Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kendari Kesehatan Masyarakat (JKKM) Vol 1 No 1 Tahun 2021

ANALISIS KOMPARATIF IMPLEMENTASI PELAYANAN MANAJEMEN


TERPADU BALITA SAKIT PADA PUSKESMAS DI KOTA KENDARI

Mastuti1, Ruslan Majid2, Asriati3


Program Pascasarjana, Kesehatan Masyakat Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, Indonesia2
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo, Indonesia3

totieq@gmail.com1,ruslanmajid777@gmail.comi,asriatiyusuf@gmail.com3

Abstract
The IMCI is one of the indicators for the 2020-2024 Strategic Plan that all health centers have to
implement the IMCI approach on visit of sick toddlers an the targets is 87 %. In Kendari City itself,
the coverage of health centers that have implementing the IMCI in 2018-2020 is around 67%. The
purpose of this study was to analyze the differences in factors as well as knowledge, attitudes,
facilities and leadership support that influence the implementation of services for sick toddlers in
health centers that do and do not implement IMCI. This research is an observational analytic study
with a case-control design. The results showed that there was a significant difference between
knowledge (p=0.031) and facilities (p=0.009), meanwhile there was no significant difference
between attitudes (p=0.946) and leadership support (p=0.604) on implementing the IMCI at health
centers. It is suggested that the health office can coordinate with all health centers in Kendari City
in order to provide IMCI in the form of training and services to health workers in order to
optimally implement ICMI.
Keywords: IMCI, health center, sick toddler.

Abstrak

MTBS merupakan salah satu indikator Renstra 2020-2024 bahwa semua Puskesmas harus
menerapkan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit dengan target 87%. Di Kota Kendari
sendiri cakupan Puskesmas yang telah menerapkan MTBS tahun 2018-2020 sekitar 67%. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan faktor serta pengetahuan, sikap, fasilitas dan
dukungan pimpinan yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan balita sakit di Puskesmas yang
melakukan dan tidak melaksanakan MTBS. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
analitik dengan desain case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan (p=0,031) dan fasilitas (p=0,009), sedangkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara sikap (p=0,946) dan dukungan kepemimpinan (p=0,604) pada penerapan
MTBS di pusat kesehatan. Disarankan agar dinas kesehatan dapat berkoordinasi dengan seluruh
Puskesmas yang ada di Kota Kendari agar dapat memberikan MTBS berupa pelatihan dan
pelayanan kepada tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan ICMI secara optimal.

Kata kunci: MTBS, puskesmas, balita sakit.

25
1. Pendahuluan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit.
Untuk mengurangi angka kematian Karena menurut data SDKI 2012 dan Risfaskes
anak, WHO telah menerapkan strategi-strategi 2011 ada korelasi negatif antara presentasi
yang telah dilakukan sejak tahun 1990 sehingga Puskesmas yang melaksanakan MTBS dengan
angka kematian anak berkurang dari 12.7 juta kematian neonatal, bayi dan balita : dimana
pada tahun 1990 menjadi 6.2 juta pada tahun semakin besar presentase puskesmas yang
2018. Salah satu strategi yang dilakukan adalah melaksanakan MTBS, maka angka kematian
integrated management of childhood illness neonatal, bayi dan balita semakin rendah. (
(IMCI) for all children under five years old Pedoman Penjelasan Indikator Program
yang merupakan hasil kerjasama WHO dan Kesehatan Masyarakat dalam RPJM dan
UNICEF kemudian diadopsi oleh Indonesia Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2020-
dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit 2024).
(MTBS). (WHO, 2015) Saat ini masih banyak puskesmas yang
IMCI telah dikembangkan sejak tahun belum dapat menerapkan MTBS. Beberapa
1996 yang merupakan kerjasama WHO dan studi menyebutkan bahwa, penerapan MTBS
UNICEF. Strategi ini merupakan suatu sangat ditentukan oleh sumber daya manusia
pendekatan yang terintregrasi/terpadu dalam (petugas kesehatan/penanggung jawab
tatalaksana balita sakit dengan berfokus program), tata laksana program, serta sarana
kesehatan anak usia 0-5 tahun secara pendukung. Keberhasilan MTBS berkaitan
menyeluruh. IMCI mulai diadaptasi oleh dengan kinerja petugas kesehatan akan
Departemen Kesehatan RI bekerjasama dngan berdampak pada kualitas deteksi dini penyakit
WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia pada balita dan mempercepat proses
(IDAI) sejak tahun 1997 dengan nama penyembuhan penyakit sehingga menurunkan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). angka kematian bayi dan balita (Kemekes RI,
Kegiatan MTBS merupakan suatu upaya yang 2011)..
ditunjukan untuk menurunkan kesakitan dan Dalam beberapa jurnal penelitian yang
kematian sekaligus meningkatkan kualitas dilakukan oleh Kiplagat et al. 2014; Carai et al.
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Pustu, 2019; bahwa ada beberapa faktor yang
dan Poskesdes.(Kemenkes RI, 2014) memiliki pengaruh dalam implementasi
Target RPJMN program kesehatan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
keluarga tahun 2020-2024 terkait angka (MTBS) diantaranya adalah keterbatasan
kematian Bayi adalah 16 per 1000 KH sumber daya, kurangnya fasilitas kesehatan
sedangkan angka kematian Neonatal adalah 10 terutama akses terhadap obat-obatan, kurangnya
per 1000 KH Jumlah kematian Neonatal tahun pengetahuan dan pelatihan terhadap petugas
2020. di provinsi Sulawesi Tenggara adalah 274 yang bertanggung jawab serta kurangnya
sedangkan di kota kendari berjumlah 13.Jumlah dukungan kepemimpinan yang menyebabkan
kematian bayi tahun 2020 di provinsi Sulawesi pengawasan menjadi buruk sehingga
Tenggara adalah 359 sedangkan di kota kendari menyebabkan kurangnya akuntabilitas untuk
berjumlah 16. Jumlah kematian Balita tahun hasil-hasil program.
2020 di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Hal yang senada juga di ungkapkan
400, sedangkan di kota kendari berjumlah 17 oleh penelitian yang di lakukan oleh Adnyani
(Data program Kesehatan keluarga ,2020). (2016) ; Wiendasari (2018) ; suparmi (2018);
Salah satu indikator Renstra dalam penelitian yang mereka lalukan
Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 ditemukan bahwa factor-faktor berikut
terkait kesehatan balita yaitu jumlah memberikan pengaruh terhadap pelayanan
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan MTBS di Puskesmas, yakni tidak seimbangnya
pelayanan kesehatan balita. Dan salah satu jumlah petugas yang menangani bayi/balita sakit
kriteria dari indikator kesehatan balita ini dikarenakan petugas terlatih MTBS
adalah seluruh puskesmas melaksanakan melaksanakan tugas rangkap, petugas terlatih

26
Jurnal Kendari Kesehatan Masyarakat (JKKM) Vol 1 No 1 Tahun 2021

pindah tugas dan atau petugas terlatih populasi dijadikan sampel penelitian sehingga
melanjutkan pendidikan, kurangnya kepatuhan jumlah total sampel adalah 34 subjek dimana
petugas, waktu pelatihan yang singkat, kurangnya perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1 (17
ketersediaan peralatan dan sarana/prasarana serta kasus dan 17 kontrol). Subjek dalam penelitian
kurangnya dukungan kepemimpinan. ini adalah dokter, bidan, dan perawat yang
Sulawesi Tenggara menempati urutan terlibat dalam pelayanan MTBS dan pelayanan
ke 31 dari 34 Provinsi di Indonesia dengan balita sakit di 10 puskesmas di kota kendari.
presentase pelaksanaan MTBS di Puskesmas
sebesar 37,38%. Angka ini menunjukkan bahwa 2.2 Metode Analisis Data
provinsi Sulawesi Tenggara belum mampu Analisis kuantitatif diawali dengan
mencapai target pelaksanaan MTBS di analisis univariate untuk menganalisis semua
Puskesmas sesuai target yang telah di tetapkan. variabel baik variabel terikat maupun variabel
Di Kota Kendari sendiri cakupan puskesmas bebas. Analisis bivariate dilakukan untuk
yang melaksanakan program MTBS pada tahun melihat hubungan masing-masing variabel
2018 dan tahun 2019 berjumlah 8 puskesmas bebas terhadap variabel terikat dengan
yaitu sebesar 53.33%. Sedangkan pada tahun menggunakan Uji Mann whitney U Test. Uji
2020 sebesar 66.7% atau 10 puskesmas dari Mann Whitney U Test ini digunakan untuk
total keseluruhan 15 puskesmas yang ada di melihat apakah ada perbedaan rata-rata nilai
Kota Kendari. Jumlah ini masih belum kasus dan control pada variabel-variabel yang
memenuhi target renstra 2020 – 2024 yaitu diteliti dan jika asumsi tes parametrik tidak
87%. (Data Capaian Program Kesehatan terpenuhi.
Keluarga Dinas Kesehatan Kota Kendari,
2020). 3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk 3.1. Karakteristik Responden
menganalisis perbedaan pada faktor-faktor yang Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan
mempengaruhi implementasi pelayanan balita jenis kelamin
sakit pada puskesmas yang melaksanakan dan Puskesmas
Total
tidak melaksanakan MTBS. Jenis melaksanakan MTBS
(n=34)
Kelamin Ya (n=17) Belum (n=17)
2. Metode n (%) n (%) n (%)
Peneltian ini merupakan penelitian Laki-laki 1 (5,88) 0 (0) 1 (2,9)
Perempuan 16(94,1) 17(100) 33(97,1)
analitik observasional dengan desain kasus-
kontrol dimana kelompok puskesmas yang telah Sumber : data primer, Juli 2021
melaksanakan MTBS dibandingkan dengan
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan
kelompok puskemas yang belum melaksanakan
usia
MTBS. Pendekatan yang digunakan adalah
Puskesmas
cross sectional dimana variabel bebas dan Kelompok Total
melaksanakan MTBS
variabel terikat dikumpulkan dan dianalisis Usia (n=34)
Ya (n=17) Belum n=17)
dalam waktu bersamaan. (tahun)
n (%) n (%) n (%)
20-30 4 (23,5) 8 (47,05) 12 (35,3)
2.1 Metode Pengumpulan Data 31-40 7 (41,2)) 6 (35,3) 13 (38,2)
Metode pengumpulan data adalah 41-50 5 (29,4) 3 (17,6) 8 (23,5)
dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. >50 1 (5,8) 0 1 (2,9)
Kuesioner yang digunakan bersumber dari buku Sumber : data primer, Juli 2021
bagan MTBS dan penelitian-penelitian
terdahulu yang telah diuji reliabilitasnya. Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan di 10 puskesmas di pendidikan
kota kendari yakni 5 puskesmas yang Puskesmas
Total
melaksanakan MTBS dan 5 puskesmas yang melaksanakan MTBS
Pendidikan (n=34)
Ya (n=17) Belum n=17)
belum melaksanakan MTBS.
n (%) n (%) n (%)
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling. Pada D III 6 (35,3) 8 (47,1) 14 (41,2)
penelitian ini seluruh

27
D IV 0 (0)) 1 (5,8) 1 (2,9) tenaga kesehatan pada puskesmas non MTBS
Sarjana 10(58,8) 7 (41,2) 17 (50) lebih tinggi dibandingkan dengan puskesmas
Ners 0 (0) 1 (5,8) 1 (2,9) MTBS yakni 13 reponden (76,5)
Master 1 (5,8) 0 (0) 1 (2,9) berpengetahuan baik di puskesmas non MTBS
dan hanya 6 responden (35,3) di puskesmas yg
Sumber : data primer, Juli 2021
sudah melaksanakan MTBS.

Tabel 7. Distribusi kategori sikap responden


Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan terhadap MTBS
pekerjaan Puskesmas
Puskesmas melaksanakan MTBS Total
melaksanakan MTBS Total Sikap Ya (n=17) Belum (n=34)
Pekerjaan Ya (n=17) Belum (n=34) (n=17)
(n=17)
n (%) n (%) n (%)
n (%) n (%) n (%)
Baik 14 (82,3) 15 (88,2) 29 (85,3)
Dokter 6 (35,3) 6 (35,3) 12 (35,3) cukup 3 (17,6) 2 (11,8) 5 (14,7)
Bidan 2 (11,8)) 7 (41,2) 9 (26,5)
Perawat 8 (47,1) 3 (17,6) 11 (32,4)
Sumber : data primer, juli 2021
(Programer 1 (5,8) 1 (5,8) 2 (5,8) Berdasarkan tabel 7, sebagian besar
MTBS) responden memiliki kategori sikap baik yakni
Sumber : data primer, Juli 2021 sebanyak 29 responden (85.3%). Terdapat 5
responden (14.7%) dengan kategori sikap
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan cukup. Setelah dikategorikan, 15 dari 17
status pelatihan MTBS responden (88.2%) puskesmas non MTBS
Puskesmas memiliki kategori sikap baik, 1 responden lebih
melaksanakan MTBS Total
Pelatihan banyak dibandingkan dengan puskesmas
Ya (n=17) Belum (n=34)
MTBS (n=17)
MTBS.
n (%) n (%) n (%) Tabel 8. Distribusi kategori kelengkapan sarana
Pernah 4 (23,5) 5 (29,4) 9 (26,5) MTBS
Belum 13 (76,5) 12 (70,6) 25 (73,5) Puskesmas
pernah melaksanakan MTBS Total
Sumber : data primer, Juli 2021 Sarana Ya Belum (n=34)
(n=17) (n=17)
3.2 Analisis univariat n (%) n (%) n (%)
Tabel 6. Distribusi kategori tingkat Baik 17 (100) 9 (52,9) 26 (76,5)
pengetahuan responden terhadap MTBS Cukup 0 (0) 8 (47,1) 8 (23,5)
Puskesmas Sumber: data primer, juli 2021
melaksanakan Berdasarkan tabel 8, sebagian terdapat
Total
Pengetahuan MTBS 26 responden (76.5%) yang menyatakan telah
(n=34)
Ya Belum memiliki sarana kelengkapan MTBS dengan
(n=17) (n=17) kategori baik. Hanya 8 responden (23.5%) yang
n (%) n (%) n (%) menyatakan bahwa kelengkapan sarana MTBS
Baik 6 (35,3) 13(76,5) 19 (55,9) di puskesmasnya dikategorikan cukup (23.5%).
Cukup 6 (35,3) 2 (11,8) 8 (23,5)
Kurang 5 (29,4) 2 (11,8) 7 (20,6)
Tabel 9. Distribusi kategori dukungan
Sumber : data primer, Juli 2021
kepemimpinan terhadap MTBS
Puskesmas
Berdasarkan tabel diatas, sebagian melaksanakan
Total
besar responden memiliki pengetahuan dengan Dukungan MTBS
(n=34)
kategori baik yakni sebanyak 19 responden Kepemimpinan Ya Belum
(n=17) (n=17)
(55.9%). 8 respondedn (23.5%) memiliki
n (%) n (%) n (%)
pengetahuan cukup dan 7 responden memiliki
Baik 14(82,3) 15(88,2) 29(85,3)
pegetahuan kurang (20.6%). Berdasarkan tabel, Cukup 3 (17,6) 2 (11,8) 5 (14,7)
dapat juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan Sumber: data primer, juli 2021

28
Jurnal Kendari Kesehatan Masyarakat (JKKM) Vol 1 No 1 Tahun 2021

Berdasarkan tabel 9, sebagian besar value menunjukkan 0.931 atau >0.05 sehingga
responden menyatakan dukungan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang
kepemimpinan dengan kategori baik (85.3%). signifikan antara sikap petugas kesehatan pada
Sedangkan, 5 responden menyatakan dukungan puskesmas MTBS dan non MTBS mengenai
kepemimpinan dengan kategori cukup (14.7%). manajemen terpadu balita sakit di kota Kendari.

Tabel 11. Analisis sikap terhadap jenis


3.3 Analisis Bivariat puskesmas
Tabel 10. Analisis Pengetahuan terhadap jenis Variabel Pusk n Mean
P value
puskesmas Rank
Mean P Sarana MTBS 17 21.94 0.003
Variabel Pusk n MTBS Non-MTBS 17 13.06
Rank value
Sumber : data primer, juli 2021
Pengetahuan MTBS 17 13.85 0.03 Berdasarkan hasil uji dapat diketahui
Non- 17 21.15 bahwa rerata ranking sarana kelengkapan
MTBS manajemen terpadu balita sakit pada puskesmas
Sumber : data primer, juli 2021 yang telah melaksanakan MTBS lebih tinggi
Berdasarkan tabel diatas, dapat (21.94) dibandingkan dengan rerata ranking
diketahui bahwa rerata ranking pengetahuan saranan pada puskesmas yang belum
petugas kesehatan mengenai manajemen melaksanakan MTBS (13.06). Perbedaan mean
terpadu balita sakit pada puskesmas yang belum rank pengetahuan antara puskesmas MTBS dan
melaksanakan MTBS lebih tinggi (21.15) non MTBS adalah 8.88 dan hasil p value
dibandingkan dengan mean rank pengetahuan menunjukkan 0.003 atau <0.05 sehingga dapat
petugas kesehatan pada puskesmas yang telah disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
melaksanakan MTBS (13.85). Perbedaan mean antara sarana kelengkapan manajemen terpadu
rank pengetahuan antara puskesmas MTBS dan balita sakit pada puskesmas MTBS dan non
non MTBS adalah 7.3 dan hasil p value MTBS di kota Kendari.
menunjukkan 0.03 atau <0.05 sehingga dapat Tabel 11. Analisis sikap terhadap jenis
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan puskesmas
antara pengetahuan petugas kesehatan pada Variabel Pusk N Mean P
puskesmas MTBS mengenai manajemen Rank value
terpadu balita sakit di kota Kendari dimana Dukungan MTBS 17 18.03 0.75
pengetahuan petugas pada puskesmas yang Kepemimpinan Non- 17 16.97
belum melaksanakan MTBS lebih baik MTBS
dibandingkan dengan petugas kesehatan pada Sumber : data primer, juli 2021
puskesmas yang telah melaksanakan MTBS Berdasarkan table diatas, dapat
Tabel 11. Analisis sikap terhadap jenis diketahui bahwa rerata ranking dukungan
puskesmas kepemimpinan mengenai manajemen terpadu
Mean P balita sakit pada puskesmas yang telah
Variabel Puskesmas N melaksanakan MTBS lebih tinggi (18.03)
Rank value
dibandingkan dengan rerata ranking dukungan
Sikap MTBS 17 17.65 0.931 kepemimpinan pada puskesmas yang belum
Non-MTBS 17 17.35 melaksanakan MTBS (16.97). Perbedaan mean
Sumber: data primer, juli 2021 rank pengetahuan antara puskesmas MTBS dan
Berdasarkan tabel diatas, dapat non MTBS adalah 1.06 dan hasil hasil p value
diketahui bahwa rerata ranking sikap mengenai menunjukkan 0.755 atau >0.05 sehingga dapat
manajemen terpadu balita sakit pada puskesmas disimpulkan tidak ada perbedaan yang
yang telah melaksanakan sedikit MTBS lebih signifikan antara dukungan kepemimpinan pada
tinggi (17.65) dibandingkan dengan mean rank puskesmas MTBS dan non MTBS mengenai
sikap petugas kesehatan pada puskesmas yang manajemen terpadu balita sakit di kota Kendari.
belum melaksanakan MTBS (17.35). Perbedaan \
mean rank pengetahuan antara puskesmas 3.3 Pembahasan
MTBS dan non MTBS adalah 0.3 dan hasil p

29
3.3.1 Perbedaan pengetahuan pelayanan sudah melaksanakan MTBS masih ada yang
balita sakit pada puskesmas yang belum pernah mendapatkan pelatihan MTBS,
melaksanakan MTBS dan tidak sehingga pengetahuan tenaga pelaksana MTBS
melaksanakan MTBS. di Puskesmas masih kurang baik. Disertai
Pada penelitian ini karakteristik dengan pengembangan pelatihan MTBS yang
Pendidikan responden berdasarkan jenis belum optimal sebagaimana yang diharapkan,
puskesmas yang melaksanakan MTBS dan kurangnya bimbingan teknis bagi pelaksana
mayoritas adalah sarjana sedangkan pada pada dan pemantauan paska pelatihan sebagai bagian
puskesmas yang belum melaksanakan MTBS, dari paket pelatihan sering dilupakan. Semakin
mayoritas berpendidikan Diploma. Namun, tinggi tingkat pengetahuan tenaga kesehatan
tenaga kesehatan pada puskesmas non MTBS tentang materi MTBS, maka akan semakin
memiliki lebih banyak tenaga yang terlatih mudah untuk menerapkan MTBS sesuai standar
dalam melaksanakan MTBS dibandingkan yang telah ditetapkan.
puskesmas MTBS. Hal tersebut dapat
dikarenakan semua tenaga kesehatan baik yang 3.3.2 Perbedaan sikap pelayanan balita sakit
berlatar pendidikan D III sampai jenjang S2 pada puskesmas yang melaksanakan MTBS
mempunyai kesempatan yang sama dalam dan tidak melaksanakan MTBS
memperoleh informasi terkait pelaksanaan
MTBS. Pelatihan MTBS menjadi salah satu alat
Penelitian yang mendukung penelitian untuk memperbaiki sikap dalam peningkatan
ini adalah penelitian Firdaus Nitmatul, dkk, mutu pelayanan MTBS di Puskesmas. Menurut
2013 tentang implementasi program Hastuti (2010) pelatihan MTBS diakui petugas
manajemen terpadu balita sakit ( MTBS) di kesehatan dapat membawa perubahan sikap
puskesmas wilayah kabupaten pasuruan yang terhadap penatalaksanaan MTBS. Hal ini
menyatakan bahwa petugas yang melayani sejalan dengan banyaknya responden di
balita sakit belum menunjang keberhasilan puskesmas non MTBS yang terlatih dalam
pencapaian tujuan MTBS oleh karena adanya pelaksanaan MTBS dibandingkan dengan
system rotasi kepegawaian maka belum semua puskesmas MTBS, sehingga sikap responden
petugas pelaksana telah mendapatkan pelatihan pada puskesmas non MTBS lebih tinggi
MTBS. Hal ini sejalan dengan kondisi dibandingkan responden pada puskesmas
puskemas yang ada di kota kendari, beberapa MTBS meskipun tidak signifikan.
tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan Hal ini dapat disebabkan pelatihan
pelatihan MTBS justru mereka bertugas di MTBS tidak hanya diikuti oleh petugas yang
puskesmas yang belum melaksanakan MTBS. berasal dari puskesmas MTBS, namun petugas
Berdasarkan hasil penelitian Hastuti pada puskesmas non MTBS juga ikut pelatihan
(2010) di puskesmas boyolali dengan judul MTBS. Dimana pelatihan MTBS yang diikuti
pengaruh Pengetahuan Sikap dan Motivasi oleh petugas akan memberikan banyak inormasi
terhadap Penatalaksanaan Manajemen Terpadu tentang pelayanan pada balita sakit. Pada
Balita Sakit (MTBS) pada Petugas Kesehatan di pelatihan MTBS tenaga kesehatan tidak hanya
Puskesmas Kabupaten Boyolali dengan hasil mendapatkan pengetahuan secara kognitif,
penenilitan menunjukan bahwa terdapat namun juga dari aspek psikomotor (Rohayati et
pengaruh yang signifikan antara variabel al., 2015).
pengetahuan, terhadap penatalaksanaan MTBS Pada penelitian ini, sikap baik yang
di Puskesmas Kabupaten Boyolali. ditujukkan oleh petugas puskesmas MTBS
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa maupun non MTBS juga dipengaruhi oleh
perbedaan pengetahuan responden pada teman sejawat, dalam hal memberikan
puskesmas non MTBS yang lebih dibandingkan pelayanan tentunya teman yang ada disekitar
dengan puskesmas MTBS disebabkan karena akan saling memberikan dampak pada perilaku
mereka sudah pernah mendapatkan pelatihan baik itu dokter, perawat dan bidan yang
MTBS, hanya saja puskesmasnya belum menjalankan pelayanan balita sakit. Hal ini
memberikan pelayanan MTBS pada bayi dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
balita yang berobat ke Puskesmas. Sebaliknya Hastuti (2010) yang menyebutkan bahwa ada
penanggungjawab MTBS di puskesmas yang pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap

30
Jurnal Kendari Kesehatan Masyarakat (JKKM) Vol 1 No 1 Tahun 2021

penatalaksanaan MTBS di Puskesmas maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk


Kabupaten Boyolali. Begitu pula dengan (Sanah, 2017). .
penelitian yang dilakukan Mariasih (2018) Penelitian yang dilakukan oleh Anita
menyatakan bahwa sikap positif bidan terhadap (2012) mengemukakan bahwa tidak terdapat
penerapan MTBS berpengaruh pada angka hubungan sarana dan fasilitas terhadap
kesembuhan diare akut pada balita. pelaksanaan program MTBS. Namun,
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Majemen
pelatihan MTBS menjadi salah satu alat untuk Terpadu Balita Sakit dipengaruhi oleh
memperbaiki sikap dalam peningkatan mutu kelengkapan sarana dan prasarana (Kowaas et
pelayanan MTBS di Puskesmas. Pelatihan al., 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian
MTBS diakui petugas kesehatan dapat Zainaro (2019) bahwa terdapat hubungan yang
membawa perubahan sikap terhadap bermakna antara fasilitas kesehatan dengan
penatalaksanaan MTBS. Tidak adanya kepuasan pasien MTBS di Puskesmas Karya
perbedaan sikap yang signifikan antara Tani Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
puskesmas yang melaksanakan dan belum
melaksanakan MTBS disebabkan pelatihan 3.3.4 Perbedaan dukungan kepemimpinan
MTBS tidak hanya diikuti oleh petugas yang pelayanan balita sakit pada puskesmas yang
berasal dari puskesmas MTBS, namun petugas melaksanakan MTBS dan tidak
pada puskesmas non MTBS juga ikut pelatihan melaksanakan MTBS
MTBS. Dimana pelatihan MTBS yang diikuti
oleh petugas akan memberikan banyak Menurut WHO keberhasilan
informasi tentang pelayanan pada balita sakit. pelaksanaan MTBS akan terhambat jika tidak
ditunjang oleh dukungan kepemimpinan dalam
3.3.3 Perbedaan sarana pelayanan balita meningkatkan kinerja untuk penanganan balita
sakit pada puskesmas yang melaksanakan sakit yang datang berobat dengan menggunakan
MTBS dan tidak melaksanakan MTBS mendekatan MTBS. Dukungan kepemimpinan
dapat berupa contoh pelaksanaan program
Hasil penelitian menyatakan bahwa MTBS yang diberikan oleh kepala puskesmas
adanya perbedaan sarana yang signifikan antara kepada stafnya untuk diikuti sehingga dapat
puskesmas yang melaksanakan MTBS. dan meningkatkan kualitas pelayanan program
belum melaksanakan MTBS dapat disebabkan MTBS (Adnyani, 2016)
dapat disebabkan adanya dukungan alokasi Hasil Penelitian ini sejalan dengan
anggaran dari Dinas Kesehatan sebagai penelitian yang dilakukan sari (2017) bahwa
pembina Puskesmas untuk pemenuhan sarana faktor kepemimpinan merupakan variabel yang
dan prasaran program MTBS di setiap paling banyak diteliti dan juga memiliki
puskesmas yang menjalankan program tersebut. hubungan paling dominan terhadap kinerja
Disertai dukungan manajemen berupa insentif, petugas MTBS dalam mengimplementasikan
supervisi dan fasilitas yang diberikan oleh dinas MTBS. Lain halnnya dengan penelitian yang
kesehatan Kabupaten Kendari yang merata pada dilakukan Arafah (2016) yang mengemukakan
Puskesmas yang menerapkan program MTBS. bahwa tidak ada hubungan antara
Sehingga puskesmas MTBS memiliki sarana kepemimpinan Kepala Puskesmas dengan
yang lebih baik dan lebih lengkap dibandingkan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
puskesmas non MTBS. (MTBS) di Puskesmas Kabupaten
Ada 2 (dua) faktor utama yang Banjarnegara.
mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
Expected Service dan Perceived Service. Jika dukungan kepemimpinan dalam lingkup
sarana dan prasarana yang diterima dan puskesmas termasuk salah satu faktor penguat
dirasakan oleh pasien sesuai dengan yang yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan
diharapkan (Expected), maka kualitas MTBS di puskesmas. Terkadang meski
pelayanan dipersepsikan baik. Sedangkan Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan
sarana dan prasarana yang diterima dan sikap positif serta sarana dan prasarana yang
dirasakan oleh pasien tidak sesuai harapan mendukung, tetap masih dibutuhkan adanya
dukungan dari orang-orang sekitar, utamanya

31
dukungan kepemimpinan (kepala puskesmas) 2. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk
yang melakukan monitoring dan memberikan lebih mengembangkan variabel penelitian lain
motivasi pada stafnya dalam melaksanakan yang terkait dengan Implementasi Manajemen
MTBS di puskesmas. Terpadu Balita Sakit di Puskesmas.

4. Simpulan dan Saran Ucapan Terima Kasih

4.1 Simpulan Penulis mengucapkan terimakasih kepada :


1. Ada perbedaan yang signifikan antara 1. Bapak Prof. Dr. H. Ruslan Majid, M.Kes
pengetahuan tenaga kesehatan pada puskesmas selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. dr.
yang melaksanakan MTBS dan puskesmas yang Asriati, M.Kes selaku Pembimbing II atas
belum melaksanakan MTBS dengan perbedaan bimbingan, masukan dan koreksinya.
mean rank 7.3 dan p value 0.031 dimana tenaga 2. Keluarga Penulis yaitu Ayah Tn. Masse,
kesehatan pada puskesmas yang belum
Ibu Ny. Martini, Ibu Ny. Hj. St. Aisyah,
melaksanakan MTBS memiliki rata-rata
pengetahuan yang lebih tinggi dibanding Suami Muh. Ali Mu’min, S.Kel. dan anak-
dengan puskesmas yang telah melaksanakan anak Faiz Abdulfatih Ali, Fahira Annisa Ali
MTBS atas dukungan moril dan materil.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
sikap tenaga kesehatan pada puskesmas yang Daftar Pustaka
melaksanakan MTBS dan puskesmas yang
belum melaksanakan MTBS dengan perbedaan WHO. 2015. MDG 4: reduce child mortality.
mean rank 0.3 dan p value 0.946 dimana sikap Departement Child and Adolescent Health and
tenaga kesehatan pada puskesmas yang Development. Jeneva. [Internet;
melaksanakan MTBS memiliki sikap yang https://www.who.int/topics/millennium_develo
sama dengan tenaga kesehatan pada puskesmas pment_goals/child_mortality/en/. Diakses
yang belum melaksanakan MTBS. tanggal 09 Juli 2020].
3. Ada perbedaan yang signifikan antara sarana
MTBS pada puskesmas yang melaksanakan Kemenkes RI. 2014. Pedoman
MTBS dan puskesmas yang belum Penyelenggaraan Manajemen Terpadu
melaksanakan MTBS dimana dengan perbedaan Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-
mean rank 8.8 dan p value 0.009 dimana sarana M). [Internet; Diakses oleh: Mastuti : tanggal
pada puskesmas yang melaksanakan MTBS 8 Juli 2020].
lebih lengkap dibanding dengan puskesmas
yang telah melaksanakan MTBS Dinkes, Sultra.Profil Kesehatan Provinsi
4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Sulawesi Tenggara Tahun 2020. 2020. Kendari:
dukungan kepemimpinan pada puskesmas yang Dinkes Sultra.
melaksanakan MTBS dan puskesmas yang
belum melaksanakan MTBS dengan perbedaan Kemenkes RI. 2020. Pedoman Penjelasan
mean rank 1.06 dan p value 0.604 dimana Indikator Program Kesehatan Masyarakat
dukungan kepemimpinan kesehatan pada dalam RPJM dan Renstra Kementrian
puskesmas yang melaksanakan MTBS memiliki Kesehatan Tahun 2020-2024. Jakarta :
dukungan kepemimpinan yang sama dengan Kementrian Kesehatan Indonesia
tenaga kesehatan pada puskesmas yang belum
Kementerian Kesehatan RI. (2011).Manajemen
melaksanakan MTBS.
terpadu balita sakit (MTBS) atau integrated
4.2 Saran management of childhood illness (IMCI).
[Internet];
1. Penelitian ini menggunakan sampel http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel
minimum sehingga penelitian dengan /manajemen-terpadu-balitasakit-mtbs-atau-
sampel lebih banyak diharapkan agar hasil
integratedmanagement-of-childhood.illness-
yang diperoleh memiliki tingkat reabilitas
yang lebih baik imci.[Diakses tanggal 8 Juli 2020].

32
Jurnal Kendari Kesehatan Masyarakat (JKKM) Vol 1 No 1 Tahun 2021

Kiplagat, Auguestine. 2014. Factors Petugas Kesehatan di Puskesmas Kabupaten


influencing the implementation of integrated Boyolali.
management of childhood illness (IMCI) by
healthcare workers at public health centers
Rohayati, Sulastri dan Purwati. 2015.
& dispensaries in Mwanza, Tanzania.
Analisis Faktor Pelaksanaan Manajemen
Kiplagat et al. BMC Public Health 2014,
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas.
14:277.
Jurnal Keperawatan, Volume XI (1), 112-
Carai, Susan, Et al. 2019. Review of Integrated 117.
Management of Childhood Illness (IMCI) in 16 Mariasih, A. 2018. Hubungan Antara Sikap
countries in Central Asia and Europe: Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan
implications for primary healthcare in the era Pasien Rawat Inap di Ruang Flamboyan RSUD
of universal health coverage. Carai S, et al. Dr. Soeroto Ngawi. Media Publikasi Penelitian.
Arch Dis Child 2019;104:1143–1149.
doi:10.1136/archdischild-2019-317072 Sanah, N., 2017. Pelaksanaan Fungsi
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Adnyani, Kadek Dwi. 2016. Faktor Yang dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Kesehatan di Kecamatan Long Kali Kabupaten
Mempengaruhi Pelaksanaan Manajemen
Paser. eJournal Ilmu Pemerintahan 5, 305–314.
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Di
Kabupaten Tabanan Tahun 2016. Anita, "Gambaran Pelayanan Kesehatan Ibu
[Internet;https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_ dan Anak di Puskesmas Johan Pahlawan
penelitian_1_dir/15af3941d417ee0749b402fa29 Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012", 2012.
7c0db3.pdf. Diakses tanggal 8 Juli 2020]. Skripsi Sarjana, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Udayana, Aceh Barat.
Wiendyasari, RR Anugrah, Hari Kusnanto dan
Tunjung Wibowo. The Effectiveness of IMCI Kowaas, I.N., Ismanto, A.Y., Lolong, J., 2017.
(Integrated Management of Childhood Illness) Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) : Status Imunisasi dengan
Mini Training in Improving Health Workers’
Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi (Usia
Skills in Primary Health Centers in Bantul.. 2-12 bulan) di Puskesmasn Bahu. Journal
Rev Prim Care Prac and Educ. 2018; 1(3): 129- Keperawatan 5.
135.
Zainaro, M.A., Kusumaningsih, D., Karyanto.
Suparmi, dkk. 2018. Pelayanan Manajemen 2019. Hubungan Pelayanan dan Fasilitass
Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada Puskesmas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien pada
Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
di Regional Timur Indonesia. Media
(MTBS) di Puskesmas Karya Tani Kabupaten
Litbangkes, Vol. 28 No. 4, Desember 2018, 271 Lampung Timur. Manuju: Malahayati. Jurnal
– 278. Keperawatan.
Firdaus Nikmatul, Sudiro, Atik Mawarni 2013. Sari, Y.R. 2017. Tantangan Implementasi
Implementasi Program Manajemen terpadu MTBS di Puskesmas : Literature Review.
Balita Sakit (MTBS) di puskesmas wilayah Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian
kabupaten Pasuruan. Jurnal Manajemen pada Masyarakat.
Kesehatan Indonesia, Volume 01 (1).
Arafah, Hotmi Umi. 2016. Faktor Yang
Hastuti, S., 2010. Pengaruh Pengetahuan Sikap Mempengaruhi Implementasi Manajemen
dan Motivasi Terhadap Penatalaksanaan Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) Pada Petugas
Pelaksana di Puskesmas Kabupaten
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada
Banjarnegara. [Internet;

33
https://lib.unnes.ac.id/26244/. Diakses tanggal 8
Juli 2020].

34

Anda mungkin juga menyukai