Anda di halaman 1dari 4

Kepada yth :

Bapak/Ibu............................................................
(Dosen Pembimbing)
Di
Tempat
Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA MAHASISWA : IRFAN


NIM : 01201216
KELAS/ANGKATAN : A /REGULER
PRODI : S1 KEPERAWATAN

SURAT PENGAJUAN JUDUL PENELITIAN SKRIPSI

1. Analisis hubungan antara pengetahuan dan sikap petugas kesehatan dengan


penerapan program manajemen terpadu balita sakit (MTBS) pada deteksi dini
pneumonia puskesmas Ambalawi kota bima.

Alasan:
Saya mengambil judul penelitian ini dengan sadar tanpa ada intervensi dan campur tangan orang
lain, saya memilih judul ini karna saya ingin lebih mengembangkan cara berpikir masyarakat
setempat, khusunya untuk ibu yang mempunyai anak balita dengan bagaimana cara memberikan
penyeluhan atau pemahaman agar mereka bisa mencegah angka kesakitan dan kematian yang
terjadi terhadap balita sebagai penerus bangsa. Karena kalau di lihat dari penanganan penyakit
Pneumonia pada sarana kesehatan masih kurang di kalangan masyarakat maupun di puskesmas
pembantu dan polindes Kabupaten Bima.

Angka kejadian Dan Latar belakang:

Berdasarkan pengamatan peneliti, data yang dapatkan yaitu : penyakit ISPA tahun 2002 tercatat
1891 kasus, dimana 362 (19,1%) kasus adalah pneumonia dan 1529 kasus (80,9%) adalah kasus non
pneumonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi Kota
Kabupaten Bima sebesar 29.039 jiwa. ( Dinkes Dompu, 2003 ).Sedangkan penyakit ISPA tahun 2003
tercatat 1265 kasus, dimana 316 (25,0%) kasus adalah pneomonia dan 949 kasus (75,0%) adalah
kasus non pneomonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi
Kota Kabupaten Bima sebesar 29093 jiwa (Dinkes Dompu, 2003) dan penyakit ISPA tahun 2004
tercatat 2273 kasus, dimana 541 (58%) adalah kasus pneumonia dan 1732 kasus (61%) adalah kasus
non pneumonia dari total jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Ambalawi Kota
Kabupaten Bima sebesar 31180 jiwa (Dinkes Bima, 2004)

Melihat permasalahan tersebut diatas dikhawatirkan dampak yang timbul akibat pneumonia pada
1
balita akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang balita, dimana balita merupakan aset yang
sangat penting untuk kelanjutan pembangunan bangsa. Tetapi bila anak balita tidak dipelihara dan
dirawat dengan baik maka balita akan mudah mengalami gangguan kesehatan yang mengarah ke
gangguan tumbuh kembang. Kita sering mendengar dan melihat bahwa anak balita sering
diperlakukan kurang wajar, disisi lain anak balita dituntut untuk menjadi generasi penerus keluarga
dan bangsa yang berkualitas, namun tidak sedikit keluarga yang mengabaikan hak-hak anak balita.
Pada hari Ulang Tahun Internasional Anak tahun 1997 telah mengeluarkan deklarasi hak-hak seorang
anak balita yang berbunyi: hak untuk menerima kasih sayang, untuk mendapatkan gizi yang cukup
dan pelayanan kesehatan yang memadai, menikmati pendidikan, bermain dan berekreasi
(Suherman, 2000) .

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan MTBS terhadap deteksi dini pneumonia di


Puskesmas Dompu Kota disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya: latar belakang pendidikan,
kemampuan, pemahaman tentang cara dan langkah-langkah petugas dalam mengklasifikasi dan
memberikan tindakan yang harus dilaksanakan dalam penanganan kasus-kasus yang berkaitan
dengan penerapan program MTBS. Disamping hal-hal yang berkaitan dengan petugas kesehatan,
tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu-ibu tentang penanganan bayi dan balita sakit, kapan harus
melaksanakan kunjungan ulang ke sarana kesehatan bila bayi dan balita tidak sembuh dari penyakit
yang diderita masih rendah, sosial ekonomi masyarakat yang kurang menunjang kebiasaan hidup
sehat dan penggunaan sarana kesehatan yang belum optimal dan dukungan politis dari pengambil
keputusan yang ada di masyarakat baik formal maupun informal ( Dinpkes Bima, 2002).

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses
pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan
tidak hanya pelayanan kuratif berupa pengobatan penyakit saja, namun sekaligus pelayanan
preventif seperti imunisasi, pemberian vitamin A, menilai dan memperbaiki cara pemberian ASI serta
pelayanan promotif seperti memberikan konseling kepada ibu cara merawat dan mengobati anak
sakit dirumah serta masalah pemberian makanan dan sebagainya. Dalam menangani balita sakit
tenaga kesehatan secara aktif dan terstruktur menilai adanya tanda-tanda gejala penyakit dengan
cara: tanya, lihat, dengar, raba, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan mengobati anak,
memberikan konseling serta memberikan pelayanan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang.
Sasaran utama penerapan MTBS adalah dokter,bidan dan para perawat yang menangani balita sakit
difasilitas rawat jalan seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu atau Polindes.

2.Hubungan antara beban kerja dan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kabupaten Bima.
Alasan :
Dengan mengambil judul ini seorang perawat atau tenaga kesehatan dapat memberikan perawatan
yang maksimal terhadap setiap pasien dan secara profesional tanpa ada kepentingan hal lain dengan
mengutamakan pelayanan keperawatan yang obyektif. Sehingga dengan menentukan mutu
pelayanan kesehatan yang secara utuh, tenaga keperawatan juga sebagai bagian dari sistem
ketenegaan kesehatan, diharapkan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan kesehatan
secara nasional.

Latar belakang Dan Angka kejadian.


Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan. tenaga keperawatan sebagai bagian dari
sistem ketenagaan kesehatan, diharapkan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan secara nasional dan global (achir yani, 2001;1). keperawatan
merupakan suatu profesi yang sangat penting dan menentukan dalam pemberian pelayanan
kesehatan. di rumah sakit keperawatan juga memegang peranan yang sangat strategis,
dimana kebanyakan tenaga kesehatan adalah para perawat yang memberikan asuhan
keperawatan. pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya
tergantung pada seimbangnya antara jumlah tenaga dan beban kerja perawat di suatu
rumah sakit (jurnal keperawatan indonesia, 2000;333). dalam membuat perencanaan
ketenagaan harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak pada
beban kerja yang tinggi yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan
keperawatan (jurnal keperawatan indonesia, 2000;338). sistem kerja yang tidak dirancang
dengan baik dapat menyebabkan keluhan subyektif, beban kerja berat, tidak efektif dan
tidak efisien yang pada gilirannya mengakibatkan dapat menimbulkan ketidak puasan
bekerja, sehingga produktivitas kerja/ kinerja menurun (bina diknakes, 2001;27). kurangnya
tenaga keperawatan baik kuantitas maupun kualitas akan sangat mengganggu kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan, karena akan semakin menambah beratnya beban kerja
yang pada gilirannya prestasi kerja menurun, kepuasan kerja berkurang, sehingga akan
mengakibatkan turunnya kualitas asuhan keperawatan dan kepuasan pasien berkurang
(jurnal keperawtan indonesia, 2000;334-335).

Berdasarkan hasil survey nasional yang dilakukan anna, 2001 bahwa perawat register nurse
kondisi kerjanya mengalami perubahan yang menyebabkan kualitas pelayanan perawatan
mengalami penurunan. salah satu penyebabnya mereka merasa bahwa pada saat berada di
ruang kerja, mereka sering lupa untuk istirahat dan makan snack (5711 responden), merasa
terjadi peningkatan tekanan untuk menyelesaikan pekerjan (5340 responden), tekanan
untuk menyelesaikan pekerjaan setelah shif (4210 responden), tidak bisa menyelesaikan
pendidikan berkelanjutan dan mengalami stress dan sakit (3762 responden), merasa sangat
kelelahan dan tidak ada motivasi setelah kerja (3617 responden), merasa tidak termotivasi
dan sedih karena karena tidak bisa memberikan pelayanan keperawatan (3222 responden)
dan 2928 responden merasa tidak punya tenaga untuk memberikan pelayanan keperawatan
secara kualitatif yang optimal, yang semua itu disebabkan beban kerja yang tinggi. work load
yang tinggi karena staffing tidak bisa optimal.

3.Analisa hubungan komunikasi teraupetik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat Inap RSUD Kota Kabupaten Bima.

Alasan :
Saya memilih judul ini karna ingin mengetahui bagaimana sebenarnya komunikasi yang baik antara
perawat dengan pasiennya, biar bagaimanapun kita sebagai tenaga kesehatan atau seorang perawat
harus bisa memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien dengan selalu berpegang pada prinsip
sebagai perawat profesional.
Latar belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan biopsikososial spiritual
yang komprehensif, ditunjukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia(Depkes RI, 1994). Perawat dituntutharus memiliki pengetahuan
dan ketrampilan khusus serta kemampuan komunikasi terapeutik agar dapat memberikan pertolongan dan
pelayanan yang optimal kepada klien.Komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
terapeutik antara perawat – klien. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi yang dapat
digunakan sebagai alat yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. Dengan komunikasi
terapeutik masalah-masalah psikologis anak usia prasekolah dapat dikurangi, seperti kecemasan, ketakutan,
perubahan perilaku dan lainlain (Supartini, 2004).Kemampuan terapeutik yang dimiliki perawat dalam
berinteraksi dengan klien merupakan sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan.

Mampu terapeutik berarti seseorang perawat mampu melakukan atau mengkomunikasikan


perkataan,perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi penyembuhan pada diri klien (Nurjanah, 200
1). Keterlibatan secara emosional
2).yang disadari dalam komunikasi terapeutik membuka kesempatan terjadinyahubungan saling percaya antara
perawat dengan klien. Hal tersebut memungkinkan klien merasa bebas berkembang tanpa rasa cemas dan
takut.Melalui hubungan yang terapeutik perawat mampu mengungkap perasaan,mengidentifikasi dan mengkaji
serta memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan tugas perkembangannya sehingga
perilaku anak mulai ketahap kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai