PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dan juga telah memberikan petunjuk
dengan Kejadian Stunting” dalam rangka penyelesaian salah satu syarat guna
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari bahwa dalam
penyelesaian skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala
kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang
membangun dari semua pihak. Dan dalam penyusunan proposal ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak,untuk itu penulis menyampaikan banyak rasa terima kasih
yang tulus, rasa hormat dan penghargaan atas semua bantuan dan dukungannya
selama pelaksanaan dan penyusunan proposal ini semoga dapat bernilai ibadah di sisi
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
masih sangat besar, sampai saat ini masih menjadi kendala karena kurang
(Desyanti dan Nindya. 2017). Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi
termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur sebagai
status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis
kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di
membuat stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di dunia
badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya
(TB/U). Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U- nya di bawah
gizi yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya
Indriyani, 2018).
Dalam analisis derajat kesehatan (konsep Henrik L.Blum) 45%
pada tahun 2017, sebanyak (55%) balita stunting di dunia berasal dari Asia
sedangkan (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan Asia Tenggara
balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami penurunan pada
tahun 2016 menjadi 27,5%, namun prevalensi balita pendek di tahun 2017
pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8 % dan 19,8%.
Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat
pendek sebesar 8,5% dan balita balita pendek sebesar 19%. Provinsi dengan
prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan
prevalensi terendah adalah Bali dan terkhusus Sulawesi Barat memiliki lebih
Pangali-ali dengan jumlah anak stunting sebanyak 237 anak. (Dinkes Majene
memiliki 6 (enam) strategi nasional yang pada bulan September 2008 telah
demikian, strategi ini menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan instansi yang
evaluasi terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat. Pada tahun 2014,
dengan data baseline untuk JSP (Akses Jamban Sehat Permanen) sebanyak
16.852, untuk JSSP (Akses Jamban Sehat Semi Permanen) sebanyak 917,
sangat minim yakni 46.14% (STBM Kab.Majene 2019). Progam sanitasi total
pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci
tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga,
Stunting. Terkait hal tersebut bisa kita merujuk ke Q.S. An-Nisa ayat 9 yakni :
۟ ُوا ٱهَّلل َ َو ْليَقُول
َ وا قَ ْواًل
س ِديدًا ۟ ُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق
۟ ُض ٰ َعفًا َخاف ۟ ش ٱلَّ ِذينَ لَ ْو ت ََر ُك
ِ ًوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة َ َو ْليَ ْخ
Artinya :
benar”
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil
meninggal dan meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil atau lemah
gangguan.
Zَ ZَّرZلZَّ اZ مZِ تZُ يZنZْ Zَ أZ َدZ اZ َرZَ أZنZْ Z َمZِ لZۖ Z ِنZ ْيZَ لZ ِمZ اZZZZZ َكZ ِنZ ْيZَ لZوZْ ZZZZZَّ َحZ نZ ُهZ اَل َدZوZْ Zَ أZنZَ Z ْعZZZZض
Z ىZَ لZ َعZ َوZۚ Zَ ةZ َعZ اZZZZض Zُ Z اZ َدZZZZZِلZ اZ َوZ ْلZ اZوZَ َا
Zِ ZرZْ Zُ يZت
Zَ Z اZ Zَ نZجZُ اَلZَ فZ ْمZ ُكZ اَل َدZوZْ Zَ أZاZ وZ ُعZ ض
Z ْمZ ُكZ ْيZَ لZ َعZح ْ Zَ تZنZْ Zَ أZ ْمZُ تZ ْدZ َرZَ أZنZْ Zِ إZوZَ Zۗ Z اZZ َمZ ِهZ ْيZَ لZ َعZح
Zِ ZرZْ Zَ تZس Zَ Z اZ Zَ نZجZُ اَلZَ فZ ٍرZ ُوZ اZ ZشZ
َ Zَ تZوZَ Z اZ َمZ ُهZ ْنZِم
َّZ Zَ أZاZ وZ ُمZَ لZ ْعZ اZ َوZَ هَّللاZاZ وZَُّ قZتZ اZوZَ Zۗ Zف
Zِ Zَ بZنZَ Z وZُ لZ َمZ ْعZَ تZ اZ َمZِ بZَ ن هَّللا
Z ٌرZ يZص َ Z اZ َذZِإ
Zِ Z وZ ُرZ ْعZ َمZ ْلZ اZِ بZ ْمZُ تZ ْيZَتZ آZ اZ َمZ ْمZُ تZَّ ْمZ لZس
Artinya :
kamu kerjakan
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
menjelaskan menjadi kewajiban pada ibu untuk menyusui anak-anak mereka
selama dua tahun penuh bagi ibu yang berniat menyempurnakan proses
pangan dan sandang wanita-wanita menyusui yang telah dicerai dengan cara-
cara yang patut sesuai syariat dan kebiasaan setempat. Sesungguhnya Allah
kedua orang tua tidak boleh menjadikan anak yang terlahir sebagai jalan
untuk saling menyakiti antara mereka berdua, dan menjadi kewajiban ahli
waris setelah kematian ayah seperti apa yang menjadi kewajiban sang ayah
Maka apabila kedua orang tua berkeinginan menyapih bayi sebelum dua
tahun maka tidak ada dosa atas mereka berdua bila mereka telah saling
kedua orang tua sepakat untuk menyusukan bayi yang terlahir kepada wanita
lain yang menyusui selain ibunya, maka tidak ada dosa atas keduanya,
apabila ayah telah menyerahkan untuk Ibu apa yang berhak dia dapatkan dan
memberikan upah bagi perempuan yang menyusui dengan kadar yang sesuai
Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan dan akan memberikan
nantinya akan banyak kita bahas (STBM). Kebersihan menurut ajaran Islam
kebersihan dari segala kotoran yang nyata, seperti suci dari hadas (hal-hal
yang membatalkan wudu), najis , dan juga kotoran yang tidak nyata, seperti
suci dari penyait-penyakit 26 hati (Al-Faridy, 2009: 3). Jadi dapat dikatakan
dari hadas dan najis serta pikiran-pikiran yang kotor seperti iri, dengki,
َث أَ َم َر ُك ُم ٱهَّلل ُ ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ يُ ِح ُّب ٱلتَّ ٰ َّوبِينَ َويُ ِح ُّب ٱ ْل ُمتَطَ ِّه ِرين
ُ فَأْتُوهُنَّ ِمنْ َح ْي
Artinya:
Hidup bersih dan sehat merupakan salah satu cara untuk menjaga
harus kita syukuri, sebab dengan kesehatan kita dapat menikmati kebahagiaan
hidup yaitu melakukan rutinitas dan beribadah dengan baik. Karena itu
kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan, sebagaimana sabda
Rasulullah saw:
“Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu buang hajat pada
“Sesunguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci
(bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai
Tirmidzi)
Kabupaten Majene”
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Majene ?
C. Hipotesis
Kabupaten Majene
Majene
Tabel 1.1 Definisi operasional variabel
Variabel Definisi operasional Kategori/Car Hasil ukur Ala Skala
a Ukur t ukur
uku
r
Variabel Kondisi Sanitasi Total 1.Stop Buang Ya = 1 K Nomina
Berbasis masyarakat
menempatkan masyarakat
sebagai pengambil
keputusan dan
penanggungjawab dalam
rangka
menciptakan/meningkatk
an kapasitas masyarakat
untuk memecahkan
upaya peningkatan
kualitas hidup,
kemandirian,
kesejahteraan, serta
menjamin
keberlanjutannya.
Variabel Kondisi kronis yang Microtoise, 1= Tidak K Nomina
TB/U E
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada warga yang termasuk
E. Kajian Pustaka
F. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Kabupaten Majene
2) Tujuan Khusus
G. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis :
Kabupaten Majene.
1) Manfaat Praktis :
c. Bagi masyarakat
d. Bagi peneliti
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
buang air besar, sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah tangga
minum dan makanan yang aman, setiap rumah tangga dan sarana pelayanan
umum tersedia fasilitas cuci tangan sehingga semua orang dapat mencuci
tangan dengan benar, setiap rumah tangga mengelolah limbah dan sampah
pelaksanaanya terdapat 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci
tangan pakai sabun, pengolaan air minum dan makanan rumah tangga,
STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok ataupun tempat duduk
Jamban cemplung
berbau.
resapan.
secara teratur agar tidak ada kotoran yang terlihat, tidak terdapat serangga,
dan tikus yang berkeliaran dapat mencegah berbagai macam penyakit
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara air minum dan
Tidak berbau.
yang menempel pada tangan, cuci tangan harus dilakukan secara sering
dengan air yang bersih dan sabun. Bakteri penyebab penyakit banyak
terkandung di air yang tidak bersih , maka cuci tangan rutin dengan sabun
genangan ditanah.
Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat orang lupa
air bersih yang mengalir. Adapun cara yang benar dan langkah langkah
Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
(Permenkes, 2014)
Sebelum makan
Sebelum menyusui
Sabun.
2014)
3) Pengelolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM –
RT)
filter.
koagulan.
water disinfection).
cara:
kran
yang tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak
Pengelolahan makanan
makanan
penyakit menular.
Pengangkutan makanan
dan semacamnya.
Penyajian makanan
boleh lebih dari 4 jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama
makanan dengan kandungan protein yang tinggi. (Permenkes, 2014)
bentuk cair, air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun
industri yang terdiri atas tiga faktor yaitu tinja, urin, dan grey water
yaitu air bekas pengolahan sisa rumah tangga (Mubarak and Chayatin,
tangga yang berupa tinja dan urin disalurkan ke tangki septik yang
dilengkapi dengan sumur resapan. Sedangkan limbah cair rumah
tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari sisa buangan dapur,
Dampak buruk air limbah bagi manusia dan alam wajib untuk
- Gangguan Kesehatan
2009)
C. Tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
2014).
dan kematian akibat sanitasi yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2014).
Semua masyarakat yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar
STBM. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum
Sasaran dari program STBM ini adalah semua masyarakat yang ada
adalah pada daerah yang jauh dari pusat kota terutama daerah yang
tidak higienis atau tidak sehat. Kualitas SDM juga menjadi pengaruh terhadap
(Nugraha, 2015).
berikut :
1) Tanpa Subsidi
3) Tidak memaksa
kapasitas
pembelajaran
berupa:
terjangkau;
(Permenkes, 2014).
A. Definisi
determinan perilaku (Obella and Adliyani, 2016). Perilaku yaitu suatu fungsi
dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya, baik yang
(Notoatmodjo, 2012)
B. Klasifikasi
1) Perilaku pemeliharaan
Olahraga teratur
Tidak merokok
Mengendalikan stress
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif, misalnya tidak berganti-
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) peran pencakup hak orang
sakit dan kewajiban orang sakit. Perilaku ini meliputi tindakan untuk
C. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon stimulus perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
tertutup, respond dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
terbuka dan nyata, respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dapat di amati dan dilihat oleh orang lain
(Notoatmodjo, 2007)
D. Tingkatan Perilaku
bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi
(Notoatmodjo, 2010).
F. Perubahan Perilaku
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat
A. Definisi
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita atau yang sering kita jumpai
disebut stunting dikarenakan akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari
pertama kehidupan sehingga anak terlalu pendek untuk usianya (Persagi, 2018).
Stunting adalah balita pendek dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHOMGRS
(Multicentre Growth Reference Study) tahun 2006, nilai z scorenya kurang dari -2SD
dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD (TN2PK,
2017).
Pada perawakan pendek, dengan tinggi badan antara -2SD dan -3SD kira-
kira 80% adalah varian normal. Sedangkan bila tinggi badan >-3SD maka
kemungkinan patologis adalah 80% (IDAI, 2013). Stunting adalah masalah kurang
gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama
dikarenakan pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (MCA,
2017).
B. Klasifikasi Stunting
Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score)
(Kemenkes, 2017)
Untuk mengetahui dengan jelas seorang balita stunting atau tidak indeks
yang digunakan adalah indeks panjang badan/tinggi badan menurut umur. Tinggi
pertumbuhan tulang. Tinggi badan menurut umur adalah ukuran dari pertumbuhan
linear yang dicapai, dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau kesehatan masa
per umur (TB/U) (Kemenkes, 2017). I. Sangat pendek : Zscore < -3,0 SD II. Pendek :
Zscore -3,0 SD s/d < -2,0 SD III. Normal : Zscore ≥ -2,0 SD.
C. Penyebab Stunting
radiasi Kecil Masa Kehamilan dan BBLR, Psikososial, Nutrisi dan Metabolik,
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya
perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara
lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan
sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan
informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0- 24 bulan
untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi
kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap
kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang
dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat
kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di
2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain
adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai
serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1
dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia
Dini).
komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi,
India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura.
tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3
D. Dampak Stunting
dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua,
serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
adanya gangguan pada organ‐organ tubuh, dimana salah satu organ yang paling cepat
mengalami kerusakan pada gangguan gizi ialah otak. Otak merupakan pusat syaraf
yang sangat berpengaruh terhadap respon anak untuk melihat, mendengar, berpikir,
dan melakukan gerakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Almatsier yang mengatakan
bahwa kekurangan gizi dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak secara permanen.
(Mustika and Syamsul, 2015).
anak. Selain itu dampak jangka panjang yang dapat terjadi pada saat dewasa adalah
gestational yang dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular atau Non
1) Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Pada pilar ini,
terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun daerah. Selain itu, diperlukan
juga adanya penetapan strategi dan kebijakan, serta target nasional maupun
pengalaman dan bukti internasional terkait program program yang dapat secara
efektif mengurangi pervalensi stunting, salah satu strategi utama yang perlu
secara berkelanjutan.
BPSPAM, PKH dll) terutama dalam memberikan dukungan kepada ibu hamil,
ibu menyusui dan balita pada 1.000 HPK serta pemberian insentif dari kinerja
angka stunting di wilayahnya. Terakhir, pilar ini juga dapat dilakukan dengan
Intervensi Stunting.
untuk
komprehensif,
c. Pengurangan kontaminasi pangan,
dan lain-lain dalam infrastruktur pasar pangan baik ditingkat urban maupun
rural.
dan evaluasi secara berkala untuk memastikan pemberian dan kualitas dari
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Ekonomi
- Lingkungan (5
pilar STBM)
Pendek
Stunting/Tidak stunting
Normal
2.5. Kerangka Konsep
Keterangan :
Faktor mempengaruhi
sanitasi total berbasis
masyarakat:
1. Faktor Lingkungan
Sanitasi Total Berbasis
2. Faktor sumber daya
Masyarakat
manusia
3. Regulasi
4. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
5. Pendanaan
Kejadian Stunting
Faktor mempengaruhi Stunting:
1. BBLR
2. Pendapatan rumah tangga
3. Pendidikan ibu
Keterangan :
Variabel Independent
Variabel dependent
METODELOGI PENELITIAN
1) Jenis Penelitian
2) Lokasi Penelitian
B. Populasi
subjeknya kurang dari 100 orang, maka sebaiknya semuanya diambil, jika
subjek lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15 % atau 20-25% atau lebih.
N: besar populasi
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
D. Instrumen Penelitian
diisi oleh orang tua balita berupa nama balita, tanggal lahir, alamat, jenis
kelamin, usia, riwayat pendidikan ibu, riwayat tinggi badan ibu, riwayat
F. Etika Penelitian
penelitian ,yaitu :
persetujuan responden untuk ikut serta dalam penelitian dengan baik dan
sopan.
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim
Purnama S.G., (2017). Penyakit Berbasis Lingkungan. Diktat Kuliah
Aisah, S. Et Al. (2019). Personal Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan
Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Di Desa Personal
Hygiene And Environment Sanitation Related With Stunting
At Wukirsari Village Cangkringan Sub-District’, Pp. 49–55.
Depkes (2007) Riset Kesehatan Dasar.
Depkes (2008) Katalog Informasi Pilihan Sarana Cuci Tangan Tepat
Guna.
Fadzila, D. N. And Tertiyus, E. P. (2019) ‘Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Anak Stunting Usia 6-23 Bulan Di Wilangan ,
Kabupaten Nganjuk Household Food Security Of Stunted
Children Aged 6-23 Months In Wilangan , Nganjuk District’,
(152), Pp. 18–23. Doi: 10.20473/Amnt.V3.I1.2019.18-23.
IDAI (2013) Best Practices: Pediatrics, Autism Spectrum Disorders.
Doi: 10.1093/Med/9780195371826.003.0086.
Kemenkes (2011) Buku Saku Antropometri.
Kemenkes (2016) ‘Infodatin Situasi Balita Pendek’.
Kemenkes (2017) ‘Hasil Pemantauan Status Gizi ( Psg )’.
Kemenkes RI (2012) Pedoman Pelaksanaan Teknis STBM.
Kemenkes RI (2014) Kurikulum Dan Modul Pelatihan STBM.
Kemenkes RI (2018) ‘Pemicuan Stbm, Strategi Perubahan Perilaku
Dalam Pencegahan Stunting’, Jakarta.
Kwami, C. S. Et Al. (2019) ‘Water, Sanitation, And Hygiene:
Linkages With Stunting In Rural Ethiopia’, International
Journal Of Environmental Research And Public Health,
16(20). Doi: 10.3390/Ijerph16203793.
Laili, A. N. (2018) ‘Kejadian Stunting Pada Balita’, 8(1).
Mubarak, W. Iqbal And Chayatin, N. (2009) Ilmu Kesehatan
Masyarakat: Teori Dan Aplikasi, Salemba Medika.
Mustika, W. And Syamsul, D. (2015) Permasalahan Anak Pendek
(Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya
Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan), Jurnal Kesehatan
Global, 1(3), P. 127. Doi: 10.33085/Jkg.V1i3.3952.
Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.
Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan Dan Perilaku Perilaku.
Jakarta.
Nugraha, M. F. (2015) ‘Dampak Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama Di Desa Gucialit
Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang’, Kebijakan Dan
Manajemen Publik, 3(2), Pp. 44–53.
Obella, Z. And Adliyani, N. (2016) ‘Perubahan Perilaku Dan Konsep
Diri Remaja Yang Sulit Bergaul Setelah Menjalani Pelatihan
Keterampilan Sosial’, Jurnal Psikologi UGM, 23(1), Pp. 13–
20. Doi: 10.22146/Jpsi.10037.
Pacheco, C. Do R., Picauly, I. And Sinaga, M. (2017) ‘Health, Food
Consumption, Social Economy, And Stunting Incidency In
Timor Leste’, 13(2), Pp. 261–269.
Permenkes (2014) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Persagi (2018) Stop Stunting Dengan Konseling Gizi. Jakarta.
Putri Lahudin, E. (2017) ‘Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Dengan Kejadian Diare’.
Sinatrya, A. K. And Muniroh, L. (2019) ‘Hubungan Faktor Water ,
Sanitation , And Hygiene ( WASH ) Dengan Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotakulon , Kabupaten
Bondowoso The Assosiation Of Water , Sanitation , And
Hygiene ( WASH ) Factor With Stunting In Working Area Of
Puskesmas Kotakulon , Bondowoso District’, Pp. 164–170.
Doi: 10.2473/Amnt.V3i3.2019.164-170.
Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:
CV Alfa Beta.
Sutarto, Dian, M. And Indriyani, R. (2018) ‘Stunting, Faktor Resiko
Dan Pencegahannya’, Fossil Behavior Compendium, 5, Pp.
243–243. Doi: 10.1201/9781439810590-C34.
Syifa Vaozia, N. (2016) ‘Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 1-3 Tahun (Studi Di Desa Menduran Kecamatan Brati
Kabupaten Grobogan)’, 5(4), Pp. 314–320. Doi:
10.14710/Jnc.V5i4.16426.
TN2PK (2017) 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak
Kerdil.
Wulandari, Rahayu, F. And Darmawansyah (2019) ‘Hubungan
Sanitasi Lingkungan Dan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan
Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap
Kabupaten Bengkulu Utara’, 14(2).
Saryono, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra cendekia,
Yogyakarta.
MCA. 2017. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Jakarta : TIM
Sutarto, Dian, M. and Indriyani, R. (2018) ‘Stunting, Faktor Resiko
dan Pencegahannya’, Fossil Behavior Compendium, 5, pp.
243–243. doi: 10.1201/9781439810590-c34.
Syifa Vaozia, N. (2016) ‘Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 1-3 Tahun (Studi Di Desa Menduran Kecamatan Brati
Kabupaten Grobogan)’, 5(4), pp. 314–320. doi:
10.14710/jnc.v5i4.16426.
Mustika, W. and Syamsul, D. (2015) ‘Permasalahan Anak Pendek
(Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya Stunting
(Suatu Kajian Kepustakaan)’, Jurnal Kesehatan Global, 1(3),
p. 127. doi: 10.33085/jkg.v1i3.3952
Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2017, Buku Indikator Kesehatan
Sulawesi Barat, Mamuju.
Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, 2020, e-PPGBM, Dinkes Majene.
Kemenkes R. Monev STBM https://www.monev.stbm.kemkes.go.id:
RI Kemenkes; 2020 [cited 2020 10 September]
LAMPIRAN
Kuisioner Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Closed Questions)
Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap sesuai dengan pendapat
NO PERTANYAAN YA TIDAK
Nilai Total :
KUESIONER PENELITIAN
Nomor responden:…………………………………………….......
1. Nama anak :
satu)
3. Tanggal lahir :
: tahun bulan
:
4. Umur dari bersaudara
:
5. Anak ke
:
:
6. Berat badan lahir
:
7. Nama ibu
8. Umur ibu
9. Alamat
B. Pengukuran antropometri
o Tidak sekolah
o Tamat SD /sederajat
o Tidak sekolah
o Tamat SD /sederajat
5. Pekerjaan ayah :
o Tidak bekerja
o Pegawai Negeri
o Pegawai Swasta
o Wiraswasta
o Lainnya. Sebutkan........................
6. Pekerjaan Ibu :
o Tidak bekerja
o Pegawai Negeri
o Pegawai Swasta
o Wiraswasta
o Lainnya. Sebutkan........................
b. Tidak
a. < 3 kali
b. ≥ 3 kali
diare.
a. Ya
b. Tidak
b. Tidak?
c. < 3 kali
d. ≥ 3 kali
Jawaban : Jika menjawab a, maka tidak
ispa.
c. Ya
d. Tidak
menderita ispa.
hipertensi (preeklampsia-eklampsia),
hiperemesis selama kehamilan ? (lihat
a. Ya
b. Tidak
o Pusing, lemah
o Kulit pucat
tidak hamil
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
rendah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Hijau
b. Kuning
c. Merah
berwarna...
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
gemuk/gendut
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. > 1 tahun
c. < 1 tahun
a. Tidak tahu
ASI?
a. Tidak tahu
b. 4 bulan
c. > 6 bulan
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
b. Tidak
b. Tidak
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
mata
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
susu
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah
a. Tidak tahu
b. Benar
c. Salah