Bapak/Ibu............................................................
(Dosen Pembimbing)
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Alasan:
Saya mengambil judul penelitian ini dengan sadar tanpa ada intervensi dan campur tangan orang
lain, saya memilih judul ini karna saya ingin lebih mengembangkan cara berpikir masyarakat
setempat, khusunya untuk ibu yang mempunyai anak balita dengan bagaimana cara memberikan
penyeluhan atau pemahaman agar mereka bisa mencegah angka kesakitan dan kematian yang
terjadi terhadap balita sebagai penerus bangsa. Karena kalau di lihat dari penanganan penyakit
Pneumonia pada sarana kesehatan masih kurang di kalangan masyarakat maupun di puskesmas
pembantu dan polindes Kabupaten Bima.
Berdasarkan pengamatan peneliti, data yang dapatkan yaitu : penyakit ISPA tahun 2002 tercatat
1891 kasus, dimana 362 (19,1%) kasus adalah pneumonia dan 1529 kasus (80,9%) adalah kasus non
pneumonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi Kota
Kabupaten Bima sebesar 29.039 jiwa. ( Dinkes Dompu, 2003 ).Sedangkan penyakit ISPA tahun 2003
tercatat 1265 kasus, dimana 316 (25,0%) kasus adalah pneomonia dan 949 kasus (75,0%) adalah
kasus non pneomonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi
Kota Kabupaten Bima sebesar 29093 jiwa (Dinkes Dompu, 2003) dan penyakit ISPA tahun 2004
tercatat 2273 kasus, dimana 541 (58%) adalah kasus pneumonia dan 1732 kasus (61%) adalah kasus
non pneumonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi Kota
Kabupaten Bima sebesar 31180 jiwa (Dinkes Bima, 2004)
Melihat permasalahan tersebut diatas dikhawatirkan dampak yang timbul akibat pneumonia pada
1
balita akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang balita, dimana balita merupakan aset yang
sangat penting untuk kelanjutan pembangunan bangsa. Tetapi bila anak balita tidak dipelihara dan
dirawat dengan baik maka balita akan mudah mengalami gangguan kesehatan yang mengarah ke
gangguan tumbuh kembang. Kita sering mendengar dan melihat bahwa anak balita sering
diperlakukan kurang wajar, disisi lain anak balita dituntut untuk menjadi generasi penerus keluarga
dan bangsa yang berkualitas, namun tidak sedikit keluarga yang mengabaikan hak-hak anak balita.
Pada hari Ulang Tahun Internasional Anak tahun 1997 telah mengeluarkan deklarasi hak-hak seorang
anak balita yang berbunyi: hak untuk menerima kasih sayang, untuk mendapatkan gizi yang cukup
dan pelayanan kesehatan yang memadai, menikmati pendidikan, bermain dan berekreasi
(Suherman, 2000) .
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses
pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan
tidak hanya pelayanan kuratif berupa pengobatan penyakit saja, namun sekaligus pelayanan
preventif seperti imunisasi, pemberian vitamin A, menilai dan memperbaiki cara pemberian ASI serta
pelayanan promotif seperti memberikan konseling kepada ibu cara merawat dan mengobati anak
sakit dirumah serta masalah pemberian makanan dan sebagainya. Dalam menangani balita sakit
tenaga kesehatan secara aktif dan terstruktur menilai adanya tanda-tanda gejala penyakit dengan
cara: tanya, lihat, dengar, raba, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan mengobati anak,
memberikan konseling serta memberikan pelayanan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang.
Sasaran utama penerapan MTBS adalah dokter,bidan dan para perawat yang menangani balita sakit
difasilitas rawat jalan seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu atau Polindes.
2.Hubungan antara beban kerja dan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kabupaten Bima.
Alasan :
Dengan mengambil judul ini seorang perawat atau tenaga kesehatan dapat memberikan perawatan
yang maksimal terhadap setiap pasien dan secara profesional tanpa ada kepentingan hal lain dengan
mengutamakan pelayanan keperawatan yang obyektif. Sehingga dengan menentukan mutu
pelayanan kesehatan yang secara utuh, tenaga keperawatan juga sebagai bagian dari sistem
ketenegaan kesehatan, diharapkan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan
secara nasional.
Berdasarkan hasil survey nasional yang dilakukan anna, 2001 bahwa perawat register nurse
kondisi kerjanya mengalami perubahan yang menyebabkan kualitas pelayanan perawatan
mengalami penurunan. salah satu penyebabnya mereka merasa bahwa pada saat berada di
ruang kerja, mereka sering lupa untuk istirahat dan makan snack (5711 responden), merasa
terjadi peningkatan tekanan untuk menyelesaikan pekerjan (5340 responden), tekanan
untuk menyelesaikan pekerjaan setelah shif (4210 responden), tidak bisa menyelesaikan
pendidikan berkelanjutan dan mengalami stress dan sakit (3762 responden), merasa sangat
kelelahan dan tidak ada motivasi setelah kerja (3617 responden), merasa tidak termotivasi
dan sedih karena karena tidak bisa memberikan pelayanan keperawatan (3222 responden)
dan 2928 responden merasa tidak punya tenaga untuk memberikan pelayanan keperawatan
secara kualitatif yang optimal, yang semua itu disebabkan beban kerja yang tinggi. work load
yang tinggi karena staffing tidak bisa optimal.
3.Analisa hubungan komunikasi teraupetik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat Inap RSUD Kota Kabupaten Bima.
Alasan :
Saya memilih judul ini karna ingin mengetahui bagaimana sebenarnya komunikasi yang baik antara
perawat dengan pasiennya, biar bagaimanapun kita sebagai tenaga kesehatan atau seorang perawat
harus bisa memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien dengan selalu berpegang pada prinsip
sebagai perawat profesional.
Latar belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan biopsikososial spiritual
yang komprehensif, ditunjukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia(Depkes RI, 1994). Perawat dituntutharus memiliki pengetahuan
dan ketrampilan khusus serta kemampuan komunikasi terapeutik agar dapat memberikan pertolongan dan
pelayanan yang optimal kepada klien.Komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
terapeutik antara perawat – klien. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi yang dapat
digunakan sebagai alat yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. Dengan komunikasi
terapeutik masalah-masalah psikologis anak usia prasekolah dapat dikurangi, seperti kecemasan, ketakutan,
perubahan perilaku dan lainlain (Supartini, 2004).Kemampuan terapeutik yang dimiliki perawat dalam
berinteraksi dengan klien merupakan sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan.