Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PELAYANAN KOMUNITAS
“Pembinaan Kader”

DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
1. Efnayanti Lubis
2. Rizki Azny
3. Naomirawatina Dongoran
4. Nurmi Yanna Purba
5. Nurpa
6. Putri Novita
7. Chica Rahmadani Putri
8. Salsa Billa
9. Sasmita
10. Trisna Fadilah

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN NON REGULER


STIKes PAYUNG NEGRI
PEKANBARU 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang di atas rahmat-Nya
dan karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Pembinaan Kader”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Asuhan Kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemapuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasakami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya

Pekanbaru, Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan...................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 6
A. Pengertian................................................................................................................ 6
B. Peran Fungsi Kader ................................................................................................ 6
D. Strategi menjaga Eksistensi Kader .......................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................. 26
PENUTUP ........................................................................................................................ 26
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB adalah
35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di ASEAN.
Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling diprioritaskan dalam
penurunan AKI dan AKB.
Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program
kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang
didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada dalam
Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga
masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk
kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai
pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan
memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan AKI
dan AKB di Indonesia.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya
dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan.

4
GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional
yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong
dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di
lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan
agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian
dari upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penulis membuat makalah
dengan judul “Upaya Pembinaan Pada Kader, Upaya Pembinaan Peran Serta
Masyarakat, Pendataan Sasaran, serta Pencatatan Kelahiran dan Kematian Bayi dan
Ibu”

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya pembinaan pada kader?
2. Bagaimana upaya pembinaan peran serta masyarakat?
3. Bagaimana cara pendataan sasaran?
4. Apa itu pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader
2. Untuk mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat
3. Untuk mengetahui pendataan sasaran
4. Untuk mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki
latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk
membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka
dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng
atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan
uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun
ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta
beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B. Peran Fungsi Kader


Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. upaya penyehatan dilingkungan
d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. ermasyarakatan keluarga sadar gizi

6
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas
kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa
Negara yaitu:
1. pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan
2. melaksanakan pengobatan yang sederhana
3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
4. menolong persalinan
5. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9. melakukan penyuntikan imunisasi
10. pemberian motivasi KB
11. membagikan alat-alat KB
12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15. penenganan penyakit menular.
16. membantu kegiatan di klinik.
17. merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
18. membina kegiatan UKS secara teratur
19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan
dan pelaporan.

C. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan

7
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang
telah ditetapkan. Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa
berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk
terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan
berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:
1. calon kader yang kan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis


bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu
melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran,
penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1. pengantar tentang posyandu
2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare
8. pencatatan dan pelaporan

8
D. Strategi menjaga Eksistensi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1. refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan
oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan
posyandu
2. adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana
semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa
juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes
untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau


pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau
bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran
serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :


1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (
promosi bidan siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta
rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu

9
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas
gerakan sayang ibu.

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (


promosi bidan siaga)
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader
adalah dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa
perawatan bayi. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam
persiapan persalinan adalah sebagai berikut :
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong
oleh bidan atau dokter
b. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c. Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan
tanggal persalinan
d. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang,
tempat tidur dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci
tangan, handuk kain, pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti
ibu.

Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam
deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
1) Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua)
2) Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
3) Demam tinggi
4) Keluar air ketuban sebeleum waktunya
5) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
6) Ibu muntah terus dan tidak mau makan

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukan


a. Tanda-tanda bahaya kehamilan

10
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga
tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera
membawah ibu kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.
Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :
1) perdarahan jalan lahir
2) kejang
3) sakit kepala yang berlebihan
4) muka dan tangan bengkak
5) demam tinggi menggigil / tidak
6) pucat
7) sesak nafas

b. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan


sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan
dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) perdarahan
2) kejang
3) demam, menggigil, keluar lender dan berbau
4) persalinan lama
5) mal presentase
6) plasenta tidak lahir dalam 30 menit
c. Kegawatan masa nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu
ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru
bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis
(demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau
trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga
tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari
tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu

11
untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama
yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu,
suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu
untuk dibawah segera kesarana pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.

Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan


meliputi :
1) perdarahan banyak atau menetap
2) rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3) bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah
warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
6) tidur turun dratis
7) kejang
8) sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan
9) bengkak pada tangan dan muka
10) peningkatan tekanan darah
11) buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
12) tidak mampu menahan BAK / ngompol
13) demam tanpa atau dengan menggigil
14) adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan
merawat bayi.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan
pelayanan dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asveksia
dan trauma pada bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu

12
untuk dilakukan penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang dapat
menurunkan kematian tersebut.
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu
pertolongan segera ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga
memerlukan pertolongan disarana pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah
kesarana pelayanan kesehatan / hubungi bidan :
1) bayi sulit bernafas
2) warna kulit dan mata kuning
3) pernafasan lebih dari 60 x / menit
4) kejang
5) pendarahan
6) demam
7) bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari.
8) tidak dapat menetek (mulut kaku)
kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan
perawatan bidan / dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
1) hypothermia
2) pucat / kurang aktif
3) diare / konstipasi
4) kesulitan dalam menetek
5) mata merah dan bengkak / nanah
6) merah pada tali pusat / tercium bau

d. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir, disebabkan
masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat, akibat pemotongan tali pusat
dengan alat yang tidak bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena
diberi bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT
lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap penyakit

13
tetanus neonatorum. Maka perlu dilakukan pembinaan dukun bayi dalam
pencegahan tetanus neonatorum, yaitu :
Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”.
1) Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan disabun
hingga bersih : BERSIH ALAT.
2) Alas tempat ibu berbaring harus bersih : BERSIH ALAS.
3) Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril, bersih, dan tidak
berkarat. Supaya steril gunting dan benang direbus dalam air mendidih selama
paling sedikit 15 menit pada saat akan dipakai : BERSIH ALAT.
Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.
Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.
Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali dibubuhi
ramuan, jamu, daun-daunan, atau abu dapur.
Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa kering.
Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.
Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan member imunisasi tetanus
toksoid sebanyak 2 kali kepada ibu hamil, calon pengantin,dan anak
perempuan kelas 6 sekolah dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi mendapat kekebalan
terhadap tetanus. Imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi
yang pertama belum member kekebalan pada bayi baru lahir terhadap penyakit
tetanus sehingga bayi yang berusia kurang dari 1 bulan dapat terkena tetanus
melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberrikan kepada ibu hamil, calon pengantin wanita,
dan anak perempuan kelas 6 SD.
Pada ibu hamil:
TT-1 : Segera setelah ada tanda-tanda kehamilan.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.
Pada calon pengantin wanita:
TT-1 : Pada saat penaftaran nikah.
TT-2 : Satu bulan setelah TT-1.

14
Anak perempuan kelas 6 SD:
TT : Kapan saja selama SD kelas 6.

e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan /
fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar
ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya
akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi
sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk
menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu
(jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan,
setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang
mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
seperti :
1) pembedahan termasuk bedah sesar
2) transfuse darah
3) persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
4) pemberian anti biotik intravena
5) resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan
pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh
ketempat rujukan dadlah wajib untuk diketahui oleh setiap
penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui alur yang
singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai
maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani
penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka
pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan
selalu berupaya dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu
untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan

15
bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan
ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami
dan keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya
rencana rujukan apabila diperlukan.

Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan


:
1) siapa yang akan menemani ibu dan BBL
2) tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika
ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang
paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan)
3) sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang
maupun malam.
4) orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah
diperlukan.
5) uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan
bahan-bahan.
6) siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat
ibu tidak dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus
dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal /
diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan
selama kehamilannya, penting untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan
ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada
saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk
melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu

16
merupakan unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan
BBL.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting
dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) :
pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah
kefasilitas rujukan.
A (Alat) :
bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan BBL
(tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (Keluarga) :
beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu
dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu
kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani
ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) :
berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai
ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-
obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk
membuat keputusan klinik
O (Obat) :
bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-obatan
tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) :
siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi
cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai
tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) :

17
ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan
selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

3. Penyuluhan gizi dan keluarga berencana


a. Penyuluhan Gizi Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan
usia kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan
anak yang normal. Kenaikan berat badan ideal pada ibu hamil sebanyak 7 kg
(untuk ibu yang gemuk) dan 12,5 kg (untuk ibu yang tidak gemuk). Di luar
batas itu, dinilai abnormal.
Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg.
Kemudian, dinilai normal jika setiap minggu berat badan naik 0,3 kg.
Pada kehamilan tua, rata-rata kenaikan berat badan ibu akan mencapai 12 kg.
Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, akan berisiko mengalami
komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar sehingga menimbulkan
kesulitan persalinan.
Demam tinggi pada masa nifas. Pada masa nifas, selama 42 hari setelah
melahirkan, ibu yang mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai
keluarnya cairan (dari liang rahim) yang berbau, mungkin mengalami infeksi
jalan lahir. Cairan Hang rahim yang tetap berdarah, keadaan ini dapat
mengancam keselamatan ibu.
Zat makanan yang dibutuhkan ibu hamil, yaitu:
1) Energi, dihasilkan dari karbohidrat, protein, dan zat patinya. Protein. Ibu
hamil membutuhkan protein lebih banyak dari biasanya.
2) Protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati. Contoh: ikan,
daging, susu, dan telur harus lebih banyak dikonsumsi jika dibandingkan
dengan tahu, tempe, dan kacang. Protein dapaa diperoleh dari susu, telur, dan
keju. Tambahannya diperoleh dan gandum dan kacang-kacangan. Manfaat dari
protein.

18
• Protein untuk membangun tubuh janin dimulai dari sebesar sehingga menjadi
tubuh seberat 3,5 kg.
• Protein digunakan untuk membuat ari-ari.
• Protein digunakan untuk menambah unsur dalam cairan darahterutama
haemoglobin dan plasma darah.
• Protein digunakan untuk pembuatan cairan ketuban.
3) Vitamin. Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil
sampai kekurangan vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak
dapat kurang darah, cacar bawaam kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran.
Vitamin yang dibutuhkan oleh ibu hamil, yaitu B6, C, A, D, E, dan K.
4) Mineral.
• Kalsium. Kalsium sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan
tulang. Apabila kekurangan kalsium, bayi yang dikandung akan menderita
kelainan tulang dan gigi. Sumber kalsium yang tinggi diperoleh dari semua
makanan yang berasal dari susu. seperti keju, es krim, dan kue. Selain itu, juga
banyak terdapat pada kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.
• Fosfor. Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari-hari. Fosfor
berhubungan erat dengan kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam
tubuh, dapat terjadi gangguan. Gangguan yang paling sering adalah kram pada
tungkai.
• Zat besi. Sel darah merah Ibu hamil bertambah sampai 30rc. Berarti, tubuhnya
memerlukan tambahan zat besi. Setiap hari. ibu hamil membutuhkan tambahan
700-800 mg zat besi. Sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah
hati. Oleh karena itu, ibu hamil perlu banyak mengonsumsi hati, daging. telur,
kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau. Kebutuhan zat besi ibu hamil
meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut, kebutuhan
zat besi tidak dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu
hariannya cukup mengandung zar besi.
• Zink, mineral, ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup
dari makanan sehari-hari
• Fluor. Mineral floyr juga tidak banyak diperlukan.

19
• Yodium. Yosidum cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan
laut.

b. Penyuluhan Kb
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau KDR terlebih
dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus.
Salah satu usaha untuk menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat
perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka kelahiran (Depkes
RI 1999). Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~ kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. Tujuan program KB adalah memperkecil
angka kelahiran, menjaga kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika
jumlah anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara
sebagai berikut.
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4 terlalu” yaitu
terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan terlalu tua akan
mendapat prioritas pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi dengan
keuntungan dan kelemahan masing-masing sehingga ia dapat : menentukan
pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan keuntungan
dan kelemahannya sehingga ia dapat menentukan pilihannya
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada
klien agar dapat ditentukan metode yang paling cocok dengam hasil
pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai. berbagai
metode kontrasepsi.
Kegiatan IM merupakan salah satu komponen dari pelayanan kesehatan reproduksi
esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan sesuai dengan
kewenangannya, yaitu:
a) Pelayanan di tingkat desa.

20
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.
• Pertolongan pertama efek samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
b) Pelayanan di tingkat puskesmas.
• Konseling KB.
• Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan.
• Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta penananganan
efek samping KB.
• Rujukan pelayanan KB.
• Pembinaan pelayanan di tingkat Desa.
c) Pelayanan di tingkat rujukan KB.
1) Konseling KB.
2) Pelayanan semua jenis metode KB.
3) Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek
samping KB.
4) Penanganan kasus rujukan pelayanan KB.
5) Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas.

4. Pencatatan Kelahiran Dan Kematian Ibu/ Bayi


a) Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1967 sampai dengan
tahun 1996 menunjukkan kecenderungan menurun. Estimasi AK yang
dilakukan Biro Pusat Statistik adalah berdasarkan perhitungan dari data hasil
sensus/survei (tentang rata-rata yang dilahirkan hidup menurut ibu).
Pada kurun waktu tahun 1967-1976 (9 tahun), penurunan AKB ratarata
per tahun adalah 3,2%, yaitu 145 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1967,
menjadi 109 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1976. Untuk periode 1986-
1992, penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 4,1% yaitu 71 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada

21
tahun 1992. Dari hasil proyeksi, terlihat bahwa AKB pada tahun 1992 sebesar
60 per 1000 kelahiran hidup yang cenderung menurun menjadi 54 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 1996. Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa
angka kematian pada bayi laki-laki tampaknya lebih besar dibandingkan bayi
perempuan.
Pola penyakit penyebab kematian bayi dari SKRT tahun 1986 berbeda
dengan hasil SKRT tahun 1992. Perbedaan proporsi antara tahun 1986 dan
1992 ini mungkin disebabkan oleh cakupan sampel SKR.T 1986 yang hanya
mencakup 7 provinsi, sedangkan pada tahun 1992 mencakup 37 provinsi.
Proporsi penyakit penyebab kematian pada bayi hasil SKRT ,ahun 1986 yang
tertinggi adalah penyakit tetanus neonatorum (19,3%), sedangkan hasil
SKRT 1992 adalah penyait ISPA (36%). Jika dibanding~an hasil SKRT 1992
dengan hasil SKRT 1995, penyakit sistem pernapasan menduduki urutan
pertama, sedangkan gangguan pranatal naik dari .irutan kelima pada SKRT
1992 dan menjadi urutan kedua pada SKRT :995. Jika dibandingkan pola
penyakit penyebab kematian bayi antara lawa-Bali dan luar Jawa-Bali,
terlihat urutan tertinggi di Jawa-Bali cisebabkan gangguan pranatal (33,5%),
sedangkan di luar Jawa-Bali cisebabkan penyakit sistem pernapasan.

b) Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka kematian balita (0--4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia
C-4 tahun per 1000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat perm
asalahan kesehatan anak dan faktor lain yang berpengaruh terhadap keseatan
anak balita, seperti gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan.
Estimasi angka kematian balita di Indonesia yang dihitung dari data
iro Pusat Statistik, mengalami penurunan yang cukup berarti, yaitu an 111 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 81 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 1993. Angka kematian balita tertinggi d Provinsi Nusa Tenggara
Barat (162 per 1000 kelahiran hidup), sedangkar Provinsi DKI Jakarta (4 per
1000 kelahiran hidup.

22
Hasil SKRT 1995 menunjukkan 5 penyakit penyebab kematian. anak
balita, yaitu sistem pernapasan (30,8%), gangguan pranatal (21,6%), diare
(15,3%), infeksi dan parasit lain (6,3%), dan saraf (tetanus) (5,5%).

c) Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu berguna untuk menggambarkan tingkat kesa
daran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatar
lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan (terutama untuk ibu hamil ibu
waktu melahirkan, dan masa nifas). Angka kematian ibu sampai saal ini baru
diperoleh dari survei terbatas seperti penelitian dan pencatatar pada 12 rumah
sakit pendidikan (1977-1980) diperoleh AKI 370 per 100.00( kelahiran hidup.
Penelitian oleh Universitas Padjadjaran di Ujung Berun€ (1978-1980) AKI
170, dan di Kabupaten Sukabumi tahun 1982 sebesar 450 dan hasil SKRT
1980 adalah 150 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil in relatif rendah karena
survei tidak mencakup semua provinsi. Menurut hasi: SKRT tahun 1992,
angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahirar hidup. Hasil survei
demografi Kesehatan Indonesia tahun 1994 menunjuk kan angka 390 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRZ 1995, angka kematian
ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup.

a) Angka Kematian Kasar (AKK)


Dari hasil sensus tahun 1971 dan 1980, SUPAS tahun 1967 dan 1985
terlihat bahwa angka kematian kasar cenderung menurun dan menurut hasil
perkiraan BPS angka kematian kasar (AKK) pada kurun waktL 1985-1990
akan menjadi 7,9 per 1000 penduduk dan selanjutnya pade kurun waktu 1990-
1995 menjadi sebesar 7,5 per 1000 penduduk. Penyakit penyebab kematian
per 100 kematian hasil SKRT 1986 se. bagai urutan pertama adalah penyakit
diare sebesar 12 per 1000 kema. tian, sedangkan dari hasil SKRT 1992 dan
SKRT 1995 adalah penyakit sistem sirkulasi, yaitu sebesar 16 per 100
kematian tahun 1992 menjad 18,9 per 100 kematian tahun 1995. Sementara
itu, dari hasil SKRT 1991: untuk daerah Jawa-Bali menunjukkan bahwa

23
penyakit kematian utama adalah sistem sirkulasi (24,2 per 100 kematian).
Penyakit sistem sirkulasi ini mencakup hipertensi, penyakit jantung iskemia,
penyakit paru yang berkaitan dengan jantung, komplikasi penyakit jantung
yang kausanya tidak jelas, dan penyakit serebrovaskular. Untuk daerah luar
Jawa-Bali, menunjukkan bahwa penyakit penyebab kematian utama adalah
sistem pernapasan (16,0 per 100 kematian) yang diikuti penyakit sistem sirku-
lasi (14,3 per kematian) dan tuberkulosis (10,9%).
Untuk tahun 1995, pola penyakit penyebab kematian bukan penye-
bab langsung secara nasional, berbeda dengan pola penyakit penyebab
kematian pada rumah sakit umum kelas A, B, C maupun D. Secara nasional
dan menurut rumah sakit umum kelas B, penyakit serebrovaskular
merupakan penyebab utama kematian. Pada rumah sakit umum kelas A,
penyakit karena cedera dan keracunan merupakan penyebab utama,
sedangkan pada rumah sakit umum kelas C dan D, penyebabnya adalah
penyakit saluran napas bawah.
Jika dilihat pola penyakit pada tahun 1995, penyakit utama yang
terbanyak secara nasional bukan merupakan penyebab utama yang men-
dasari kematian. Untuk kasus penyakit terbanyak secara nasional, yaitu
penyakit infeksi usus, penyakit karena cedera, dan keracunan di rumah sakit
umum kelas A, komplikasi obstetri dan abortus di rumah sakit umum kelas
B, sedangkan di rumah sakit umum kelas C dan D sama dengan tingkat
nasional, yaitu penyakit infeksi usus.

5. Progam Kesehatan lainnya


a. Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuaserta pengembangan
lingkungan sehat. Sasaran promosi kesehatan adalah individu, keluarga,
masyarakat, dan petugas pelaksana program.
b. Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin)

24
Tabulin merupakan institusi masyarakat dengan anggota para ibu hamil atau PUS
(Pasangan Usia Subur) yang belum hamil, dengan bentuk kegiatan yang berupa
pengumpulan dana di lingkungan anggotanya, ma syarakat, atau subsidi dari
pemerintah.
c. Donor darah berjalan
Donor darah berjalan merupakan pendonoran darah secara bertahaa. beberapa kali,
atau secara berangsur-angsur selama 3 bulan sekali agar mendonorkan darahnya ke
PMI. Tujuan utama diadakannya donor darah adalah untuk membantu PMI dalam
ketersediaan stok darah di PMI yang berkurang sejak terjangkitnya penyakit demam
berdarah.
d. Ambulans Desa
Ambulans desa merupakan sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta,
dan masyarakat untuk mengangkut ibu bersalin yang perlu dirujuk ke rumah sakit
atau puskesmas.
e. Suami Siaga
program ini suami diharapkan:
Siap:
Secara mental. Ketika ibu menghadapi persalinan, siapkan mentalnya untuk
memberikan dukungan atau semangat kepada istri.
Secara fisik, suami mempersiapkan dirinya untuk menjaga dan melindungi istrinya.
Secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)

Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan


pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan
masalah yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam
pembinaan kader adalah:

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi


bidan siaga)

2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta


rujukannya.

3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana

4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu

5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas
gerakan sayang ibu.

Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang


dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam
bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Langkah pembinaan peran serta masyarakat yaitu

26
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat
melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan


masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya.

3. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader


yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan


komunitas, yaitu :

1. Pengumpulan data

2. Pencatatan data

3. Pengolahan data

4. Pembuatan Grafik PWS KIA

B. Saran

Kita sebaiknya mengetahui upaya pembinaan kader dan pembinaan peran


serta masyarakat agar nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader
(masyarakat) dalam menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Karwati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info
Media.

Meilani, Niken, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. 2006. Perspektif Gender dan HAM dalam
Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan pendidikan kesehatan
Perempuan.

Runjati. 2010. Asuhan kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yulifah, Rita dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Winda, Cheri.2011. Makalah Pergerakan Peran Serta. Diunduh 5 Juni 2012, tersedia
dari http://www.anakciremai.com/2011/08/makalah-pergerakan-peran-serta.html

Amythie.2012. Pembinaan Kader. Diunduh 12 Juni 2012, tersedia


dari http://amythie.blogspot.com/2012/04/pembinaan-kader.html

28

Anda mungkin juga menyukai