MAKALAH
Psikologi Pendidikan
Oleh :
Semester : Dua
Kelas : 2 B
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dengan rahmat, karunia
serta taufik dan hidayah-Nya, saya dapat menyusun makalah tentang “Ingatan,Berfikir,Perasaan
Dan Motif”. Saya juga berterima kasih kepada ibu mona ardiana ,S.Psi.,M.Psi.selaku pengajar
mata kuliah psikologi pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Harapan kami, makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kepada pembaca dan yang
terpenting yaitu kepada kami sendiri mengenai ““Ingatan,Berfikir,Perasaan Dan Motif”. kami
juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna.
Oleh karena itu,saya mengharapkan adanya kritikan dan saran serta usulan demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa suatu
saran. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan mohon kritikan dan sarannnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ………………….................……………………………….………...ii
DAFTAR ISI ………..…………………………..................……………….……….……….iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………........................…………………….……...
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..………......
B. Rumusan Masalah.........................................................................………..….....
C. Tujuan ....................................................................................................……..……....
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Ingatan............................................................................................................................
B. Berfikir...........................................................................................................................
C. Perasaan...........................................................................................................................
D. Motif...................................................................................................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................……….….....
B. Saran.......................................................................................................……….….....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….......
Bab I
Pendahuluan
A. latar belakang
ingatan,secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek dalam berfungsinya ingatan itu yaitu:
atas dasar kenyatan ini lah ingatan di definisikan sebagai kecakapan untuk
menerima,menyimpan,dan mereproduksikan kesan –kesan. Berfikir adalah sebuah aktivitas kerja
otak mengenai sesuatu hal. Berfikir juga merupakan aktivitas mental sebab berfikir tidak hanya
menggunakan aktivitas otak namun juga menyangkut semua bagian tubuh dan juga perasaan atau
emosi dalam psikologi. Definisi paling umum dalam berfikir merupakan berkembangnya ide dan
juga konsep dalam diri seseorang yang berlangsung lewat keterkaitan hubungan diantara
beberapa bagian informasi yang tersimpan dalam diri seseorang berbentuk pengertian.
perasaan adalah suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya
atau yang dipersepsinya. Ada beberapa sifat tertentu yang ada padanya yaitu:
1) Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan reaksi terhadap
stimulus yang mengenainya.
2) Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan dengan peristiwa psikis
yang lain.
3) Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang sekalipun
tingkatannya dapat berbeda-beda. Secara etimologis, menurut Atkinson (1980) motif
dalam bahasa Inggris motive berasal dari kata motivation yang berarti gerakan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat kaitannya dengan “gerak”, yakni gerakan
yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam
psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu
tingkah laku. Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif
menunjukkan hubungan yang sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan respon
dengan keadaan dorongan tertentu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pengertian
Secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek dalam berfungsinya ingatan itu yaitu:
atas dasar kenyatan ini lah ingatan di definisikan sebagai kecakapan untuk
menerima,menyimpan,dan mereproduksikan kesan –kesan.
1. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat cepat atau mudah mencamkan ,setia,teguh,luas
dalam menyimpan dan siap dalam mereproduksikan kesan-kesan.
2. Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran .
3. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima itu akan di simpan sebaik-baiknya tak akan
berubah-ubah .
4. Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama .
5. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan –kesan.
6. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksikan kesan yang telah di simpan nya.
1) Mencamkan
a. pengertian berfikir
:
Berfikir adalah sebuah aktivitas kerja otak mengenai sesuatu hal. Berfikir juga merupakan
aktivitas mental sebab berfikir tidak hanya menggunakan aktivitas otak namun juga menyangkut
semua bagian tubuh dan juga perasaan atau emosi dalam psikologi.Definisi paling umum dalam
berfikir merupakan berkembangnya ide dan juga konsep dalam diri seseorang yang berlangsung
lewat keterkaitan hubungan diantara beberapa bagian informasi yang tersimpan dalam diri
seseorang berbentuk pengertian. Dalam proses berfikir, tentunya setiap individu memakai
beberapa simbol atau penggambaran. Konsep adalah konstruksi simbolik yang memberi
gambaran ciri atau beberapa ciri secara umum mengenai sebuah objek atau kejadian. Sebagai
contoh adalah pengertian dari handphone dimana dalam pikiran akan memberi gambaran berupa
alat komunikasi yang bisa dibawa kemana saja.
Menurut Khodijah mengatakan bahwa berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa
peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever dalam Khodijah berpikir adalah melatih ide-ide
dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Jadi berpikir adalah
satu keatipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
Kita berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki.
Dalam proses berfikir, setiap manusia juga akan menghadapi beberapa faktor penghambat dan
juga pendukung dalam berfikir.
I. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam berfikit adalah bagaimana seseorang bisa melihat atau memahami
sebuah masalah, situasi yang sedang dialami seseorang dan juga situasi dari luar yang dihadapi,
pengalaman individu yang bersangkutan, bagaimana inteligasi orang tersebut, data yang kurang
sempurna sehingga masih banyak data yang harus dicari dan juga data dalam keadaan
membingungkan atau sehingga bertentangan dengan data lainnya.
Manusia memiliki beberapa tingkatan dalam berfikir yakni tingkat konkrit, tingkat skematis atau
bagan dan juga tingkat abstrak:
1. Tingkat Konkrit
Merupaka proses berfikir lewat bayang atau tanggapan khusus yang terjadi dari pengamatan
panca indera yang bersifat konkrit. Berfikir dalam tingkatan ini mengandung kesadaran akan
hubungan antara pengamatan satu dengan yang lain dan belum ada. Sebagai contoh, tanggapan
hanya khusus mengenai sebuah benda yang sudah pernah diamati. Tingkat ini dialami anak anak
sebab mereka belum dapat menyusun pengertian untuk menguasai bayang atau tanggapan dalam
fikiran sehingga membuat anak anak belum dapat berfikir secara cepat atau dengan kata lain
masih memerlukan peraga benda yang konkrit.
2. Tingkat Skematis
Tingkat skematis atau bagan adalah tingkat saat bayang atau tanggapan tidak lagi menjadi
kegiatan yang konkrit dan seseorang sudah mempunyai gambaran umum. Untuk itu, seseorang
sudah bisa membandingkan keadaan atau sifat dari banyak benda yang diamati sebab sudah
mengetahui bagaimana.
3. Tingkat Abstrak
Tingkat abstrak adalah saat seseorang memakai pengertian yang dibagi atas beberapa golongan.
Pada proses berfikir, seseorang tidak lagi membayangkan sebuah benda sebab alam fikiran sudah
dipenuhi dengan pengertian umum sebagai bahasa.
Sedangkan dalam jiwa digunakan untuk menyusun pengertian atas dasar arah yang sudah
ditentukan oleh problema atau soal yang harus diselesaikan. Aturan beberapa pengertian tersebut
memiliki hubungan yang sudah dikuasai seperti hubungan sebab akibat, persamaan dan juga
perbedaan.
C. Perasaan
a.Pengertian
Suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang
dipersepsinya. Ada beberapa sifat tertentu yang ada padanya yaitu:
1) Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan reaksi terhadap
stimulus yang mengenainya.
2) Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan dengan peristiwa psikis
yang lain.
3) Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang sekalipun
tingkatannya dapat berbeda-beda.
b. Jenis perasaan
Ada tiga golongan perasaan, yaitu:
1. Perasaan presens : perasaan yang timbul dalam keadaan yang sekarang nyata dihadapi,
yaitu berhubungan dengan situasi yang aktual.
2. Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan yaitu perasaan dalam
kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
3. Perasaan yang berkaitan dengan waktu yang telah lampau yaitu perasaan yang timbul
dengan melihat kejadian-kejadian yang telah lalu. Misal orang merasa sedih karena
teringat waktu masih dalam keadaan jaya.
Max Scheler mengajukan pendapat ada empat macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris, yaitu perasaan yang didasarkan atas kesadaran yang
berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misal rasa sakit, panas, dingin.
2. Perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan yang tergantung pada keadaan jasmani
keseluruh, misal rasa segar, lelah.
3. Perasaan psikis atau kejiwaan yaitu perasaan senang, susah, takut.
4. Perasaan kepribadian, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keseluruh pribadi, misal
harga diri, putus asa.
1. Perasaan keinderaan, yaitu perasaan yang berkaitan dengan alat indera, misal perasaan yang
berhubungan dengan pencecapan, misal rasa asin, pahit, manis dan sebagainya.
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang dapat memecahkan sesuatu soal atau mendapatkan hal-
hal baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong atau
motivasi individu dalam berbuat dan merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan
b. Perasaan kesusilaan
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut
norma-norma kesusilaan.
e. Perasaan harga-diri
Perasaan harga-diri ini dapat positif, yaitu apabila individu dapat menghargai dirinya sendiri
dengan secara baik, tetapi sebaliknya perasaan harga-diri ini dapat negatif, yaitu apabila
seseorang tidak dapat menghargai dirinya secara baik.
f. Perasaan KeTuhanan
Perasaan ini timbul menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba
sempurna. Perasaan ini merupakan perasaan tertinggi atau terdalam. Perbuatan manusia yang
luhur, yang suci bersumber pada perasaan keTuhanan ini. Dengan perasaan keTuhanan segala
sesuatu akan tertuju kepadaNya.
D.Motif
a.Pengertian
Secara etimologis, menurut Atkinson (1980) motif dalam bahasa Inggris motive berasal dari
kata motivation yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat
kaitannya dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga
perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau
pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Motif adalah dorongan yang sudah
terikat pada suatu tujuan. Motif menunjukkan hubungan yang sistematik antara suatu respon
atau suatu himpunan respon dengan keadaan dorongan tertentu. Dari beberapa definisi di
atas, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu
yang menggerakkan atau membangkitkan, sehingga individu itu berbuat sesuatu. Semua
tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Salah satu motif yang sangat
mempengaruhi tingkah laku individu adalah motif sosial. Sehingga dapat mengerti dan
memahami tingkah laku manusia yang lebih sempurna.
b.Jenis motif
Ada dua jenis motif yaitu : Pertama, motif instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsi, tidak perlu dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kedua, motif ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, seperti misalnya seorang siswa
diberi tahu akan ada ujian sekolah sehingga muncul dari dalam dirinya suatu tanggung jawab.
Motif instrinsik adalah proses terjadinya tindakan karena inisiatif dari dalam individu (faktor
dalam) yang kemudian berdasarkan inisiatif tersebut mencari obyek yang relevan (faktor
luar). Sedangkan motif ekstrinsik adalah proses terjadinya tindakan karena rangsang dari
luar (faktor luar ) yang kemudian rangsang tersebut menggerakkan individu untuk berbuat
(faktor dalam ). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam
motif yaitu motif jasmaniah, motif rohaniah, motif instrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
rohaniah berhubungan dengan kemauan yang terbentuk melalui empat momen yaitu ; momen
timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan dan kemudian momen terbentuknya
kemauan. Kemauan merupakan perbuatan psikis yang penting sebagai penentu berhasilm
atau tidaknya individu dalam mencapai tujuan. Motif jasmaniah berhubungan dengan
kemampuan individu dalam melakukan sesuatu sehingga mencapai tujuan atau hasil untuk
belajar dengan giat agar mendaapt nilai baik. Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
karena adanya tanggung jawab dari dalam diri individu. Jadi, dengan demikian individu yang
mempunyai motif tinggi adalah individu yang memiliki kesadaran dari dalam diri sendiri,
memiliki kemauan, memiliki rasa tanggung jawab dan ada kemampuan untuk melakukan
sesuatu sehingga mencapai tujuan atau hasil. Orang tua yang berperan sebagai motivator
hendaknya terlebih dulu harus memiliki motif atau termotif untuk memberikan arahan yang
benar kepada anak yaitu melalui pendidikan agama pada anak, baik dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Keluarga mendukung tempat terpenting bagi
terbentuknya pribadi anak secara keseluruhan yang akan dibawa sepanjang hidupnya dan
keluarga merupakan pembentuk watak, pemberi dasar rasa keagamaan, penanaman sifat,
kebiasaan, hobi, cita-cita dan sebagainya
Bab III
Kesimpulan
Secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek dalam berfungsinya ingatan itu yaitu:
mencamkan, yaitu menerima kesan- kesan,menyimpan kesan-kesan dan mereproduksikan kesan-
kesan. ingatan adalah atas dasar kenyatan ini lah ingatan di definisikan sebagai kecakapan untuk
menerima,menyimpan,dan mereproduksikan kesan –kesan, sedangkan perasaan adalah suatu
keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang dipersepsinya.
Secara etimologis, menurut Atkinson (1980) motif dalam bahasa Inggris motive berasal dari kata
motivation yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat kaitannya
dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut juga perbuatan atau
tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya suatu tingkah laku.
Daftar pustaka
hmadi, A, 2002, Psikologi Sosial, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Sumadi Suryabrata. (2000). Pengembangan alat ukur psikologi. Edisi 1. Yogyakarta..
Penerbit Andi Yogyakarta
Handoko T. Hani (2002), Manajemen; Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas. Yogyakarta
Arifin, Abdulrachman. (2003). Human relation untuk management (Teori dan. Praktek).
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Handoko T. Hani (2002), Manajemen; Edisi Kedua, Cetakan Ketigabelas. Yogyakarta :
BPFE
Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta : Pilar Media.