Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja (10-19 tahun) merupakan masa peralihan dan masa terjadinya

perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat (Sibangariang, 2016). Secara

fisik remaja mengalami kematangan fungsi seksual sehingga perkembangan

dorongan seksual semakin kuat. Artinya remaja perlu menyesuaikan penyaluran

kebutuhan seksualnya dalam batas – batas penerimaan sosialnya yang dapat

dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama (Ali, 2015).

Lebih dari satu juta Penyakit Menular Seksual terjadi setiap harinya di

seluruh dunia. Setiap tahunnya, diduga 131 juta orang terinfeksi chlamydia, 78

juta terinfeksi gonorrhea, dan 5,6 juta terinfeksi syphilis (WHO dalam Kalangi,

2018). Pada remaja usia 15-1 9 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali

usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34% remaja laki-laki yang

berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun.

Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup yang

memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat,

antara lain melakukan hubungan seks pra nikah. Dari survei yang dilakukan,

alasan hubungan seksual pranikah tersebut sebagian besar karena penasaran /

ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa

pasangan (12,6% perempuan) hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman

remaja tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan


2

kemampuan untuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan (Kemenkes,

2016).

Berdasarkan data SDKI 2017 diketahui bahwa persentase yang pertamakali

melakukan hubungan seksual pada umur 15-19 tahun sebesar 10.4% (SDKI,

2017). Penelitian Kumalasari (2016) perilaku seksual pranikah pada remaja di

SMK PATRIA Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang melakukan perilaku

seksual pranikah sebanyak 57,5%, berpengetahuan baik 62,7% dan sikap positif

64,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes)

Universitas Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI) di Bandar Lampung menemukan bahwa dari 634 remaja di

Bandar Lampung hanya 107 remaja (16,9%) yang memiliki pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dengan kategori baik (Amperaningsih, 2012). Berdasarkan

penelitian Erawati di SMU PGRI 01 Punggur terdapat 9 siswi yang dinyatakan

keluar dari sekolah akibat kehamilan di luar nikah dan 1 siswi meninggal karena

aborsi (Amperaningsih, 2012). Penelitian yang dilakukan di SMAN I Pesawaran

menunjukkan sebagian besar responden dengan berperilaku seksual beresiko yaitu

sebanyak 56 orang (69,1%) dari sampel sebanyak 81 orang (Safitri, 2015).

Hasil survei yang dipublikasikan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung cukup

mencengangkan. Survei tentang persepsi remaja usia 15-24 tahun terhadap

hubungan seksual itu menyimpulkan bahwa 23 % remaja di Lampung setuju seks

pra nikah. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2013, jumlah remaja usia 15-24 di Lampung sebanyak 1.390.500.

Jika 23 % dari jumlah tersebut setuju seks pranikah, berarti ada sekitar 300 ribu
3

remaja Lampung yang setuju melakukan hubungan intim sebelum menikah

(Ridwan, 2015).

Dampak dari aktivitas seksual remaja dalah terkena penyakit menular

seksual (PMS), hamil atau melahirkan pada usia kurang dari 21 tahun (Papilia,

2011). Selain itu terdapat dampak gangguan psikososial seperti perasaan bersalah,

depresi, marah (Sarwono, 2013). Ditemukan sebanyak 3% penderita HIV/AIDS

berusia < 21 tahun yang disebabkan karena hubungan seksual diluar nikah (Yusuf,

2014).

Banyak faktor yang berperan dalam hal ini seperti kemiskinan, tidak

memiliki pandangan akademis dan karir, pola keluarga, pengalaman seks pada

usia dini (Papilia, 2011). Meningkatnya libido seksualitas, penundaan usia

perkawinan, tabu / larangan, kurangnya informasi tentang seks serta pergaulan

yang semakin bebas merupakan faktor penyebab masalah seksualitas pada remaja

(Sarwono, 2013).

Prilaku seksual yang dilakukan oleh para remaja kita saat ini sudah sampai

pada batas yang sangat mengkhawatirkan, hal tersebut terjadi karena kurangnya

imformasi yang dimiliki oleh remaja tentang kesehatan reproduksi ataupun

prilaku seksual yang benar (Trismiyana, 2017) Oleh sebab itu, perlu pemberian

informasi terhadap remaja tentang bahasa seks tersebut. Pemberian informasi

dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada remaja untuk

meningkatkan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam waktu yang


4

pendek, dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak

mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu (Notoatmodjo, 2014).

Pemberian informasi melalui diskusi dapat dilakukan berbagai cara salah

satunya adalah curah pendapat (brain stroming) dimana dalam diskusi ini ide yang

muncul lebih banyak dan beragam karena siswa dengan bebas menyalurkan ide

tersebut tanpa adanya kritik, siswa berpikir untuk menyatakan pendapat karena

kreatifitas tidak dibatasi dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

siswa. Berdasarkan penelitian Ardian (2015) ada perbedaan peningkatan

pengetahuan HIV/AIDS siswa sebelum dan setelah intervensi promosi kesehatan

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p = 0,002) dengan selisih rata-

rata nilai antara dua kelompok tersebut 3.55. Metode curah pendapat lebih efektif

dalam meningkatkan pengetahuan. Penelitian (Naganingrum, 2014) dengan judul

pengaruh pendidikan kesehatan brainstorming dan ceramah (brace) terhadap

perilaku menstruasi SMP Islam Manbaul Ulum Gresik, hasil dari penelitian

didapatkan rata-rata pengetahuan sebelum di berikan pendidikan kesehatan 68,57

dan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 83,81, sedangkan

rata-rata

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Zainuddin (2017) tentang

pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang penyakit

menular seksual di SMPN 5 Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan hasil adanya

pengaruh penyuluhan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.

Penelitian Bachruddin (2017) terdapat pengaruh penyuluhan tentang bahaya seks

bebas terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Binsus 9.
5

Penelitian Trismiyana (2017) pada penelitian didapat ada pengaruh pemberian

penyuluhan kesehatan tentang seks pranikah terhadap tingkat pengetahuan remaja.

SMA I Sukadana merupakan sekolah menengah negeri dengan predikat

terbaik dan dengan jumlah siswa terbanyak di wilayah Lampung Timur. Survei

yang di lakukan peneliti mengambil pelajar XII total keseluruhan 132 pelajar. Dari

wawancara peneliti dengan guru BK diketahui terdapat 1 kehamilan di tahun

2018. Dari hasil pra survey yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 1 Sukadana Lampung Timur, tanggal 08 Februari 2019, terhadap 15 siswa

yang telah berpacaran, sebanyak 9 (60%) remaja pernah melakukan berpegangan

tangan, berpelukan dan berciuman pipi dan 4 (26,7%) remaja pernah melakukan

ciuman bibir sedangkan 2 (13,3%) remaja mengungkapkan hanya sebatas ngobrol

dan jalan dengan kawan-kawan saja. Berdasarkan hasil wawancara tidak

terstruktur tersebut diketahui bahwa dari 15 remaja tersebut sebanyak 8 (60%)

mengungkapkan bahwa yang dilakukan adalah hal yang wajar dilakukan setiap

orang yang berpacaran, dari hasil prasurvey ini tergambar bahwa pengetahuan

remaja terkait masalah bahaya seks bebas masih kurang baik sehingga menurut

peneliti dibutuhkan upaya dalam peningkatan pengetahuan remaja terkait

permasalahan tersebut, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan di

sekolah tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul : pengaruh penyuluhan dengan metode curah pendapat terhadap tingkat

pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas di SMA I Sukadana Kabupaten

Lampung Timur tahun 2019.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan  uraian latar belakang dan masalah diatas yaitu terdapat trend

peningkatan perilaku seksual pranikah pada siswa SMA dan banyaknya dampak

yang dapat disebabkan oleh prilaku remaja yang telah melakukan hubungan seks

pranikah baik dampak fisik, psikologis maupun sosial serta dikarenakan salah satu

faktor penyebab perilaku seksual karena kurangnya informasi maka peneliti

merumuskan masalah penelitian yaitu “ Apakah ada pengaruh penyuluhan dengan

metode curah pendapat terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya seks

bebas di SMA I Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019” ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui adanya pengaruh penyuluhan dengan metode curah pendapat

terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas di SMA I

Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui rata-rata tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas

sebelum diberikan penyuluhan dengan metode curah pendapat di SMA I

Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019

2. Diketahui rata-rata tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas

sesudah diberikan penyuluhan dengan metode curah pendapat di SMA I

Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019


7

3. Dketahui pengaruh penyuluhan bahaya seks bebas dengan metode curah

pendapat terhadap tingkat pengetahuan remaja di SMA I Sukadana Kabupaten

Lampung Timur tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan bermanfaat sebagai masukan

pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seks sejak dini

pada siswa SMA sebagai pondasi dalam kehidupan kesehatan reproduksi

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini

Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan

untuk meningkatkan kesehatan reproduksi bagi remaja. Bagi masyarakat dapat

memahami kondisi remaja yang membutuhkan informasi yang baik dan benar

mengenai kesehatan reproduksinya sehingga dapat meningkatkan kualitas derajat

kesehatan bagi remaja.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian analitik dengan pendekatan

eksperimen kuasi dengan one group pretest-postest yang meneliti tentang

pengaruh penyuluhan dengan metode curah pendapat terhadap tingkat

pengetahuan remaja tentang bahaya seks bebas di SMA I Sukadana Kabupaten

Lampung Timur waktu penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus


8

2019. Populasi peneltiian seluruh siswa SMA kelas X berjumlah 212 orang

dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. pengambilan data dengan kuesioner.

Analisis data secara univariat (rata-rata) dan bivariat (t-test).


9

Anda mungkin juga menyukai