Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 3 (2) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Penerapan Fungsi Manajemen pada Program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah


Menengah Pertama

Fatmawati 1, Sutrisno 1, Hima Sakina Firdhausy2

Bagian Bimbingan dan Konseling, SMP Negeri 2 Windusari, Indonesia


1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
2

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pelaksanaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) sangatlah penting dan harus dijalankan dengan baik
Diterima 11 Januari di sekolah karena kesehatan merupakan unsur yang sangat penting, terutama pada peserta didik di
2019 sekolah dan harus menjadi perhatian. Tujuan penelitian ini untuk deskripsikan fungsi manajemen
Disetujui 21 April 2019 pada program UKS. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2018. Jenis penelitian ini adalah
Dipublikasikan 30 April deskriptif kualitatif. Informan penelitian terdiri dari 7 informan yang dipilih dengan teknik
2019 purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Hasil
________________ penelitian menunjukkan perencanaan yang dilakukan tidak berpedoman pada hasil monitoring
Keywords: dan evaluasi. Pengorganisasian masih terpusat pada koordinator UKS karena belum terdapat SOP
Management Function, maupun tupoksi. Penggerakan sudah dilaksanakan sesuai kebutuhan namun berjalan dengan
School Health Effort optimal. Fungsi penilaian sudah berjalan sesuai dengan pedoman namun masih hanya terbatas
Program, Junior High pada pemantauan berjalan tidaknya program UKS di sekolah, sedangkan kualitas kinerja yang
School dilakukan belum pernah dinilai. Simpulan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan fungsi manajemen
____________________ UKS di SMP Negeri 2 Windusari sudah berjalan namun belum optimal.
DOI:
https://doi.org/10.15294
/higeia/v3i2/29129 Abstract
____________________ ___________________________________________________________________
The implementation of UKS Program was very important, especially for students in school and must be a
concern. Tthis study purposed to describe management functions in the UKS program. This research was
conducted in June-July 2018. This research’s type was descriptive qualitative. The informants consisted of 7
informants selected by purposive sampling technique. Data collection techniques used interviews and
observation. The results of the study showed that the planning carried out was not guided by the results of
monitoring and evaluation. Organizing was still focused on the UKS coordinator because there were no SOP or
instruction. Acting had been carried out as needed but ran optimally. The controlling function had been carried
out in accordance with the guidelines but was still limited to monitoring the running of the UKS program in
schools, while the quality of the performance carried out had never been assessed. The conclusions showed that
the implementation of the UKS management function at SMP 2 Windusari had been running but not
optimal.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
SMP Negeri 2 Windusari
Jl. Gunung Sumbing Km. 1 No. 5 Genito 56152 e ISSN 1475-222656
E-mail: fatmawatiwindu2@gmail.com

179
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

PENDAHULUAN maupun masyarakat, sehingga tercipta sumber


daya manusia yang berkualitas nantinya
Sehat adalah hak asasi setiap manusia. (Ambarwati, 2016). Sasaran yang tepat untuk
Sehat juga merupakan karunia Tuhan yang memberikan sosialisasi dan praktik kesehatan
harus disyukuri, sebab dengan kesehatan pada remaja adalah melalui sekolah. Data
segalanya akan tampak indah serta tanpa mengenai jumlah anak umur 10-14 tahun dan
kesehatan segalanya akan sia-sia (Diana, 2013). 15-19 tahun pada tahun 2016, masing-masing
Kondisi sehat dapat dicapai bila mengubah mencapai 22.577.094, dan 22.160.951 (Sitepu,
perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku 2015).
sehat dan menciptakan lingkungan sekolah yang Kementerian Kesehatan menyebutkan
sehat. Institusi pendidikan dipandang sebagai Indonesia menghadapi ancaman serius akibat
sebuah tempat yang strategis untuk peningkatan jumlah perokok, terutama
mempromosikan kesehatan sekolah dan kelompok anak-anak dan remaja. Peningkatan
dipandang efektif dalam mewujudkan perokok pada remaja usia 15-19 tahun
pendidikan kesehatan, dimana peserta didik meningkat dua kali lipat dari 12,7% pada 2001
dapat diajarkan tentang maksud perilaku sehat menjadi 23,1% pada 2016. Hasil Survei
dan tidak sehat serta konsekuensinya (Alifah, indikator kesehatan nasional (Sirkesnas) 2016
2012). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bahkan memperlihatkan angka remaja perokok
merupakan wadah untuk berbagai program laki-laki telah mencapai 54,8%. Pemerintah
seperti Kesehatan Reproduksi, Gizi, berharap dapat mencapai target indikator
Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Pengendalian Penyakit, Penyehatan Nasional terkait prevalensi perokok anak usia 18
Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pengobatan tahun, yaitu turun dari 7.2% pada 2009 menjadi
sederhana dan lain – lain. Wadah ini menjadi 5,4% pada 2013. Namun, kenyataannya, justru
penting dan strategis, karena pelaksanaan angka ini meningkat menjadi 8,8% pada 2016.
program melalui UKS jauh lebih efektif dan Belum lagi persoalan keamanan makanan yang
efisien serta berdaya ungkit lebih besar. (Gomo, dijual di sekitar sekolah yang belum
2013). menerapkan prinsip-prinsip Hygiene. Bila
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini tidak
pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa dilakukan dengan baik maka akan
"Kesehatan Sekolah" diselenggarakan untuk menimbulkan dampak yang tidak diinginkan
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta yairu munculnya berbagai penyakit. Hal ini
didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga dapat diiihat melalui hasil survey Subdit diare
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan tahun 2 C02 dan 2003 pada 40 SD di 10 propinsi
berkembang secara harmonis dan setinggi- menunjukkan prevalensi kecacingan berkisar
tingginya sehingga diharapkan dapat menjadi antara 2,2 % - 6,3 % . Berdasarkan hasil
sumber daya manusia yang berkualitas pengamatan tahun 2008, ditemukan kasus diare
(Pemerintah RI, 2009). Selanjutnya di dalam sebanyak 12.253 (38,11 %) . Oleh karena itu,
peraturan Menteri Kesehatan Republik penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah
Indonesia No. 2269/Menkes/Per/X/2011 telah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat
diatur tentang pedoman penyelenggaraan PHBS dilakukan melalui pendekatan UKS (Kemenkes
di berbagai tatanan termasuk di Institusi RI, 2017).
pendidikan (Kemenkes RI, 2011). Target nasional intitusi pendidikan yang
Usia sekolah merupakan masa keemasan melaksanakan PHBS adalah 70% ditahun 2014.
untuk menanamkan nilai kebiasaan hidup sehat Data dari Laporan Tahunan Tahun 2011 Dinas
yang berpotensi sebagai agent of change untuk kesehatan Kabupaten Magelang, sekolah yang
mempromosikan perilaku hidup bersih dan telah melaksanakan PHBS hanya 22,5% dengan
sehat baik di lingkungan sekolah, keluarga, target 65%. Rendahnya cakupan ini berdampak

180
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

juga terhadap tingginya angka kesakitan yang sekolah. Program UKS dalam upaya
berhubungan dengan penyakit yang berorientasi peningkatan pendidikan dan kesehatan peserta
lingkungan dan perilaku, dimana kasus penyakit didik maka peran petugas kesehatan
menular selama tahun 2011 masih cukup tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dan
(Habibi, 2017). Penyakit diare, DBD masih intensitas pembinaan dan pengembangan UKS
masuk dalam 10 penyakit terbanyak. Kualitas perlu di tingkatkan agar derajat kesehatan anak
lingkungan sekolah yang rendah, perilaku murid dan lingkungan sekolah tercapai melalui
yang masih kurang terhadap hidup sehat, peran pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
guru dan petugas kesehatan yang belum optimal pembinaan lingkungan sehat, mengingat fungsi
didalam upaya kegiatan promosi kesehatan serta tugas dan kewajibannya sebagai pelayan
makin tingginya kasus merokok dan masyarakat di samping guru yang setiap hari
penggunaan napza. Sedangkan SMP Negeri 2 menghadapi peserta didik (Kemenkes RI, 2011;
Windusari merupakan sekolah yang masih Irawati, 2011). Hal tersebut didasari pemikiran
cukup rendah cakupan pelaksanaan PHBS. Hal bahwa kesehatan merupakan unsur yang sangat
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan penting, terutama pada peserta didik di sekolah
oleh Anshori di SMPN tahun 2011 (Koem, dan harus menjadi perhatian yang sangat
2015). sungguh-sungguh.
Usaha Kesehatan Sekolah sebagai salah Berdasarkan kajian hasil observasi awal
satu wahana untuk meningkatkan kemampuan diperoleh beberapa hal yang menunjukkan
hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik bahwa pengelolaan UKS di SMP Negeri 2
serta menciptakan lingkungan yang sehat, maka Windusari masih belum berjalan dengan baik
program UKS yaitu Trias UKS yang meliputi jika dibandingkan dengan sekolah menengah
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pertama yang lain di Kecamatan Windusari.
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang Hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan
sehat (Ramawati, 2007). Oleh karena itu program UKS yang meliputi perencanaan,
pembinaan dan pengembangan UKS sebagai pelaksanaan dan evaluasi program pokok UKS
upaya pendidikan dan kesehatan harus belum dilakukan sesuai dengan pedoman
dilaksanakan secara terpadu, berencana, terarah pelaksanaan UKS di sekolah menengah.
dan bertanggung jawab dalam menanamkan, Pengelolaan organisasi UKS belum terlaksana
menumbuhkan, mengembangkan, membimbing dengan baik karena belum ada pembagian tugas
untuk menghayati, menyenangi dan yang jelas sehingga kinerja petugas atau
melaksanakan prinsip hidup sehat dalam penanggung jawab belum efektif. Selain itu,
kehidupan peserta didik sehari-hari (Samsuni, minimnya dana untuk pelaksanaan UKS
2017). Pelaksanaan UKS pada tingkat menjadi penghambat pelaksanaan program
pendidikan menengah lebih difokuskan pada UKS di sekolah yang dibuktikan dari berbagai
upaya preventif perilaku beresiko seperti fasilitas dan sarana prasarana yang kurang
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, memadai, serta perlengkapan dan peralatan
psikotropika dan zat adiktif lainnya), kehamilan yang kurang layak pakai. Selanjutnya, berbagai
tidak diinginkan, abortus yang tidak aman, masalah yang berkaitan dengan sanitasi dan
infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi pembuangan limbah dan sampah masih menjadi
remaja, kecelakaan dan trauma lainnya. masalah utama di sekolah. Fasilitas sanitasi
Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sekolah yang meliputi air bersih, toilet, (kamar
sesuai dengan ciri dan karakteristik remaja yang mandi, WC, dan urinoir), sarana pembuangan
selalu ingin tahu, suka tantangan dan ingin air limbah, dan sarana pembuangan sampah
coba-coba hal baru (Alita, 2013). masih belum sesuai dengan standar.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat Dari beberapa penelitian tersebut maka
diketahui bahwa pelaksanaan UKS sangatlah memperlihatkan ada kecenderungan keluaran
penting dan harus dijalankan dengan baik di yang baik ditentukan oleh penerapan

181
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

manajemen yang baik pula. Pada penelitian menggunakan alat bantu berupa pedoman
sebelumnya belum pernah diteliti tentang fungsi wawancara, dan alat perekam. Teknik
manajemen UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). pengambilan data dalam penelitian ini
Dengan demikian, tujuan dilakukannya menggunakan wawancara mendalam, observasi,
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dokumentasi, dan studi pustaka. Dalam
Fungsi Manajemen Program UKS (Usaha penelitian ini wawancara dilakukan dengan
Kesehatan Sekolah) di SMP Negeri 2 maksud memperoleh informasi mengenai
Windusari. pelaksanaan UKS di SMP Negeri 2 Windusari.
Wawancara mendalam dalam penelitian ini
METODE dilakukan terhadap informan utama maupun
informan triangulasi. Observasi dilakukan
Jenis penelitian ini menggunakan jenis dengan melihat kegiatan KIE yang mencakup
penelitian kualitatif dengan rancangan studi situasi dan jumlah individu, materi yang
kasus. Jenis penelitian ini dipilih untuk disampaikan dan fasilitas yang digunakan.
menjelaskan kasus terkait manajemen UKS Dokumentasi berupa catatan lapangan yang
yang ada di Sekolah Menengah Pertmana terekam dalam tape recorder, kamera, tulisan,
(SMP). Penelitian ini dilakukan pada bulan dan gambar. Sedangkan studi pustaka dalam
Mei-Juni tahun 2018 di SMP Negeri 2 penelitian ini merupakan teknik pengumpulan
Windusari. data dengan mempelajari buku referensi,
Sumber data dalam penelitian ini laporan-laporan, jurnal-jurnal dan media
menggunakan sumber data primer dan sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini penelitian. Khususnya yang berkaitan dengan
diperoleh melalui observasi dan wawancara UKS guna memperkuat data dalam penelitian.
mendalam (indepth interview) kepada pihak yang Prosedur penelitian terdiri dari tahap pra
terlibat dalam pengelolaan UKS di SMP Negeri penelitian, tahap penelitian, dan tahap pasca
2 Windusari. Penentuan informan dilakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam
dengan menggunakan teknik purposive sampling, tahap pra penelitian adalah melakukan studi
dengan menetapkan kriteria tertentu sesuai pustaka melalui dokumen-dokumen atau
dengan kebutuhan penelitian. Informan utama sumber sumber yang relevan sebagai data
dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yaitu sekunder, melakukan studi pendahuluan ke
penanggung jawab program UKS, guru instansi terkait yaitu SMP Negeri 2 Windusari
penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) untuk menentukan besaran masalah yang
dan pembina kegiatan UKS dari puskesmas. sebenarnya dan untuk memantapkan keputusan
Pemilihan informan utama ini dipilih dengan pengambilan fokus penelitian, menyusun
kriteria 1) pelaksana atau penanggung jawab rancangan awal penelitian, pemantapan desain
program UKS, 2) mengetahui pelaksanaan UKS penelitian, fokus penelitian, dan penentuan
di SMP Negeri 2 Windusari. Informan informan, mempersiapkan instrumen penelitian,
triangulasi dalam penelitian ini berjumlah 4 mengurus ethical clearance, serta melakukan
orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 3 koordinasi dan proses perizinan penelitian.
orang murid perwakilan dari kelas VII, VIII, Prosedur penelitian selanjutnya adalah
dan IX. Informan triangulasi dipilih dengan tahap penelitian dimana peneliti melakukan
kriteria 1) mengetahui pelaksanaan kegiatan pengamatan (observasi) dan wawancara
UKS di sekolah, 2) bersedia menjadi responden. mendalam. Obyek yang menjadi observasi
Data sekunder dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah kegiatan KIE.
diperoleh dari sumber buku-buku, literatur- Wawancara mendalam dilakukan dengan
literatur penelitian, dokumen dan sumber lain informan utama dan informan triangulasi.
yang relevan. Untuk membantu dalam Prosedur penelitian yang terakhir adalah
pelaksanaan pengumpulan data, peneliti tahap pasca penelitian, tahap ini dilakukan

182
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

dengan penyajian data secara deskriptif dan HASIL DAN PEMBAHASAN


penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.
Uji keabsahan dalam penelitian kualitatif SMP Negeri 2 Windusari merupakan
ini meliputi a) Uji credibility, dalam penelitian sekolah yang terletak di daerah dataran tinggi
ini menggunakan triangulasi sumber dan yang bergelombang. Sekolah tersebut
triangulasi teknik; b) Uji transferability, peneliti merupakan sekolah di kawasan pedesaan
membuat laporan ini dengan memberikan dengan lingkungan sosial yang berbeda jika
laporan yang rinci, jelas, dan sistematis; c) Uji dibandingakan dengan sekolah menengah
dependability, peneliti dibimbing dan diarahkan pertama lain di Kecamatan Windusari. Hal ini
secara kontinyu oleh dosen pembimbing dalam dikarenakan di lingkungan pegunungan Giyanti,
mengaudit terhadap keseluruhan proses atau yang sering disebut kaki Gunung Sumbing
penelitian dengan maksud agar peneliti dapat ini masih memiliki karakteristik penduduk yang
menunjukkan jejak aktivitas di lapangan dan cenderung tertutup. Hal ini dapat dilihat pada
mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian di paradigma penduduk tentang sekolah yang
lapangan mulai dari menentukan masalah, kurang penting sehingga masih jarang anak
memasuki lapangan, menentukan sumber data, yang melanjutkan sekolah SMA dan perguruan
melakukaan analisis data, melakukan keabsahan tinggi, terdapat budaya pernikahan dini, masih
data, sampai membuat kesimpulan; d) Uji kental dengan kebiasaan merokok karena
confirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan cuacanya dingin, dan personal hygiene yang
dengan membercheck yaitu proses pengecekan masih rendah.
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
data dan bahan referensi pendukung untuk merupakan wadah untuk berbagai program
membuktikan data yang telah ditemukan. seperti Kesehatan Reproduksi, Gizi,
Tahap analisis data dalam penelitian ini Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA,
terdiri dari tiga tahap antara lain: a) Reduksi Pengendalian Penyakit, Penyehatan
data dengan cara merangkum hal-hal yang Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pengobatan
penting, membuang yang tidak penting, mencari sederhana dan lain-lain. Wadah ini menjadi
tema pokok bahasan yang sedang dilakukan penting dan strategis, karena pelaksanaan
untuk mempermudah dalam melakukan program melalui UKS jauh lebih efektif dan
pengumpulan data selanjutnya oleh peneliti; b) efisien serta berdaya ungkit lebih besar (Gomo,
Penyajian data yang merupakan bentuk dari 2013; Sulastri, 2013).
uraian, bagan, tabel dan hubungan antar Tabel 1. menujukkan bahwa informan
kategori yang dilakukan peneliti untuk utama dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang
mempermudah dan memahami serta yang terdiri dari koordinator UKS, anggota
merencanakan tahap selanjutnya yang akan UKS, dan Penanggung jawab program UKS di
dilakukan; c) Pengambilan simpulan dan Puskesmas. Karakteristik informan dilihat dari
melakukan verifikasi data yang menjadi bukti berbagai macam aspek meliputi jenis kelamin,
dan dapat ditarik kesimpulan dari penelitian pendidikan, umur dan masa kerja. Informan
berbasis bukti kuat sehingga data tersebut valid. terdiri atas 2 perempuan dan 1 laki-

Tabel 1. Karakteristik Informan Utama


Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan Masa Kerja
Kelamin (Tahun) Terakhir (Tahun)
Informan Perempuan 39 S2 Koordinator UKS 10
Utama I
Informan Laki-Laki 14 SD Anggota UKS dari OSIS 1
Utama II
Informan Perempuan 43 S1 Penanggung jawab program 5
Utama III UKS Puskesmas

183
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

Tabel 2. Karakteristik Informan Triangulasi


Informan Jenis Umur Pendidikan Jabatan Masa Kerja
Kelamin (Tahun) Terakhir (Tahun)
Informan Triangulasi I Laki-Laki 51 S2 Kepala SMP N 4
2 Windusari
Informan Triangulasi II Perempuan 12 SD Siswa kelas VII -
Informan Triangulasi III Laki-Laki 13 SD Siswa kelas VIII -
Informan Triangulasi IV Perempuan 15 SD Siswa kelas IX -

laki dengan usia informan bervariasi dari yang bahwa pelaksanaan program UKS tiap
termuda yaitu 14 tahun dan tertua 43 tahun. tahunnya hanya mengikuti program tahunan
Tingkat pendidikan informan yaitu 2 orang seperti tahun sebelumnya, bukan berdasarkan
Strata 1 (S1) dan 1 orang Sekolah Dasar (SD). temuan masalah yang ditemukan setelah
Masa kerja informan utama dari 1 tahun sampai adanya evaluasi setiap tahun. Hasil temuan
10 tahun. penelitian tersebut tidak sesuai dengan teori
Tabel 2. menujukkan bahwa informan menurut Anggari (2017), yang menyatakan
triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari 6 bahwa seharusnya terdapat beberapa tahapan
orang yang terdiri dari kepala sekolah dan 3 yang harus dilalui dalam proses perencanaan,
orang siswa SMP Negeri 2 Windusari dan tahapan yang pertama yaitu analisis situasi,
perwakilan kelas VII, VIII, IX. Karakteristik bertujuan untuk mengkaji masalah program dan
informan dilihat dari berbagai macam aspek masalah yang akan digunakan sebagai dasar
meliputi jenis kelamin, pendidikan, umur dan untuk menyusun perencanaan aksi.
masa kerja. Informan terdiri atas 2 perempuan Selanjutnya, terkait perencanaan
dan 2 laki-laki dengan usia informan bervariasi anggaran kegiatan UKS diperoleh melalui BOS
dari yang termuda yaitu 12 tahun dan tertua 51 (Bantuan Operasional Sekolah) sebesar Rp
tahun. Tingkat pendidikan informan yaitu 1 500.000,- per tahun. Anggaran tersebut
orang Strata 2 (S2) dan 3 orang Sekolah Dasar digunakan untuk biaya operasional UKS seperti
(SD). Masa kerja informan dari 1 tahun sampai untuk membeli obat-obatan, pemeliharaan
4 tahun. inventaris UKS (sprei, gorden, sarung bantal,
Aspek awal yang harus diperhatikan tandu, tensi darah dan selimut) juga digunakan
dalam melihat fungsi manajemen suatu program sebagai transport siswa apabila siswa sakit harus
adalah aspek perencanaan atau planning. dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Selama
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ini fasilitas UKS seperti alat ukur tinggi badan,
bahwa secara garis besar program kerja jangka dan alat timbangan berat badan, didapatkan
panjang dalam program UKS belum pernah melalui bantuan dari pemerintah (Dinas
dilakukan. Kegiatan perencanaan yang Pendidikan dan Kebudayaan). Meski demikian
dilakukan selama ini hanya berupa rencana alat-alat yang ada di UKS sudah lama tidak
kerja rutin tahunan dimana kegiatannya hanya dikalibrasi karena minimnya anggaran, hal ini
terdiri dari kegiatan jumat bersih, sosialisasi dan berakibat pada tidak tepatnya hasil pengukuran
pemantauan kesehatan 2 kali dalam setahun pada saat kegiatan pemantauan pertumbuhan
serta pelayanan UKS bagi siswa yang merasa dilaksanakan.
kurang sehat. Adapun kegiatan pengembangan Hasil penelitian ini sejalan dengan
lain dalam program UKS ini belum ada. Hal ini penelitian yang dilakukan di Puskesmas
terjadi karena minimnya SDM pengelola UKS. Candilama Kota Semarang yang menyatakan
Selama ini UKS dikoordinir oleh guru mata bahwa perencanaan manajemen salah satu
pelajaran yang diberi tugas tambahan sebagai programnya masih memiliki kendala, karena
koordinator UKS sehingga program yang proses pelaksanaan perencanaan selama ini
dilaksanakan masih sederhana. belum baik. Hal itu ditunjukkan dengan tidak
Berdasarkan hasil observasi diketahui ada pembentukan tim khusus sebagai tim

184
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

penyusun rencana kegiatan suatu program serta Menurut hasil penelitian menunjukkan
rencana usulan kegiatan untuk program bahwa terdapat hubungan antara fungsi
tersebut. Selain itu, yang masih menjadi perencanaan dengan ketercapaian target angka
masalah dalam pelaksanaan program yaitu cakupan indikator suatu program. Penelitian ini
mengenai rangkap tugas petugas dan tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Isroyati
adanya alokasi anggaran khusus untuk program (2015) yang menyatakan fungsi manajemen
tersebut (Alifah, 2012). program berpengaruh terhadap ketercapaian
Selanjutnya, dokumentasi kegiatan target angka cakupan suatu program. Selain itu,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program menurut hasil penelitian lain oleh Budiono
UKS pada saat rapat dengan seluruh warga (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan
sekolah seperti kepala sekolah, guru, karyawan, yang bermakna antara perencanaan dengan
dan anggota OSIS, dicatat dalam buku keberhasilan operasional program PMT-P.
notulensi. Perencanaan kegiatan UKS yang Aspek selanjutnya yang menjadi
dimaksud meliputi: 1) Merencanakan program perhatian dalam fungsi manajemen adalah
kegiatan UKS, 2) Menyiapkan administrasi aspek pengorganisasian atau organizing. Fungsi
UKS (buku pengunjung UKS, dan buku rujukan pengorganisasian adalah langkah untuk
ke puskesmas), 3) Menyusun tata tertib UKS, 4) menetapkan, menggolong-golongkan dan
Mengurusi pelayanan UKS, 5) Mengadakan mengatur berbagai macam kegiatan,
kerjasama dengan puskesmas, 6) Melakukan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang,
pencatatan inventaris sekolah, 7) bertanggung dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan
jawab terhadap pengadaan obat-obatan dan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
sirkulasi penggunaan dana, 8) Memelihara organisasi (Sari, 2013). Struktur organisasi UKS
sarana prasarana UKS, 9) Menyusun laporan SMP Negeri 2 Windusari terdiri dari
pelaksanaan kegiatan UKS. penanggung jawab UKS yaitu kepala sekolah,
Analisis situasi yang menjadi alasan koordinator UKS yaitu guru mata pelajaran
perencanaan diberikannya pelayanan UKS di yang ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai
SMP Negeri 2 Windusari karena pada setiap koordinator, dan anggota UKS yaitu perwakilan
kali dilaksanakan upacara bendera selalu ada OSIS bidang kesehatan. Penelitian oleh Irawati
siswa yang tidak kuat sehingga diharuskan (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
untuk istirahat ke UKS. Pelayanan UKS sangat signifikan antara fungsi pengorganisasian
dirasakan belum optimal karena tenaga/petugas dengan cakupan keberhasilan program.
UKS adalah guru sehingga tidak sempat Pelaksanaan pengorganisasian UKS
dilaksanakan secara periodik. Perwakilan siswa dapat terlihat dari pembentukan tim pelaksana
OSIS yang turut mengelola UKS pun belum program, pembagian tugas dan kerjasama sesuai
maksimal dalam menjalankan UKS karena kemampuan tim, dan pendelegasian wewenang.
belum ada SOP yang berlaku. Pelayanan yang Berdasarkan hasil observasi, selama ini dalam
dilakukan masih sekedarnya bagi siswa yang melaksanakan program UKS secara otomatis
merasa kurang sehat (pusing, pingsan, dll.) saat dilakukan secara bersama-sama antara
atau setelah upacara bendera pada hari Senin. koordinator UKS, guru BK dan anggota UKS
Tujuan UKS SMP Negeri 2 Windusari (perwakilan OSIS). Karena sudah menjadi tugas
dijabarkan pada visi misi UKS sekolah. Visi dan tanggung jawab bersama, maka koordinator
UKS yaitu mewujudkan siswa-siswi SMP program UKS merasa tidak perlu lagi adanya
Negeri 2 Windusari yang sehat jasmani, rohani, pembagian tugas. Namun apabila ada
cerdas, dan peduli terhadap kesehatan di permasalahan maka akan diselesaikan secara
lingkungannya. Misi UKS SMP Negeri 2 bersama-sama. Sehingga dapat disimpulkan
Windusari yaitu 1) menjalani hidup sehat dan bahwa pelaksanaan pengorganisasian dalam hal
bersih secara mandiri; 2) Memiliki wawasan pembagian tugas belum berjalan maksimal
yang luas di bidang kesehatan. karena belum tersedia SOP (standar operasional

185
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

prosedur) serta petunjuk pelaksanaan teknis. pemeriksaan golongan darah dan PHBS
Menurut Normalasari (2017), 2 aspek utama (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Hal ini
dalam proses pengembangan organisasi adalah sudah rutin dilaksanakan 2 kali/tahun (6
pengelompokkan kegiatan kerja dan pembagian bulanan). Kegiatan dilaksanakan pada saat jeda
kerja, sehingga tujuan organisasi yang telah semester yaitu setelah penilaian tengah semester
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan ganjil dan setelah penilaian akhir semester.
efisien. Dana pelaksanaan kegiatan sosialisasi berasal
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian dari dana BOS dan dari bantuan puskesmas
terkait sumber daya pendukung program UKS setempat. Sedangkan untuk kegiatan
diketahui bahwa dalam fungsi pengorganisasian operasional UKS berasal dari dana BOS dan
anggaran UKS berasal dari dana BOS sebesar dana sukarela siswa.
Rp 500.000,-/tahun, dan dana tambahan dari Hasil penelitian oleh Isroyati (2015) dan
dana peduli pendidikan (diambil dari dana Abdullah (2007) menyatakan bahwa terdapat
sukarela siswa setiap hari Senin setelah kegiatan hubungan antara fungsi penggerakan atau
upacara bendera). Sedangkan sarana prasarana pelaksanaan program dengan ketercapaian
UKS disediakan oleh sekolah dan donatur yang target angka cakupan keberhasilan program
diperoleh secara insidental dimana semua UKS.
kebutuhan UKS diputuskan oleh kepala SMP Metode pelaksanaan kegiatan UKS SMP
Negeri 2 Windusari dan koordinator UKS. Negeri 2 Windusari terdiri dari: 1) Perencanaan
Metode pengorganisasian UKS dan evaluasi pelayanan UKS dilaksanakan
dilaksanakan dengan cara musyawarah mulai secara berkelanjutan, 2) Membuat proposal ke
dari pembentukan struktur organisasi sampai puskesmas agar diberikan kegiatan sosialisasi, 3)
dengan musyawarah terkait kegiatan yang Dilaksanakan kegiatan jumat bersih secara rutin
berkaitan dengan kesehatan. Musyawarah untuk menjaga kebersihan lingkungan ruang
dilaksanakan setiap awal tahun ajaran melalui kelas, WC, kamar mandi dan lingkungan sekitar
rapar pertemuan guru karyawan SMP Negeri 2 sekolah, 4) Kegiatan rujukan ke puskesmas jika
Windusari. Selanjutnya UKS SMP Negeri 2 keluhan siswa tidak dapat ditangani di sekolah,
Windusari juga bekerjasama dengan pihak 5) Keikutsertaan koordinator program UKS
puskesmas Windusari dalam pelaksanaan dalam kegiatan sosialisasi pengelolaan UKS di
kegiatan reproduksi remaja, anti narkoba, dan tingkat kecamatan maupun kabupaten, 6)
lingkungan sehat. Pengadaan P3K di UKS dan obat-obatan
Aspek yang perlu disoroti berikutnya ringan.
dalam fungsi manajamen adalah aspek Berdasarkan hasil observasi diketahui
pelaksanaan/penggerakan atau acting. Dalam bahwa pemberian motivasi kepada kelompok
pelaksanaan pemberian pelayanan UKS di SMP kerja, dan pemberian reward serta teguran
Negeri 2 Windusari koordinator UKS kepada kelompok kerja memang jarang
melakukan kerjasama dengan guru BK untuk dilakukan, karena menurut mereka sudah
menilai tumbuh kembang siswa meskipun guru menjadi tanggung jawab masing-masing pihak
BK tidak termasuk dalam struktur organisasi untuk menyelesaikan tugasnya sendiri sesuai
UKS. Hasil pengamatan pertumbuhan siswa dengan tugas yang telah ditetapkan. Pertemuan
yang telah dilakukan tersebut kemudian dicatat dengan kelompok kerja program UKS
dalam buku perkembangan diri siswa dan buku dilakukan hanya satu kali dalam setahun.
induk siswa. Meski demikian kegiatan ini Sehingga inisiatif dalam memberikan motivasi
dilakukan secara insidental. Kegiatan UKS agar kelompok kerja dapat melaksanakan tugas
selanjutnya berupa sosialisasi kesehatan dengan senang hati, agar mereka merasa
dilakukan dengan mengundang tenaga ahli dari dihargai, dan agar mereka dapat memberikan
puskesmas. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan ide untuk mencapai tujuan program jarang
meliputi kesehatan reproduksi remaja, terpikirkan.

186
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

Selain pemberian motivasi, pemberian keseluruhan masih jarang dilakukan dengan


reward dan teguran kepada kelompok kerja alasan keterbatasan waktu, dan kepala sekolah
UKS juga dapat menjadi salah satu faktor tidak dapat selalu menekan kerja atau keaktifan
terhambatnya keberhasilan fungsi penggerakan tim karena tim kerja UKS tidak mendapat gaji
atau pelaksanaan. Sesuai dengan teori yang sehingga kewenangan penuh untuk memaksa
diungkapkan oleh Nurjannah (2012), fungsi pelaksanaan program masih sulit dilakukan.
penggerakan atau aktuasi ini memiliki tujuan Begitu pula dengan pembimbingan kelompok
antara lain untuk menciptakan kerjasama yang kerja hanya dilakukan satu kali dalam setahun
lebih efisien, menumbuhkan rasa memiliki dan saat ada sosialisasi di Puskesmas atau
menyukai pekerjaan, dan mengusahakan kabupaten.
suasana lingkungan kerja yang meningkatkan Penilaian terhadap pengawasan bahan
motivasi dan prestasi kerja staf. habis pakai seperti obat-obatan ringan dan P3K
Selain itu, pelaksanaan program UKS masih sangat kurang terkontrol karena
belum memiliki upaya-upaya terprogram untuk terkadang koordinator UKS, dan guru BK
meningkatkan cakupan keberhasilan program sedang mengajar, atau mendapat tugas dinas ke
UKS ditunjukkan dengan belum adanya luar sekolah. Sedangkan anggota OSIS hanya
pembahasan khusus mengenai penyelenggaraan bisa aktif membantu pada saat upacara bendera
kegiatan program dalam lokakarya mini saja, karena selain pada jam tersebut, mereka
dikarenakan program tersebut belum menjadi mengikuti kegiatan belajar mengajar.
prioritas. Komunikasi antar petugas dengan Penggunaan peralatan dilaksanakan secara
Kepala sekolah masih kurang, selama ini insidental, sehingga lebih bisa dipantau dalam
komunikasi lebih sering dilakukan Kepala penggunaannya. Sedangkan peralatan yang ada
sekolah dengan koordinator program UKS saja belum terpelihara dengan baik, alat jarang
secara lisan. Motivasi kurang dilakukan karena dikalibrasi, dan kebersihannya pun tidak terjaga.
Kepala sekolah menganggap petugas sudah Hal ini dikarenakan kurangnya SDM pengelola
professional dalam melaksanakan program UKS kegiatan UKS.
(Alifah, 2012; Rorimpandey, 2015). Kegiatan yang dapat dilihat dalam fungsi
Aspek terakhir yang menjadi perhatian pengawasan antara lain pemantuan
dalam pelaksanaan fungsi manajemen program pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan program
UKS adalah penilaian atau controlling. UKS, serta peran dan keikutsertaan siswa dalam
Kegiatan penilaian program UKS atau pelaksanaan program. Hasil tersebut sejalan
monitoring dan evaluasi kegiatan UKS dengan penelitian oleh Abdullah (2017) bahwa
dilaksanakan oleh kepala SMP Negeri 2 fungsi pengawasan pelaksanaan suatu kegiatan
Windusari selaku Penanggung jawab. berhubungan kuat dalam pencapaian cakupan
Sedangkan pihak instansi terkait dalam hal ini keberhasilan program. Selain itu penelitian
puskesmas memberikan masukan dan saran Gurning (2017) menyatakan bahwa ada
untuk keberlanjutan program UKS tahun pengaruh antara fungsi pengawasan terhadap
selanjutnya. Penilaian atau monitoring dan presentase keberhasilan program.
evaluasi ini dilaksanakan 1 tahun sekali pada Metode penilaian atau monitoring dan
bulan Desember. Selanjutnya kegiatan penilaian evaluasi sudah sesuai dengan pedoman.
atau controlling terhadap anggaran UKS Monitoring yang dimaksud terdiri dari: 1)
dilakukan oleh koordinator UKS dan Monitoring internal yang dilakukan oleh
dilaporkan kepada kepala SMP Negeri 2 coordinator UKS, 2) Monitoring eksternal oleh
Windusari. Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang yang
Menurut keterangan responden diwakili/disampaikan oleh kepala sekolah
pemantauan keaktifan kelompok kerja yang dilaksanakan 1 tahun 1 kali, 3) Monitoring
memungkinkan dilakukan hanya terbatas pada eksternal yang dilakukan oleh puskesmas
koordinator, sedangkan pada tim kerja secara setempat yang dilakukan secara incidental, 4)

187
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

Monitoring 4 tahun sekali yang dilakukan oleh Kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang.
Tim Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Tengah Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2): 1–11.
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Alita, R., & Ahyanti, M. (2013). Keberhasilan
Program Pemberian Makanan Tambahan
Kabupaten Magelang.
Pemulihan untuk Balita di Kota Bandar
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
Lampung. Jurnal Kesehatan, 4(1): 297–304.
hasil penelitian Alifah (2012) yang menyatakan Ambarwati, M. R., Rahayu, T. P., & Herlina, T.
bahwa dalam hasil kinerja semua pihak yang 2016. Fungsi Manajemen Puskesmas dalam
terlibat dinilai belum maksimal karena Program Pemberian ASI Eksklusif. Global
keterbatasan tenaga, sarana dan dana. Health Science Journal, 1(2): 75–82.
Anggari, D. W. 2017. Fungsi Manajemen Layanan
PENUTUP Khusus Kantin Sekolah di Smp Negeri 11
Surabaya (Studi Kasus). Inspirasi Manajemen
Pendidikan, 1(2):1-10.
Simpulan dari penelitian ini yaitu
Budiono, M. A., & Sulistyowati, M. 2013. Peran
pelaksanaan fungsi manajemen UKS di SMP
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dalam
Negeri 2 Windusari sudah berjalan namun Penyampaian Informasi Kesehatan
belum optimal. Perencanaan yang dilakukan Reproduksi terhadap Siswa SMP Negeri X di
tidak berpedoman pada hasil rencana tindak Surabaya. Jurnal Promkes, 1(2): 184-191.
lanjut pada saat monitoring dan evaluasi. Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. 2013.
Pengorganisasian masih terpusat pada Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih
koordinator UKS karena belum terdapat SOP dan Sehat (PUBS) di SD Negeri 001 Tanjung
Balai Karimun. Jurnal Kesehatan Masyarakat
maupun tupoksi. Penggerakan sudah
Andalas, 8(1): 46-51.
dilaksanakan sesuai kebutuhan namun berjalan
Gomo, M. J., Umboh, J. M., & Pandelaki, A. J.
dengan optimal.
2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan
Fungsi penilaian sudah berjalan sesuai Sehat (PHBS) Sekolah Pada Siswa Kelas
dengan panduan namun masih hanya sebatas Akselerasi di SMPN 8 Manado. Jurnal e-
pada pemantauan berjalan tidaknya program Biomedik, 1(1):503-505.
UKS di sekolah, sedangkan kualitas kinerja Gurning, F. P., & Daulay, A. J. (2017). Pembinaan
yang dilakukan belum pernah diukur ataupun di Puskesmas Terhadap Pelaksanaan Program
supervise secara langsung. Usaha Kesehatan Sekolah Di Wilayah Kerja
Saran yang dapat diberikan bagi peneliti Puskesmas Padang Matinggi Kota
Padangsidimpuan. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah
selanjutnya yang akan melakukan penelitian
Penelitian Kesehatan), 3(1): 65-71.
sejenis di tempat lain mengenai UKS, sebaiknya
Habibi, H., Nurdiyanah, N., Surahmawati, S., &
menambahkan indikator-indikator lain yang Chaerunnisa, N. 2017. Gambaran
belum diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
dapat melakukan penelitian dengan metode Berdasarkan Fungsi Manajemen Pada
kuantitatif untuk mengetahui secara menyeluruh Program Pengendalian Penyakit Menular
tentang faktor-faktor terkait pelaksanaan UKS. (P2M) di Puskesmas Tamangapa Makassar
Tahun 2016. Al-Sihah: The Public Health Science
Journal, 9(1):43-54.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, E. 2011. Gambaran Karakteristik Keluarga
Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Abdullah, F., Murwidi, I. C., & Dabi, R. D. 2017.
(PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga di
Manajemen Pelaksana Program Stimulasi
Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Tanon II Sragen. Gaster| Jurnal Ilmu
Kembang (SDIDTK) Terhadap Cakupan
Kesehatan, 8(2): 741-749.
Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja
Isroyati, S., Suwitri, S., & Patria Djati, S. 2015.
Puskesmas Kota Ternate 2016. Jurnal LINK,
Hubungan Fungsi Manajemen Program P2
13(1): 20–31.
ISPA dengan Ketercapaian Target Angka
Alifah, N. 2012. Analisis Sistem Manajemen
Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas
Program Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

188
Fatmawati, Sutrisno, Hima, S. F. / Penerapan Fungsi Manajemen / HIGEIA 3 (2) (2019)

Kota Semarang. Jurnal Manajemen Kesehatan Ramawati, D., & Purnawan, I. 2007. Pelaksanaan
Indonesia, 3(3): 179–185. Trias Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah
Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Menengah Pertama di Wilayah Kecamatan
Republik Indonesia No. Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal
2269/Menkes/Per/X/2011 tentang pedoman Keperawatan Soedirman, 2(2): 95-101.
penyelenggaraan PHBS di berbagai tatanan. Rorimpandey, H. M., Rattu, A. J. M., & Tumuraang,
Jakarta: Kemenkes RI. M. N. 2015. Faktor-Faktor Yang
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih
2016. Jakarta: Kemenkes RI. Dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Di SMP
Koem, Z. A. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan Negeri 2 Tompaso. Tumou Tou, 1(2): 29-36.
dan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih dan Samsuni, S. 2017. Manajemen sumber daya
Sehat (PHBS) pada Pelajar di SD Inpres manusia. Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan
Sukur Kecamatan Airmadidi Kabupaten Kemasyarakatan, 17(1): 113-124.
Minahasa Utara. PHARMACON, 4(4): 290- Sari, I. P. T. P. 2013. Pendidikan Kesehatan Sekolah
294. sebagai Proses Perubahan Perilaku
Normalasari, Evi., & Mardiana. 2017. Evaluasi Siswa. Jurnal Pendididkan Jasmani
Program Konseling Menyusui di Puskesmas Indonesia, 9(2): 141-147.
Klikiran Kabupaten Brebes. HIGEIA (Journal Sitepu, H., Ratag, G. A., & Siagian, I. T. 2015. Peran
of Public Health Research and Development), 1 (1): Serta Masyarakat Sekolah Dalam
52-58. Pelaksanaan Progam Usaha Kesehatan
Nurjannah, A. 2012. Personal Hygiene Siswa Sekolah Di SMP Negeri 1 Manado. Jurnal e-
Sekolah Dasar Negeri Jatinangor. Student e- Biomedik, 3(3): 798-804.
Journal, 1(1): 1-14. Sulastri, K., & IN, P. 2013. Hubungan tingkat
Pemerintah RI. 2009. Undang- Undang Nomor 36 pengetahuan dengan perilaku anak sekolah
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: tentang hidup bersih dan sehat di sekolah
Pemerintah RI. dasar negeri wilayah Puskesmas Selemadeg
Timur II. J Kesehat Lingkung, 4(1): 99-106.

189

Anda mungkin juga menyukai