BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, Kita sudah banyak sekali di perlihatkan sebuah bentuk pemerintahan dari
yang berbentuk Horizontal sampai Vertikal. kemudian dalam menjalankan fungsi maka
banyak kebutuhan yang diberikan di dalam pemerintahan tersebut. hadirnya sebuah Trias
Politica. Di dalam Trias Politika atau lebih ke pemikiran Montesquieu memberikan
pandangan bahwa sebuah negara demokrasi itu dibagi kekuasaannya menjadi 3 bagian, yaitu
: Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. lalu negara indonesia sendiri merupakan penganut
sistem tersebut, secara langsung.
Gagasan ini sudah dilancarkan oleh para pemikir terdahulu, yaitu Montesquieu.
dimana kehadiran Pemikiran Trias Politika ini memberikan angin sejuk untuk hadirnya
pembatasan sebuah lembaga berkewenangan, penerapan ini tidak hanya berlaku pada
pemerintahan pusat saja, namun di ranah hirarki yang lebih ke daerah pun digunakan secara
demokrasi.
Kemudian, di hadirkan sebuah Istilah otonomi daerah pada setiap wilayah dengan
ketentuan yang ada. merupakan sebuah sistem yang diberikan kewenangan penuh pada
sebuah kelembagaan dalam lingkup Provinsi dan Kabupaten untuk melakukan pengelolaan
pada daerahnya. pada sebuah kausalitas yang ada, Otonomi secara etimologi berasal dari dua
kata bahasa Yunani, yaitu autos (sendiri) dan nomos (peraturan) atau undang-undang. Oleh
karena itu, otonomi berarti peraturan sendiri atau undang undang sendiri, yang selanjutnya
berkembang menjadi pemerintahan sendiri. ini merupakan hasil perlawan dari Sistem
sentralistik pada zamannya dahulu. lalu sistem Sentralistik ini adalah sebuah kewenangan
pemerintah yang terpusat pada lingkar Eksekutif Pusat dan Legislatif Pusat. Alur itu dimulai
dari Top Down atau lebih simplenya itu menunggu perintah dari pusat kemudian baru
dilaksanakan. maka hadirnya sebuah ketimpangan pada aspirasi masyarakat di daerah -
daerah tertentu.
Jika ditelaah secara mendalam hal-hal ini bilang diteruskan akan menghasilkan siklus
sebuah polarisasi yang jelas. seperti munculnya sebuah kantong-kantong kemiskinan yang
berdampak tingginya masyarakat miskin dan pengangguran. persoalan ini bisa menjadi efek
domino dimana kemungkinan besar terhadap fenomena maraknya KKN yang dilakukan
secara berjamaah oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Melihat semua ini dari sebuah Pemerintah Di kota Tangerang Selatan,dimana
merupakan sebuah bagian dari Provinsi Banten yang berada di bagian timur Provinsi banten.
wilayah ini juga berada pada radius 30 Km sebelah Barat Jakarta dan 90 Km sebelah
Tenggara Serang, Ibu Kota Banten. pusat pemerintahan Kota Tangerang Selatan terletak di
kecamatan Ciputat. jika dilihat terhadap sejarahnya Tangsel merupakan wilayah hasil
pemekaran dari Kabupaten Tangerang. dimana diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008,
oleh menteri dalam negeri yaitu Mardiyanto. Lokasi yang dekat dengan Ibu Kota Jakarta
membuat Tangsel menjadi salah satu Kota Penopang dari segi tempat tinggal bagi para
pekerja yang komuter. maka hal ini membuat tangsel ada sebuah ciri khas khusus dalam
potensi properti dalam menggerakan laju perekonomian pemerintah tersebut. Kota Tangerang
Selatan juga memiliki kewenangan dalam mengambil beberapa keputusan di dalam
pemerintahannya.
Pemerintahan Kota Tangerang Selatan dimana secara administratif, terdiri dari Tujuh
Kecamatan, 54 Kelurahan, 746 Rukun warga (RW) dan 3.913 Rukun Tetangga (RT). lalu
dalam ranah kesejahteraan sebuah perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah kota itu terhadap
IPM sangatlah tinggi. pada tahun 2020 IPM kota Tangerang Selatan 81%. lalu pada
perekonomian kota tangerang selatan memiliki sebuah identitas yang kuat, namun sebagai
kota yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, geliat perekonomian di kota Tangerang
Selatan lebih diDominasi oleh sektor Tersier sebesar 75,82 %, sedangkan sektor sekunder dan
sektor primer masing-masing sebesar 23,96 % dan 0,22%.lalu tangerang selatan bisa di
bilang merupakan sebuah tempat populer terkait wilayah hunian. hal ini bukanlah tanpa
kausalitas. coba dipahami secara mendalam. infrastruktur modern, fasilitas lengkap dan akses
yang mudah didapatkan untuk kendaraan pribadi. wilayah mumpuni di tangsel pun ada.
seperti BSD City serpong mulai banyak bermunculan gedung-gedung abrun yang megah.
pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, pusat hiburan dari juliner, pusat perkantoran, rumah
sakit, dan pusat pendidikan yang telah hadir disana. lalu ada kawasan bintaro, dimana
berbagai infrastruktur berupa gedung perkantoran,pusat belanja,rumah sakit, pusat
pendidikan telah di berdiri di kawasan tersebut. lalu menghadirkan fly over dalam
penghubung di wilayah tersebut.
Penekanan wilayah perekonomian hanya ada di dua wilayah itu saja, mesti harus jadi
sebuah pertanyaan terhadap hal-hal itu. karena menanggapi dari dasar PERATURAN
DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 -
2031. maka dari itu seyogyanya kita tahu penerapan tata ruang wilayah kota tangerang
selatan itu harus merata. lalu kehadiran seperti ini pada perekonomian secara tidak langsung
dipegang oleh swasta di wilayah-wilayah tersebut atau Public Private partnership. Menurut
William J. Parente dari Program Jasa Lingkungan USAID, definisi PPP adalah “perjanjian
atau kontrak, antara badan publik dan pihak swasta, di mana: (a) pihak swasta menjalankan
fungsi pemerintah untuk jangka waktu tertentu, (b) pihak swasta menerima kompensasi untuk
menjalankan fungsi, secara langsung atau tidak langsung, (c) pihak swasta bertanggung
jawab atas risiko yang timbul dari menjalankan fungsi dan, (d) fasilitas umum, tanah atau
sumber daya lainnya dapat dialihkan atau disediakan untuk pihak swasta."namun sebenarnya
kebijakan seperti ini merupakan sebuah solusi yang bisa digunakan dalam pemerintahan.
Prakteknya persoalan bahkan muncul ketika tahap awal kebijakan tersebut akan dilakukan
seperti mendesain kontrak antara pemerintah dengan mitra yang bermasalah, hingga
ekspektasi yang tidak realistis dari kebijakan PPP itu sendiri. Meskipun pandangan awal di
kerja sama ini merupakan dalam ranah infrastruktur, tidak berarti infrastruktur telah tercukupi
dan tersedia dalam mendukung pembangunan. Dalam realitasnya, ketersediaan infrastruktur
belum mencapai kondisi ideal untuk mendukung perekonomian. Salah satu kendala yang
dihadapi adalah keterbatasan anggaran pemerintah untuk membangun infrastruktur, terutama
saat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara harus didistribusi sebijaksana mungkin untuk
membiayai pos-pos penting lainnya seperti kesehatan, pendidikan hingga pos pertahanan
keamanan. Kemitraan publik-swasta di pelayanan publik harus dilaksanakan secara
proporsional, masing-masing aktor yang terlibat perlu menyatukan kekuatan untuk mencapai
tujuan berpartner, yaitu berupa pelayanan publik yang berkualitas. Adapun sinergi yang
dikembangkan antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam menjalin kemitraan.
Sebagian besar tampilan kemitraan menekankan bahwa PPP didirikan karena mereka
dapat menguntungkan kedua sektor publik dan pribadi. Garis pemikirannya adalah sederhana
baik sektor publik maupun swasta tentang bagaimana meningkatkan kualitas layanan tertentu.
Pikiran antar sektor publik dan swasta digabungkan, hasilnya akhir akan lebih baik untuk
semua(Vaillancourt, 2000). Kemitraan berusaha melibatkan masyarakat,baik dalam bentuk
kelompok maupun individu. Vigoda (2002:527) menyebutkan mereka sebagai “pemain
sosial” yang memiliki tingkat minat, keahlian, sumber daya dan kemampuan membuat
keputusan bervariasi. Vigoda menyoroti kondisi ideal dari proses kemitraan di mana
masyarakat sebagai warga negara dan pemerintah sebagai penanggung jawab pemerintah
sebagai pasangan "mitra" dalam proses pengambilan keputusan. Terutama di proses
pemberian layanan, warga harus diperlakukan sebagai rekan kerja, dan tidak sebagai subjek
atau pelanggan. Masuknya sektor swasta mengakibatkan persaingan akan tumbuh, efisiensi
diharapkan menjadi lebih baik dan layanan bisa lebih bervariasi (Soesilo, 2007). Sektor
sektor swasta dikondisikan untuk bekerja efektif dan efisien dengan struktur organisasi dan
personel yang tidak kaku, di mana itu tidak ditemukan di lingkungan kerja instansi
pemerintah (Rukmana,1993). Mewujudkan kemitraan ini akan menciptakan pelayanan publik
yang berkualitas, efektif dan bervariasi.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan melakukan sebuah etika yang lebih mendasarkan
pada kebijakan pengambilan keputusan pembangunan yang di dalamnya. karena hal ini
kembali lagi pada pemerintah kota terkait (Government Responsibilities). kemudian terhadap
Government Responsibilities ini. seharusnya memiliki pandangan yang responsif. karena
ditakutkan pada kebijakan ini bukan kesejahteraan yang didapat namun semua polarisasi baru
dalam ranah perekonomian dan sosial realitasnya.
Lalu coba di mengerti terhadap dasar etika dimana dijelaskan oleh K.Bertens (2011)
bahwa terdapat 3 arti, Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.etika
merupakan kumpulan asas atau nilai moral, Etika Merupakan ilmu tentang yang baik atau
buruk. lalu pada umumnya sebuah etika itu bersifat mutlak. dimana seluruh masyarakat harus
bisa dikatakan memiliki sebuah etika di dalamnya.namun tidak dapat dipungkiri juga, bahwa
setiap masyarakat memiliki kultur masing-masing didalamnya. maka secara tidak langsung
etika bersifat relatif, mhanduk arti bahwa tiada ada sebuah prinsip moral yang mana
benar-benar secara umum, kebenaran yang dibawa prinsip moral pada hakikatnya akan
menjadi relatif terhadap sebuah budaya.
lalu pembangun merupakan proses perubahan yang dapat dikatakan terencana dimana
sesuai kondisi sosial, budaya dan lingkungan. walaupun banyak perubahan secara positif
maupun negatif. Pembangunan Merupakan sebuah prinsip bagi Negara-negara dunia ketiga,
termasuk indonesia sendiri. padahal pada pemerintahan orde baru, pembangunan merupakan
sebuah kata kunci yang memberikan kebebasan manusia indonesia dari sebuah kemiskinan.
Pembangunan dalam hal ini dimaknai sebagai usaha untuk memajukan kehidupan suatu
bangsa. progresifitas yang dimaksud dalam definisi yang dikemukakan munandar tersebut
adalah kemajuan material, sehingga pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan
yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi. masyarakat dapat langsung menilai
kinerja pemerintahan khususnya dalam penanganan pengelolaan wilayah yang diterima.
karena wilayah merupakan hal yang penting untuk kebanyakan orang dan dampaknya
langsung dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat, dimana keberhasilan kebijakan
tersebut dapat membangun kinerja sebuah pemerintahan yang secara professional, efektif,
efisien, dan akuntabel akan mengangkat citra positif di pemerintahan.
1.2 Rumusan Permasalah
1. Kenapa Government Responsibilities Kota Tangerang selatan dalam
ketimpangan Terhadap Public Private Partnership wilayah tersebut ?
2. Bagaimana Etika pembangunan yang disiapkan dalam Public Private
Partnership daerah tersebut ?
3. Bagaimana Pandangan Masyarakat sekitar terhadap pembangunan public
Private Partnership ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui seberapa Government Responsibilities kota tangerang
selatan terhadap sebuah fenomena yang terjadi disana
2. Untuk Memahami Etika pembangunan di wilayah Kota tangerang selatan.
3. Untuk menjadi bahasan pemahaman terhadap masyarakat tentang tata kelola
kota dan bertanggung jawabnya pemerintah terhadap rakyatnya
1.4 Batasan Istilah
Agar dapat memperoleh sebuah perspektif yang sama antara penyusun dan
pembaca, tentang istilah pada tugas ini, maka perlu ada pembatasan istilah. adapun
pembatasan istilah yang terkait dengan judul skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah bertanggung jawab untuk menciptakan dan menegakkan aturan
masyarakat, pertahanan, urusan luar negeri, ekonomi, dan layanan publik.
2. Hubungan adalah Proses Pembaruan sebuah hal seperti dalam bentuk kebijakan dan
proses terkait menghidupkan.
3. Kebijakan adalah Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
4. Publik Private Partnership merupakan bentuk perjanjian antara sektor publik
(Pemerintah) dengan sektor privat (Swasta) untuk mengadakan sarana layanan publik
yang diikat dengan perjanjian, terbagi menjadi beberapa bentuk tergantung kontrak
dan pembagian resiko.
5. Kota Tangerang Selatan Merupakan merupakan sebuah bagian dari Provinsi Banten
yang berada di bagian timur Provinsi banten. wilayah ini juga berada pada radius 30
Km sebelah Barat Jakarta dan 90 Km sebelah Tenggara Serang, Ibu Kota Banten.
pusat pemerintahan Kota Tangerang Selatan terletak di kecamatan Ciputat. jika dilihat
terhadap sejarahnya Tangsel merupakan wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten
Tangerang, dimana diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008.
6. Etika Pembangunan adalah pemeriksaan pertanyaan etis dan nilai yang diajukan
oleh teori, perencanaan, dan praktik pengembangan