak ada upaya kreatif yang
enam desa pesisir yang merupakan lokasi dilakukan oleh pemerintah dalam pola
penelitian, peran Birokrasi Pemerintah pendekatannya, mereka hanya menggu-
Kabupaten Banyuwangi yang merupakan nakan waktu/jam dinas dalam usahanya
salah satu tugas pokok yang melekat, untuk menyelesaikan konflik dari pada
melalui instansi-intansi terkaitnya dan mengatur waktu untuk menyesuaikan
pemerintah yang ada di bawahnya dengan kegiatan masyarakat, ini justru
melakukan upaya-upaya sebagai berikut: menjadi salah satu problem mengapa

70
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

masyarakat kurang simpatik dengan pola kelompok yang sudah ada merupakan salah
pendekatan yang dilakukan pemerintah, satu kegiatan alternatifnya, disamping
karena kegiatan pertemuan bertabrakan memberikan advokasi berupa penyelesaian
dengan kegiatan masyarakat untuk mencari beberapa konflik yang dilakukan bersama-
nafkah. Kehadiran LSM-LPIP di Muncar sama dengan komponen inti masyarakat
Banyuwangi mendapat respon yang baik dan pemerintah seperti yang telah
dari pemerintah yang menawarkan pola dijelaskan didepan dan usaha sanitasi
pendekatan partisipatif dalam menye- lingkungan.
lesaikan konflik maupun kegiatan-kegiatan Ke tiga, Kerjasama Birokrasi Peme-
lainnya yang berkaitan dengan kepentingan rintah dengan LSM-LPIP dalam usaha
pemberdayaan masyarakat. sanitasi lingkungan, sudah cukup banyak
Jadi analisis kami terhadap penye- dijelaskan didepan. Analisis terhadap
lesaian konflik yang terjadi di lokasi kerjasama yang telah dilakukan tersebut,
penelitian perlu ada kerja sama yang baik menunjukkan bahwa Birokrasi Pemerintah
secara sinergi dari LSM-LPIP dengan dalah hal ini Pemerintah Desa yang sangat
Pemerintah, tanpa harus curiga atau merasa dekat dengan masyarakat tidak dapat
disepelekan. Sikap dan kesediaan melakukan sendiri persoalan sampah yang
pemerintah dalam menerima perubahan dialami warga desanya. Akibatnya sampah
paradigma pendekatan yang dilakukan oleh bertumpuk dimana-mana dan menjadi
LPIP dalam menyelesaikan konflik adalah masalah yang serius, karena tidak diangkut
merupakan bentuk kerja sama yang efektif. oleh pasukan kuning dari Dinas Ke-
LSM-LPIP tidak dapat melakukan sendiri bersihan dan Pertamanan. Hal tersebut
pekerjaan tersebut walaupun didukung diakibatkan kurangnya koordinasi antara
oleh kelompok inti masyarakat seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan
tokoh-tokoh agama, pengusaha dan tokoh Pemerintah Desa setempat dalam soal
adat lainnya, kalau tidak didukung oleh penanganan sampah. Setelah ada protes
pemerintah melalui kebijakan-kebijakan dari warga tentang masalah sampah di
nyata, mustahil konflik dapat diselesaikan Dinas Kebersihan, jawabnya bahwa
dengan baik dan memuaskan semua pihak. penanganan sampah telah diserahkan
Ke dua, dalam usaha meningkatakan kepada Pemerintah desa masing-masing
sosial ekonomi masyarakat, pembangunan melalui PERDA Banyuwangi.
yang ditawarkan kepada masyarakat adalah Sosialisasi dan Implementasi PERDA
pembangunan yang menurut perspektif tersebut dilakukan oleh LSM-LPIP atas
masyarakat. Memberdayakan masyarakat permintaan resmi Pemerintah Desa yang
pesisir, baik LSM-LPIP maupun Peme- mengalami masalah sampah yang serius.
rintah sama-sama memiliki visi dan msi Pemerintah Desa memberikan kepercayaan
yang jelas. Pemerintah memiliki predikat kepada LSM untuk melakukan upaya
pelaku pembangunan sudah tidak dira- pendekatan kepada msyarakat tentang
gukan lagi melalui kebijakan-kebija- masalah penanganan sampah dan teknik-
kannya. Walaupun implementasinya di teknik penanggulangannya. Mulanya LSM
lapangan, banyak yang dipertanyakan agak keberatan dengan kepercayaan
tentang efektifitasnya. Sementara LSM- tersebut, karena merasa tidak ber-
LPIP juga punya komitmen terhadap pengalaman soal penanganan sampah. Tapi
pembangunan masyarakat. Lembaga karena didorong rasa tanggung jawab,
(Yayasan) dibentuk atas dasar keprihatinan maka pekerjaan tambahan ini dilakukan
terhadap penduduk yang belum beruntung. agar lebih dekat dan mendapat simpatik
Kehadiran LPIP dalam proyek-proyek dari masyarakat. Pekerjaan penanganan
kerja sama ini lebih difokuskan pada sampah ini memang pekerjaan yang
kegiatan usaha yang mengarah pada sifatnya gotong-royong, yang diharapkan
kemandirian. Pembentukan kelompok agar masyarakat semuanya terlibat aktif
usaha bersama ataupun mengembangkan dan membayar retribusi sampah yang

71
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

ditetapkan Pemerintah Desa. Retribusi perspektif mereka pembangunan adalah


sampah tersebut tidak menjadi urusan pembangunan itu sendiri.
LSM-LPIP, tapi menjadi tanggung jawab Maka sangatlah sulit jika ada program
Pemerintah Desa sebagai salah satu sumber pembangunan yang ingin dilakukan bukan
penerimaan desa. pembangunan fisik, apa lagi program
Analisis terhadap masalah penanganan tersebut ada dananya untuk pelatihan-
sampah ini, yang dilakukan oleh LSM- pelatihan seperti yang umum dilakukan
LPIP dengan Pemerintah, dilihat dari oleh LSM tidak terkecuali LSM-LPIP.
perspektif pemberdayaan, amat cocok bagi Ditemui di lokasi penelitian, kalau
kepentingan pembangunan dibidang sani- kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
tasi lingkungan. Lingkungan yang sehat, oleh LSM-LPIP tidaklah mudah dalam
indah dan nyaman merupakan dambaan pendekatannya kepada masyarakat pesisir,
setiap orang. Karena itu pembangunan sebab mereka (masyarakat) sudah terbiasa
masyarakat pesisir yang selalu berkait dengan pembangunan-pembangunan fisik
dengan masalah lingkungan juga diberi yang biasa mereka terima dari pemerintah
tempat untuk menjadi perhatian bersama ataupun bantuan berupa uang langsung
baik dari LSM-LPIP maupun Pemerintah kepada mereka membuat suatu usaha tanpa
dan masyarakat. bimbingan lebih lanjut dalam arti usaha
Kerja sama secara gotong royong baik penyadaran bahwa mereka memiliki
dari Pemerintah Desa maupun LSM-LPIP potensi untuk maju.
dan masyarakat yang secara sinergi telah Kehadiran LSM-LPIP di lokasi
memberi hasil yang maksimal yakni penelitian dengan suatu idelisme yang
tercipta lingkungan yang sehat, bersih, tinggi untuk membangun masyarakat tidak
nyaman dan indah yang juga sekaligus dalam proyek pembangunan fisik seperti
menjadi dambaan semua orang. yang selama ini dilakukan pemerintah.
Kehadiran LPIP lebih banyak memberikan
Respon dan Pemaknaan Masya- motivasi dan pelatihan-pelatihan kepada
rakat terhadap Upaya Pemberda- kader Pengurus Kelompok Usaha Bersama
yaan yang dilakukan baik oleh tentang bagaimana pengadministrasian
Birokrasi Pemerintah maupun yang baik, bagaimana manajemen usaha
LSM-LPIP nya dan keterampilan penangkapan
maupun pengawetan ikan serta juga
Intervensi Birokrasi Pemerintah melatih bagaimana membuat suatu peren
maupun LSM-LPIP dalam pembangunan canaan, pelaksanaan sampai dengan
masyarakat pesisir di lokasi penelitian akan evaluasi terhadap bidang usaha agar dapat
bermakna kalau mendapat respon positif berkembang dengan memuaskan.
dari masyarakat yang menjadi sasaran Biasanya LSM melakukan need
pemberdayaan. Respon masyarakat dalam assesment (pejajagan kebutuhan) melalui
memaknai pembangunan yang dilakukan pendekatan Partisipatory Rural Appraisal
oleh Birokrasi Pemerintah maupun LSM- (PRA). Dalam konteks PRA yang juga
LPIP tentu berbeda satu sama lain. Pada menjadi strategi pendekatan dari LPIP
umumnya masyarakat pedesaan kalau kepada masyarakat mencakup pengenalan
berbicara pembangunan, sering diartikan potensi dan masalah, penyadaran, peru
sebagai pembangunan fisik. Misalnya musan masalah dan penetapan skala
membangun gedung sekolah, rumah prioritas, alternstif pemecahan masalah dan
ibadat, jalan raya ataupun kerja bakti perencanaan, pengorganisasian dan pelak
lingkungan diartikan juga sebagai pem- sanaan kegiatan, pemantauan evaluasi dan
bangunan. Memang sangat sederhana dtindak lanjut. Pendekatan PRA me-
pandangan mereka tentang pembangunan nekankan keterlibatan masyarakat menjadi
dan itu tidaklah salah. Sebab menurut pelaku utama, dan hasil yang dicapai
merupakan karya dan milik bersama

72
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

masyarakat. Oleh karenanya dampak yang Kesimpulan


diperoleh dari pendekatan ini adalah Berbagai macam aktivitas pemba
munculnya rasa ikut memiliki, sehingga ngunan yang sudah dilakukan Birokrasi
hasil dari kegiatan yang dilakukan dapat Pemerintah Daerah seperti penyelesaian
lestari dan berkelanjutan. Sebagaimana beberapa konfilk yang terjadi di lokasi
yang dilakukan LPIP di wilayah kerjanya penelitian, cenderung menempatkan
namapk telah ada usaha pendekatan masyarakat sebagai obyek sengketa yang
dilakukan dengan prinsip PRA kepada harus diselesaikan, tanpa memper-
masyarakat pesisir. Pendekatan ini juga hitungkan keberadaan dan potensi konflik
menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam yang terjadi, sehingga walaupun konflik
mengambil kebijakan pembangunan tersebut dapat didamaikan, namun bebe-
dengan pola botton-up seperi yang rapa waktu muncul lagi. LSM LPIP dalam
dilakukan oleh LSM sehingga terjadi kerja menangani beberapa konflik yang sempat
sama yang saling mengisi dalam semua diselesaikan Birokrasi Pemerintah namun
aspek pembangunan. tidak langgeng, menawarkan pola pen-
Di lokasi penelitian telah terjadi kerja dekatan yang berbeda, yaitu memakai
sama yang sinergis dan harmonis antara strategi pendekatan yang menempatkan
LSM-LPIP dengan Birokrasi Pemerintah masyarakat sebagai pelaku utama
dalam pemberdayaan masyarakat pesisir. pendamai dengan melibatkan mereka
Kehadiran mereka telah banyak mem- (tokoh masyarakat, birokrasi, pengusaha)
berikan manfaat bagi peningkatan sosial sebagai mediator.
ekonomi para anggota kelompoknya. Di lokasi penelitian telah terjadi
Masyarakat dari dusun Tegalpare amat pembenaran, bahwa hubungan kerja sama
positif menerima kehadiran LPIP untuk yang dilakukan oleh Birokrasi Pemerintah
bersama mereka membenahi kelompok Daerah Banyuwangi dengan LSM
yang sudah ada menjadi lebih maju dan Lembaga Pengembangan Industri Pedesan
mandiri. Para pengurusnya mendapakan telah berjalan dengan mencapai hasil yang
pelatihan keterampilan pengadministrasian, relatif memuaskan dalam memberdayakan
manajemen dan kepemimipinan. Ada masyarakat pesisir. Hal ini terjadi karena
materi yang khusus diberikan kepada ada kerja sama yang saling mendukung
pengurus dan anggota yang mempunyai terhadap program dan sasaran yang ingin
kemampuan untuk menggerakan kelom- dicapai. Pemerintah membuat kebijakan
poknya. Namun jika dicermati lebih dalam yang cerdas, penyediaan dananya yang
pendapat yang disampaikan oleh salah memadai untuk proyek pembangunan
seorang anggota kelompok sido rukun, masyarakat pantai, LSM Lembaga
nampak kecewa dan tidak puas dalam Pengembangan Industri Pedesaan sebagai
pelayanan/dampingan yang diakukan oleh aktor pelaksanaan dilapangan dengan pola
LPIP maupun pemerintah tersebut. Tapi pendekatan pemberdayaan yang dilakukan-
setelah kami mencoba untuk mendekati nya tanpa campur tangan terlalu jauh dari
pihal LSM dan juga pengurus kelom- Birokrasi Pemerintah telah memeberikan
poknya tentang kekecewaan yang hasil yang relatif optimal. Sinergi kedua-
disampaikan oleh anggota kelompoknya nya telah memberikan dampak positif bagi
tersebut diperoleh keterangan kalau yang peningkatan sosial ekonomi masyarakat 6
bersangkutan pada saat mendapat desa pantai.
kunjungan ataupun ada pelatihan, sering Memberdayakan masyarakat pesisir
tidak berada ditempat, biasanya ke Madura untuk usaha ekonomi produktif yang
atau ke Banyuwangi. dilakukan Birokrasi Pemerintah melalui
proyek pembangunan masyarakat pantai
maupun LSM LPIP dengan strategi
KESIMPULAN DAN SARAN pendekatan dilakukannya untuk meng-
implementasikan proyek tersebut diatas

73
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

dengan cara membentuk Kelompok Usaha dan Birokrasi Pemerintah) telah memberi
Bersama atau mengembangkan kelompok hasil yang relatif optimal bagi kehidupan
yang sudah ada kearah yang sehat dan sosial ekonomi masyarakat.
mandiri. Pembentukan kelompok UB Impilkasi teoritis dari penelitian ini
tersebut disertai dengan pelatihan-pelatihan membenarkan atau mendukung konsep
bagi kader pengurus kelompok usaha dari Osborne dan Gabler dalam Re-
bersama, sehingga mereka memiliki ke- inventing Government, bahwa Sinergi
mampuan untuk merencanakan, mengem- antara LSM dengan Pemerintah Daerah
bangkan manajemen usaha, administrasi adalah agar Birokrasi Pemerintah bertindak
pembukuan sederhana tentang rugi laba. sebagai fasilitator, motivator, dan dina-
Memberi bantuan kredit berupa dana misator dalam pembangunan patut untuk
bergulir, pelatihan keterampilan peng- dipertimbangkan. Memang disadari bahwa
awetan, pengasapan, pemindangan dan untuk memerankan tiga fungsi ini bukan
lain-lain. 12 (duabelas) dari 27 (dua puluh merupakan pekerjaan yang mudah. Sebab
tujuh) KUB yang berhasil kami datangi mereka akan dibatasi oleh bingkai nilai-
dan mewawancarai pengurus maupun nilai politis dan ideologi. Oleh karenanya
anggotanya secara umum mengatakan, dalam pembangunan daerah aparat biro-
bahwa kerja sama keduanya menunjukkan krasi tidak akan mampu menjangkau
kinerja yang bagus. Kesemuanya itu seluruh kebutuhan pemba-ngunan khusus-
dilakukan atas dasar keinginan dan potensi nya dibidang sosial eko-nomi tanpa
yang dimiliki masyarakat. LSM-LPIP melakukan pola kemitraan dengan pihak
dalam mendampingi Kelompok Usaha lain termasuk Lembaga Swadaya Masya-
Bersama tersebut bertindak sebagai fasi- rakat (LSM). Pembenaran di lapangan/
litator dan motivator. Birokrasi Pemerintah lokasi penelitian, telah ada kerja sama yang
menyediakan proyek pemba-ngunan ma- saling mendukung antara LPIP dengan
syarakat pantai disertai dengan dana yang Birokrasi Pemerintah dalam pembangunan
memadai, menyediakan juga tenaga ahli masyarakat pesisir. Walaupun sedikit
bila LSM-LPIP membutuhkan, keduanya banyak ada kekurangan-nya dari masing-
saling berkoordinasi dan bekerja sama masing pihak dalam mengaplikasikan
secara sinergis. program.
Kegiatan sanitasi lingkungan di- Implikasi praktis dari penelitian ini
lakukan oleh LSM-LPIP dengan pemi- menampakan bahwa kebanggaan terhadap
kiran, bahwa lingkungan bersih, Indah dan kehebatan birokrasi pemerintah daerah
Nyaman akan memberikan suatu gairah dalam mengelola pembangunan masih
hidup bagi masyarakat yang mendiaminya. dipertanyakan. Birokrasi juga memiliki
LPIP dalam menangani masalah sampah di keterbatasan, hal ini nampak dari aparat
lokasi penelitian, bekerja sama dengan birokrat dari kabupaten Banyuwangi.
Pemerintah Desa. Telah berhasil dengan Birokrasi Pemerintah di lapisan bawahnya
memuaskan, sampah-sampah yang ber- tidak mampu mengatasi persoalan konflik
serakan dapat diatasi. Retribusi sampah sosial nelayan maupun usaha ekonomi
yang ditetapkan pemerintah desa dapat produktif bagi masyarakat yang belum
diterima masyarakat berkat sosialisasi yang beruntung serta usaha sanitasi lingkungan
dilakukan oleh LPIP dengan aparat Desa. secara sendirian, tapi setelah melakukan
Usaha penanaman kembali/ penghijauan interaksi dengan LSM-LPIP dalam usaha
bakau yang dilakukan oleh masyarakat kerja sama tersebut dapat mencapai hasil
pantai di lokasi penghijauan juga telah yang relatif lebih optimal dibanding
memberi kenyamanan bagi penduduk yang sebelumnya. Penelitian ini dapat meng-
mendiaminya dan telah memberikan hasil ungkapkan sinergi antara Birokrasi
berupa tangkapan ikan disekitar lokasi Pemerintah dengan LSM-LPIP dalam
tersebut yang sebelumnya sulit men- pembangunan masyarakat Pesisir seperti
dapatkan ikan. Kerja sama keduanya (LSM yang telah disinggung diatas.

74
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

Respon dan pemaknaan masyarakat perintah dan mendewakan aturan, karena


terhadap upaya pemberdayaan yang selain mempersempit ruang geraknya
dilakukan baik oleh Birokrasi Pemerintah ditengah masyarakat yang dinamis,
Daerah maupun LSM-LPIP, berbeda-beda. birokrasi pemerintah akan semakin jauh
Umumnya mereka memberi respon positif dari komunitas masyarakat yang menjadi
terhadap makna kerja sama antara Biro- mitranya dalam berbagai aktivitas
krasi Pemerintah dengan LSM-Lembaga pembangunan.
Pengembangan Industri Pedesaan. Tapi Untuk Birokrasi Pemerintah Daerah
tidak dalam pola pendekatan, karena me- Kabupaten Banyuwangi, lebih ditingkatkan
nurut mereka, LSM-LPIP lebih komunikatf kerja samanya dengan LSM, terutama yang
dan persuasif dalam pende-katan dengan menyangkut cara-cara atau strategi pen-
masyarakat. Menganggap masyarakat dekatan pembangunan partisipatif yang
sebagai mitra sejajar, teman diskusi, tidak hanya terbatas pada tataran wacana /
sehingga tidak ada jarak antara masyarakat retorika tapi lebih kepada implementasi,
dengan LPIP. Sementara Birokrasi, pola karena terbukti memakai pola pendekatan
pendekatannya lebih bersifat memaksa/ partisipasi yang dilakukan oleh LSM-LPIP
kekuasaan, tidak menganggap masyarakat relatif lebih sukses dibanding dengan pola
sebagai mitra sejajar dan komunikasi pendekatan kekuasaan yang selama ini
hanya bersifat satu arah, sehingga ada dilakukan oleh pemerintah. Proyek pem-
kesenjangan komunikasi antara Birokrasi bangunan yang bersifat fisik sebaiknya
dengan masyarakat. dikaji ulang, agar peruntukannya benar-
benar mencapai sasaran.
Saran-saran Bagi LSM-Lembaga Pengembangan
Mencermati pola hubungan kerja sama Industri Pedesaan, agar lebih konsisten
ataupun interaksi kedua aktor pemba- dengan misinya. Bekerja sama dengan
ngunan dalam hal ini Birokrasi Pemerintah Birokrasi Pemerintah tidak hanya sekedar
Daerah Banyuwangi dengan LSM- untuk memperoleh dana, tapi mampu
Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan memberikan hasil yang optimal bagi
dalam pembangunan masyarakat pesisir peningkatan ekonomi masyarakat yang
yang telah ditunjukan dan relatif cukup diberdayakan dan dapat dipertanggung
sukses, tapi masih ada yang perlu jawabkan kepada publik atas hasil kerjanya
diperbaiki dan ditingkatkan sebagai tersebut. Dalam hal dana, sebaiknya LSM-
berikut. LPIP tidak sangat tergantung pada
Untuk Birokrasi Pemerintah Daerah pemerintah, tapi mampu mencari dana
Kabupaten Banyuwangi, terutama pola sendiri melalui bentuk usaha provit yang
atau cara menyelesaikan konflik yang dikerjakan oleh LSM atau bantuan sponsor
terjadi dalam masyarakat, merubah para- ataupun dana masyarakat yang dapat
digma pendekatan kekuasaan/dari atas ke dikelola dalam bentuk usaha ekonomi
paradigma pendekatan dari bawah. Biro- produktif.
krasi tidak usah ragu meniru pola Bagi LSM- Lembaga Pengembangan
pendekatan yang dilakukan oleh LSM- Industri Pedesaan, tingkatkan kemampuan
LPIP yang terbukti cukup sukses dalam nya dalam mendampingi masyarakat,
menyelesaikan konflik yang terjadi. terutama pada Kelompok Usaha Bersama
Birokrasi untuk selalu sadar dan kreatif yang telah bubar atau yang hidup enggan
dalam memanfaatkan waktu buat pende- mati tak mau. Kepada mereka diberi
katan dengan masyarakat tidak hanya pada perhatian lebih ekstra serta mendorong
jam-jam dinas saja tapi juga diluar jam agar dapat berkembang. Untuk yang akan
dinas, tidak kaku dengan aturan yang ada datang, perhatiannya tidak hanya pada
tapi lebih luwes, karena birokrasi adalah kelompok rumah tangga perikanan tapi
pelayan masyarakat. Atau dengan kata lain juga pada petani umum lainnya yang ada
hilangkan sikap yang selalu memberi

75
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

dipedesaan yang nasibnya belum ber- Perspektif Politik Hukum E-law


untung. Indonesia, Yogyakarta.
Bagi Birokrasi dan LSM-LPIP, Budiman, Arief. (2000) Teori Pemba
terutama masa-masa akhir dari kerja ngunan Dunia Ketiga, Penerbit PT
samanya tersebut, agar dapat menyiapkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
atau memikirkan kesinambungan terhadap Chaniago, Andrinof. (2000) Gagalnya
apa yang telah dikerjakan atau yang telah Pembangunan: Kajian ekonomi
dilakukan dengan cara memberikan Politik terhadap Akar Krisis
pelatihan kader atau pemagangan kepada Indonesia. LP3Es, Jakarta.
Lembaga yang telah dibentuk agar Clark, John. (1995) NGO dan Pemba-
lembaga tersebut dapat berfungsi secara ngunan Demokrasi. Judul asli:
mandiri dalam melanjutkan kegiatan yang Democratizing Development: The
telah dirintis. Role of Voluntary Organization. Alih
Bahasa; Godril Dibyo Yuwono.
Penerbit PT. Tiara Wacana Yogya
DAFTAR PUSTAKA karta.
Chambers, Robert. (1987) Rural Develop-
Abdul Wahab, S. (2001) Analisis ment Putting the Last first (Pemba-
Kebijaksanaan dari Formulasi ke ngunan Desa Mulai dari Belakang);
dalam Implementasi Kebijaksanaan Penerjemah, Pepep Sudradjat;
Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Pengantar, M. Dawam Rahardjo,
-------------------- (1999) Ekonomi Politik LP3ES, Jakarta.
Pembangunan, Bisnis Indonesia Era ---------------------(1996) Memahami Desa
Orde Baru dan di Tengah Krisis secara Partisipatif; Judul asli PRA
moneter, Danar Wijaya, Brawijaya Participatory Rual Appraisal, Alih
University Press. Bahasa Prabowo Adi Nugroho,
----------------------(1998) Ekonomi Politik Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
dalam Bisnis Indonesia Era Orde Eldridge, Philip, J. (1994) Non Go-
Baru, Program Pascasarjana vernment Organization and Demo-
Universitas Brawijaya, Malang. cratic Participation in Indonesia,
Antjok,Jamaludin. (1995) Pemanfaatan Kualalumpur Oxfort University
Organisasi Lokal untuk Press.
Mengentaskan Kemiskinan Dalam Hagul, Peter. (1995) Pembangunan Desa
Kemiskinan dan Kesenjangan di dan Lembaga Swadaya Masyarakat,
Indonesia. Adytia Media Rajawali Jakarta.
Yogyakarta. Hulme, David. (1994) Social development
Arsyad, Lincolin.(1999) Pengantar research and the third sector; NGOs
Perencanaan dan Pembangunan as users and subjects of social
Ekonomi Daerah. Fakultas Ekonomi inquiri, dalam rethingking social
Universitas Gajah Mada. Penerbit deplopment, edited by David Booth,
PT. BPFE- Yogyakarta. Centre of Developing Area Studies,
Blau, Peter M. and Marshall W. Meyer. University of Hull, Longman
(2000) Birokrasi dalam Masyarakat Scientific & Technical, London.
Modern, Judul Asli: Bureaucrasy in Ismani, 1996. Administrasi Negara,
Modern Socyety, Alih Bahasa Drs Birokrasi dan Etos Kerja. Fakultas
Slamet Rijanto, Penerbit Prestasi Ilmu Administrasi Universitas
Pustakaraya, Jakarta. Brawijaya. Penerbit IKIP Malang
Budairi, Muhammad (2002) Masyarakat Kushandayani. (2001) Good Government
Sipil dan Demokrasi, Dialektika dan Otonomi Daerah. Dalam Mana
Negara dan LSM ditinjau dari jemen Otonomi Daerah: Membangun
Daerah Berdasarkan Paradigma Baru

76
WACANA Vol. 10 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-0199

ed.Teguh Yuwono. CLOGAPPS Kebijakan dan Implementasi, CSIC,


Diponegoro University. Jakarta.
Kusnadi. (2002) Konflik sosial Nelayan. Rustiani, Frida. ed. (1996) Pengembangan
Kemiskinan dan Perebutan Sumber Ekonomi Rakyat dalam Era
Daya Perikanan. Penerbit LKiS Globalisasi, Diterbitkan atas kerja
Jogyakarta Sama yayasan Akatiga-Yapika.
Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan Soemitro Remi, Sutyastie and Prijono
(2002). Laporan Akhir Pekerjaan Tjiptoherijanto (2002) Kemiskinan
Pendampingan Dalam Rangka dan Ketidakmerataan di indonesia.
Community Development di Muncar Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Banyuwangi. Susanto. Astrid S. ed. (1996) Pemba-
Miles, Matthew B and Huberman A ngunan Masyarakat Pedesaan, Suatu
Michael. (1992) Qualitative Data Telaah Analitis Masyarakat Wa-
Analiysis, Sage Publica ion Inc. mena, Irian Jaya. Pustaka Sinar
Moleong Lexi, J. (2000) Metodologi Harapan dan Lembaga Ilmu Penge-
Penelitian Kualitatif, Remaja Posda tahuan Indonesia, Jakarta.
karya, Bandung. Tjokkroamidjojo, Bintoro. (2001)
Nasution, S. (1996) Metode Penelitian Reformasi Administrasi Public,
Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Magister Ilmu Administrasi Program
Bandung. Pascasarjana Universitas Krisna
Nugroho, Riant, D. (2001) Reinventing dwipayana, Jakarta.
Indonesia : Menata Ulang Mana Majalah Warta Demografi; Majalah Semi
jemen Pemerintahan untuk Mem- Ilmiah Populer. Diterbitkan oleh
bangun Indonesia baru dengan Lembaga Demografi Fakultas
Keunggulan Global. PT Gramedia Ekonmi Universitas Indonesia.
Jakarta. Harian Kompas, Sorotan: Menggagas
Osborne, David & Ted Gaebler. Organisasi Non Pemerintah Masa
Reinventing Government, How The Depan. 22 Januari 2003. Hal. 29,
Entrepreneural Spirit is Trans- Kol. 1 – 9
forming The Public Sector From Zauhar, S. 2001. Administrasi Pelayanan
School House . City Hall to Pentagon Publik Sebuah Perbincangan Awal,
Reading, MA. Adision Wisley dalam Jurnal Administrasi Negara
Pranarka & Vidyandika Moelyarto. (1996) FIA Unibraw Vol. 1 No.: 2 Maret.
Pemberdayaan (Empowerment),
dalam Pemberdayaan Konsep

77

Anda mungkin juga menyukai