Abstract
Background: The Bawen Health Center is one of the health centers in Semarang Regency with
a Posbindu distribution achievement of 100% in 2019. However, the achievement of minimum
service standards in the health sector of the Bawen Health Center has not yet reached the target,
namely hypertension with service data of 31%, diabetes mellitus 32%, and age health services.
productive by 22%.
Methode : This type of research was qualitative with a case study design. Informants were se-
lected by puposive sampling technique. The main informants were 5 people and the triangulation
informants were 5 people. The data collection techniques used were in-depth interview, par-
ticipatory observation and documentation. Data were analyzed using the Miles and Huberman
model, that was data reduction, data presentation and conclusion. Result : The results showed
that there were insufficient human resources for cadre training, limited funds, inadequate in-
frastructure, no guidelines that reached all cadres, targets were not in accordance with what
was determined, there was no activity plan, coordination was good, implementation was not as
determined, monitoring is done by looking at participant history data, and the scope of activities
that have not been achieved.
Conclution : There are several obstacles in the implementation of the Posbindu PTM Puskesmas
Bawen program such as lack of human resources, inadequate infrastructure, not yet on target,
implementation has not implemented the 5 table system, nor has the target program been set that
can measure the success of the program.
© 2021 Universitas Negeri Semarang
Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Email : fiolitayunia@gmail.com
590 eISSN 2776-9968
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
591
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
592
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
informan utama dan 5 informan triangulasi pengetahuan dan informasi terkait pelaksanaan
yang dipilih berdasarkan kesesuaian program Posbindu PTM.
Tabel 1. Karakteristik Informan Utama
Umur
Kode Pendidikan Jabatan Masa Kerja
(tahun)
IU 1 40 SMK Kader 5 tahun
IU 2 36 SMK Kader 3 tahun
IU 3 42 SMP Kader 4 tahun
IU 4 40 SMA Kader 5 tahun
IU 5 36 SMA Kader 2 tahun
Tabel 1. menunjukkan bahwa 5 informan bekerja di sebagai kader posbindu selama lebih
utama yaitu IU 1, IU 2, IU 3, IU 4, da IU 5 dari 2 tahun.
memiliki jenjang usia 36-42 tahun dan telah
Tabel 2. Karakteristik Informan Triangulasi
Umur
Kode Pendidikan Jabatan Masa Kerja
(tahun)
IT 1 54 D3 Staf Seksi PTM Dinkes Kabupaten 9 tahun
Semarang
IT 2 44 D4 Penanggung jawab Posbindu Puskesmas 22 tahun
Bawen
IT 3 39 S2 Sekretaris Lurah 3 tahun
IT 4 36 SMK Ibu rumah tangga(Peserta)
IT 5 53 SD Buruh Harian (Peserta)
Tabel 2. Menunjukkan bahwa informan triangulasi terdiri dari 5 orang dengan jenjang usia antara 36-54
tahun.
Deskripsi dan Analisis Variabel dalam Pelak- kerja Puskesmas Muara Bungo I dilaksanakan
sanaan Program Posbindu PTM oleh lima orang kader di tiap posbindu, melalui
Input koordinasi yang baik dengan petugas kesehatan
Sumber Daya Manusia wilayah setempat serta dukungan tokoh
Ketersediaan sumber daya manusia masyarakat setempat.
dalam pelaksanaan program posbindu ptm Untuk rata-rata tingkat pendidikan
di wilayah kerja Puskesmas Bawen belum kader posbindu ptm di wilayah kerja
memadahi. Berdasarkan Buku Panduan Puskesmas Bawen sendiri yaitu tamatan SMP
Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu dari dan SMK. Hal ini sesuai dengan penelitian
Kemenkes RI, pada saat penyelenggaraan yang dilakukan oleh (Lismayanti & Rosidawati,
posyandu minimal jumlah kader adalah 5 2018). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
(lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah bahwa kader posbindu ptm mengalami
langkah yang dilaksanakan oleh posbindu, kesulitan dalam proses perekrutan kader,
yakni yang mengacu pada sistim 5 tahap. Hasil dimana minat masyarakat untuk menjadi kader
penelitian menyatakan bahwa jumlah kader sangat rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian
di masing-masing posbindu ptm di wilayah yang dilakukan oleh (Budi, 2011) di mana
kerja Puskesmas Bawen hanya 2 orang saja, hal hambatan yang terkait dengan keaktifan kader
ini tentu belum memenuhi persyaratan yang posyandu yaitu pengetahuan kader, pelatihan
tertera dalam buku petunjuk teknis posbindu dan pembinaan kader, proses pemilihan kader
yaitu minimal 5 orang dalam setiap posbindu. dan keikutsertaan kader dengan organisasi
Ada pula beberapa posbindu yang kadernya yang lain.
merangkap tugas di posyandu balita maupun Upaya yang dilakukan Puskesmas
posyandu lansia. Hal ini berbeda dengan hasil Bawen untuk meningkatkan pengetahuan
penelitian (Sicilia et al., 2018) yang menyatakan dan keterampilan kader adalah dengan
bahwa posbindu PTM yang ada di wilayah mengadakan pelatihan atau sosialisasi untuk
593
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
kader yang dilaksanakan setiap satu tahun ada beberapa posbindu masih belum memiliki
sekali. Selain itu, tenaga kesehatan puskesmas posbindu kit, dan masih dipinjami oleh pihak
juga memberikan bimbingan kepada kader puskesmas dalam pelaksanaannya. Selama ini,
ketika hari pelaksanaan posbindu ptm. Hal ini sarana dan prasarana yang digunakan dalam
sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Asri, kegiatan Posbindu PTM adalah timbangan,
Mulyono & Khasanah, 2020) bahwa terdapat alat ukur tinggi badan, alat ukur lingkar perut,
pengaruh pelatihan kader posbindu terhadap tensimeter, alat pemeriksaan kolesterol, alat
perilaku deteksi dini hipertensi. pemeriksaan asam urat, alat pemeriksaan gula
Pembiayaan. darah serta buku pencatatan Kader untuk
Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan, yang
program posbindu di wilayah Puskesmas mana semua alat tersebut masih dalam kondisi
Bawen berasal dari swadaya masyarakat baik. Namun, ditemukan kendala bahwa di
setempat. Selain itu juga didapat dari iuran beberapa posbindu alat yang digunakan untuk
per dawis atau PKK setempat yang kemudian pelaksanaan kegiatan masih gabung dengan
dana tersebut masuk ke dalam kas dan dikelola posyandu, seperti timbangan, dan meteran,
untuk pelaksanaan posbindu. Masing-masing hal ini tentu akan menghambat keberjalanan
posbindu juga memberlakukan tarif untuk program Posbindu PTM.
pemeriksaan laboraturium yang disediakan Sedangkan sarana dan prasarana yang
di masing-masing pos, yang mana penetapan belum tersedia antara lain peakflowmeter,
besaran tarif ini berdasarkan hasil musyawarah analisa lemak tubuh, alat ukur kadar alkohol
bersama. Besaran tarif yang ditetapkan di pernafasan, tes amfetamin urin kit dan IVA
masing-masing posbindu berkisar antara kit maupun kamar khusus untuk pemeriksaan
20.000-30.000 per cek labnya, hal ini tergantung IVA serta dalam kegiatan konsultasi/edukasi
pada jenis cek lab yang digunakan. Selanjutnya belum ada alat bantu media KIE (Komunikasi,
uang hasil dari pengecekan lab tersebut masuk Informasi dan Edukasi) melainkan hanya berupa
ke dalam kas posbindu, yang kemudian akan arahan atau penjelasan langsung. Penelitian ini
dikelola untuk membeli stik lagi. sejalan dengan (Mahdur & Sulistiadi, 2020)
Sumber dana yang sedikit menjadi bahwa efek dari input posbindu PTM seperti
penghambat dalam pelaksanaan program. sumber daya manusia, pendanaan, dan sarana
Kurangnya sumber dana sangat berpengaruh prasarana yang kurang memadai menyebabkan
seperti kinerja kader menjadi kurang optimal saat implementasi tetap dilakukan sesuai
dan kurangnya motivasi masyarakat untuk SOP meskipun terdapat beberapa hambatan
mengikuti Posbindu PTM dikarenakan harus dan seadanya. Selain kendala mengenai alat
membayar untuk pemeriksaan (Mahdur & terdapat juga kendala mengenai tempat.
Sulistiadi, 2020). Dari Puskesmas sendiri Tempat pelaksanaan posbindu di Kelurahan
untuk pelaksanaan kegiatan posbindu Sumber Bawen masih menumpang di rumah salah
dana dalam pelaksanaan program Posbindu satu kadernya, karena belum memiliki
PTM berasal dari BOK (Biaya Operasional tempat khusus pelaksanaan posbindu, kurang
Kesehatan). Dana ini hanya dialokasikan untuk tersedianya halaman yang luas mengakibatkan
kegiatan pembinaan dan pelayanan Posbindu kurang maksimalnya pelaksanaan kegiatan.
PTM selama satu kali pertemuan dalam Peraturan
setahun. Peraturan digunakan sebagai pedoman
Sarana Prasaana dalam pelaksanaan program posbindu ptm.
Hampir semua posbindu di wilayah Peraturan pelaksanaan posbindu PTM ini
kerja Puskesmas Bawen telah memiliki terdapat dalam buku pedoman umum pos
posbindu kit seperti alat tensi, alat cek lab, pembinaan terpadu penyakit tidak menular
timbangan, dan sebagainya. Hal ini karena dan buku petunjuk pelaksanaan Posbindu
di awal tahun 2019 Kelurahan Bawen PTM bagi kader. Berdasarkan hasil penelitian
memberikan bantuan alat kesehatan yaitu di posbindu wilayah kerja Puskesmas Bawen
tensi dan cek laboraturium kepada seluruh didapatkan bahwa sudah terdapat buku
posyandu di wilayah kelurahan Bawen. Namun Panduan Posbindu PTM di Puskesmas Bawen.
594
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
Namun, buku Panduan ini belum menjangkau kader yaitu mengingatkan jadwal dan mengajak
ke semua kader, buku tersebut hanya dimiliki masyarakat memeriksakan diri ke Posbindu,
oleh Puskesmas. Belum diberikannya buku menyiapkan perlengkapan Posbindu termasuk
panduan pelaksanaan kegiatan posbindu bagi form pendaftaran, peralatan, media penyuluhan
kader menyebabkan pelaksanaan program dan perlengkapan pendukung seperti meja dan
Posbindu PTM Puskesmas Bawen menjadi alat-alat tulis. Selama ini, tanggal, waktu, dan
kurang optimal. Hal ini sejalan dengan tempat pelaksanaaan posbindu gabung atau
penelitian (Lutfy Laksita Pranandari, Septo bersamaan dengan kegiatan posyandu balita.
Pawelas Arso, 2017) yang mengatakan bahwa Setelah itu dilakukan pengecekan alat yang
tidak semua Kader Posbindu PTM Puskesmas digunakan dalam pelaksanaan kegiatan seperti
Banguntapan menerima Buku Pedoman mengecek tensimeter, cek laboraturium, dan
Posbindu PTM. timbangan, juga memastikan bahwa alat yang
Sasaran akan digunakan itu lengkap dan berfungsi
Sasaran dalam pelaksanaan posbindu dengan baik. Selain dilakukan pengecekan alat,
ptm yaitu semua masyarakat lali-laki maupun kader juga mempersiapkan berkas seperti buku
perempuan dengan usia 15 sampai 59 tahun. pencatatan posbindu ptm.
Dari hasil penelitian, pelaksanaan posbindu Tujuan dari penyelenggaraan Posbindu
ptm di wilayah kerja puskesmas Bawen belum PTM adalah untuk meningkatkan peran serta
sesuai dengan sasaran yang di tetapkan, karena masyarakat dalam melakukan pencegahan dan
masyarakat yang berkunjung di kegiatan deteksi dini faktor risiko PTM. Namun, dalam
posbindu masih banyak dominasi oleh pelaksanaan Posbindu PTM Puskesmas Bawen
masyarakat yang berusia 30 tahun ke atas dan selama ini belum menetapkan target yang
juga lansia. Hal ini sesuai dengan penelitian dapat mengukur keberhasilan program. Jika
(Ayu, 2018) bahwa kenyataannya pasien yang dari Puskesmas sendiri mengharapkan target
datang ke posbindu hanyalah masyarakat yang kunjungan adalah 100%. Untuk meningkatkan
berusia 30 tahun keatas dengan jumlah peserta kunjungan terdapat beberapa strategi
yang masih sedikit dikarenakan kurangnya yang akan dilakukan oleh kader maupun
antusias masyarakat. Selain itu peserta posbindu petugas Puskesmas yaitu untuk kedepannya
ptm kelurahan Bawen juga didominasi oleh pelaksanaan Posbindu PTM akan dilakukan
perempuan. dengan jemput bola dimana jika ada peserta
Untuk meningkatkan angka yang tidak dapat hadir kader akan melakukan
kunjungan ke posbindu ptm, kader melakukan kunjungan rumah. Strategi tersebut sesuai
berbagai upaya seperti menginformasikan dengan penelitian (Primiyani et al., 2019) bahwa
pelaksanaan program melalui speaker masjid, strategi dalam pelaksanaan Posbindu PTM di
membagikan pesan melalui grup WhatsApp, Kota Solok dengan mengingatkan jadwal dan
dan mengadakan kegiatan senam bersama. mengajak masyarakat memeriksakan diri ke
Process Posbindu, menyiapkan perlengkapan posbindu
Perencanaan termasuk form pendaftaran, peralatan dan
Berdasarkan hasil penelitian proses perlengkapan pendukung seperti meja dan alat
perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan alat tulis. Bahkan kader juga menyempatkan
posbindu dilakukan dengan koordinasi diri untuk mengunjungi rumah masyarakat
antara kader dan puskesmas. Perencanaan sekitar yang tidak sempat hadir datang periksa
yang dilakukan dengan puskesmas meliputi ke Posbindu PTM.
penetapan tanggal dan tempat pelaksanaan Pengorganisasian
kegiatan. Setelah memastikan tanggal, waktu, Penanggung jawab program posbindu
dan tempat pelaksanaan, kemudian kader akan adalah pemegang program P2PTM Puskesmas
membagikan informasi pelaksanaan kegiatan Bawen. Sedangkan dalam pelaksanaan
posbindu sehari sebelum pelaksanaan melalui dilapangan, ketua juga sebagai penanggung
WhatsApp grup warga, dan juga speaker jawab terhadap program posbindu. Kader
masjid. Hal ini sesuai dengan penelitian dan Petugas Puskesmas bertugas dalam
(Wahyu Pudji Nugraheni, 2018) bahwa tugas memberikan pelayanan sesuai dengan tahapan
595
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
layanan Posbindu PTM. Kader memberikan peserta, wawancara yang dilakukan merupakan
layanan sesuai dengan kemampuan, tugas kader wawancara mengenai identitas peserta, untuk
lebih ke bagian pencatatan dan pengukuran dan tahap wawancara faktor risiko sendiri belum
Petugas Puskesmas memberikan layanan selain dilakukan. Tahap wawancara ini dilakukan
yang diberikan kader. Tahapan layanan yang oleh kader yang ada di meja pertama, jadi
dimaksud adalah pendaftaran dan pencatatan, bersamaan dengan pencataan peserta, hal ini
wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan dikarenakan wawancara yang ditanyakan hanya
konsultasi/edukasi/penyuluhan. seputar identitas diri peserta posbindu ptm.
Pembagian tugas kader telah ditetapkan Kegiatan pengukuran yang dilakukan yaitu
sebelumnya, tugas kader dibagi berdasarkan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan
kemampuan dan kesanggupannya. Meskipun lingkar perut. Sedangkan untuk, pengukuran
demikian, dalam kenyataannya pelaksanaan Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran
Posbindu PTM tidak selalu sesuai dengan analisa lemak tubuh belum dilakukan, karena
tahapan layanan yang ada. Belum ada struktur keterbatasan alat untuk melakukan analisa
organisasi tertulis untuk pelaku pelaksanaan lemak tubuh. Untuk kegiatan pemeriksaan
Posbindu PTM. Penentuan ketua, sekretaris, laboraturium dilakukan secara sederhana,
dan lain-lain serta pembagian tugas hanya hanya pemeriksaan tekanan darah, kolesterol,
melalui penunjukan saja. Dalam hal koordinasi asam urat dan gula darah. Sedangkan untuk
antara kader dan petugas Puskesmas berjalan pemeriksaan fungsi paru sederhana, kadar
dengan baik, dengan menggunakan grup alkohol pernafasan, tes amfemin urin dan
WhatsApp sebagai alat komunikasi dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) belum
koordinasi. Terkait hal yang dikoordinasikan dilakukan. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas
yaitu seperti waktu pelaksanaan posbindu Puskesmas, namun ada beberapa posbindu
dan informasi terbaru. Hal ini sejalan dengan yang melakukan pemeriksaan laboraturium
(Ratnasari, 2019) bahwa koordinasi yang secara mandiri. Kegiatan konsultasi/edukasi
dilakukan antar kader dan petugas Puskesmas dilakukan oleh Petugas Puskesmas, kegiatan
sudah baik. Bentuk koordinasi yang dilakukan ini dilakukan bersamaan saat pemeriksaan
antar kader yaitu menggunakan media grup laboraturium, sehingga edukasi yang diberikan
whatsapp. Koordinasi yang dilakukan antara kurang maksimal. Selanjutnya kegiatan tindak
kader dengan pihak puskesmas dilakukan lanjut yang diberikan saat Posbindu PTM
secara personal. adalah pemberian obat sesuai penyakitnya
Pelaksanaan serta rekomendasi pendaftaran peserta Prolanis
Selama ini Posbindu PTM Kelurahan bagi masyarakat yang memilki riwayat penyakit
Bawen belum sepenuhnya menerapkan 5 hipertensi dan diabetes melitus.
tahapan layanan, pada pelaksanaannya di Untuk pemberian rujukan pada peserta
lapangan pun belum menggunakan 5 meja. Posbindu PTM hanya berupa anjuran dari
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di petugas puskesmas tanpa adanya surat rujukan.
Posbindu Kelurahan Bawen, dalam pelaksanaan Hal ini kurang sesuai dengan Petunjuk Teknis
kegiatan posbindu pada tahap pertama yaitu Posbindu PTM, dimana bagi peserta masuk
pendafaran dan pencatatan sudah dilaksanakan pada kriteria buruk pada hasil pengukuran
dengan baik, bagi peserta baru akan didata dan pemeriksaan harus dilakukan tindakan
mengenai identitas, dan jika peserta lama akan rujukan ke Puskesmas dengan membawa surat
langsung menuju tahap selanjutnya. Pada tahap rujukan sesuai dengan kriteria rujukannya
ini, kader menuliskan identitas peserta di lembar agar peserta mendapat penanganan yang baik
biodata milik masing-masing peserta, namun sesuai kebutuhannya. Kegiatan pemeriksaan ini
di beberapa posbindu tidak menggunakan dilakukan di meja yang berbeda jika petugas
lembar biodata tetapi menuliskannya di buku puskesmas yang hadir dalam pelaksanaan
pencatatan posbindu ptm. Tahap wawancara posbindu ada 2 orang atau lebih. Namun, jika
belum dilakukan dan belum ada daftar petugas puskesmas yang datang hanya 1 orang
pertanyaan khusus yang disiapkan untuk maka kegiatan pemeriksaan, pengecekan
penggalian informasi terkait faktor risiko PTM laboraturium, dan konsultasi/edukasi menjadi
596
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
satu. Dalam pelaksanaannya di beberapa sesuai dengan Petunjuk Teknis Posbindu PTM
Posbindu di Kelurahan Bawen, tidak selalu dimana kegiatan pembinaan harus dilakukan
konsisten mendampingi kegiatan posbindu secara periodik oleh Puskesmas atau Dinas
ptm, dikarenakan jadwal pelaksanaan yang Kesehatan.
bersamaan dengan desa lainnya, juga jumlah Output
petugas yang sedikit. Cakupan Kegiatan
Pemantauan Berdasarkan hasil penelitian, belum
Selama ini pencatatan sudah dilakukan ada penetapan target kunjungan per bulannya.
dalam setiap pelaksanaan Posbindu PTM Dari puskesmas sendiri mentargetkan cakupan
Puskesmas Bawen dengan menggunakan kegiatan sebesar 100%, target tersebut
lembar biodata milik peserta dan buku digunakan untuk mengukur keberhasilan
pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM. program Posbindu PTM Puskesmas Bawen.
Untuk kegiatan pelaporan juga sudah dilakukan Sementara ini data hasil kegiatan Posbindu
secara berjenjang dari kader ke petugas PTM hanya terkait jumlah kunjungan peserta
Puskesmas dan selanjutnya dari Puskesmas tiap bulan dimasing-masing Posbindu PTM.
ke Dinas Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Belum ada akumulasi data terkait presentase
Petunjuk Pelaksanaan Posbindu PTM. Kegiatan cakupan kegiatan. Pelaksanaan program masih
monitoring program Posbindu PTM Puskesmas berfokus pada keberjalanan kegiatan tiap bulan
Bawen sudah dilakukan setiap 1 bulan sekali saja. Sebagian besar Posbindu PTM telah rutin
dengan kunjungan lapangan namun masih dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Namun,
bersamaan dengan pelaksanaan Posbindu belum semua masyarakat yang menjadi
PTM, namun terdapat beberapa posbindu yang sasaran mengikuti Posbindu PTM. Mayoritas
belum rutin dilakukan kunjungan lapangan. masyarakat yang mengikuti Posbindu PTM
Sedangkan evaluasi terhadap Posbindu PTM hanya pada kalangan usia lansia. Penelitian
diberikan sesuai kebutuhan saja, dan biasanya ini sejalan dengan penelitian (Oktarianita et
dilakukan setelah selesai kegiatan. Selama ini, al., 2020) mengatakan bahwa Berdasarkan
monitoring dilakukan dengan menganalisis informasi dari kader posbindu PTM diketahui
hasil pencapaian kunjungan, dan kendala juga bahwa pelaksanaan belum mencapai
yang dihadapi. Tidak ada dukomen tertulis sasaran masih didominasi kelompok lansia.
terkait hasil monitoring dan evaluasi. Sehingga Walaupun keberadaan Posbindu PTM
hasil dari monitoring dan evaluasi belum telah ada di masing-masing kelurahan, tetapi
dapat disosialisasikan kepada masyarakat, belum semua sasaran kelompok umur 15-
lintas program atau lintas sektor terkait untuk 59 tahun melakukan pemeriksaan kesehatan
mengambil langkah upaya tindak lanjut. Hal melalui Posbindu PTM. Penelitian ini juga
ini sesuai dengan penelitian Sesuai dengan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian (Nugraheni & Hartono, 2018) yang (Mahardika & Utami, 2019) bahwa peserta
menyatakan jika keberhasilan suatu program kegiatan Posbindu dan penyuluhan penyakit
posbindu sangat dipengaruhi oleh monitoring tidak menular didominasi lansia usia 55-80
dan evaluasi, jadi monitoring evaluasi harus tahun. Sedangkan untuk usia produktif 48-54
benar-benar dijalankan ditingkat puskesmas tahun masih sedikit yang berpartisipasi dalam
ataupun tingkat dinas kesehatan terkait kegiatan Posbindu dan penyuluhan PTM. Selain
pelaksanaan posbindu tersebut. itu diperoleh data bahwa pendataan Posbindu
Kegiatan pembinaan Posbindu PTM per bulan belum mencapai target, yaitu
PTM merupakan salah satu upaya untuk minimal 60% dari peserta rutin melakukan
meningkatkan perkembangan Posbindu pencatatan bulanan. Dengan berkunjungnya
PTM. Pembinaan Posbindu PTM diberikan masyarakat yang menjadi sasaran Posbindu
oleh Puskesmas dengan memperhatikan hasil PTM secara rutin menunjukkan peran aktif
monitoring dan evaluasi. Namun, selama ini masyarakat dalam menjaga kesehatan dan
belum ada pembinaan Posbindu PTM yang memperoleh manfaat dari program Posbindu
diberikan oleh Puskesmas Bawen. Hal ini belum PTM.
597
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
598
Gladis Fiolita Yunia, Bambang Wahyono / Program Pengendalian Penyakit / IJPHN (1) (3) (2021)
599