Permasalahan :
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi
buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Sedangkan,
Prevalensi balita mengalami stunting pada 2019 menurun dibandingkan 2018,
yaitu dari 30,8 persen menjadi 27,7 persen. Meskipun menurun, tetapi angkanya
masih cukup tinggi karena 28 dari 100 balita mengalami stunting. Badan Pusat
Statistik (BPS) juga menjelaskan, prevalensi balita mengalami stunting Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah
lainnya.
PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.
Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-
hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Sedangkan, PMT
Penyuluhan diberikan sebagai penyuluhan kepada orang tua balita tentang
makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita. Perbedaan utama dari
kedua jenis PMT ini adalah tujuan dari pemberiannya.
Pelaksanaan :
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi
anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang
dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Memberikan PMT penyuluhan kepada anak balita.
5. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu
dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
6. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan terkait dengan anak balitanya.
7. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
Permasalahan :
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi
buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Sedangkan,
Prevalensi balita mengalami stunting pada 2019 menurun dibandingkan 2018,
yaitu dari 30,8 persen menjadi 27,7 persen. Meskipun menurun, tetapi angkanya
masih cukup tinggi karena 28 dari 100 balita mengalami stunting. Badan Pusat
Statistik (BPS) juga menjelaskan, prevalensi balita mengalami stunting Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah
lainnya.
PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.
Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-
hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Sedangkan, PMT
Penyuluhan diberikan sebagai penyuluhan kepada orang tua balita tentang
makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita. Perbedaan utama dari
kedua jenis PMT ini adalah tujuan dari pemberiannya.
Pelaksanaan :
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi
anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang
dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Memberikan PMT penyuluhan kepada anak balita.
5. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu
dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
6. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan terkait dengan anak balitanya.
7. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
Monitoring dan Evaluasi :
Pelaksanaan posyandu berjalan lancar, PMT penyuluhan diberikan kepada 20
balita. Sebanyak 7 peserta mengalami kenaikan berat badan, 7 peserta tidak naik
berat badannya, dan sisanya tidak bisa dievaluasi karena bulan sebelumnya tidak
datang posyandu. Tidak ditemukan balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM).
3. Judul Laporan/Jenis Kegiatan :
Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita serta Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) di Posyandu Balita Mawar 3 Kejaksaan
Permasalahan :
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi
buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Sedangkan,
Prevalensi balita mengalami stunting pada 2019 menurun dibandingkan 2018,
yaitu dari 30,8 persen menjadi 27,7 persen. Meskipun menurun, tetapi angkanya
masih cukup tinggi karena 28 dari 100 balita mengalami stunting. Badan Pusat
Statistik (BPS) juga menjelaskan, prevalensi balita mengalami stunting Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah
lainnya.
PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.
Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-
hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Sedangkan, PMT
Penyuluhan diberikan sebagai penyuluhan kepada orang tua balita tentang
makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita. Perbedaan utama dari
kedua jenis PMT ini adalah tujuan dari pemberiannya.
Pelaksanaan :
1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan sasaran lainnya.
2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi
anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang
dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
3. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
4. Memberikan PMT penyuluhan kepada anak balita.
5. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu
dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
6. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan terkait dengan anak balitanya.
7. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
Monitoring dan Evaluasi :
Pelaksanaan posyandu berjalan lancar, PMT penyuluhan diberikan kepada 12
balita. Sebanyak 7 peserta mengalami kenaikan berat badan, 3 peserta tidak naik
berat badannya, dan sisanya tidak bisa dievaluasi karena bulan sebelumnya tidak
datang posyandu. Tidak ditemukan balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM).
4. Judul Laporan/Jenis Kegiatan :
Konseling Gizi pada Kegiatan Home Visit Lansia Risiko Tinggi dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 dan Hipertensi
Tgl Kegiatan : 10 Desember 2019
Latar Belakang :
Home visit merupakan kegiatan pelayanan kesahatan berbasis komunitas dimana
seorang petugas kesehatan baik itu kader, perawat, maupun dokter
mengunjungi rumah lansia untuk meninjau kesehatan lansia dan melakukan
upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif baik kepada lansia
maupun keluarganya. Pada home visit geriatry dilakukan evaluasi
kesehatan secara komprehensif pada lansia dengan harapan dapat meningkatkan
kualitas kesehatan lansia yang dikunjungi. Dari home visit geriatry dapat
ditemui berbagai permasalahan pada lansia. Permasalahan yang umumnya
ditemui pada home visit geriatry lansia adalah permasalahan kesehatan yang
berkenaan dengan penyakit tidak menular seperti hipertensi, dan diabetes
melitus. Pemecahan masalah penyakit tidak menular terutama melibatkan asuhan
gizi , latihan jasmani, obat, dan edukasi.
Permasalahan :
Pasien dengan diabetes memerlukan diet gizi khusus untuk secara efektif
mengatur kadar gula darah mereka seraya memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Dengan kebutuhan nutrisi yang sama seperti orang lain, tantangan terbesar
penderita diabetes terletak pada batasan dietnya. Hal ini dikarenakan segala
sesuatu yang mereka makan memiliki efek langsung pada tingkat gula darah
mereka, yang berarti ada pembatasan tertentu yang harus dipertimbangkan.
Pembatasan ini menempatkan mereka dalam bahaya yaitu tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi mereka.
Garam (sodium/natrium) merupakan musuh utama penderita hipertensi karena
dapat memberikan efek langsung terhadap kenaikan tekanan darah. Agar
terhindar dari hipertensi, setiap orang disarankan mengonsumsi Diet DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang umum membatasi konsumsi
natrium kurang dari 2.300 mg. Namun bagi penderita hipertensi, disarankan
hanya mengonsumsi 1.500 mg natrium (setara dengan 2/3 sendok teh garam) per
hari. Saat baru memulai program diet DASH, pasien mungkin akan merasa cita
rasa masakan jadi kurang sedap karena kurang garam, sehingga kedisiplinan
pasien dalam menjalani diet DASH mungkin akan terpengaruh oleh hal ini.
Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada :
Tanggal : 10 Desember 2019
Waktu : 09.00 - selesai
Tempat : Kediaman Ny. R di Kelurahan Kejaksaan
Dilakukan konseling gizi untuk kondisi diabetes mellitus dan hipertensi pada
pasien. Pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik
yang rendah dan diet rendah garam.
Monitoring dan Evaluasi :
Pasien disarankan untuk rutin kontrol ke puskesmas setiap dua minggu.
5. Judul Laporan/Jenis Kegiatan :
Pembagian Tablet Tambah Darah di SMP Muhammadiyah Pangkalpinang
Tgl Kegiatan : 22 Januari 2020
Latar Belakang :
Anemia merupakan salah satu dari 6 masalah gizi yang ada di Indonesia saat ini.
Anemia lebih banyak dialami pada remaja. Remaja perempuan merupakan
kelompok usia yang paling banyak membutuhkan zat gizi dibanding kelompok
usia lainnya. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan kebutuhan zat gizi
meningkat. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang
pada saat menstruasi. Anemia pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan
imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja (3). Kesehatan remaja
sangat menentukan keberhasilan dari pembangunan kesehatan, terutama dalam
upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa depan. mengingat
mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi,
sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan
berat bayi lahir rendah (BBLR).
Permasalahan :
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa anemia remaja putri adalah 48,9%, hal
Ini akan berdampak buruk pada penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar,
kebugaran remaja dan produktivitas jika tidak ditangani dengan benar.
Pelaksanaan :
Kegiatan dilaksanakan pada :
Tanggal : 22 Januari 2020
Waktu : 09.00 - selesai
Tempat : SMP Muhammadiyah Pangkalpinang
Seluruh siswi dikumpulkan di lapangan olahraga untuk diberikan sosialisasi dan
tablet tambah darah untuk satu bulan.