Anda di halaman 1dari 9

IJPHN 1 (3) (2021) 337-345

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada Balita Gizi Kurang

Eka May Salama Putri , Bambang Budi Rahardjo


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Program pemberian makanan tambahan pemulihan yang dilakukan
Submitted 21 Mei 2021 Puskesmas Sukolilo 1 merupakan tindak lanjut penanganan pada balita gizi kurang. Na-
Accepted 28 Juli 2021 mun, selama ini masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Desa Sukolilo dengan
Published 30 Nopember 2021
posyandu madya berhasil menurunkan kasus gizi kurang sedangkan kenaikan kasus
Keywords: terjadi di Desa Kedumulyo yang memiliki posyandu mandiri. Sehingga penelitian ini
Evaluation; feeding’s bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program PMT-P pada posyandu strata madya dan
program; Posyandu mandiri dari segi proses.
Metode : Jenis penelitian yakni kualitatif menggunakan rancangan studi kasus dengan
DOI: pendekatan eksplanatori. Sembilan informan dipilih melalui purposive sampling. Anali-
https://doi.org/10.15294/ sis dilakukan secara deskriptif.
ijphn.v1i3.46887 Hasil : Penelitian menunjukkan bahwa dari segi persiapan, telaah pola makan, dan so-
sialisasi masih kurang. Segi pelaksanaan masih kurang karena distribusi belum diberi-
kan sesuai HMA. Segi pemantauan terdapat anggota keluarga yang ikut mengonsumsi
paket. Segi pencatatan dan pelaporan masih kurang sebab ibu balita tidak melakukan
pencacatan sederhana dan kader serta bidan belum melakukan pelaporan sesuai formu-
lir pelaporan kegiatan.
Kesimpulan : Program PMT-P di posyandu madya dan mandiri belum efisien dalam
upaya peningkatan berat badan balita sasaran sebab masih terdapat kendala dalam
pelaksanaan program.

Abstract
Background: 2The recovery supplementary feeding program is a follow-up to the treatment
of malnourished children under five. However, there are still obstacles in its implementa-
tion. Sukolilo Village with its intermediate posyandu succeeded in reducing cases of malnu-
trition, while the increase in cases occurred in KedumulyoVillage which has an independent
posyandu. So this study aims to evaluate the implementation of the PMT-P program in
terms of process.
Method : Type of research is qualitative that used case study with a explanatory approach.
Nine informants were selected through by purposive sampling. Data analysis was used
descriptive analysis.
Result : In terms of implementation, it is still lacking because the distribution has not been
given according to HMA. In terms of monitoring, there are family members who also con-
sume the package. The aspect of recording and reporting is still lacking because mothers
under five do not carry out simple notes and cadres and midwives have not reported in
accordance with the activity reporting form.
Conclution : The PMT-P program at the intermediate and independent posyandu has not
been efficient in increasing the weight of the target children under five because there are still
obstacles in the implementation of the program.


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : ekamaysalama127@students.unnes.ac.id

337
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan/ IJPHN (1) (3) (2021)

Pendahuluan dari keluarga miskin. Program tersebut


Gizi yang cukup pada umur lima tahun dimaksudkan untuk meningkatkan kecukupan
pertama mengarah pada tumbuh kembang gizi balita dengan pemberian makanan
anak dengan keadaan tubuh yang sehat, tambahan dan bukan untuk mengganti
berkembangnya sistem kekebalan tubuh, makanan utama sehari-hari (Kemenkes RI,
sistem neurologis dan kognitif (Handayani, 2011a:14). pemberian PMT-P menunjukkan
dkk, 2008:22). Kekurangan gizi pada balita manfaat berupa peningkatan berat badan balita
tidak hanya akan menimbulkan gangguan sesudah pemberian makanan tambahan pada
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, balita kurang gizi (Sugiyanti, 2017;Hanifah,
tetapi juga mempengaruhi mental, sosial, dan Djais, & Fatimah, 2019). Hal tersebut didukung
kecerdasan ketika beranjak dewasa. Gizi kurang penelitian yang dilakukan Imas, dkk (2017)
yang dikenal dengan istilah underweight menggunakan uji T dua sampel berpasangan
merupakan keadaan dimana tubuh mengalami dengan hasil yang menunjukkan bahwa
kekurangan asupan gizi pada tingkatan yang penyelenggaraan program peningkatan gizi
ringan dengan status gizi balita berada jauh dengan pemberian makanan tambahan
di bawah standar yakni -3 SD sd < -2 SD pemulihan memberikan pengaruh yang
(Permenkes, 2020:20). signifikan terhadap peningkatan berat badan
WHO (2013) menyebutkan bahwa jumlah (BB/U) pada balita gizi kurang (Lutviana &
balita penderita gizi kurang di dunia mencapai Budiono, 2010:143).
104 juta anak. Di Indonesia, berdasarkan Riset Penyelenggaraan program PMT
Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi target Pemulihan di puskesmas sebagai pelaksana
capaian gizi kurang cenderung menunjukkan dasar tidak terlepas dari kendala yang terjadi
peningkatan dari 17.9% (2010), 19,6% (2013) saat pelaksanaan khusunya pada aspek
dan 21% (2016). Hasil utama Riskesdas 2018 manajemen. Penelitian Sri wayuningsih, dkk
menunjukkan penurunan capaian target (2017) di puskesmas Jakenan menemukan
menjadi 17,7% yang mengindikasikan bahwa masalah terkait pendistribusian PMT-P dari
target RPJMN 2015-2019 yaitu 17% masih puskesmas ke ibu balita dimana pemberian
belum terpenuhi (Bappenas, 2019:11). Dari paket makanan tambahan tidak tepat pada
profil kesehatan diketahui bahwa provinsi Jawa sasaran dan banyak ibu balita yang tidak
Tengah masuk dalam 15 besar provinsi dengan hadir dalam pembagian makanan tambahan
prevalensi gizi kurang tertinggi yang pada pemulihan tersebut (Wahyuningsih & Devi,
tahun 2019 mencapai angka kasus sebesar 13,9 2017:24).
persen. Angka tersebut meningkat dari kasus Berdasarkan studi pendahuluan,
tahun 2018 sebesar 10,1%. diperoleh data kasus gizi kurang sebesar 62
Upaya Pemerintah dalam mengatasi kasus balita (1,9%) pada tahun 2019. Angka tersebut
gizi kurang tercantum dalam Undang-Undang mengalami penurunan kasus pada tahun
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 2020 yaitu sebesar 40 balita (1,3%) angka
142 yang menyebutkan bahwa pemerintah tersebut memiliki kemungkinan meningkat
diharapkan ikut berperan aktif dalam upaya dari tahun sebelumnya yang disebabkan data
perbaikan gizi dengan memperhatikan balita gizi kurang belum dilakukan perekapan
keseimbangan dan ketersediaan pangan seluruhnya. Desa Kedumulyo menjadi wilayah
serta gizi masyarakat. Sebagai tindak lanjut dengan peningkatan kasus gizi kurang
pemerintah mewujudkannya melalui kegiatan tertinggi dari 1 balita (0,2%) pada tahun 2019
pemantauan pertumbuhan di posyandu dan menjadi 9 balita (2,0%) pada 2020. Sedangkan
pelaksanaan program PMT Pemulihan sebagai kasus terendah yaitu Desa Sukolilo dengan
penanganan pada balita gizi kurang (Kemenkes kasus pada 2019 sebesar 26 balita (4,1%) dan
RI, 2011a:2). mengalami penurunan tahun 2020 menjadi 9
Program PMT Pemulihan balita (1,7%). Pada dasarnya Desa Kedumulyo
diselenggarakan sebagai intervensi gizi yang memiliki dominasi posyandu dengan strata
difokuskan pada masalah gizi buruk dan gizi mandiri menunjukkan peningkatan kasus
kurang terutama pada balita yang berasal sedangkan Desa Sukolilo dengan posyandu

338
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan / IJPHN (1) (3) (2021)

madya mengalami penurunan kasus. Dimana mengevaluasi program PMT-P untuk


timbul sebuah ketidakselarasan antara Desa mengetahui proses pelaksanan program yang
Sukolilo yang memiliki strata posyandu madya ditinjau melalui empat aspek yaitu persiapan,
mengalami penurunan kasus dibandingkan pelaksanaan, pemantauan, pencatatan, dan
dengan Desa Kedumulyo yang dominan pelaporan.
dengan posyandu mandiri. Dengan melihat hal
tersebut maka kedua desa ini dijadikan sebagai Metode
tolak ukur adanya perbedaan peningkatan dan Penelitian ini merupakan jenis
penurunan kasus pada periode waktu yang kualitatif dengan desain studi kasus yang
sama dan dibawah puskesmas yang sama. bersifat ekplanatori. Aspek yang menjadi
Sejalan dengan itu, meskipun kasus objek penelitian yaitu dari segi proses yang
cenderung menurun tidak dipungkiri bahwa meliputi persiapan, pelaksanaan, pemantauan,
masih terdapat kendala terutama pada bagian pencatatan dan pelaporan. Teknik pengambilan
sistem manajemen pelaksanaan program yang informan menggunakan metode purposive.
meliputi persiapan, pelaksanaan, pemantauan, Informan dalam penelitian ini berjumlah 9
pencatatan dan pelaporan. Keempat orang yang terdiri atas kepala puskesmas,
aspek tersebut tercantum dalam panduan tenaga pelaksana gizi, bidan desa, kader
penyelenggaraan program PMT-P bagi balita posyandu, ibu balita sasaran, dan penanggung
gizi kurang terbitan Kemenkes tahun 2011 dan jawab program posyandu. Penelitian dilakukan
jika disesuaikan dengan evaluasi sistem maka pada dua posyandu yaitu satu posyandu madya
akan mencakup input, proses, dan output. Desa Sukolilo dan satu posyandu mandiri
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa Desa Kedumulyo. Data yang dikumpulkan ada
masih terdapat kekurangan dalam pengolalan dua yaitu data primer dari hasil wawancara
dan pelaksanaan pada program PMT- di mendalam. Sementara data sekunder
Puskesmas Sukolilo 1. Beberapa terdapat diperoleh dengan mendokumentasikan data
beberapa pemasalahan terkait pelaksanaan dari puskesmas dan posyandu. Analisis data
PMT-P di Puskesmas Sukolilo 1 terutama dilakukan secara deskriptif.
pada unsur proses seperti daya terima orang
tua balita rendah, dana operasional dari desa Hasil dan Pembahasan
bersifat fluktuatif dalam penyelenggaraan Informan dalam penelitian ini dibagi
PMT-P, dan terhambatnya pendistribusian dari menajadi dua yaitu informan utama dan
Dinas Kesehatan Kabupaten. triangulasi. Informan utama merupakan
Penyimpangan yang terjadi pada informan yang mengetahui dan memiliki
manajemen proses dapat mempengaruhi berbagai informasi pokok yang diperlukan
keberhasilan pelaksanaan program pemberian dalam penelitian. Kepala puskesmas dipilih
makanan tambahan pemulihan dalam karena menjabat sebagai penanggung jawab
mencapai tujuan. Sesuai dengan pedoman semua program yang dilaksanakan oleh
penyelenggaraan pemberian makanan puskesmas sehingga semua laporan yang
tambahan bersumber Kementerian Kesehatan berhubungan dengan program akan dilaporkan
RI, terdapat 4 (empat) proses pelaksanaan secara umum pada beliau. TPG dipilih karena
(Kemenkes RI, 2011a:9). Oleh karena itu, sebagai tenaga pelaksana program PMT-P dan
penelitian ini merujuk pada pelaksanaan terlibat dalam pelaksanaan. Sejalan dengan itu,
evaluasi terkait keempat aspek tersebut. bidan desa juga dipilih karena yang memberikan
Sehingga penelitian ini bertujuan paket PMT-P kepada ibu balita sasaran.

339
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan/ IJPHN (1) (3) (2021)

Tabel 1. Gambaran Umum Informan Utama


Informan Ke Inisial Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Jabatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Informan 1 YPB Laki-laki 45 S1 Keperawatan Kepala Puskesmas
Informan 2 M Perempuan 27 D3 Gizi Tenaga Gizi Puskesmas
Informan 3 ESR Perempuan 42 D3 Kebidanan Bidan Desa
Informan 4 LNH Perempuan 39 D3 Kebidanan Bidan Desa
Selanjutnya, informan tringulasi posyandu dipilih sebab mengetahui dan
berfungsi untuk meningkatkan validitas, membantu bidan desa melakukan pelaksanaan
menciptakan gambaran yang lebih mendalam program. Lalu, ibu balita sasaran sebagai pihak
tentang masalah penelitian dan memahami penerima paket makanan tambahan.
yang terjadi dalam masalah tersebut. Kader
Tabel 2. Gambaran Umum Informan Triangulasi
Inisial Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Jabatan
(1) (2) (3) (4) (5)
NW (IT) Perempuan 40 S1 Kebidanan Penanggungjawab posyandu
L (IT) Perempuan 41 SMA Kader Kesehatan (Posyandu Madya)
S (IT) Perempuan 40 SMP Ibu balita
C (IT) Perempuan 38 SMA Kader kesehatan (Posyandu mandiri)
S (IT) Perempuan 34 SD Ibu balita

Petunjuk teknis merupakan aspek pendataan yang dilalui dari tingkat posyandu
penting yang harus ada dalam proses baik pada posyandu dengan strata madya
pelaksanaan program PMT Pemulihan agar maupun mandiri sampai memperoleh umpan
program dapat berjalan sebagaimana mestinya. balik dari puskesmas ke bidan desa untuk
Petunjuk pelaksaan dapat berupa buku melanjutkan ke tahap berikutnya sudah
panduan atau petunjuk pelaksanaan (juklak) dilakukan sesuai dengan panduan pelaksanaan
program PMT. Adanya petunjuk teknis akan pemberian makanan tambahan pemulihan
mempermudah persepsi antara dinas kesehatan Kemenkes RI, 2011.
kabupaten sebagai koordinator program Pemilihan makanan dilakukan oleh
dengan puskesmas sebagai pihak pelaksana tenaga pelaksana gizi dan bidan desa.
sehingga standar yang digunakan pun sama. Pemberian MT diperuntukkan bagi semua
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa umur atau disamaratakan dan disesuaikan
Puskesmas Sukolilo 1 menggunakan panduan dengan kebutuhan anak pada umumnya.
penyelenggaraan PMT Pemulihan bagi balita Posyandu madya memberikan tambahan
gizi kurang (BOK). Oleh karena itu, penelitian berupa gula, minyak, dan telur yang ditentukan
ini menggunakannya sebagai pedoman dalam oleh bidan desa sendiri sedangkan posyandu
evaluasi program. mandiri tidak ada.
Pertama yaitu aspek persiapan, dimana Penentuan paket berasal dari anggaran
merupakan penentu dalam proses pencapaian dana desa yang dialokasikan untuk program
tujuan yang akan berpengaruh pada PMT-P. Posyandu Madya Desa Sukolilo
keberhasilan pelaksanaan PMT Pemulihan memberikan PMT-P berupa makanan
(Alita & Ahyanti, 2013). Persiapan yang perlu pabrikan dan makanan lokal yang dimasak
dilakukan yakni mencakup penetapan balita langsung oleh kader posyandu dan atau bidan
sasaran penerima MT Pemulihan, penentuan desa. Pembuatan makanan lokal oleh posyandu
paket yang akan diberikan, pembentukan madya dilakukan selama 2 minggu sekali dalam
kelompok ibu balita sasaran, dan pelaksanaan satu bulan pelaksanaan PMT-P.
sosialisasi dan penyuluhan terhadap orang Sedangkan dana BOK dialihkan untuk
tua balita. Penentuan balita sasaran dan alur memenuhi kebutuhan operasional kegiatan

340
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan / IJPHN (1) (3) (2021)

seperti transport petugas puskesmas atau kader selama 30 hari karena ketetapan yang ditentukan
posyandu dan biaya pelatihan kader. ADD oleh Bidan Desa menyesuaikan dana dari
Sukolilo untuk alokasi PMT-P balita dengan desa. Masalah tersebut sama ditemukan pada
masalah gizi sejumlah 900 ribu/per anak jumlah penelitian Ratna Indriati, dkk (2015) bahwa
ini lebih besar dibandingkan Desa Kedumulyo tidak semua anak yang masuk daftar balita
yang menganggarkan 400 ribu/anak. Anggaran kurang gizi dan memperoleh paket makanan
dana yang lebih tinggi memberikan paket tambahan pemulihan selama 90 hari dan hanya
makanan tambahan pemulihan yang berbeda diberikan 30 hari sebab adanya keterbatasan
dari segi jumlah dan keberagaman makanan. paket yang ada (Indriati & Dkk, 2015). Namun
Pemberian MT Pemulihan yang tidak beragam pelaksanaan di Posyandu Madya Desa Sukolilo
akan mempengaruhi pada konsumsi yaitu dan Posyandu Madiri Desa Kedumulyo hanya
masalah kebosanan balita terhadap paket dilakukan selama 30 hari karena ketetapan yang
makanan tambahan pemulihan yang diterima ditentukan oleh Bidan Desa menyesuaikan
(Sugiyanti, 2017:222). Dibentuknya kelompok dana dari desa.
tersebut akan memberikan kemudahan dalam Intensitas pemberiannya pada posyandu
melakukan koordinasi langsung baik oleh madya Desa Sukolilo pemberian paket
bidan desa maupun petugas kesehatan lainnya. diberikan tiga kali dalam sebulan sedangkan
posyandu madya Desa Sukolilo dan posyandu posyandy mandiri Desa Kedumulyo hanya
mandiri Desa Kedumulyo belum membentuk sekali pemberian dalam sebulan. Pelaksanaan
kelompok ibu balita sasaran. pemberian paket PMT-P dilakukan door to door
Sosialisasi dan penyuluhan dilakukan yang artinya bidan desa besama kader posyandu
oleh bidan desa dengan pelaksanaannya mengunjungi langsung ke rumah balita sasaran.
bersamaan dengan jadwal posyandu. namun Pemberian paket PMT-P menggunakan hari
pelaksanaannya belum rutin satu bulan sekali. lain diluar jadwal posyandu. Hal ini berguna
sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan untuk menghindari timbulnya kecemburuan
biasanya tentang gizi dan program pemberian sosial antar ibu balita karena tidak semua balita
makanan tambahan. Materi yang disampaikan yang menjadi peserta posyandu mendapatkan
yaitu tentang makanan tambahan dan gizi paket PMT pemulihan.
umum sedangkan informasi tentang kebutuhan Konseling merupakan sebuah proses
gizi balita tidak disampaikan secara rinci untuk menetapkan tujuan dan kemandirian
kepada ibu balita sasaran, sementara tujuan individu masyarakat dalam melakukan
PMT selain meningkatkan gizi dari makanan rangkaian kegiatan pemberian makanan
tambahan yang dikonsumsi oleh balita pun tambahan pemulihan (Joanne & et al, 2010: 880;
menanamkan perilaku pemberian makanan Indriati & Dkk, 2015:24). Konseling program
gizi seimbang. dilakukan bertepatan ketika pemberian
Pembelian makanan tambahan paket makanan tambahan tepatnya setelah
pemulihan tersebut dilakukan oleh tenaga dilakukan pengukuran dan penimbangan pada
pelaksana gizi kemudian dibawa ke Puskesmas balita sasaran. Selain itu, konseling terkadang
Sukolilo 1. Selanjutya, paket diambil oleh dilakukan bersamaan dengan posyandu.
bidan desa untuk dibawa ke rumah bidan atau Berkaitan dengan kegiatan konseling dalam
dibalai desa. Paket makanan yang diambil pelaksanaan PMT-P, materi konseling perlu
bidan desa untuk kebutuhan satu bulan. Hal diperluas bukan hanya masalah gizi dan paket
tersebut sudah sesuai dengan konfirmasi kader PMT tetapi perlu ditambahkan juga tentang
posyandu dan ibu balita bahwa paket makanan materi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
hanya diterima satu bulan. Akan tetapi Sehat) sesuai dengan buku panduan pemberian
bertolakbelakang dengan panduan pemberian makanan tambahan pemulihan.
makanan tambahan, dimana PMT Pemulihan Pemantauan program berfungsi
harus diberikan selama HMA yaitu 90 hari untuk mengetahui perkembangan dalam
atau 3 bulan bertutut-turut. pelaksanaan di pencapaian target yang telah ditetapkan
Posyandu Madya Desa Sukolilo dan Posyandu sebelumnya dan memastikan sasaran sasaran
Madiri Desa Kedumulyo hanya dilakukan yang direncanakan sebelumnya sesuai

341
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan/ IJPHN (1) (3) (2021)

degan pelaksanaan saat ini (Indriati & Dkk, berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan dan
2015:25). pemantauan yang dilakukan meliputi sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan
pelaksanaan program, pemantauan berat program. Di kedua posyandu orang tua balita
badan balita setiap bulan dan bimbingan teknis sasaran belum melakukan pencatatan terhadap
kepada kader posyandu. Dalam penelitian pola makan dan daya terima MT Pemulihan.
ini, menemukan jika pemantauan komsumsi Menurut bidan desa Sukolilo dan Kedumulyo
paket makanan tambahan dan pengukuran tersebut disebabkan orang tua merasa terlalu
antropometri seperti penimbangan berat diberatkan untuk mencatat setiap penerimaan
badan, pengukuran panjang/tinggi badan paket dan makanan yang dikonsumsi anaknya.
yang dipantau melalui KMS sesuai dengan Pencatatan oleh kader mengenai perkembangan
usia anak waktu ditimbang untuk melihat status gizi balita dilakukan pada waktu yang
apakah mengalami kenaikan atau penurunan. bertepatan dengan pelaksanaan posyandu atau
Kader posyandu madya menyebutkan bahwa saat kunjungan atau home visit.
pengukuran dan penimbangan dilakukan saat Setelah kegiatan pencatatan selesai, hasil
posyandu maupun ketika ada kunjungan ke tersebut dilaporkan kepada tingkatan yang
rumah orang tua balita sasaran. Sedangkan lebih atas. Pelaporan dilakukan selama sekali
kader posyandu mandiri menyebutkan dalam satu bulan. Pertama dilakukan oleh kader
kegiatan tersebut dilakukan saat posyandu saja. posyandu ke bidan desa kemudian dari laporan
Diketahui jika terdapat anggota keluarga yang tersebut puskesmas melalui TPG menerima dan
ikut menghabiskan paket makanan tambahan merekap laporan. Setelah itu, tenaga pelaksana
pemulihan yang seharusnya dikonsumsi oleh gizi puskesmas Sukolilo 1 melaporkan
balita gizi kurang. hasil pencatatan ke pihak Dinas Kesehatan
Bimbingan teknis dilakukan oleh bidan Kabupaten Pati melalui formulir bantu dan juga
desa memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan dengan sistem digital yaitu e-PPGBM. Namun
dan kemandirian para kader mengingat peran pelaporan oleh kader posyandu dan bidan
kader posyandu penting dalam pelaksanaan desa belum mengacu pada petunjuk teknis
pemantauan, pasalnya seluruh kegiatan sehingga tidak ada keseragaman pelaporan
bidan yang berkaitan dengan posyandu antara posyandu madya Desa Sukolilo dan
melibatkannya. Bidan Desa Sukolilo dan posyandu mandiri Desa Kedumulyo. Penelitian
Kedumulyo, kader posyandu ikut andil dalam oleh Ratna Indriati, dkk (2015) di puskesmas
pengukuran berat badan dan panjang/tinggi Se-Kabupaten Wonogiri ketidaksesuaian
badan balita sasaran dan pemberitahuan jadwal pelaporan disebabkan tidak adanya format
pelaksanaan program baik PMT-P maupun baku untuk pencatatan dan pelaporan yang
posyandu dilakukan dengan baik oleh kader ditetapkan oleh pihak puskesmas (Indriati &
posyandu. Dkk, 2015:25).
Pemantauan perkembangan balita Pencatatan dan pelaporan mengenai
sasaran juga dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi kendala selama pelaksanaan program yaitu
puskesmas. Petugas gizi puskesmas melakukan adanya fluktuasi dana desa juga berpengaruh
kunjungan ke rumah balita yang dilaporkan pada paket makanan tambahan pemulihan
gizi kurang dan melakukan konseling serta bagi balita gizi kurang. Dalam kondisi ini
pengukuran ulang. Kepala puskesmas juga kinerja kader dan bagaimana kaderisasi
melakukan pemantauan program PMT-P oleh bidan desa terhadap kader posyandu
di posyandu. Kepala puskesmas memantau menunjukkan bahwa Desa Sukolilo memiliki
dalam bentuk laporan dari bidan desa dan kader dengan kemandirian yang lebih
melakukan pengecekan langsung ke lapangan. dibandingkan Desa Kedumulyo. Hal tersebut
Terdapat ketidaksesuaian dalam konsumsi ditunjukkan sistem pencatatan dan pelaporan
paket makanan, dimana anggota keluarga ikut kader posyandu madya desa sukolilo setelah
mengonsumsi paket tersebut. Hal tersebut pelaksanaan penimbangan dan pengukuran
dapat dijadikan sebagai kendala tercapainya saat posyandu maupun kunjungan rumah
keberhasilan program. langsung diserahkan kepada bidan desa dan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di akhir bulan tetap memberikan laporan

342
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan / IJPHN (1) (3) (2021)

akumulasi. Sedangkan posyandu mandiri pada pelaksanaan program posyandu (Yanti,


hanya diberikan saat akhir bulan kepada Hasballah, & Mulyadi, 2016).
bidan desa. Penelitian eksperimental oleh kegiatan pencatatan dan pelaporan
Zulhaida, dkk (2015) terhadap pengetahuan program PMT-P di posyandu madya Desa
dan tindakan kader menunjukan bahwa 4 dari Sukolilo dan posyandu mandiri Desa
10 kader masih kurang memahami tugasnya Kedumulyo belum sesuai karena orang tua balita
dalam menilai pertumbuhan balita. pembinaan belum melakukan pencatatan harian sederhana
yang terbatas dari tenaga gizi puskesmas terhadap daya terima dan konsumsi balita,
dan kepala puskesmas dapat menjadi sebab pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh
kurang tepatnya pengetahuan kader (Lubis & kader dan bidan desa hanya sebatas laporan
Syahri, 2015). Dengan diadakannya bimbingan perkembangan status gizi bukan laporan hasil
dan arahan yang tepat akan memberikan kegiatan pemberian makanan tambahan sesuai
peningkatan terhadap mutu kinerja yang telah dilampirkan dalam buku panduan
pelayanan kesehatan masyarakat terutama penyelenggaraan PMT-P Kemenkes 2011.

Tabel 3. Evaluasi Proses Pelaksanaan Program


Aspek Poin evaluasi Posyandu madya Posyandu mandiri
dievaluasi
Persiapan Penentuan balita Balita yang dipilih yaitu balita Balita yang dipilih yaitu
sasaran yang BB/U dibawah <-2 SD, tidak balita yang BB/U dibawah
mengalami peningkatan BB selama <-2 SD dan tidak mengalami
3 kali berturut-turut, dan balita peningkatan BB selama 3 kali
BGM berturut-turut
Penentuan paket Paket sudah ditentukan oleh TPG Paket sudah ditentukan
dan bidan desa ditambah dengan oleh TPG dan bidan desa
taburia dan biskuit dropingan ditambah dengan taburia dan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten. biskuit dropingan dari Dinas
Namun, Desa Sukolilo memberikan Kesehatan Kabupaten.
tambahan berupa bahan makanan
pendukung dan jenis makanan
lokal.
Pembentukan Tidak ada pembentukan kelompok Tidak ada pembentukan
kelompok ibu balita ibu balita kelompok ibu balita
Sosialisasi dan Kegiatan dilakukan sebelum Kegiatan dilakukan sebelum
penyuluhan pelaksanaan program pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan. pemberian makanan
Pelaksanaannya saat posyandu tambahan. Pelaksanaannya
serta kelas balita dan materi yang saat posyandu dan materi
yang diberikan hanya sebatas
diberikan hanya sebatas tentang
tentang PMT dan gizi.
PMT dan gizi.
Pelaksanaan Pendistribusian Paket dari puskesmas diambil lalu Paket dari puskesmas diambil
disimpan oleh bidan desa di rumah/ lalu disimpan oleh bidan desa
balai desa kemudian pada jadwal di rumah/balai desa kemudian
pelaksanaan yang sudah ditetapkan pada jadwal pelaksanaan
akan diberikan secara door to door. yang sudah ditetapkan akan
diberikan secara door to door.
Paket didistribusikan 3 kali dalam Paket didistribusikan selama
sebulan dengan tambahan jenis satu bulan.
makanan lokal

Konseling Konseling dilakukan bersamaan Konseling dilakukan


pada saat pendistribusian makanan bersamaan pada saat
tambahan selain itu dilakukan saat pendistribusian makanan
posyandu. tambahan selain itu dilakukan
saat posyandu.

343
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan/ IJPHN (1) (3) (2021)

Pemantauan Pemantauan Pelaksanaan program, pemantauan Pelaksanaan program,


dan berat badan balita setiap bulan dan pemantauan berat badan balita
bimbingan bimbingan teknis kepada kader setiap bulan dan bimbingan
teknis posyandu. Hasil tersebut akan teknis kepada kader posyandu.
dipantau melalui KMS dan data Hasil tersebut akan dipantau
laporan posyandu. melalui KMS dan data laporan
posyandu.
Bimbingan teknisBimbingan teknis dilakukan oleh Bimbingan teknis dilakukan
bidan desa oleh bidan desa
Pencatatan Pencatatan pola Ibu balita sasaran tidak melakukan Ibu balita sasaran tidak
dan makan dan daya pencatatan pola makan anaknya melakukan pencatatan pola
pelaporan terima dan juga daya terima PMT-P. makan anaknya dan juga daya
terima PMT-P.
Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan dari kader Pencatatan dan pelaporan dari
pelaporan ke bidan kemudian ke TPG sudah kader ke bidan kemudian ke
sesuai. Namun tidak ada format TPG sudah sesuai. Namun
baku pelaporan dari puskesmas. tidak ada format baku
pelaporan dari puskesmas.
Kemudian pelaporan penggunaan
dana desa juga diberikan setelah Kemudian pelaporan
pelaksanaan program kepada pihak penggunaan dana desa juga
desa. diberikan setelah pelaksanaan
program kepada pihak desa.
pencatatan dan pelaporan kader
posyandu madya Desa Sukolilo Pelaporan dan pencatatan
setelah pelaksanaan penimbangan hasil hanya diberikan saat
dan pengukuran saat posyandu akhir bulan kepada bidan
maupun kunjungan rumah langsung desa.
diserahkan kepada bidan desa dan
di akhir bulan tetap memberikan
laporan akumulasi
Persiapan program PMT-P sudah sesuai Pemulihan Untuk Baita Di Kota Bandar
namun masih terdapat kekurangan yaitu tidak Lampung. Jurnal Kesehatan, IV(1), 297–304.
dilakukan telaah pola makan dalam penentuan Bappenas. (2019). Kajian Sektor Kesehatan  :
paket dan pembentukan kelompok ibu balita Pembangunan Gizi Di Indonesia (Cetakan
sasaran juga belum dilakukan. Pendistribusian I). Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat.
dilakukan selama 30 hari dan terdapat
Campbell, R. K., Hurley, K. M., Shamim, A. A.,
anggota keluarga yang ikut menghabiskan Shaikh, S., Chowdhury, Z. T., Mehra, S., …
paket makanan tambahan pemulihan yang Christian, P. (2016). Effect of complementary
seharusnya dikonsumsi oleh balita gizi kurang. food supplementation on breastfeeding and
Orang tua balita belum melakukan pencatatan home diet in rural Bangladeshi children 1 , 2.
harian sederhana, pencatatan dan pelaporan Am J Clin Nutrition, 104, 1450–1458. https://
yang dilakukan oleh kader dan bidan desa doi.org/10.3945/ajcn.116.135509.In
hanya sebatas laporan perkembangan status Depkes RI. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
gizi bukan laporan hasil kegiatan pemberian Tengahj Tahun 2019 (Vol. 3511351).
makanan tambahan. Masalah pendanaan Dinkes Pati. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten
Pati Tahun 2020.
Posyandu Mandiri Desa Kedumulyo menjadi
Fitriyanti, F. (2012). Pengaruh Pemberian Makanan
masalah mendasar terhadap pemberian paket Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap
MT dibandingkan Posyandu Madya Desa Status Gizi Balita Gizi Buruk Di Dinas
Sukolilo. Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Jurnal Undip, 1–30.
Daftar Pustaka Hadi, S. (2010). Pemeriksaan Keabsahanan Data
Alita, R., & Ahyanti, M. (2013). Keberhasilan Penelitian Kualitatif Pada Skripsi. Jurnal
Program Pemberian Makanan Tambahan Ilmu Pendidikan, 22(1), 74–79.

344
Eka May Salama Putri, Bambang Budi Rahardjo / Program Pemberian Makanan / IJPHN (1) (3) (2021)

Hadiriesandi, M. (2016). Evaluasi Program Ethiopia. International Journal for Equity in


Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Health, 17(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/
Untuk Balita Gizi Buruk di Puskesmas s12939-018-0816-y
Andong Kabupaten Boyolali. Boyolali. Nightingale, A. J. (2020). Ways of Knowing
Handayani, L., Mulasari, S. A., & Nurdianis, N. (Epistemology and Ontology) and
(2008). Evaluasi Program Pemberian Triangulation. In International Encyclopedia
Makanan Tambahan Anak Balita. Jurnal of Human Geography (Vol. 13, pp. 477–480).
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11(1), https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102295-
21–26. 5.10437-8
Hanifah, R. N., Djais, J. T. B., & Fatimah, S. N. Nura Veriyal. (2010). Analisis Pola Asuh Gizi
(2019). Prevalensi Uderweight, Stunting, Terhadap Balita Kurang Energi Protein
dan Wasting pada Anak Usia 12-18 Bulan di (KEP) Yang Mnedapat PMT-P Di Puskesmas
Kecamatan Jatinagor. JSK, 5(3), 3–7. Pagendangan Kabupaten Tanggerang.
Indriati, R., & Dkk. (2015). Evaluasi Program Permenkes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
pada Balita Kurang Gizi di Kabupaten Standar Antropometri Anak. , (2020).
Wonogiri Ditinjau dari Aspek Input dan Ramadani, I. R., Rahmawati, R., & Hoyyi, A. (2013).
Proses. Jurnal Manajemen Kesehatan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Indonesia, 3(1), 18–26. Gizi Buruk Balita Di Jawa Tengah Dengan
Kemenkes RI. (2011a). Panduan Penyelenggaraan Metode Spatian Durbin Model. Jurnal
pemberian makanan tambahan pemulihan Gaussian, 2(4), 333–342.
bagi balita gizi kurang (Bnatuan Operasional Santoso, M. H. A., & Wahyono, B. (2018). Manajemen
Kesehatan). Program Pelayanan Voluntary Counseling
Kemenkes RI. (2018a). Petunjuk teknis pemberian and Testing ( VCT ). Higeia Journal of Public
makanan tambahan (pp. 1–58). pp. 1–58. Health Research and Development, 2(2),
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 205–215.
Lestari, N. D. (2016). Analisis Determinan Gizi Sastroasmoro, S. (2014). Pemilihan Subjek Penelitian.
Kurang pada Balita di Kulon. Indonesian In Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis
Journal Of Nursing Practice, 1(1), 15–21. (Edisi ke-5, pp. 1–516). Jakarta: IKAPI.
M, J., & et al. (2010). State of the Evidence Regarding Setiowati, K. D., & Budiono, I. (2019). Higeia Journal
Behavior Change Theories and Strategies Of Public Health Perencanaan Program
in Nutrition Counseling to Facilitate Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
Health and Food Behavior Change. Journal untuk Balita. Higeia Journal of Public Health
of the American Detetic Assosiation, Research and Development, 3(1), 109–120.
110(6), 879–891. https://doi.org/10.1016/j. Sugiyanti, E. (2017). Evaluasi Pemberian Makanan
jada.2010.03.021 Tambahan Pemulihan (PMT-P) Pada Balita
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Kurang Gizi Di Kabupaten Tuban. Jurnal
Penelitian Kesehatan (edisi tahu). Jakarta: Cakrawala, 11(2), 217–224.
PPSDM Kesehatan. Tyas, B., & Rahayu, T. (2014). Evaluasi Program
Ni’mah, U., Sari, N., & Peristiowati, Y. (2019). Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita
Analyse the Role of Cadre, Parenting and Di Posyandu Melati V RW V Di Kelurahan
Food Intake to Nutrition Status of Toddler. Lontar Kecamatan Sambikarep Kota
Journal for Quality in Public Health, 3(1), Surabaya. Universitas Negeri Surabaya, 1–15.
10–20. https://doi.org/10.30994/jqph.v3i1.42 Wahyuningsih, S., & Devi, M. I. (2017). Evaluasi
Nigatu, G., Assefa Woreta, S., Akalu, T. Y., & Yenit, Program Pemberian Makanan Tambahan
M. K. (2018). Prevalence and associated (PMT) Pada Balita Gizi Kurang Di Puskesmas
factors of underweight among children 6-59 Jakenan Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan
months of age in Takusa district, Northwest Dan Kesehatan Masyarakat, 6(2), 20–25.

345

Anda mungkin juga menyukai