1
Prodi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
2
Prodi Doktor Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Non-communicable diseases had caused 70% of deaths worldwide. Integrated Development Post (Posbindu)
had become a means of early detection of risk factors. Anambas Islands had become the second-lowest number
of PTM Posbindu 27.7% in Riau Islands Province. The research aimed to analyze the implementation of
Posbindu on the islands. This type was qualitative as a case study approach. The instrument was interviewed
observations guidelines with source triangulation for data validity. Research informants, namely, 26
respondents, were selected purposively—data analysis using content analysis methods—the research conducted
from November to December 2019. The results showed that all ten activities carried out due to limited tools and
competencies. There was a shortage of staff because many cadres are inactive, and a lack of communication and
intense outreach has been carried out by Puskesmas and Health Services officers. Geography and weather had
hampered the implementation on these islands. The research conclusion was the implementation of the
Posbindu PTM program had not met the target due to several obstacles.
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung FKM UNDIP Tembalang
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50275 e ISSN 1475-222656
E-mail: kaelkaka2001@gmail.com
312
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
313
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
yang juga ditemukan adalah belum pernah studi kasus untuk mengkaji fenomena nyata,
dilakukan pelatihan terhadap kader tentang berupa fenomena organisasi, geografis, sosial
pelaksanaan program Posbindu PTM. dan politik dalam implementasi kebijakan yang
Pelaksanaan Posbindu PTM dipengaruhi berfokus pada pelaksanaan program Posbindu
beberapa faktor antara lain kesesuaian PTM. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
pelaksana, sarana prasarana, pendanaan dan Kepulauan Anambas dengan melibatkan
jumlah kader yang berbeda ditiap Posbindu instansi Dinas Kesehatan Pengendalian
serta kader kurang pelatihan, komitmen kader, Penduduk dan Keluarga Berencana, 3
kemampuan menyampaikan informasi dan Kecamatan yang mewakili gambaran wilayah
edukasi serta kurangnya koordinasi dengan Kepulauan Anambas yaitu Kecamatan Siantan
pemangku kepentingan mempengaruhi (urban), Siantan Selatan (semi urban) dan Siantan
optimalisasi penguatan program Posbindu PTM Timur (rural), 3 Puskesmas yaitu Puskesmas
(Fauzia, 2016; Tuangratananon, 2018). Selain Tarempa, Puskesmas Siantan Selatan dan
beberapa permasalahan diatas, kondisi geografis Puskesmas Siantan Tengah, 2 Posbindu PTM di
daerah kepulauan juga menyebabkan sulitnya masing-masing wilayah kerja Puskesmas serta
aksesibilitas masyarakat untuk datang ke masyarakat penerima layanan.
Posbindu PTM. Lokasi sarana atau tempat Fenomena yang diamati dalam penelitian
pelayanan kesehatan yang terpisah dengan berkaitan dengan standar dan sasaran program,
beberapa lokasi pemukiman penduduk (antar sumber daya, komunikasi antar organisasi dan
pulau) menjadi salah satu penyebab rendahnya agen pelaksana, karakteristik pelaksana,
angka kunjungan Posbindu PTM (Fauzia, 2016; lingkungan dan disposisi pelaksana. Subyek
Rusdiyanti, 2018). penelitian berjumlah 26 informan yang
Penelitian terdahulu tentang ditetapkan secara purposive untuk menyesuaikan
implementasi program Posbindu PTM telah dengan tujuan penelitian. Informan utama
membahas aspek yang mempengaruhi berjumlah 16 yang terdiri dari kader pelaksana
implementasi antara lain, komunikasi, sumber Posbindu PTM, pengelola program PTM
daya, ukuran dan tujuan program, karakteristik Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Informan
organisasi pelaksana, lingkungan ekonomi, triangulasi berjumlah 10 informan yang terdiri
sosial dan politik serta disposisi pelaksana dari kepala seksi PTM dan kesehatan jiwa Dinas
(Fauzia, 2016; Febrianti, 2017; Pranandari, Kesehatan, kepala Puskesmas, kepala desa/
2017; Nugraheni, 2018; Tuangratananon, 2018; lurah dan masyarakat penerima layanan.
Pongutta, 2019). Penelitian akan menambahkan Adapun kriteria inklusi masing-masing
analisis pengaruh aspek geografis wilayah sebagai berikut: 1) mewakili wilayah perkotaan
kepulauan yang belum pernah ada dalam (urban) berdasarkan lokasi wilayah ibukota
penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian kabupaten yaitu Kecamatan Siantan.
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan Kecamatan Siantan merupakan wilayah kerja
untuk melakukan analisa ilmiah mengenai dari Puskesmas Tarempa, 2) mewakili wilayah
aspek ukuran dan standar program, sumber semi urban (perbatasan antara kota dan
daya, komunikasi antar organisasi dan agen pedesaan) berdasarkan kondisi wilayah yang
pelaksana, karakteristik agen pelaksana, terletak satu pulau dengan ibu kota namun
lingkungan (geografis, sosial dan politik) serta berada cukup jauh (antar sisi pulau) yaitu
disposisi pelaksana dalam implementasi Kecamatan Siantan Selatan. Kecamatan Siantan
Posbindu PTM di Kepulauan Anambas. Selatan merupakan wilayah kerja dari
Puskesmas Siantan Selatan, 3) mewakili
METODE wilayah rural (pedesaan) berdasarkan kondisi
wilayah yang terpisah-pisah menjadi beberapa
Studi ini merupakan jenis penelitian pulau yaitu Kecamatan Siantan Tengah.
kualitatif dengan menggunakan pendekatan Kecamatan Siantan Tengah merupakan wilayah
314
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
kerja dari Puskesmas Siantan Tengah, 4) desa akan disajikan dalam naratif yang sesuai dengan
dengan status Posbindu PTM aktif, kurang aktif fenomena yang diteliti, 4) penarikan kesimpulan
dan atau tidak aktif, 5) desa dengan status kader dalam bentuk deskriptif, dengan
aktif, kurang aktif dan atau tidak aktif, 6) kader membandingkan pertanyaan penelitian dengan
masih aktif, pernah aktif dan atau tidak aktif. hasil penelitian, tujuan penelitian dan konsep
Penelitian ini menggunakan triangulasi teori untuk mengambil kesimpulan atas hasil
sumber dalam menguji validitas data untuk penelitian.
mendapatkan temuan dan interpretasi data yang
lebih akurat dan kredibel dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sumber diluar data utama. Adapun informan
triangulasi dalam penelitian ini yaitu: Kepala Berdasarkan analisis hasil penelitian
Seksi P2PTM dan Keswa Dinas Kesehatan, didapatkan kesesuaian informasi dari informan
Kepala Puskesmas, Sekretaris Daerah, Lurah/ utama dan informan triangulasi terkait
Kepala Desa dan masyarakat. Teknik implementasi program Posbindu PTM di
pengumpulan data yang digunakan yaitu Kabupaten Kepulauan Anambas. Implementasi
melalui observasi, wawancara mendalam mengacu pada terlaksananya 10 kegiatan dalam
(indepth interview) serta data sekunder seperti Posbindu PTM, terpenuhinya cakupan
laporan tahunan, data surveilans dan dokumen kunjungan masyarakat usia 15 tahun keatas,
pendukung lainnya. Wawancara dilakukan serta keaktifan kader kesehatan desa dan
dengan menggunakan panduan wawancara petugas kesehatan sebagai pelaksana program.
mendalamkepada informan tentang Analisis pelaksanaan program Posbindu PTM
implementasi program Posbindu PTM di menggunakan telaah terhadap beberapa
Kabupaten Kepulauan Anambas sedangkan fenomena menggunakan model implementasi
observasi dilakukan terhadap 10 kegiatan dalam kebijakan menurut Van Metter dan Van Horn
pelaksanan Posbindu PTM dan observasi meliputi standar dan sasaran, sumber daya,
terhadap pelaksanaan SOP Posbindu PTM komunikasi antar organisasi dan agen
menggunakan pedoman observasi. pelaksana, karakteristik agen pelaksana,
Pengolahan dan analisa data penelitian lingkungan dan disposisi pelaksana.
ini dilakukan dengan menggunakan metode Berdasarkan hasil penelitian diketahui
analisis isi (content analysis) yaitu: 1) bahwa pelaksanaan Posbindu PTM di
pengumpulan data, menggunakan teknik Kepulauan Anambas dimulai sejak tahun 2015
wawancara mencalam yang dicatat dan direkam dengan menggunakan sistem lima tahapan
dengan menggunakan kamera dan recorder, layanan. Belum semua kegiatan pokok
selanjutnya hasil akan direkapitulasi dalam terlaksana sesuai dengan yang tercantum dalam
transkrip hasil wawancara untuk masing-masing petunjuk teknis pelaksanaan program. Hal ini
informan, 2) reduksi data, dilakukan dengan lebih dikarenakan keterbatasan alat dan bahan.
melakukan identifikasi bagian yang ditemukan Kunjungan masyarakat berusia 15 tahun sampai
dalam data yang memiliki makna apabila saat ini masih belum maksimal dan masih
dikaitkan dengan fokus masalah penelitian didominasi oleh peserta lansia. Sosialisasi yang
dilanjutkan dengan memberi kode pada setiap kurang dalam menyampaikan informasi
data agar dapat ditelusuri darimana data program Posbindu kepada sasaran serta peran
tersebut bersumber (koding) dan dikelompokkan serta yang pasif dari masyarakat menjadi
kedalam bagian yang memiliki kesamaan dan penyebab rendahnya capaian target sasaran.
dicari kaitan antara satu kategori dengan Keaktifan kader masih sangat rendah, hanya
kategori lainnya (kategorisasi), 3) verifikasi data dibeberapa Posbindu yang terletak di ibu kota
dan penyajian analsisis, dilakukan dengan kabupaten saja yang cukup aktif. Walaupun
telaah ulang data yang diperoleh terhadap teori terdapat kader aktif, namun jumlahnya hanya
dan hasil penelitian terdahulu untuk selanjutnya sedikit saja dikarenakan kurangnya sosialisasi
315
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
dan inisiatif melaksanakan kegiatan Posbindu Pemahaman standar dan sasaran program
pada sebagian besar kader masih rendah. berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan
Menurut salah satu informan mengatakan implementasi suatu program melalui
bahwa kurangnya tingkat keaktifan kader lebih pemahaman pelaksana terhadap tujuan dan
disebabkan karena kurangnya informasi yang sasaran program Posbindu PTM
mereka dapatkan serta beberapa kader masih (Tuangratananon, 2018). Standar atau tujuan
merangkap tugas sebagai kader Posyandu balita, program yakni penemuan dini faktor risiko serta
Posyandu Lansia dan desa siaga. Rangkap jumlah desa yang melaksanakan Posbindu
jabatan petugas pelaksana dapat menjadi PTM, sedangkan sasaran program adalah
penghambat pelaksana untuk dapat berfokus masyarakat usia 15 tahun keatas dengan
pada salah satu tanggung jawabnya dalam prioritas kunjungan dalam upaya pencegahan.
pelaksanaan program (Primiyani, 2019). Secara umum hampir semua informan
316
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
memahami tujuan dari program Posbindu PTM maupun bimbingan teknis secara khusus dari
yaitu untuk mencegah dan menemukan faktor Puskesmas. Ketersediaan sumber daya
risiko terjadinya PTM secara dini. Namun ketenagaan tidak hanya sebatas kuantitas
pelaksana belum mengetahui bahwa tujuan melainkan kualitas (Asri, 2019). Hal ini juga
lainnya dari Posbindu PTM adalah untuk sesuai dengan hasil penelitian di Malaysia tahun
melakukan pemberdayaan masyarakat untuk 2014 yang menyebutkan bahwa ketersediaan
melakukan screening faktor risiko didaerahnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
tanpa bergantung kepada Puskesmas maupun akan mendukung berjalannya upaya integrasi
tenaga kesehatan. Menurut Putri (2018) peran program untuk mengatasi penyakit tidak
petugas Puskesmas perlu dimaksimalkan dalam menular di Malaysia (Mustapha, 2014).
melakukan penyuluhan atau pemberian Seluruh informan penelitian
informasi secara menyeluruh kepada pelaksana, menyebutkan sarana dan prasarana pendukung
agar informasi yang didapatkan komplit dan program belum lengkap terutama alat dan
pelaksanaan yang maksimal akan mempercepat bahan yang digunakan dalam kegiatan.
pencapaian tujuan sebuah program. Pendanaan program Posbindu PTM di
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh Kepulauan Anambas bersumber dari APBN
informan diketahui memiliki pemahaman yang melalui dana alokasi khusus (DAK) non fisik
baik terhadap sasaran program yakni yang terdapat di Dinas Kesehatan PPKB dan
masyarakat usia ≥ 15 tahun, meskipun dalam Puskesmas dalam bentuk Bantuan Operasional
pelaksanaannya lebih banyak peserta yang Kesehatan (BOK), APBD pada mata anggaran
berusia lanjut dibandingkan dengan peserta Dinas Kesehatan PPKB di Seksi PPTM dan
yang berusia 15- 59 tahun. Hal ini dikarenakan Kesehatan jiwa, bantuan alokasi dana desa serta
pada awal pelaksanaannya dahulu, Posbindu sumbangan sukarela dari peserta Posbindu
PTM dilaksanakan berbarengan dengan PTM. Pendanaan digunakan untuk pengadaan
Posyandu Lansia, sehingga pada saat kegiatan alat dan bahan Posbindu, bantuan biaya
tersebut dipisah, sebagian besar lansi datang ke transportasi petugas dan honorarium kader dari
Posbindu PTM untuk melakukan pemeriksaan dana desa. Salah satu informan utama
darah. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian menjelaskan bahwa meskipun banyak sumber
yang dilakukan oleh Irmawati (2018) yang pendanaan, tapi karena alokasi anggaran yang
menyebutkan kendala pada proses komunikasi kecil berpengaruh terhadap lambatnya
dan penyampaian informasi menyebabkan pemenuhan kelengkapan sarana penunjung
banyaknya masyarakat yang keliru terhadap program. Hasil tersebut dibenarkan oleh Sicilia
pelaksanaan program Posbindu PTM dan (2018) dan Nugraheni, (2018) dalam
Posyandu Lansia. penelitiannya yang menyebutkan bahwa
Sumber daya merupakan segala sesuatu minimnya sumber pendanaan berpengaruh
yang dapat mendukung dan memperlancar terhadap implementasi seperti berkurangnya
pencapaian tujuan program Posbindu PTM. motivasi kerja kader serta kurangnya alat dan
Beberapa hal yang berkaitan dengan sumber bahan yang dibutuhkan untuk keperluan
daya antara lain ketenagaan, pendanaan dan program.
fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas Komunikasi merupakan cara
informan menyatakan bahwa jumlah pelaksana penyampaian informasi tentang kebijakan
Posbindu PTM di Kabupaten Kepulauan pengendalian PTM agar implementor
Anambas belum tercukupi secara maksimal. mengetahui dan memahami isi, tujuan, arah
Pelaksana Posbindu PTM terdiri dari kader dan sasaran program Posbindu PTM (Alfiyah,
kesehatan dan petugas kesehatan baik dari 2019). Proses komunikasi yang terjalin dilihat
Puskesmas maupun Pustu. Kader kesehatan dari sumber dan kejelasan informasi serta cara
banyak yang kurang aktif, selain itu belum ada penyampaian yang dilakukan agar maksud dan
kader yang pernah mendapatkan pelatihan tujuan program dapat dipahami dan terjalin
317
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
koordinasi yang baik antar pelaksana. implementasi kebijakan dan adanya SOP
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (Standar Operasional Prosedur). Berdasarkan
informasi yang didapatkan oleh informan hasil penelitian tidak terdapat adanya
tentang program Posbindu PTM yaitu fragmentasi program, program Posbindu PTM
bersumber dari petugas Puskesmas, dinas berada dibawah Seksi P2PTM dan Keswa Dinas
kesehatan kabupaten dan provinsi, kementerian Kesehatan PPKB Kepulauan Anambas.
kesehatan. Belum jelasnya informasi yang Koordinasi antar program yang berkaitan
diterima tentang program membuat beberapa seperti PIS-PK dan Posyandu Lansia telah
pelaksana menggali informasi lain yang dilaksanakan. Petugas pelaksana telah
bersumber dari internet dan pengelola program memahami apa yang menjadi tugas pokok dan
dari Puskesmas lainnya yang telah fungsinya sehingga tidak terjadi tumpang tindih
mendapatkan pelatihan, namun tidak semua dalam pelaksanaan program. Hasil penelitian
pengelola memiliki inisiatif tersebut. Maulida Febrianti (2017) menjelaskan bahwa
(2016) dalam hasil penelitiannya menjelaskan kesepakatan penyebaran tanggung jawab dan
bahwa pelaksanaan Posbindu akan berjalan koordinasi yang baik akan membuat
dengan sebagaimana yang diharapakan apabila implementasi program Posbindu PTM menjadi
terbinanya sebuah komunikasi yang efektif dan baik sehingga dapat menyelaraskan terhadap
koordinasi yang baik dengan pihak-pihak tujuan dan sasaran program.
terkait. Puskesmas sudah membuat SOP untuk
Penyampaian informasi tentang program pelaksanaan Posbindu PTM, namun SOP tidak
Posbindu PTM diterima pelaksana program disediakan di lokasi Posbindu, karena berkas
dengan berbagai cara seperti melalui rapat disimpan di Puskesmas sebagai keperluan
koordinasi kader, penyuluhan dan sosialisasi di kelengkapan administrasi untuk kegiatan
kegiatan-kegiatan Puskesmas, supervisi oleh akreditasi Puskesmas. Meskipun SOP sudah
dinas kesehatan dan melalui media-media dibuat, kader selaku pelaksana belum
promosi seperti spanduk dan banner. Koordinasi mengetahui isi dari SOP tersebut, namun dalam
internal antar pelaksana telah dilakukan dengan pelaksanaannya petugas kesehatan tetap
cukup baik, meskipun ditiap-tiap Posbindu melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur
PTM memiliki permasalahan yang berbeda- standar yang terlah dibuat dan melakukan
beda dalam rangka koordinasi tersebut. pemantauan langsung kepada kader. Hasil
Sedangkan koordinasi eksternal masih belum wawancara dengan informan utama (pengelola
berjalan dengan baik, dikarenakan pasifnya program) menyebutkan bahwa kegiatan yang
petugas Puskesmas dalam melakukan dilakukan sudah dilakukan berdasarkan SOP
koordinasi dengan pihak desa setempat, yang berpanduan dari buku petunjuk teknis
sehingga meskipun secara lisan terdapat kegiatan Posbindu PTM. SOP merupakan salah
dukungan dari pihak desa, namun bentuk satu karakteristik utama dan faktor penting
dukungan konkret terhadap program Posbindu untuk mengkaji implementasi sebuah kebijakan
PTM dari desa belum didapatkan oleh semua yang berisikan prosedur-prosedur kerja ukuran-
Puskesmas. Kurangnya koordinasi kegiatan ukuran dasar pelaksanaan sebuah program atau
dengan pemangku kepentingan mengakibatkan kebijakan (Roeslie, 2018).
proses implementasi Posbindu PTM di Faktor lingkungan akan mempengaruhi
Kabupaten Muaro Jambi menjadi tidak keberhasilan pencapaian indikator keberhasilan
maksimal dikarenakan ketidakpahaman implementasi suatu program (Enceng, 2014).
pemangku kepentingan terhadap apa yang Penelitian ini membatasi aspek lingkungan yang
menjadi tujuan program (Putri, 2018). dibahas dari beberapa kondisi yaitu dukungan
Karakteristik pelaksana meliputi struktur masyarakat, dukungan elit politik dan geografis
birokrasi yang berkaitan dengan kesesuaian wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
organisasi birokrasi yang menjadi pelaksana program Posbindu PTM telah mendapatkan
318
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
dukungan dari masyarakat karena manfaatnya, kesehatan pasti ada pengobatan, sedangkan hal
namun sayangnya belum semua masyarakat tersebut tidak terdaapt dalam kegiatan Posbindu
memiliki kesadaran yang sama untuk PTM seperti di buku petunjuk teknis. Untuk
melakukan tindakan pencegahan. Meskipun mengatasi hal tersebut, beberapa Posbindu
banyak yang mendukung dan berperan aktif, melakukan kesepakatan tertentu untuk
namun tak sedikit pula masyarakat yang peran mengadakan pemeriksaan dan adanya
sertanya cukup rendah, sehingga berpengaruh pemberian resep obat oleh dokter umum.
terhadap capaian program. Menurut Fauzia (2016) dukungan masyarakat
Banyak faktor yang menjadi penyebab sebagai sasaran utama program menjadi sangat
masyarakat menyatakan dukungan tetapi tidak vital, oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah
berperan aktif, antara lain faktor pekerjaan inovasi untuk menjalankan sebuah kebijakan
nelayan pada masyarakat Desa Air Bini. Di tanpa melupakan local specific suatu lingkungan
Desa tersebut yang sebagian besar kebijakan.
masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan Dukungan elite politik dalam ini
mengenal istilah bulan terang dan bulan gelap pemerintah daerah serta perangkat desa belum
dalam aktifitas melaut. Dimana pada saat bulan sepenuhnya mendukung. Ada yang sudah
terang, masyarakat akan berhenti ke laut atau mendukung dan ada yang peduli namun tidak
istilah lokalnya membagan (sejenis alat yang terlihat bentuk dukungannya. Dukungan
digunakan untuk menangkap ikan dan cumi) perangkat desa dan pemerintah daerah
sedangkan pada saat bulan gelap, masyarakat ditunjukkan dalam bentuk kehadiran mereka
akan pergi ke laut dimalam hari, sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM dan
pulang dan istirahat di siang hari. Pada waktu penganggaran khusus untuk kegiatan Posbindu
istirahat ini masyarakat cenderung mengurangi PTM pada dana desa, meskipun belum semua
aktivitas diluar rumah untuk tidur disiang hari, desa melakukan hal tersebut.
sehingga pada saat ada kegiatan posbindu Ditingkat desa Posbindu PTM belum
masyarakat tidak ikut datang ke Posbindu dikenal secara jelas dan kebanyakan dikenal
karena alasan capek dan mengantuk. Selain dengan bakti sosial kesehatan. Belum terdapat
profesi nelayan, profesi terbesar kedua di dukungan regulasi terkait Posbindu PTM
Kabupaten Kepulauan Anambas adalah ditingkat kabupaten, sehingga menyulitkan
pegawai pemerintahan (ASN, PTT, Honorer). perangkat desa dalam membuat surat
Kalangan ini memiliki alasan yang hampir sama keterangan untuk penunjukan kader khusus
seperti nelayan, namun dengan sebab yang program Posbindu PTM. Perlunya regulasi ini
berbeda yaitu tidak bisa ikut berpartisipasi ke dianggap penting karena selain menjadi dasar
Posbindu karena pelaksanaan Posbindu penunjukan kader Posbindu, juga dapat
dilakukan pada saat jam kerja sehingga tidak digunakan sebagai dasar penyediaan anggaran
bisa izin untuk datang, begitu pula halnya untuk honorarium kegiatan kader. Sehingga
dengan masyarakat usia remaja (siswa sekolah dirasa perlu dibuatnya regulasi tentang
SMP-SMA). pelaksanaan Posbindu PTM di Kabupaten
Faktor lain yang menyebabkan dukungan Kepulauan Anambas sebagai salah satu bentuk
masyarakat belum berdampak nyata terhadap dukungan regulasi. Pengaruh dukungan elit
target capaian sasaran adalah perilaku atau politik sangat besar terhadap berlangsungnya
kebiasaan masyarakat yang enggan untuk sebuah kebijakan di suatu daerah, karena tanpa
memeriksakan diri ke layanan kesehatan kalau adanya dukungan dan kemitraan dengan
belum merasa sakit, meskipun layanan tersebut perangkat daerah maupun desa, mustahil
gratis. Pelayanan yang gratis juga tidak menjadi sebuah kebijakan dapat dijalankan secara
daya tarik masyarakat untuk memanfaatkan maksimal bahkan lebih buruknya mendapatkan
pelayanan. Selain itu masyarakat masih selalu penolakan oleh apparat setempat (Alfiyah,
beranggapan bahwa setiap adanya pelayanan 2019).
319
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
320
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
321
Satrio, P., Henry, S, S., Y, Warella. / Program Pos Pembinaan / HIGEIA 4 (2) (2020)
and Community. BMC Public Health, 14(2): 1– Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
6. di Desa’, Healthy-Mu Journal, 1(2): 51–58.
Nugraheni, W. P. & Hartono, R. K. 2018. Strategi Sahid, A., Hamid, E.S. & Armawi, A. 2019. Dampak
Penguatan Program Posbindu Penyakit Tidak Implementasi Asas Cabotage dan Program
Menular di Kota Bogor. Jurnal Ilmu Kesehatan Tol Laut Terhadap Ketahanan Wilayah (
Masyarakat, 9(3): 198–206. Studi di Kabupaten Kepulauan Anambas,
Pongutta, S., Suphanchaimat, R. & Provinsi Kepulauan Riau). Jurnal Ketahanan
Tangcharoensathien, V. 2019. Lessons from Nasional, 25(2): 131–150.
The Thai Health Promotion Foundation. Bull Sicilia, G., Dewi, F. S. T. & Padmawati, R. S. 2018.
World Health Organ, 97(3): 213–220. Evaluasi Kualitatif Program Pengendalian
Pranandari, L. L., Arso, S. P. & Fatmasari, E. Y. Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu di
2017. Analisis Implementasi Program Pos Wilayah Kerja Puskesmas Muara Bungo I.
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 07(02):
(Posbindu PTM) di Kecamatan Banguntapan 88–92.
Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Tuangratananon, T., Wangmo, S., Widanapathirana,
Masyarakat (JKM), 5(4): 76–85. N., Pongutta, S., Viriyathor, S.,
Primiyani, Y., Masrul & Hardisman. 2019. Analisis Patcharanarumol, W., Thin, K., Nagpal, S.,
Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Nuevo, C. E. L., Padmawati, R. S., Murga,
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Kota M. E. P., Trisnantoro, L., Wangmo, K.,
Solok. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2): 399–406. Wellappuli, N., Thi, P. H., Anh, T. K.,
Putri, R. E., Hubaybah & Asparian. 2018. Evaluasi Zango, T. & Tangcharoensathien, V. 2018.
Proses Implementasi Posbindu PTM di Implementation of National Action Plans on
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Sungai Noncommunicable Diseases, Bhutan,
Duren Kecamatan Jambi Luar Kota Cambodia, Indonesia, Philippines, Sri Lanka,
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017. Jurnal Thailand And Viet Nam. Bull World Health
Kesmas Jambi (JKMJ), 2(1): 12–27. Organ, 97(2): 129–141.
Roeslie, E. & Bactiar, A. 2018. Analisis Persiapan World Health Organization. 2018. Noncommunicable
Implementasi Program Indonesia Sehat Disease Country Profiles 2018. Geneva: WHO.
dengan Pendekatan Keluarga (Indikator 8: Wulansari, A., Martianto, D. & Baliwati, Y. F. 2016.
Kesehatan Jiwa) di Kota Depok Tahun 2018’, Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Obesitas.
JKKI, 07(02): 64–73. Jurnal Gizi Pangan, 11(2): 159–168.
Rusdiyanti, I. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keaktifan Kunjungan Pos
322