Anda di halaman 1dari 13

FORMAT PENULISAN MANUJU : MALAHAYATI NURSING JOURNAL

AKPER MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

1. Jumlah halaman maksimal 15 halaman


2. Kertas A4 dan batas kiri 4 cm, atas, kanan dan bawah 3 cm
3. Judul :
a. Judul Bahasa Indonesia dengan huruf Kapital
b. Font 11, Trebuchet MS, Bold, Center, spasi 1
c. Format judul seperti piramida terbalik
4. Keterangan penulis:
a. Penulis pertama, penulis kedua, penulis ketiga, dst : Bold, center
b. Asal institusi penulis
c. Email penulis
5. Abstrak :
a. Abstrak Inggris dan Intisari Indonesia
b. Font 11, Trebuchet MS, Bold, Center, spasi 1
c. Isi abstrak : pendahuluan, tujuan, bahan dan metode, hasil,
kesimpulan.
d. Kata Kunci ; 3-5 kata
6. Pendahulaun
a. Berisikan latar belakang masalah yang dibahas dengan metode
piramida terbalik dan akhir paragraf kemukakan tujuan.
b. Font 11, Trebuchet MS, Bold, Center, spasi 1. Jika ada ada kata
Bahasa Inggris dimiringkan.
c. Sebelum di submit ke editor harap cek Plagiat
7. Metode
a. Menggambarkan jumlah responden
b. Menggambarkan metode dan proses jalannya pengabdian
8. Hasil dan Pembahsan
a. Menggambarkan hasil PkM
b. Membahas Hasil PkM
c. Sertakan poto kegiatan PkM
9. Kesimpulan : disesuaikan dengan tujuan penelitian
10. Daftar pustaka
a. Urutkan berdasarkan abjad
b. Cantumkan kepustakaan yang dipakai pada manuscript
c. Sumber rujukan terbitan 10 tahun terakhir
d. Jurnal minimal ada 2 jurnal 10 tahun terakhir
e. Penulisan dengan APA style
Di bawah ini kami berikan contoh penulisan MANUJU : Malahayati Nursing
Journal
CONTOH PENULISAN JURNAL :

HUBUNGAN PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN DENGAN KEPUASAN


PASIEN PADA PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
DI PUSKESMAS KARYA TANI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

M. Arifki Zainaro1, Karyanto 2

1
Dosen Akademi Keperawatan Malahayati Bandar Lampung
Email : m.arifkiz@yahoo.com
2
Perawat Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung Timur
Email : Karyantokes73@Gmail.Com

ABSTRACT : CORRELATION BETWEEN SERVICES AND HEALTH FACILITIES WITH


PATIENT SATISFACTION ON INTEGRATED MANAGEMENT OF CHILDHOOD ILLNES
(IMCI) SERVICE AT KARYA TANI’S PUBLIC HEALTH CENTER DISTRICT EAST
LAMPUNG 2018

Background : The Purpose is on integrated management of childhood illnes (IMCI)


significantly reduce the mortality and morbidity associated with the most
common diseases in infants. Contribute to the growth and development of
children's health. Achievement indicators of health care of children under five in
2016 amounted to 75.82% do not meet the Strategic Plan targets by 83%. The
achievement of this indicator also decreased compared to 2015, which amounted
to 70.12%.
Purpose: To know correlation between service and health facility patien
satisfaction on integrated management of childhood illnes (IMCI) At Karya Tani’s
Public Health Center District East Lampung 2018
Methods: Quantitative research type, analytic research design with cross
sectional approach. The population is all mothers with toddlers who perform the
examination with average visits per month as many as 63 people. The statistical
test used was the statistical test Chi-Square.
Results: Frequency distribution of patient satisfaction, with dissatisfied category
as many as 34 respondents (54%). Distribution of service frequency, with less
good category as many as 36 respondents (57.1%). Distribution of frequency of
health facilities, with poor category as many as 25 respondents (39.7%).
Conclusion : There is a correlation service with patient satisfaction Integrated
Management of childhood Pain (IMCI). The results obtained (p-value 0.0001 <α
0.05) with the value of OR 18,229. It is expected that Puskesmas Karya Tani can
provide training on integrated management of childhood illnes (IMCI) to health
workers as well as providing facilities and infrastructure especially for Integrated
Management of Childhood (IMCI).

Keyword : Service Health Facilities, Patient Satisfaction, IMCI


INTISARI : HUBUNGAN PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN DENGAN
KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) DI PUSKESMAS KARYA TANI KABUPATEN LAMPUNG TIMURTAHUN 2018

Pendahuluan: Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah


menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan kesehatan anak. Capaian indikator pelayanan kesehatan anak
balita pada tahun 2016 sebesar 75,82% belum memenuhi target Renstra sebesar
83%. Capaian indikator ini juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015
yang sebesar 70,12%.
Tujuan: Diketahui hubungan pelayanan dan fasilitas kesehatan dengan kepuasan
pasien pada pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
Karya Tani Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif, rancangan penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai balita
yang melakukan pemeriksaan dengan rata-rata kunjungan perbulan yaitu
sebanyak 63 orang. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-Square.
Hasil Penelitian: Distribusi frekuensi kepuasan pasien, dengan kategori tidak
puas sebanyak 34 responden (54%). Distribusi frekuensi pelayanan, dengan
kategori kurang baik sebanyak 36 responden (57,1%). Distribusi frekuensi fasilitas
kesehatan, dengan kategori kurang baik sebanyak 25 responden (39,7%).
Kesimpulan : Ada hubungan pelayanan dengan kepuasan pasien Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Hasil analisis diperoleh (p-value 0,0001 < α 0,05)
dengan nilai OR 18,229. Diharapkan Puskesmas Karya Tani untuk dapat
memberikan pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada petugas
kesehatan serta menyediakan sarana dan prasarana khususnya untuk kegiatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Pelayanan, Fasilitas Kesehatan

PENDAHULUAN diupayakan suatu program menjaga


Puskesmas adalah suatu unit mutu pelayanan kesehatan dengan
pelayanan kesehatan yang tujuan antara lain memberikan
merupakan ujung tombak dalam kepuasan kepada mayarakat (Efendi
bidang kesehatan dasar. Sebuah & Arifin, 2014).
Puskesmas dituntut untuk lebih Kesehatan bayi dan balita harus
bermutu sesuai dengan masalah dipantau untuk memastikan
kesehatan masyarakat yang kesehatan mereka selalu dalam
potensial berkembang di wilayah kondisi optimal. Untuk itu dipakai
kerjanya masing–masing. Dengan indikator-indikator yang bisa
jangkauannya yang luas sampai menjadi ukuran keberhasilan upaya
pelosok desa, pelayanan Puskesmas peningkatan kesehatan bayi dan
yang bermutu akan menjadi salah balita, salah satu diantaranya adalah
satu faktor penentu upaya pelayanan kesehatan anak balita.
peningkatan status kesehatan Adapun batasan anak balita adalah
masyrakat. Dengan semakin setiap anak yang berada pada
berkembangnya masyarakat kelas kisaran umur 12-59 bulan
menengah maka tuntutan untuk (Kementerian kesehatan Republik
mendapatkan pelayanan kesehatan Indonesia, 2015).
yang lebih bermutu juga meningkat. Tujuan Manajemen Terpadu
Sehingga untuk menghadapi hal itu Balita Sakit (MTBS) adalah
menurunkan secara bermakna angka (0,5%) perlu terus meningkatkan
kematian dan kesakitan yang terkait upaya meningkatkan cakupan dan
penyakit tersering pada balita. kualitas tatalaksana penderita
Memberikan kontribusi terhadap Pneumonia melalui MTBS (Dinas
pertumbuhan dan perkembangan Kesehatan Provinsi Lampung, 2016).
kesehatan anak. Menurut data Penyakit-penyakit penyebab
Riskesdas tahun 2013, penyebab kematian seperti diare, pneumonia,
kematian perinatal 0-7 hari DBD dan lain-lainnya tersebut pada
terbanyak adalah gangguan/kelainan umumnya dapat ditangani di tingkat
pernapasan (35,9 %), prematuritas rumah sakit, namun masih sulit
(32,4%), sepsis (12,0%). Kematian untuk tingkat puskesmas. Hal ini
neonatal 7-29 hari disebabkan oleh disebabkan antara lain karena masih
sepsis (20,5%), malformasi minimnya sarana atau peralatan
kongenital (18,1%) dan pneumonia diagnostik dan obat-obatan ditingkat
(15,4%). Kematian bayi terbanyak Puskesmas terutama di daerah
karena diare (42%) dan pneumonia terpencil yang tidak ada fasilitas
(24%), penyebab kematian balita perawatan. Selain itu seringkali
disebabkan diare (25,2%), terdapat Puskesmas yang tidak
pneumonia (15,5%) dan DBD (6,8 %) memiliki tenaga dokter yang siap
(Kementerian kesehatan Republik ditempat setiap saat. Padahal
Indonesia, 2014). Puskesmas merupakan ujung tombak
Capaian indikator pelayanan fasilitas kesehatan yang paling
kesehatan anak balita pada tahun diandalkan bagi masyarakat umum di
2016 sebesar 75,82% dan itu berarti Indonesia, terutama pertolongan
belum memenuhi target Renstra pertama balita yang sakit. Untuk itu,
pada tahun 2013 sebesar 83%. diperlukan suatu pendekatan yang
Capaian indikator ini juga sesuai untuk Puskesmas dalam upaya
mengalami penurunan dibandingkan menurunkan kematian, kesakitan
tahun 2015 yang sebesar 70,12%. dan kecacatan pada bayi dan balita.
Capaian indikator menurut Provinsi Pendekatan yang saat ini diterapkan
juga menunjukkan bahwa sebagian pada sebagian besar Puskesmas
besar provinsi di Indonesia memiliki dikenal dengan Manajemen Terpadu
capaian di bawah 83% (Kementerian Balita Sakit (MTBS) (Maryunani,
kesehatan Republik Indonesia, 2010).
2016). Pendekatan kualitas pelayanan
Cakupan pelayanan kesehatan yang banyak dijadikan acuan dalam
anak balita di Provinsi Lampung penelitian pemasaran adalah model
tahun 2015 sebesar 83,7%, di Service Quality (servqual). Terdapat
Kabupaten Lampung Timur sebesar lima determinan kualitas pelayanan
78,01% dimana angka ini masih antara lain meliputi Tangibles
dibawah target 90%. Penyakit- (penampilan fasilitas fisik,
penyakit terbanyak pada balita yang peralatan), Realiability (keandalan,
dapat ditatalaksana dengan MTBS kemampuan untuk melaksanakan
adalah penyakit yang menjadi jasa), Responsiveness (ketanggapan,
penyebab utama kematian, antara kemauan untuk membantu
lain pneumonia, diare, malaria, pelanggan), Assurance (jaminan dan
campak dan kondisi yang diperberat kepastian), Emphaty (perhatian
oleh masalah gizi (malnutrisi dan pribadi, syarat untuk peduli). Kelima
anemia). Kasus Pneumonia tertinggi dimensi kualitas pelayanan tersebut
yaitu Kabupaten Lampung Timur kemungkinan akan memberikan
(22%) dan Pesisir Barat (22,2%) dan kepuasan pasien bila. Puskesmas
terendah di Kabupaten Pringsewu selalu melayani sebaik mungkin
terhadap pasien. Selain kualitas dan 4 pasien (20%) tindakan petugas
pelayanan, fasilitas atau sarana kesehatan yang lambat, pada
prasarana adalah merupakan salah fasilitas tidak adanya tensi anak
satu faktor pendukung tercapainya serta tidak tersedia ruang konseling
tujuan perusahaan sebagai MTBS. Berdasarkan latar belakang
pelayanan perusahaan jasa kepada tersebut peneliti tertarik melakukan
pengguna jasa. Istilah sarana dan penelitian mengenai hubungan
prasarana sebenarnya sama dengan pelayanan dan fasilitas kesehatan
fasilitas, yang mana dapat diartikan dengan kepuasan pasien pada
dengan segala sesuatu (baik berupa pelayanan MTBS di Puskesmas Karya
fisik dan uang) yang dapat Tani Kabupaten Lampung Timur
memudahkan dan melancarkan Tahun 2018.
pelaksanaan suatu usaha (Khasanah
& Pertiwi (2012). METODE PENELITIAN
Penyakit-penyakit terbanyak Jenis penelitian yang digunakan
pada balita yang dapat ditatalaksana dalam penelitian ini adalah
dengan MTBS, antara lain kuantitatif yaitu jenis penelitian
pneumonia, diare, di Puskesmas yang mencoba mengetahui mengapa
Karya Tani Kabupaten Lampung masalah kesehatan tersebut bisa
Timur pada tahun 2016 sebanyak terjadi kemudian melakukan analisis
32,8% kasus pneumonia, dan diare hubungannya (Riyanto, 2011).
sebanyak 27,5%. Sebagai data Populasi dalam penelitian ini
pembanding di Puskesmas Way Mili seluruh ibu yang mempunyai balita
Kabupaten Lampung Timur yang melakukan pemeriksaan di
penelitian kepuasan pasien telah Puskesmas Karya Tani Kabupaten
dilakukan dengan hasil sebagian Lampung Timur dengan rata-rata
besar dengan kategori puas sebanyak kunjungan perbulan sebanyak 63
72,5%. Dari hasil pra survei pada orang.
tanggal 27 Oktober 2017 di Rancangan penelitian yang
Puskesmas Karya Tani Kabupaten digunakan analitik dengan
Lampung Timur dengan teknik pendekatan cross sectional, yaitu
wawancara, pada 20 orang pasien penelitian yang mempelajari
mengenai pelayanan MTBS, hubungan antara faktor resiko dan
diketahui 10 pasien (50%) faktor efek dimana pengukuran
mengatakan kurangnya perhatian variabel bebas dan variabel terikat
perawat dengan keluhan dirasakan, sekaligus pada waktu yang sama
6 (30%) pasien mengatakan waktu (Riyanto, 2011).
tunggu loket dan apotik yang lama

HASIL
Tabel. 4.1
Karakteristik Usia Ibu Di Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2018
Usia ibu Frekuensi Persentase (%)
< 20 tahun 12 19,05
20-35 tahun 28 44,45
>35 tahun 23 36,50
Jumlah 63 100,00
Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa usia responden di
Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018, sebagian besar
adalah usia 20-35 tahun sebanyak 28 responden (44,45%).

Tabel. 4.2
Karakteristik Pendidikan Ibu Di Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2018
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 11 17,46
SMP 28 44,45
SMA 14 22,22
PT 10 15,87
Jumlah 63 100,00

Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat Karya Tani Kabupaten Lampung


diketahui bahwa sebagian besar Timur Tahun 2018 adalah SMP
pendidikan responden di Puskesmas sebanyak 28 responden (44,45%).

Analisa Univariat
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien MTBS di Puskesmas Karya Tani
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018

Kepuasan pasien MTBS Frekuensi Persentase(%)

Tidak Puas 34 54,0

Puas 29 46,0

Jumlah 63 100,00

Berdasarkan tabel 4.3 maka 2018, dengan kategori tidak puas


dapat diketahui bahwa kepuasan sebanyak 34 responden (54%),
pasien MTBS di Puskesmas Karya Tani sedangkan kategori puas sebanyak
Kabupaten Lampung Timur Tahun 29 responden (46%).

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pelayanan di Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2018

Pelayanan Frekuensi Persentase(%)


Kurang Baik 36 57,1

Baik 27 42,9

Jumlah 63 100,00
Berdasarkan tabel 4.4 maka responden (57,1%), sedangkan
dapat diketahui bahwa pelayanan di dengan kategori baik sebanyak 27
Puskesmas Karya Tani Kabupaten responden (42,9%).
Lampung Timur Tahun 2018, dengan
kategori kurang baik sebanyak 36

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Karya Tani Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2018
Fasilitas kesehatan Frekuensi Persentase(%)
Kurang Baik 25 39,7

Baik 38 60,3

Jumlah 63 100,00

Berdasarkan tabel 4.5 maka sebanyak 25 responden (39,7%),


dapat diketahui bahwa fasilitas sedangkan dengan kategori baik
kesehatan di Puskesmas Karya Tani sebanyak 38 responden (60,3%).
Kabupaten Lampung Timur Tahun
2018, dengan kategori kurang baik

Analisa Bivariat
Tabel 4.6
Analisa Hubungan Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien MTBS di Puskesmas
Karya Tani Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Kepuasan Pasien MTBS
Total p- OR
Pelayanan Tidak Puas Puas
value (95% CI)
n % N % N %
Kurang Baik 29 80,6 7 19,4 36 100
Baik 5 18,5 22 81,5 27 100 0,0001 18,229
34 54 29 46 63 100 (5,097-65,197)
Total

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui   0,05) , sehingga terdapat


bahwa dari 36 responden dengan hubungan yang bermakna antara
kategori pelayanan kurang baik dan pelayanan dengan kepuasan pasien
tidak puas terdapat 29 responden MTBS di Puskesmas Karya Tani
(80,6%), dan yang puas sebanyak 7 Kabupaten Lampung Timur Tahun
responden (19,4%), sedangkan dari 2018. Hasil analisis diperoleh nilai
27 responden dengan kategori OR: 18,229. Artinya responden
pelayanan baik dan tidak puas dengan pelayanan baik memiliki
sebanyak 5 responden (18,5%) dan peluang sebesar 18,229 kali puas
yang puas sebanyak 22 responden terhadap pelayanan MTBS
(81,5%). Hasil uji statistik p value = dibandingkan dengan responden
0,0001 lebih kecil dari nilai alpha ( dengan pelayanan kurang baik.
Tabel 4.7
Analisa Hubungan Fasilitas Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien MTBS di
Puskesmas Karya Tani Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Kepuasan Pasien MTBS
Fasilitas Total p- OR
Tidak Puas Puas
Kesehatan value (95% CI)
n % N % N %
Kurang Baik 22 88,0 3 12,0 25 100
Baik 12 31,6 26 68,4 38 100 0,0001 15,889
34 54 29 46 63 100 (3,971-63,582)
Total

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui dirasakan seseorang yang merupakan


bahwa dari 25 responden dengan hasil dari membandingkan
kategori fasilitas kesehatan kurang penampilan atau outcome produk
baik dan tidak puas terdapat 22 yang dirasakan dalam hubungannya
responden (66%), dan yang puas dengan harapan seseorang. Menurut
sebanyak 3 responden (12%), Bakri (2017) Kepuasan pasien adalah
sedangkan dari 38 responden dengan perasaan senang atau kecewa
kategori fasilitas kesehatan baik dan seseorang yang muncul setelah
tidak puas sebanyak 12 responden membandingkan persepsi dengan
(31,6%) dan yang puas sebanyak 26 kinerja suatu produk dan harapan-
responden (68,4%). Hasil uji statistik harapannya.
p value = 0,0001 lebih kecil dari nilai Hasil penelitian ini didukung oleh
alpha (   0,05) , sehingga terdapat penelitian yang dilakukan Wandini &
hubungan yang bermakna antara Triyoso (2016) Hubungan Mutu
fasilitas kesehatan dengan kepuasan Pelayanan Terhadap Tingkat
pasien MTBS di Puskesmas Karya Tani Kepuasan Pasien BPJS di Rumah Sakit
Kabupaten Lampung Timur Tahun Pertamina Bintang Amin Bandar
2018. Hasil analisis diperoleh nilai Lampung. Hasil penelitian univariat
OR: 15,889. Artinya responden menunjukkan distribusi frekuensi
dengan fasilitas kesehatan baik responden menyatakan puas, yaitu
memiliki peluang sebesar 15,889 kali sebanyak 193 responden (52,9%).
puas terhadap pelayanan MTBS Dari hasil kuesioner penelitian
dibandingkan dengan responden diketahui bahwa tidak puasnya
dengan fasilitas kesehatan kurang pasien MTBS diantaranya adalah
baik. ketepatan waktu petugas kesehatan
tiba diruangan ketika anda
PEMBAHASAN membutuhkan, petugas kesehatan
Univariat menemui jika dipanggil saja,
a.Kepuasan Pasien petugas kesehatan tidak
Berdasarkan hasil dari menawarkan bantuan ketika pasien
pengolahan data maka dapat mengalami kesulitan, petugas
diketahui bahwa kepuasan pasien kesehatan tidak memberikan
MTBS di Puskesmas Karya Tani informasi tentang keadaan pasien,
Kabupaten Lampung Timur Tahun tempat parkir kendaraan tidak
2018, dengan kategori tidak puas memadai dan petugas kesehatan
sebanyak 34 responden (54%), tidak memberitahu dengan jelas
sedangkan kategori puas sebanyak tentang hal-hal yang harus dipatuhi
29 responden (46%). tentang perawatan anak.
Menurut Wijono (2009) kepuasan Kepuasan pasien merupakan
adalah tingkat keadaan yang salah satu indikator penting yang
harus diperhatikan dalam pelayanan
kesehatan. Kepuasan pasien adalah b.Pelayanan
hasil penilaian dari pasien terhadap Berdasarkan hasil dari
pelayanan kesehatan dengan pengolahan data maka dapat
membandingkan apa yang diketahui bahwa pelayanan di
diharapkan sesuai dengan kenyataan Puskesmas Karya Tani Kabupaten
pelayanan kesehatan yang diterima. Lampung Timur Tahun 2018, dengan
Kurang puasnya pasien terhadap kategori kurang baik sebanyak 36
pelayanan tersebut akan berdampak responden (57,1%), sedangkan
pada perkembangan Puskesmas itu dengan kategori baik sebanyak 27
sendiri seperti kurangnya minat responden (42,9%).
pasien dalam pemanfaatan Mutu adalah tingkat
pelayanan kesehatan sampai kesempurnaan dari penampilan dari
hilangnya kepercayaan masyarakat sesuatu yang sedang diamati, dan
terhadap kualitas pelayanan, juga merupakan kepatuhan terhadap
sehingga masyarakat atau pasien standar yang telah ditetapkan Riyadi
cenderung akan mencari pelayanan (2015). Mutu layanan kesehatan
kesehatan sesuai dengan diharapkan dapat diartikan sebagai keseluruhan
(Ndjurumbaha, 2013); (Wardhana, upaya yang bertujuan untuk
2016) memberikan suatu layanan
Hal ini juga sesuai dengan teori kesehatan yang terbaik mutunya,
Subekti (2009) yang menyakatan yaitu layanan kesehatan yang sesuai
bahwa beberapa faktor yang standar layanan kesehatan yang
memengaruhi kepuasan pasien disepakati (Rahayuningsih, 2016).
adalah komunikasi, yaitu tata cara Hasil penelitian ini memiliki
informasi yang diberikan pihak kesemaan dengan penelitian yang
penyedia jasa dan keluhan-keluhan dilakukan Yuliyanti, Triyoso., Sari,
dari pasien. Bagaimana keluhan- Novika L. (2015) hubungan mutu
keluhan dari pasien dengan cepat pelayanan dengan motivasi
diterima oleh penyedia jasa berkunjung ulang pada pasien rawat
terutama perawat dalam jalan di RSUD Demang Sepulau Raya
memberikan bantuan terhadap Kabupaten Lampung Tengah. Hasil
keluhan pasien. Berdasarkan hal univariat didapat mutu pelayanan
tersebut peneliti berpendapat kategori kurang baik sebesar 55
bahwa kepuasaan pasien dipengaruhi orang (56,1%).
oleh berbagai faktor dalam hal ini Menurut Hardiyati & Khasanah
pengetahuan dan kemampuan (2010),Mengidentifikasi lima
petugas dalam menetapkan tindakan kelompok karakteristik yang
yang dilakukan dan pelayanan yang digunakan oleh pelanggan dalam
ramah dan sopan. Seorang pasien mengevaluasi kualitas jasa layanan,
akan merasa puas bila dilayani oleh antara lain: reliability, tangible,
tenaga yang mampu memberikan empathy, Responsiveness,
pelayanan yang ramah, kompeten, Assurance. Dari hasil kuesioner
dan juga aman. Berkaitan dengan penelitian diketahui bahwa kurang
permasalahan tersebut, maka baiknya pelayanan diantaranya pada
penyedia layanan kesehatan harus aspek tangible (berwujud) yaitu
dapat menciptakan kepercayaan, petugas kesehatan tidak menjaga
pelayanan dan komitmen yang baik kerapihan penampilannya. Pada
untuk pengguna layanan kesehatan aspek Responsiveness (ketanggapan)
sehingga berdampak pada kepuasaan petugas kesehatan tidak
dan loyalitas pengguna layanan menyediakan waktu khusus untuk
kesehatan tersebut. membantu anak berjalan, BAB, BAK,
ganti posisis tidur dan lain lain,
petugas kesehatan tidak meter dan manset anak, gelas,
menawarkan bantuan ketika pasien sendok dan teko tempat air matang
mengalami kesulitan. Pada aspek dan bersih, infus set dengan wing
Empathy yaitu petugas tidak needles no 23 dan no 25, semprit dan
memberikan informasi tentang ajrum suntik 1ml, 2,5 ml, 5 ml, 10
keadaan pasien. petugas kesehatan ml, timbangan bayi, termometer,
jarang menengok dan memeriksa kasa atau kapas, pipa lambung
keadaan anak seperti mengukur (nasogastrik tube-ngt), alat
tensi dan suhu. penumbuk obat dan alat penghisap
Menurut pendapat peneliti lendir (Purwanti, 2011).
bahwa semakin baiknya pelayanan, Berdasarkan hal tersebut
maka diharapkan akan semakin peneliti berpendapat bahwa fasilitas
meningkatnya tingkat kepuasan kesehatan adalah alat yang
pasien. Untuk itu petugas kesehatan digunakan untuk menyelenggarakan
agar meningkatkan mutu pelayanan upaya kesehatan. Untuk itu
dan memberikan pelayanan secara disarankan agar petugas kesehatan
efisien dan efektif sesuai dengan dapat menambah fasilitas kesehatan
standar profesi, standar pelayanan agar dapat meningkatkan pelayanan
yang dilaksanakan secara khususnya pelayanan MTBS.
menyeluruh sesuai dengan Bivariat
kebutuhan pasien. a.Hubungan Pelayanan Dengan
Kepuasan Pasien MTBS
c.Fasilitas Kesehatan Hasil uji statistik p value =
Berdasarkan hasil dari 0,0001 lebih kecil dari nilai alpha (
pengolahan data maka dapat   0,05) , sehingga terdapat
diketahui bahwa fasilitas kesehatan hubungan yang bermakna antara
di Puskesmas Karya Tani Kabupaten pelayanan dengan kepuasan pasien
Lampung Timur Tahun 2018, dengan MTBS di Puskesmas Karya Tani
kategori kurang baik sebanyak 25 Kabupaten Lampung Timur Tahun
responden (39,7%), sedangkan 2018. Hasil analisis diperoleh nilai
dengan kategori baik sebanyak 38 OR: 18,229. Artinya responden
responden (60,3%). dengan pelayanan baik memiliki
Hasil penelitian ini didukung peluang sebesar 18,229 kali puas
oleh penelitian yang dilakukan terhadap pelayanan MTBS
Magan (2013). Tentang faktor yang dibandingkan dengan responden
berhubungan dengan pemanfaatan dengan pelayanan kurang baik.
pelayanan kesehatan unit rawat Manajemen terpadu balita sakit
jalan di wilayah kerja Puskesmas (MTBS) merupakan suatu pendekatan
Makale. Hasil penelitian pelayanan terhadap balita sakit yang
menunjukkan bahwa sarana dikembangkan oleh WHO. Dengan
prasarana kategori kurang baik MTBS dapat ditangani secara lengkap
sebesar (52,7%). kondisi kesehatan balita pada
Dari hasil kuesioner penelitian tingkat pelayanan kesehatan dasar,
diketahui bahwa kurang baiknya yang memfokuskan secara
fasilitas kesehatan diantaranya integrative aspek kuratif, preventif
adalah tidak tersedia ruang tunggu dan promotif termasuk pemberian
pasien, tidak terdapat alat tensi nasihat kepada ibu sebagai bagian
anak serta minimnya peralatan dari pemberdayaan masyarakat
MTBS. Hal ini sesuai teori bahwa untuk meningkatkan kesehatan anak
Peralatan yang digunakan dalam (Hastuti, 2010); (Malindo, 2011).
penerapan MTBS adalah: timer ISPA Manajemen terpadu balita sakit
atau arloji dengan jarum detik, tensi (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana harga, keamanan, ketepatan dan
balita sakit yang datang berobat ke kecepatan pelayanan. Setelah
fasilitas rawat jalan pelayanan mendapatkan pelayanan, pelanggan
kesehatan dasar yang meliputi upaya akan memberikan reaksi terhadap
kuratif terhadap penyakit hasil pelayanan yang diberikan,
pneumonia, diare,campak, malaria, apabila pelayanan yang diberikan
dan kurang gizi (Nurhidayati, 2011). sesuai dengan harapan/keinginan
Pendekatan MTBS di Indonesia pada pelanggan maka akan menimbulkan
awalnya dimanfaatkan untuk kepuasan pelanggan, namun
meningkatkan kualitas pelayanan sebaliknya apabila pelayanan yang
kesehatan di unit rawat jalan diberikan tidak sesuai dengan
kesehatan dasar (Puskesmas dan harapan/keinginan pelanggan maka
jaringannya termasuk Pustu, akan menimbulkan ketidakpuasan
Polindes, Poskesdes, dll). MTBS pelanggan atau keluhan pelanggan.
mengkombinasikan perbaikan Untuk itu petugas kesehatan agar
tatalaksana kasus pada balita sakit meningkatkan mutu pelayanan dan
(kuratif) dengan aspek gizi, memberikan pelayanan secara
imunisasi dan konseling (promotif efisien dan efektif sesuai dengan
dan preventif) Agar penerapan MTBS standar profesi, standar pelayanan
dapat berjalan sebagaimana yang yang dilaksanakan secara
diharapkan, maka diperlukan menyeluruh sesuai dengan
langkah-langkah secara sistematis kebutuhan pasien.
dan menyeluruh, meliputi
pengembangan sistem pelatihan, b.Hubungan Fasilitas Kesehatan
pelatihan berjenjang, pemantauan Dengan Kepuasan Pasien MTBS
pasca pelatihan, penjaminan Hasil uji statistik p value =
ketersediaan formulir MTBS, 0,0001 lebih kecil dari nilai alpha (
ketersediaan obat dan alat,   0,05) , sehingga terdapat
bimbingan teknis dan lain-lain. hubungan yang bermakna antara
Hasil tabulasi silang diketahui fasilitas kesehatan dengan kepuasan
bahwa dari 36 responden dengan pasien MTBS di Puskesmas Karya Tani
kategori pelayanan kurang baik dan Kabupaten Lampung Timur Tahun
yang puas sebanyak 7 responden 2018. Hasil analisis diperoleh nilai
(19,4%), hal ini dikarenakan OR: 15,889. Artinya responden
responden merasa saat mereka dengan fasilitas kesehatan baik
memeriksakan balita ke puskesmas memiliki peluang sebesar 15,889 kali
tersebut keluhan yang dialami balita puas terhadap pelayanan MTBS
bisa sembuh dengan cepat. dibandingkan dengan responden
Sedangkan dari 27 responden dengan dengan fasilitas kesehatan kurang
kategori pelayanan baik dan tidak baik.
puas sebanyak 5 responden (18,5%). Hasil penelitian ini sejalan
Hal ini dikarenakan faktor kecepatan dengan penelitian yang dilakukan
petugas kesehatan dalam melakukan Magan (2013), faktor yang
tindakan yang lambat sehingga berhubungan dengan pemanfaatan
menyebabkan ketidak puasan pelayanan kesehatan unit rawat
terhadap pelayanan. jalan di wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan hal tersebut Makale. Hasil penelitian
peneliti berpendapat bahwa tingkat menunjukkan bahwa ada hubungan
kepuasan pasien sangat tergantung sarana prasarana dengan
pada pandangan pasien terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan
mutu pelayanan kesehatan. dengan nilai ρ = 0,010 < α(0,05).
Kebutuhan pasien sendiri meliputi
Hasil tabulasi silang diketahui
bahwa dari 25 responden dengan SARAN
kategori fasilitas kesehatan kurang Diharapkan Manajemen
baik dan puas pada pelayanan MTBS Puskesmas Karya Tani Kabupaten
terdapat 3 responden (12%) hal ini Lampung Timur untuk dapat
dikarenakan faktor sosial ekonomi memberikan :
serta serta pendidikan yang rendah a. Pelatihan MTBS pada petugas
sehingga responden cenderung puas kesehatan serta menyediakan
terhadap jasa pelayanan tersebut, sarana dan prasarana khususnya
responden mengatakan hal yang untuk kegiatan MTBS.
terpenting adalah pelayanan b. Meningkatkan pelayanan
terhadap pasien. Berdasarkan hal kesehatan khususnya
tersebut peneliti berpendapat menyelenggarakan pelayanan
bahwa fasilitas kesehatan adalah keperawatan dan pengobatan
alat yang digunakan untuk penyakit yang diderita oleh
menyelenggarakan upaya kesehatan. pasien dengan pendekatan MTBS.
Untuk itu disarankan agar petugas
kesehatan dapat menambah fasilitas DAFTAR PUSTAKA
kesehatan agar dapat meningkatkan Efendi, R., & Arifin, A. (2014).
pelayanan khususnya pelayanan Hubungan Mutu Pelayanan
MTBS. Kesehatan Dengan Kepuasan
Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas
KESIMPULAN Aeng Towa Kabupaten Takalar.
1. Distribusi frekuensi kepuasan
pasien MTBS di Puskesmas Karya Hardiyati, R., & Khasanah, I. (2010).
Tani Kabupaten Lampung Timur Analisis Pengaruh Kualitas
Tahun 2018, dengan kategori Pelayanan Terhadap Kepuasan
tidak puas sebanyak 34 responden Konsumen Menggunakan Jasa
(54%). Penginapan (Villa) Agrowisata
2. Distribusi frekuensi pelayanan di Kebun Teh Pagilaran (Doctoral
Puskesmas Karya Tani Kabupaten Dissertation, Universitas
Lampung Timur Tahun 2018, Diponegoro).
dengan kategori kurang baik
sebanyak 36 responden (57,1%). Hastuti, S. (2010). Pengaruh
3. Distribusi frekuensi fasilitas Pengetahuan Sikap dan Motivasi
kesehatan di Puskesmas Karya Terhadap Penatalaksanaan
Tani Kabupaten Lampung Timur Manajemen terpadu Balita Sakit
Tahun 2018, dengan kategori (MTBS) pada Petugas Kesehatan
kurang baik sebanyak 25 di Puskesmas Kabupaten Boyolali
responden (39,7%). (Doctoral dissertation,
4. Ada hubungan pelayanan dengan Universitas Sebelas Maret).
kepuasan pasien MTBS di
Puskesmas Karya Tani Kabupaten Kementerian kesehatan, R. (2015).
Lampung Timur Tahun 2018. Hasil Rencana Aksi Percepatan
analisis diperoleh (p-value 0,0001 Penurunan Angka Kematian Bayi
< α 0,05). nilai OR: 18,229. di Indonesia.
5. Ada hubungan fasilitas kesehatan
dengan kepuasan pasien MTBS di Kementerian kesehatan, R. I. (2014).
Puskesmas Karya Tani Kabupaten Profil Kesehatan RI 2013.
Lampung Timur Tahun 2018. Hasil
analisis diperoleh (p-value 0,0001 Khasanah, I., & Pertiwi, O. D. (2012).
< α 0,05). nilai OR: 15,889. Analisis Pengaruh Kualitas
Pelayanan terhadap Kepuasan Purwanti, S. (2011). Analisis
Konsumen RS St. Elisabeth Pengaruh Karakteristik Individu,
Semarang. Jurnal Ilmu Ekonomi Fasilitas, Supervisi, Dan Motivasi
ASET, 12(2). Terhadap Kinerja Petugas
Pelaksana Pelayanan Rogram
Lampung, D. K. P. (2016). Profil MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Provinsi Lampung Tahun 2015. Sakit) Di Kabupaten Banyumas
Bandar Lampung: Dinas Tahun 2010. Jurnal Bidan Prada.
Kesehatan Pemerintah Povinsi
Lampung. Rahayuningsih, S. I. (2016).
Kepuasan Keluarga Tentang
Malindo, S. (2011). Hubungan Pelayanan Manajemen Terpadu
Tingkat Pengetahuan, Motivasi, Balita Sakit Di Aceh. Jurnal Ilmiah
Dan Beban Kerja Pada Tenaga Mahasiswa Fakultas Keperawatan,
Kesehatan Denganmutu 1(1).
Penerapan Mtbs Di Puskesmas
Kecamatan Lowokwaru Malang Riyadi, R. (2015). Mutu pelayanan
(Doctoral Dissertation, kesehatan peserta jaminan
University Of Muhammadiyah kesehatan nasional di puskesmas
Malang). Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat.
Maryunani, A. (2010). Ilmu
kesehatan anak dalam kebidanan. Riyanto, A. (2011). Aplikasi
Jakarta: Trans Info Media. metodologi penelitian kesehatan.

Nadeak, Y. S. (2018). Faktor-Faktor Wardhana, R. K. (2016). Pengaruh


Yang Berhubungan Dengan Penyampaian Jasa Terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Inap Kepuasan Serta Implikasinya Pada
Terhadap Pelayanan Di Rumah Kepercayaan Pasien Di Puskesmas
Sakit Tentara Binjai Tahun 2016. Rusunawa Kota Bandung (Doctoral
Jurnal Kesehatan Bukit Barisan, Dissertation, Unpas).
1(1).

Ndjurumbaha, T. (2013). Analisis


Kepuasan Masyarakat Atas
Kualitas Pelayanan Di Puskesmas
Waingapu Kabupaten Sumba
Timur (Doctoral dissertation,
Universitas Terbuka).

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi


kesehatan dan perilaku
kesehatan.

Nurhidayati, A. M. (2011). Faktor


yang Berhubungan dengan
Implementasi Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di
Puskesmas Di Kota Semarang
Tahun 2010 (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).

Anda mungkin juga menyukai