Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (2) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Daerah Kepulauan

Satrio Pratama 1, Henry Setiawan Susanto1, Y. Warella 2

1
Prodi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
2
Prodi Doktor Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penyakit tidak menular (PTM) bertanggung jawab terhadap 70% kematian didunia. Pos
Diterima 18 Februari Pembinaan Terpadu (Posbindu) menjadi sarana untuk deteksi dini faktor risiko PTM. Kepulauan
2020 Anambas adalah kabupaten dengan jumlah Posbindu PTM terendah kedua yaitu 27,7% di
Disetujui 15 April 2020 Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian bertujuan menganalisis implementasi Posbindu PTM di
Dipublikasikan 30 April daerah kepulauan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
2020 Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi dengan triangulasi sumber
________________ untuk menguji keabsahan data. Informan penelitian berjumlah 26 responden yang dipilih secara
Keywords: purposive. Analisa data dilakukan dengan metode analisis isi. Penelitian dilakukan bulan November
Implementation, Non- sampai Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan 10 kegiatan dasar Posbindu PTM belum
Communicable Diseases, terlaksana semuanya karena keterbatasan alat dan kompetensi pelaksana. Jumlah tenaga pelaksana
Posbindu, Archipelago kurang dikarenakan banyak kader yang tidak aktif akibat kurang intensnya komunikasi dan
____________________ sosialisasi oleh petugas kesehatan di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Lingkungan geografis
DOI: dan kondisi cuaca menjadi penghambat pelaksanaan Posbindu PTM pada wilayah dengan
https://doi.org/10.15294 karakteristik kepulauan. Kesimpulan penelitian adalah implementasi program Posbindu PTM
/higeia/v4i2/37599 sudah berjalan namun belum memenuhi target dikarenakan terdapat beberapa kendala dalam
____________________ pelaksanaan.

Abstract
___________________________________________________________________
Non-communicable diseases had caused 70% of deaths worldwide. Integrated Development Post (Posbindu)
had become a means of early detection of risk factors. Anambas Islands had become the second-lowest number
of PTM Posbindu 27.7% in Riau Islands Province. The research aimed to analyze the implementation of
Posbindu on the islands. This type was qualitative as a case study approach. The instrument was interviewed
observations guidelines with source triangulation for data validity. Research informants, namely, 26
respondents, were selected purposively—data analysis using content analysis methods—the research conducted
from November to December 2019. The results showed that all ten activities carried out due to limited tools and
competencies. There was a shortage of staff because many cadres are inactive, and a lack of communication and
intense outreach has been carried out by Puskesmas and Health Services officers. Geography and weather had
hampered the implementation on these islands. The research conclusion was the implementation of the
Posbindu PTM program had not met the target due to several obstacles.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung FKM UNDIP Tembalang
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50275 e ISSN 1475-222656
E-mail: kaelkaka2001@gmail.com

312
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

PENDAHULUAN indikator rencana strategis program P2PTM


yaitu 50% desa/ kelurahan yang melaksanakan
Penyakit Tidak Menular (PTM) kegiatan Posbindu PTM pada tahun 2019
bertanggung jawab atas 71% kematian didunia. (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Pada tahun 2017, secara global PTM Keberhasilan capaian program Posbindu PTM
mendominasi terhadap hilangnya tahun hidup didaerah ditandai dengan jumlah Posbindu
karena ketidakmampuan beraktivitas hingga PTM yang ada di setiap desa dengan minimal 1
kematian (Disability-Adjusted Life Years/ desa memiliki 1 Posbindu PTM, terlaksananya
DALYs). Adapun penyakit-penyakit tersebut 10 macam kegiatan dalam Posbindu PTM.
seperti PJK (6,83%), diabetes (2,71%), asma Selain jumlah Posbindu, peran serta dan
(0,91%) dan hipertensi (0,66%).(World Health keaktifan masyarakat dalam kegiatan menjadi
Organization, 2018) Selain angka kematian yang indikator keberhasilan lainnya, yang ditandai
tinggi, PTM juga mengakibatkan beban biaya dengan tercapainya jumlah kunjungan
pengobatan yang sangat tinggi. Tercatat di masyarakat berusia 15 tahun keatas sebesar
Indonesia, pembiayaan untuk penyakit 100% serta peran aktif kader kesehatan desa
katastropik pada tahun 2018 menyedot 25% dari sebagai pelaksana (Direktorat Jenderal
jumlah proporsi pembiayaan secara keseluruhan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
(Wulansari, 2016). Lingkungan, 2012).
Upaya pencegahan dan pengendalian Provinsi Kepulauan Riau merupakan
penyakit tidak menular (PTM) lebih ditujukan salah satu daerah maritim di Indonesia dengan
kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. persentase pelaksanaan Posbindu PTM yang
Salah satu upaya dalam pengendalian dan belum maksimal yaitu sebesar 51%.
pencegahan pada PTM adalah dengan Berdasarkan sebaran jumlah Posbindu PTM di
dibentuknya Pos Pembinaan Terpadu PTM Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten
(Posbindu PTM) dengan dasar hukum yaitu Kepulauan Anambas merupakan kabupaten
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik dengan persentase jumlah Posbindu PTM paling
Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang sedikit kedua (27,7%) setelah Kabupaten Lingga
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. (1,2%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan
Posbindu PTM merupakan upaya pencegahan Riau, 2017).
dan pengendalian melalui deteksi dini faktor Berdasarkan hasil studi pendahuluan
risiko PTM yang bersifat Upaya Kesehatan yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM) (Pranandari, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
2017). Posbindu PTM memiliki tujuan untuk Berencana Kepulauan Anambas, diketahui sejak
meningkatkan peran serta masyarakat dalam tahun 2015 terdapat 15 Posbindu PTM dengan
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko status 9 aktif dan 6 tidak aktif. Berdasarkan data
PTM. Upaya mencapai tujuan tersebut rekapitulasi laporan pencatatan manual
dijabarkan kedalam 10 bentuk kegiatan Posbindu PTM Dinkes PPKB Kepulauan
Posbindu PTM dari mulai wawancara Anambas diketahui dalam 2 tahun terakhir
penggalian faktor risiko, pemeriksaan dan peran serta masyarakat melalui jumlah
pengukuran, konseling dan penyuluhan, sampai kunjungan ke Posbindu PTM masih rendah
kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan yaitu 13,21% pada tahun 2017 dan 15,43% pada
dasar (Febrianti, 2017). tahun 2018 jika dibandingkan dengan target
Berdasarkan data dari Direktorat kunjungan yaitu sebesar 100%. Sebagian besar
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (65,3%) peserta Posbindu PTM yang adalah
Tidak Menular (P2PTM), jumlah Posbindu masyarakat lanjut usia (lansia). Jumlah kader
PTM yang ada diseluruh Indonesia pada Tahun aktif Posbindu PTM juga rendah dengan
2017 adalah sebanyak 33.679 (24,9%), angka persentase keaktifan 10,77% di tahun 2017 dan
tersebut baru mencapai setengah dari target meningkat 20,37% di tahun 2018. Fakta lain

313
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

yang juga ditemukan adalah belum pernah studi kasus untuk mengkaji fenomena nyata,
dilakukan pelatihan terhadap kader tentang berupa fenomena organisasi, geografis, sosial
pelaksanaan program Posbindu PTM. dan politik dalam implementasi kebijakan yang
Pelaksanaan Posbindu PTM dipengaruhi berfokus pada pelaksanaan program Posbindu
beberapa faktor antara lain kesesuaian PTM. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
pelaksana, sarana prasarana, pendanaan dan Kepulauan Anambas dengan melibatkan
jumlah kader yang berbeda ditiap Posbindu instansi Dinas Kesehatan Pengendalian
serta kader kurang pelatihan, komitmen kader, Penduduk dan Keluarga Berencana, 3
kemampuan menyampaikan informasi dan Kecamatan yang mewakili gambaran wilayah
edukasi serta kurangnya koordinasi dengan Kepulauan Anambas yaitu Kecamatan Siantan
pemangku kepentingan mempengaruhi (urban), Siantan Selatan (semi urban) dan Siantan
optimalisasi penguatan program Posbindu PTM Timur (rural), 3 Puskesmas yaitu Puskesmas
(Fauzia, 2016; Tuangratananon, 2018). Selain Tarempa, Puskesmas Siantan Selatan dan
beberapa permasalahan diatas, kondisi geografis Puskesmas Siantan Tengah, 2 Posbindu PTM di
daerah kepulauan juga menyebabkan sulitnya masing-masing wilayah kerja Puskesmas serta
aksesibilitas masyarakat untuk datang ke masyarakat penerima layanan.
Posbindu PTM. Lokasi sarana atau tempat Fenomena yang diamati dalam penelitian
pelayanan kesehatan yang terpisah dengan berkaitan dengan standar dan sasaran program,
beberapa lokasi pemukiman penduduk (antar sumber daya, komunikasi antar organisasi dan
pulau) menjadi salah satu penyebab rendahnya agen pelaksana, karakteristik pelaksana,
angka kunjungan Posbindu PTM (Fauzia, 2016; lingkungan dan disposisi pelaksana. Subyek
Rusdiyanti, 2018). penelitian berjumlah 26 informan yang
Penelitian terdahulu tentang ditetapkan secara purposive untuk menyesuaikan
implementasi program Posbindu PTM telah dengan tujuan penelitian. Informan utama
membahas aspek yang mempengaruhi berjumlah 16 yang terdiri dari kader pelaksana
implementasi antara lain, komunikasi, sumber Posbindu PTM, pengelola program PTM
daya, ukuran dan tujuan program, karakteristik Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Informan
organisasi pelaksana, lingkungan ekonomi, triangulasi berjumlah 10 informan yang terdiri
sosial dan politik serta disposisi pelaksana dari kepala seksi PTM dan kesehatan jiwa Dinas
(Fauzia, 2016; Febrianti, 2017; Pranandari, Kesehatan, kepala Puskesmas, kepala desa/
2017; Nugraheni, 2018; Tuangratananon, 2018; lurah dan masyarakat penerima layanan.
Pongutta, 2019). Penelitian akan menambahkan Adapun kriteria inklusi masing-masing
analisis pengaruh aspek geografis wilayah sebagai berikut: 1) mewakili wilayah perkotaan
kepulauan yang belum pernah ada dalam (urban) berdasarkan lokasi wilayah ibukota
penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian kabupaten yaitu Kecamatan Siantan.
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan Kecamatan Siantan merupakan wilayah kerja
untuk melakukan analisa ilmiah mengenai dari Puskesmas Tarempa, 2) mewakili wilayah
aspek ukuran dan standar program, sumber semi urban (perbatasan antara kota dan
daya, komunikasi antar organisasi dan agen pedesaan) berdasarkan kondisi wilayah yang
pelaksana, karakteristik agen pelaksana, terletak satu pulau dengan ibu kota namun
lingkungan (geografis, sosial dan politik) serta berada cukup jauh (antar sisi pulau) yaitu
disposisi pelaksana dalam implementasi Kecamatan Siantan Selatan. Kecamatan Siantan
Posbindu PTM di Kepulauan Anambas. Selatan merupakan wilayah kerja dari
Puskesmas Siantan Selatan, 3) mewakili
METODE wilayah rural (pedesaan) berdasarkan kondisi
wilayah yang terpisah-pisah menjadi beberapa
Studi ini merupakan jenis penelitian pulau yaitu Kecamatan Siantan Tengah.
kualitatif dengan menggunakan pendekatan Kecamatan Siantan Tengah merupakan wilayah

314
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

kerja dari Puskesmas Siantan Tengah, 4) desa akan disajikan dalam naratif yang sesuai dengan
dengan status Posbindu PTM aktif, kurang aktif fenomena yang diteliti, 4) penarikan kesimpulan
dan atau tidak aktif, 5) desa dengan status kader dalam bentuk deskriptif, dengan
aktif, kurang aktif dan atau tidak aktif, 6) kader membandingkan pertanyaan penelitian dengan
masih aktif, pernah aktif dan atau tidak aktif. hasil penelitian, tujuan penelitian dan konsep
Penelitian ini menggunakan triangulasi teori untuk mengambil kesimpulan atas hasil
sumber dalam menguji validitas data untuk penelitian.
mendapatkan temuan dan interpretasi data yang
lebih akurat dan kredibel dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sumber diluar data utama. Adapun informan
triangulasi dalam penelitian ini yaitu: Kepala Berdasarkan analisis hasil penelitian
Seksi P2PTM dan Keswa Dinas Kesehatan, didapatkan kesesuaian informasi dari informan
Kepala Puskesmas, Sekretaris Daerah, Lurah/ utama dan informan triangulasi terkait
Kepala Desa dan masyarakat. Teknik implementasi program Posbindu PTM di
pengumpulan data yang digunakan yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas. Implementasi
melalui observasi, wawancara mendalam mengacu pada terlaksananya 10 kegiatan dalam
(indepth interview) serta data sekunder seperti Posbindu PTM, terpenuhinya cakupan
laporan tahunan, data surveilans dan dokumen kunjungan masyarakat usia 15 tahun keatas,
pendukung lainnya. Wawancara dilakukan serta keaktifan kader kesehatan desa dan
dengan menggunakan panduan wawancara petugas kesehatan sebagai pelaksana program.
mendalamkepada informan tentang Analisis pelaksanaan program Posbindu PTM
implementasi program Posbindu PTM di menggunakan telaah terhadap beberapa
Kabupaten Kepulauan Anambas sedangkan fenomena menggunakan model implementasi
observasi dilakukan terhadap 10 kegiatan dalam kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn
pelaksanan Posbindu PTM dan observasi meliputi standar dan sasaran, sumber daya,
terhadap pelaksanaan SOP Posbindu PTM komunikasi antar organisasi dan agen
menggunakan pedoman observasi. pelaksana, karakteristik agen pelaksana,
Pengolahan dan analisa data penelitian lingkungan dan disposisi pelaksana.
ini dilakukan dengan menggunakan metode Berdasarkan hasil penelitian diketahui
analisis isi (content analysis) yaitu: 1) bahwa pelaksanaan Posbindu PTM di
pengumpulan data, menggunakan teknik Kepulauan Anambas dimulai sejak tahun 2015
wawancara mencalam yang dicatat dan direkam dengan menggunakan sistem lima tahapan
dengan menggunakan kamera dan recorder, layanan. Belum semua kegiatan pokok
selanjutnya hasil akan direkapitulasi dalam terlaksana sesuai dengan yang tercantum dalam
transkrip hasil wawancara untuk masing-masing petunjuk teknis pelaksanaan program. Hal ini
informan, 2) reduksi data, dilakukan dengan lebih dikarenakan keterbatasan alat dan bahan.
melakukan identifikasi bagian yang ditemukan Kunjungan masyarakat berusia 15 tahun sampai
dalam data yang memiliki makna apabila saat ini masih belum maksimal dan masih
dikaitkan dengan fokus masalah penelitian didominasi oleh peserta lansia. Sosialisasi yang
dilanjutkan dengan memberi kode pada setiap kurang dalam menyampaikan informasi
data agar dapat ditelusuri darimana data program Posbindu kepada sasaran serta peran
tersebut bersumber (koding) dan dikelompokkan serta yang pasif dari masyarakat menjadi
kedalam bagian yang memiliki kesamaan dan penyebab rendahnya capaian target sasaran.
dicari kaitan antara satu kategori dengan Keaktifan kader masih sangat rendah, hanya
kategori lainnya (kategorisasi), 3) verifikasi data dibeberapa Posbindu yang terletak di ibu kota
dan penyajian analsisis, dilakukan dengan kabupaten saja yang cukup aktif. Walaupun
telaah ulang data yang diperoleh terhadap teori terdapat kader aktif, namun jumlahnya hanya
dan hasil penelitian terdahulu untuk selanjutnya sedikit saja dikarenakan kurangnya sosialisasi

315
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

Tabel 1. Matriks Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Posbindu PTM


PUSKESMAS
PUSKESMAS PUSKESMAS
SIANTAN
TAREMPA SIANTAN SELATAN
No TENGAH
Kegiatan
. Posbin- Posbin
Posbindu Posbindu Posbindu Posbindu
du -du
Mawar Air Bini Mengkait Air Asuk
Antang Lidi
kurang kurang tidak
1 Status aktif tidak aktif aktif
aktif aktif aktif
Wawancara faktor
2 √ √ √ - √ -
risiko
Pengukuran BB, TB, √, √, lemak,
√, lemak √, lemak,
3 IMT, LP, analisis lemak, IMT, - -
(-) (-)
lemak dan TD. LP(-) LP(-)
Pemeriksaan fungsi
4 - - - - - -
paru sederhana
Pemeriksaan gula
5 √ √ √ - √ -
darah
Pemeriksaan √, √, √,
√, trigliseri
6 kolesterol total dan trigliseri trigliser trigliseri - -
(-)
trigliserida (-) i (-) (-)
1 tahun
7 Pemeriksaan IVA - - - - -
sekali
Pemeriksaan kadar
8 alkohol pernafasan - - - - - -
dan amfetamin urin
Konseling dan
9 √ - - - √ -
penyuluhan
Aktifitas fisik dan
10 √ √ - √ √ √
olahraga
Rujukan ke
11 √ √ - - √ -
Fasyankes dasar
√ √

Pencatatan dan (manual (manual √
12 (manua - -
pelaporan dan dan (manual)
l)
online) online)
Kunjungan
13 masyarakat 15 tahun (51%) (31%) (24%) (0%) (48%)
(0,3%)
keatas
kurang kurang kurang
14 Keaktifan kader aktif tidak tidak
aktif aktif aktif

dan inisiatif melaksanakan kegiatan Posbindu Pemahaman standar dan sasaran program
pada sebagian besar kader masih rendah. berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan
Menurut salah satu informan mengatakan implementasi suatu program melalui
bahwa kurangnya tingkat keaktifan kader lebih pemahaman pelaksana terhadap tujuan dan
disebabkan karena kurangnya informasi yang sasaran program Posbindu PTM
mereka dapatkan serta beberapa kader masih (Tuangratananon, 2018). Standar atau tujuan
merangkap tugas sebagai kader Posyandu balita, program yakni penemuan dini faktor risiko serta
Posyandu Lansia dan desa siaga. Rangkap jumlah desa yang melaksanakan Posbindu
jabatan petugas pelaksana dapat menjadi PTM, sedangkan sasaran program adalah
penghambat pelaksana untuk dapat berfokus masyarakat usia 15 tahun keatas dengan
pada salah satu tanggung jawabnya dalam prioritas kunjungan dalam upaya pencegahan.
pelaksanaan program (Primiyani, 2019). Secara umum hampir semua informan

316
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

memahami tujuan dari program Posbindu PTM maupun bimbingan teknis secara khusus dari
yaitu untuk mencegah dan menemukan faktor Puskesmas. Ketersediaan sumber daya
risiko terjadinya PTM secara dini. Namun ketenagaan tidak hanya sebatas kuantitas
pelaksana belum mengetahui bahwa tujuan melainkan kualitas (Asri, 2019). Hal ini juga
lainnya dari Posbindu PTM adalah untuk sesuai dengan hasil penelitian di Malaysia tahun
melakukan pemberdayaan masyarakat untuk 2014 yang menyebutkan bahwa ketersediaan
melakukan screening faktor risiko didaerahnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
tanpa bergantung kepada Puskesmas maupun akan mendukung berjalannya upaya integrasi
tenaga kesehatan. Menurut Putri (2018) peran program untuk mengatasi penyakit tidak
petugas Puskesmas perlu dimaksimalkan dalam menular di Malaysia (Mustapha, 2014).
melakukan penyuluhan atau pemberian Seluruh informan penelitian
informasi secara menyeluruh kepada pelaksana, menyebutkan sarana dan prasarana pendukung
agar informasi yang didapatkan komplit dan program belum lengkap terutama alat dan
pelaksanaan yang maksimal akan mempercepat bahan yang digunakan dalam kegiatan.
pencapaian tujuan sebuah program. Pendanaan program Posbindu PTM di
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh Kepulauan Anambas bersumber dari APBN
informan diketahui memiliki pemahaman yang melalui dana alokasi khusus (DAK) non fisik
baik terhadap sasaran program yakni yang terdapat di Dinas Kesehatan PPKB dan
masyarakat usia ≥ 15 tahun, meskipun dalam Puskesmas dalam bentuk Bantuan Operasional
pelaksanaannya lebih banyak peserta yang Kesehatan (BOK), APBD pada mata anggaran
berusia lanjut dibandingkan dengan peserta Dinas Kesehatan PPKB di Seksi PPTM dan
yang berusia 15- 59 tahun. Hal ini dikarenakan Kesehatan jiwa, bantuan alokasi dana desa serta
pada awal pelaksanaannya dahulu, Posbindu sumbangan sukarela dari peserta Posbindu
PTM dilaksanakan berbarengan dengan PTM. Pendanaan digunakan untuk pengadaan
Posyandu Lansia, sehingga pada saat kegiatan alat dan bahan Posbindu, bantuan biaya
tersebut dipisah, sebagian besar lansi datang ke transportasi petugas dan honorarium kader dari
Posbindu PTM untuk melakukan pemeriksaan dana desa. Salah satu informan utama
darah. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian menjelaskan bahwa meskipun banyak sumber
yang dilakukan oleh Irmawati (2018) yang pendanaan, tapi karena alokasi anggaran yang
menyebutkan kendala pada proses komunikasi kecil berpengaruh terhadap lambatnya
dan penyampaian informasi menyebabkan pemenuhan kelengkapan sarana penunjung
banyaknya masyarakat yang keliru terhadap program. Hasil tersebut dibenarkan oleh Sicilia
pelaksanaan program Posbindu PTM dan (2018) dan Nugraheni, (2018) dalam
Posyandu Lansia. penelitiannya yang menyebutkan bahwa
Sumber daya merupakan segala sesuatu minimnya sumber pendanaan berpengaruh
yang dapat mendukung dan memperlancar terhadap implementasi seperti berkurangnya
pencapaian tujuan program Posbindu PTM. motivasi kerja kader serta kurangnya alat dan
Beberapa hal yang berkaitan dengan sumber bahan yang dibutuhkan untuk keperluan
daya antara lain ketenagaan, pendanaan dan program.
fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas Komunikasi merupakan cara
informan menyatakan bahwa jumlah pelaksana penyampaian informasi tentang kebijakan
Posbindu PTM di Kabupaten Kepulauan pengendalian PTM agar implementor
Anambas belum tercukupi secara maksimal. mengetahui dan memahami isi, tujuan, arah
Pelaksana Posbindu PTM terdiri dari kader dan sasaran program Posbindu PTM (Alfiyah,
kesehatan dan petugas kesehatan baik dari 2019). Proses komunikasi yang terjalin dilihat
Puskesmas maupun Pustu. Kader kesehatan dari sumber dan kejelasan informasi serta cara
banyak yang kurang aktif, selain itu belum ada penyampaian yang dilakukan agar maksud dan
kader yang pernah mendapatkan pelatihan tujuan program dapat dipahami dan terjalin

317
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

koordinasi yang baik antar pelaksana. implementasi kebijakan dan adanya SOP
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (Standar Operasional Prosedur). Berdasarkan
informasi yang didapatkan oleh informan hasil penelitian tidak terdapat adanya
tentang program Posbindu PTM yaitu fragmentasi program, program Posbindu PTM
bersumber dari petugas Puskesmas, dinas berada dibawah Seksi P2PTM dan Keswa Dinas
kesehatan kabupaten dan provinsi, kementerian Kesehatan PPKB Kepulauan Anambas.
kesehatan. Belum jelasnya informasi yang Koordinasi antar program yang berkaitan
diterima tentang program membuat beberapa seperti PIS-PK dan Posyandu Lansia telah
pelaksana menggali informasi lain yang dilaksanakan. Petugas pelaksana telah
bersumber dari internet dan pengelola program memahami apa yang menjadi tugas pokok dan
dari Puskesmas lainnya yang telah fungsinya sehingga tidak terjadi tumpang tindih
mendapatkan pelatihan, namun tidak semua dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian
pengelola memiliki inisiatif tersebut. Maulida Febrianti (2017) menjelaskan bahwa
(2016) dalam hasil penelitiannya menjelaskan kesepakatan penyebaran tanggung jawab dan
bahwa pelaksanaan Posbindu akan berjalan koordinasi yang baik akan membuat
dengan sebagaimana yang diharapakan apabila implementasi program Posbindu PTM menjadi
terbinanya sebuah komunikasi yang efektif dan baik sehingga dapat menyelaraskan terhadap
koordinasi yang baik dengan pihak-pihak tujuan dan sasaran program.
terkait. Puskesmas sudah membuat SOP untuk
Penyampaian informasi tentang program pelaksanaan Posbindu PTM, namun SOP tidak
Posbindu PTM diterima pelaksana program disediakan di lokasi Posbindu, karena berkas
dengan berbagai cara seperti melalui rapat disimpan di Puskesmas sebagai keperluan
koordinasi kader, penyuluhan dan sosialisasi di kelengkapan administrasi untuk kegiatan
kegiatan-kegiatan Puskesmas, supervisi oleh akreditasi Puskesmas. Meskipun SOP sudah
dinas kesehatan dan melalui media-media dibuat, kader selaku pelaksana belum
promosi seperti spanduk dan banner. Koordinasi mengetahui isi dari SOP tersebut, namun dalam
internal antar pelaksana telah dilakukan dengan pelaksanaannya petugas kesehatan tetap
cukup baik, meskipun ditiap-tiap Posbindu melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur
PTM memiliki permasalahan yang berbeda- standar yang terlah dibuat dan melakukan
beda dalam rangka koordinasi tersebut. pemantauan langsung kepada kader. Hasil
Sedangkan koordinasi eksternal masih belum wawancara dengan informan utama (pengelola
berjalan dengan baik, dikarenakan pasifnya program) menyebutkan bahwa kegiatan yang
petugas Puskesmas dalam melakukan dilakukan sudah dilakukan berdasarkan SOP
koordinasi dengan pihak desa setempat, yang berpanduan dari buku petunjuk teknis
sehingga meskipun secara lisan terdapat kegiatan Posbindu PTM. SOP merupakan salah
dukungan dari pihak desa, namun bentuk satu karakteristik utama dan faktor penting
dukungan konkret terhadap program Posbindu untuk mengkaji implementasi sebuah kebijakan
PTM dari desa belum didapatkan oleh semua yang berisikan prosedur-prosedur kerja ukuran-
Puskesmas. Kurangnya koordinasi kegiatan ukuran dasar pelaksanaan sebuah program atau
dengan pemangku kepentingan mengakibatkan kebijakan (Roeslie, 2018).
proses implementasi Posbindu PTM di Faktor lingkungan akan mempengaruhi
Kabupaten Muaro Jambi menjadi tidak keberhasilan pencapaian indikator keberhasilan
maksimal dikarenakan ketidakpahaman implementasi suatu program (Enceng, 2014).
pemangku kepentingan terhadap apa yang Penelitian ini membatasi aspek lingkungan yang
menjadi tujuan program (Putri, 2018). dibahas dari beberapa kondisi yaitu dukungan
Karakteristik pelaksana meliputi struktur masyarakat, dukungan elit politik dan geografis
birokrasi yang berkaitan dengan kesesuaian wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
organisasi birokrasi yang menjadi pelaksana program Posbindu PTM telah mendapatkan

318
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

dukungan dari masyarakat karena manfaatnya, kesehatan pasti ada pengobatan, sedangkan hal
namun sayangnya belum semua masyarakat tersebut tidak terdaapt dalam kegiatan Posbindu
memiliki kesadaran yang sama untuk PTM seperti di buku petunjuk teknis. Untuk
melakukan tindakan pencegahan. Meskipun mengatasi hal tersebut, beberapa Posbindu
banyak yang mendukung dan berperan aktif, melakukan kesepakatan tertentu untuk
namun tak sedikit pula masyarakat yang peran mengadakan pemeriksaan dan adanya
sertanya cukup rendah, sehingga berpengaruh pemberian resep obat oleh dokter umum.
terhadap capaian program. Menurut Fauzia (2016) dukungan masyarakat
Banyak faktor yang menjadi penyebab sebagai sasaran utama program menjadi sangat
masyarakat menyatakan dukungan tetapi tidak vital, oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah
berperan aktif, antara lain faktor pekerjaan inovasi untuk menjalankan sebuah kebijakan
nelayan pada masyarakat Desa Air Bini. Di tanpa melupakan local specific suatu lingkungan
Desa tersebut yang sebagian besar kebijakan.
masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan Dukungan elite politik dalam ini
mengenal istilah bulan terang dan bulan gelap pemerintah daerah serta perangkat desa belum
dalam aktifitas melaut. Dimana pada saat bulan sepenuhnya mendukung. Ada yang sudah
terang, masyarakat akan berhenti ke laut atau mendukung dan ada yang peduli namun tidak
istilah lokalnya membagan (sejenis alat yang terlihat bentuk dukungannya. Dukungan
digunakan untuk menangkap ikan dan cumi) perangkat desa dan pemerintah daerah
sedangkan pada saat bulan gelap, masyarakat ditunjukkan dalam bentuk kehadiran mereka
akan pergi ke laut dimalam hari, sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM dan
pulang dan istirahat di siang hari. Pada waktu penganggaran khusus untuk kegiatan Posbindu
istirahat ini masyarakat cenderung mengurangi PTM pada dana desa, meskipun belum semua
aktivitas diluar rumah untuk tidur disiang hari, desa melakukan hal tersebut.
sehingga pada saat ada kegiatan posbindu Ditingkat desa Posbindu PTM belum
masyarakat tidak ikut datang ke Posbindu dikenal secara jelas dan kebanyakan dikenal
karena alasan capek dan mengantuk. Selain dengan bakti sosial kesehatan. Belum terdapat
profesi nelayan, profesi terbesar kedua di dukungan regulasi terkait Posbindu PTM
Kabupaten Kepulauan Anambas adalah ditingkat kabupaten, sehingga menyulitkan
pegawai pemerintahan (ASN, PTT, Honorer). perangkat desa dalam membuat surat
Kalangan ini memiliki alasan yang hampir sama keterangan untuk penunjukan kader khusus
seperti nelayan, namun dengan sebab yang program Posbindu PTM. Perlunya regulasi ini
berbeda yaitu tidak bisa ikut berpartisipasi ke dianggap penting karena selain menjadi dasar
Posbindu karena pelaksanaan Posbindu penunjukan kader Posbindu, juga dapat
dilakukan pada saat jam kerja sehingga tidak digunakan sebagai dasar penyediaan anggaran
bisa izin untuk datang, begitu pula halnya untuk honorarium kegiatan kader. Sehingga
dengan masyarakat usia remaja (siswa sekolah dirasa perlu dibuatnya regulasi tentang
SMP-SMA). pelaksanaan Posbindu PTM di Kabupaten
Faktor lain yang menyebabkan dukungan Kepulauan Anambas sebagai salah satu bentuk
masyarakat belum berdampak nyata terhadap dukungan regulasi. Pengaruh dukungan elit
target capaian sasaran adalah perilaku atau politik sangat besar terhadap berlangsungnya
kebiasaan masyarakat yang enggan untuk sebuah kebijakan di suatu daerah, karena tanpa
memeriksakan diri ke layanan kesehatan kalau adanya dukungan dan kemitraan dengan
belum merasa sakit, meskipun layanan tersebut perangkat daerah maupun desa, mustahil
gratis. Pelayanan yang gratis juga tidak menjadi sebuah kebijakan dapat dijalankan secara
daya tarik masyarakat untuk memanfaatkan maksimal bahkan lebih buruknya mendapatkan
pelayanan. Selain itu masyarakat masih selalu penolakan oleh apparat setempat (Alfiyah,
beranggapan bahwa setiap adanya pelayanan 2019).

319
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, Sahid (2019) dalam penelitiannya tentang


diketahui bahwa sebagian besar daerah yang implementasi program asas cabotage di daerah
terdiri dari beberapa pulau (terpisah-pisah) akan Kepulauan Anambas menyebutkan bahwa
mempengaruhi pelaksanaan Posbindu PTM implementasi sebuah program perlu
didaerahnya, hal itu dikarenakan aksesibilitas memperhatikan lokasi atau tempat program
warga yang terbatasi. Kesulitan yang dialami tersebut akan diimplementasikan,
oleh pelaksana didaerah semi rural (bagian laut) mengeneralisir upaya implementasi program
dan rural antara lain cukup sulitnya distribusi dengan kondisi wilayah yang sama (daratan)
alat dan bahan program, kesulitan untuk akan mempersulit pelaksanaannya didaerah
mengajak masyarakat yang jauh dari lokasi Indonesia yang berbasis kelautan dan
pelaksanaan (antar pulau antar dusun). Apabila kepulauan.
terdapat pasien rujukan harus menunggu lebih Disposisi implementor program Posbindu
lama untuk menunggu penjemputan Puskesmas PTM dalam penelitian ini yaitu pelaksana di
keliling laut atau speed boat warga. Transportasi Dinas Kesehatan, Puskesmas dan masyarakat
masyarakat antar pulau menggunakan perahu berkaitan dengan kecenderungan sikap dan
(pompong) dan speedboat, hal ini membuat komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab
masyarakat enggan menambah biaya pelaksana program. Berdasarkan hasil penelitian
transportasi meskipun program yang ditawarkan yang dilakukan, seluruh informan menyatakan
gratis. kecenderungan sikap untuk mendukung
Selain faktor terpisah-pisahnya pulau, pelaksanaan program dengan dilakukannya
faktor cuaca juga mempengaruhi pelaksanaan beberapa perbaikan sehingga tujuan program
program. Adanya siklus musim utara Posbindu PTM di Kepulauan Anambas dapat
dipenghujung tahun membuat pelaksanaan tercapai. Dalam hasil penelitiannya, Rusdiyanti
program tidak maksimal karena angin yang (2018) mengungkapkan bahwa peran dan sikap
kencang sehingga memicu gelombang laut yang kader memliki korelasi terhadap keaktifan
tinggi. Musim angin utara di Kabupaten kunjungan masyarakat, sikap kader yang
Kepulauan Anambas yang berlangsung dari mendukung akan berpengaruh terhadap
bulan November hingga Maret ditandai dengan maksimalnya upaya dan peran yang
meningkatnya curah hujan dan angin yang dilakukannya dalam mengimplementasikan
kencang. Pada kondisi seperti ini kegiatan sebuah program.
Posbindu tidak bisa dilakukan di desa-desa yang Komitmen petugas pelaksana terhadap
terpisah pulau dari pulau besar karena tanggungjawab dan fungsinya dalam
gelombang yang tinggi dan berisiko tinggi bagi pelaksanaan program Posbindu PTM di
keselamatan masyarakat maupun petugas. Kepulauan Anambas cukup baik, hal ini
Berdasarkan keterangan petugas, karena kondisi dibuktikan dengan tetap dilaksanakannya
cuaca tersebut pelaksanaan menjadi tidak program Posbindu PTM meskipun masih
maksimal dan target sasaran sulit untuk dicapai. terkendala oleh beberapa masalah seperti
Anangkota (2019) dalam penelitiannya keterbatasan alat dan bahan serta belum pernah
menyebutkan beberapa faktor yang mendapatkan pelatihan khusus. Dukungan serta
mempengaruhi implementasi program dimana komitmen dari kader sangat vital dalam
salah satunya adalah karakteristik suatu wilayah implementasi program Posbindu PTM, seperti
yang menyebabkan sebuah kebijakan/ program yang dikemukakan oleh Primyani (2019) dalam
menjadi terhambat bahkan tidak hasil penelitiannya bahwa kader Posbindu yang
memungkinkan untuk diimplementasikan selalu konsisten menjalankan Posbindu PTM
karena geografis wilayah yang berbeda dan dengan ataupun tanpa pelatihan Posbindu PTM
butuh cara khusus untuk menjadikan program akan memotivasi kader yang lain untuk ikut
tersebut menjadi efektif dilaksanakan. Pendapat berperan aktif serta berusaha untuk membantu
tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan kader yang aktif tersebut dengan apa yang telah

320
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

dicontohkannya. Berdasarkan uraian diatas, Pemerintah Pasca Otonomi Khusus. Journal of


maka dapat disimpulkan bahwa pelaksana Goverment and Political Studies, 2(1): 1–15.
memiliki sikap positif dan komitmen Asri, A. C. & Budiono, I. 2019. Pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
mendukung terhadap pelaksanaan Posbindu
di Puskesmas. HIGEIA (Journal of Public Health
PTM sesuai peran dan tanggung jawabnya. Dari
Research and Development), 3(4): 556–567.
hasil ini juga diketahui bahwa pernyataan sikap Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. 2017.
implementor dapat dipengaruhi oleh terjalinnya Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun
komunikasi yang baik antar pelaksana maupun 2017. Tanjungpinang: Dinas Kesehatan Prov.
komunikasi secara eksternal, karakteristik Kepri.
pelaksana, dimana pelaksana akan cenderung Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
menolak atau keberatan jika mengerjakan apa Penyehatan Lingkungan. 2012. Petunjuk
yang bukan menjadi tanggung jawabnya. Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM). Jakarta: Kemenkes
RI.
PENUTUP
Enceng & Madya, F. 2014. Evaluasi Perumusan,
Implementasi, dan Lingkungan Kebijakan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Jurnal Kebijakan Publik, 5(1): 1–8.
bahwa implementasi program Posbindu PTM di Fauzia, P. 2016. Pemanfaatan Pos Pembinaan
Kabupaten Kepulauan Anambas belum berjalan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
secara maksimal, terlihat dari aspek standar dan PTM) oleh Wanita Lansia Dalam Rangka
sasaran program, sumber daya, komunikasi Mencegah Penyakit Tidak Menular di
antar organisasi dan agen pelaksana, Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
karakteristik agen pelaksana, aspek lingkungan
Journal), 4(1): 470–480.
dan disposisi pelaksana yang masih memiliki
Febrianti, R. & Prabawati, I. 2017. Implementasi
ketidaksesuaian dengan petunjuk teknis yang Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu
ada. Butuh komitmen bersama dan kerjasama Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di
lintas sektoral untuk memaksimal implementasi Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya.
program Posbindu PTM. Jurnal Publika Unesa, 5(5): 19–26.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara Irmawati, R., Wigati, P. A. & Arso, S. P. 2018.
lain belum membahas secara lebih lanjut terkait Analisis Pelaksanaan Program Pos
faktor budaya masyarakat kepulauan yang Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kulon,
berpengaruh terhadap implementasi program.
Kota Semarang (Studi Kasus di RW 13,
Rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil
Kecamatan Srondol Wetan, Kelurahan
analisis literatur ini kepada peneliti lain yaitu Banyumanik). Jurnal Kesehatan Masyarakat
perlu dilakukan penelitian dengan metode (JKM), 6(1): 57–70.
kuantitatif terhadap faktor yang mempengaruhi Kementerian Kesehatan RI. 2017. Rencana Aksi
implementasi program Posbindu PTM di Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
wilayah kepulauan. Penyakit Tidak Menular 2015-2019. Jakarta:
Kemenkes RI.
Maulida, Hermansyah & Mudatsir. 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi dan Koordinasi Kader dengan
Pelaksanaan Posbindu Lansia. Jurnal Ilmu
Alfiyah, A. & Pujiyanto, P. 2019. An Analysis on
Keperawatan, 3(2): 194–208.
The Implementation of The Integrated
Mustapha, F. I., Omar, Z. A, Mihat, O., Noh, K. M.,
Guidance Post (Posbindu) Activities For Non-
Hassan, N., Bakar, R. A., Manan, A. A.,
Communicable Diseases at Bogor City in
Ismail, F., Jabbar, N. A., Muhamad, Y.,
2018. Journal of Indonesian Health Policy and
Rahman, L. A., Majid, F. A., Shahrir, S. N.,
Administration, 4(1): 11–15.
Ahmad, E., Davey, T. & Allotey, P. 2014.
Anangkota, M. 2019. Gerakan Bangkit Mandiri dan
Addressing Non-Communicable Diseases in
Sejahtera Harapan Seluruh Rakyat Papua:
Malaysia: An Integrative Process of Systems
Mengukur Implementasi Kebijakan

321
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)

and Community. BMC Public Health, 14(2): 1– Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
6. di Desa’, Healthy-Mu Journal, 1(2): 51–58.
Nugraheni, W. P. & Hartono, R. K. 2018. Strategi Sahid, A., Hamid, E.S. & Armawi, A. 2019. Dampak
Penguatan Program Posbindu Penyakit Tidak Implementasi Asas Cabotage dan Program
Menular di Kota Bogor. Jurnal Ilmu Kesehatan Tol Laut Terhadap Ketahanan Wilayah (
Masyarakat, 9(3): 198–206. Studi di Kabupaten Kepulauan Anambas,
Pongutta, S., Suphanchaimat, R. & Provinsi Kepulauan Riau). Jurnal Ketahanan
Tangcharoensathien, V. 2019. Lessons from Nasional, 25(2): 131–150.
The Thai Health Promotion Foundation. Bull Sicilia, G., Dewi, F. S. T. & Padmawati, R. S. 2018.
World Health Organ, 97(3): 213–220. Evaluasi Kualitatif Program Pengendalian
Pranandari, L. L., Arso, S. P. & Fatmasari, E. Y. Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu di
2017. Analisis Implementasi Program Pos Wilayah Kerja Puskesmas Muara Bungo I.
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 07(02):
(Posbindu PTM) di Kecamatan Banguntapan 88–92.
Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Tuangratananon, T., Wangmo, S., Widanapathirana,
Masyarakat (JKM), 5(4): 76–85. N., Pongutta, S., Viriyathor, S.,
Primiyani, Y., Masrul & Hardisman. 2019. Analisis Patcharanarumol, W., Thin, K., Nagpal, S.,
Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Nuevo, C. E. L., Padmawati, R. S., Murga,
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Kota M. E. P., Trisnantoro, L., Wangmo, K.,
Solok. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2): 399–406. Wellappuli, N., Thi, P. H., Anh, T. K.,
Putri, R. E., Hubaybah & Asparian. 2018. Evaluasi Zango, T. & Tangcharoensathien, V. 2018.
Proses Implementasi Posbindu PTM di Implementation of National Action Plans on
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Sungai Noncommunicable Diseases, Bhutan,
Duren Kecamatan Jambi Luar Kota Cambodia, Indonesia, Philippines, Sri Lanka,
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017. Jurnal Thailand And Viet Nam. Bull World Health
Kesmas Jambi (JKMJ), 2(1): 12–27. Organ, 97(2): 129–141.
Roeslie, E. & Bactiar, A. 2018. Analisis Persiapan World Health Organization. 2018. Noncommunicable
Implementasi Program Indonesia Sehat Disease Country Profiles 2018. Geneva: WHO.
dengan Pendekatan Keluarga (Indikator 8: Wulansari, A., Martianto, D. & Baliwati, Y. F. 2016.
Kesehatan Jiwa) di Kota Depok Tahun 2018’, Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Obesitas.
JKKI, 07(02): 64–73. Jurnal Gizi Pangan, 11(2): 159–168.
Rusdiyanti, I. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keaktifan Kunjungan Pos

322

Anda mungkin juga menyukai